(PENDAHULUAN)
Kita tahu, manusia terdiri dari milyaran sel-sel saraf yang saling berkolaborasi
membentuk sistem pendeteksi bahkan menerjemahkan dan membentuk ide-ide kompleks.
Topik tentang kesadaran merupakan tema yang sangat kontroversial baik dalam ruang
lingkup filsafat maupun science. Dalam fisika pembahasan fundamental berputar terhadap
massa, ruang dan waktu. Tetapi jika menyangkut ilmu psikologi pembahasan yang paling
fundamental adalah kesadaran (Consciousness). Beberapa ahli berpendapat jika kita dapat
memetakan kesadaran dan mengerti bagaimana cara kerjanya maka akan membawa ranah
baru dalam kehidupan manusia.
Dalam kehidupan, kita memiliki waktu 24 jam per satu hari. Waktu ini akan kita
habiskan dengan aktivitas-aktivitas seperti makan, kuliah, bermain, bekerja, beribadah,
belajar, mandi serta tidur dan lain sebagainya. Aktivitas tersebut merupakan aktivitas sadar
kita. Ketika kita tidur pun kita juga masih sedikit sadar. Bila tidak demikian, bagaimana
kita mampu terbangun karena dering alarm yang sudah kita atur ?. Dalam makalah ini akan
dibahas masalah kesadaran agar kita bisa lebih memahami apa sebenarnya kesadaran itu
bagaimana sejarahnya, fungsi-fungsi kesadaran dan tingkat-tingkat kesadaran.
Dalam teori tentang alam sadar (Conscious Mind), Freud menjelaskan bahwa alam
sadar adalah satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas. Terkait
dengan alam sadar ini adalah apa yang dinamakan oleh Freud sebagai alam pra-sadar
(Preconscious Mind), yaitu jembatan antara Conscious dan Unconscious, berisikan segala
sesuatu yang yang dengan mudah dipanggil ke alam sadar, seperti kenangan-kenangan
yang walaupun tidak kita ingat ketika kita berpikir, tetapi dapat dengan mudah dipanggil
lagi, atau seringkali disebut sebagai “kenangan yang sudah tersedia” (available memory).1
Dasar teori Freud mengenai bawah sadar adalah konsep bahwa keinginan yang
tidak dapat diterima (dilarang, dihukum) pada masa anak-anak, dibuang dari kesadaran dan
menjadi bagian bawah sadar, dan tetap berpengaruh. Bawah sadar memberikan tekanan
untuk mencari ekspresi, yang dilakukannya dalam banyak cara, termasuk mimpi. Dalam
teori Freud klasik, keinginan bawah sadar itu, hampir seluruhnya seksual. Penekanan
seksualitas pada masa anak-anak merupakan salah satu penghalang diterimanya teori
Freud pada awal diperkenalkan.
Freud mengibaratkan alam sadar dan tak sadar itu dengan sebuah gunung es yang
terapung, dimana bagian yang muncul ke permukaan air (alam sadar). Dimana kesadaran
itu sendiri merupakan bagian terkecil dari manusia. Yang berpengaruh besar terhadap
manusia itu sendiri merupakan alam ketidaksadaran.
1
Rosleny Marliani, Psikologi Umum(Bandung:CV Pustaka Setia,2010),hlm.123-124
Preconsciousness : Berperan sebagai jembatan antara consciouness yang berisi
ingatan yang dapapt diakses kapan saja.
Unconsciousness : Tersimpan ingatan masa kecil, aspek ini paling penting dan
paling dominan dalam menentukan perilaku manusia.
Freud juga menjelaskan tentang struktur kepribadian (id, ego, dan superego) dan
interaksinya, tapi dalam makalah ini akan kita fokuskan kepada kesadaran itu sendiri.
Carl Gustav Jung seperti Freud, melandaskan teori kepribadiannya kepada asumsi
bahwa jiwa, atau psike, memiliki tingkatan sadar dan bawah sadar. Namun, tidak seperti
Freud, Jung menegaskan bahwa kebanyakan porsi terpenting alam bawah sadar bermuara
bukan dari pengalaman-pengalaman pribadi individual namun, dari eksistansi manusia
yang jauh di masa lalu, sebuah konsep yang disebut Jung alam bawah sadar kolektif. Jadi,
bagi teori Jungian, alam bawah sadar dan alam bawah sadar personal tidak begitu
diprioritaskan.
Kesadaran menurut Jung terdiri dari 3 sistem yang saling berhubungan yaitu
kesadaran atau biasa disebut ego, ketidasadaran pribadi (personal unconsciousness) dan
ketidaksadaran kolektif (collective unconscious)
Ego
Ego merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-
perasaan sadar. Ego bekerja pada tingkat conscious Dari ego lahir perasaan
identitas dan kontinyuitas seseorang. Ego seseorang adalah gugusan tingkah laku
yang umumnya dimiliki dan ditampilkan secara sadar oleh orang-orang dalam
suatu masyarakat. Ego merupakan bagian manusia yang membuat ia sadar pada
dirinya.
Personal unconsciousness
Struktur psyche ini merupakan wilayah yang berdekatan dengan ego. Terdiri dari
pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi dilupakan dan diabaikan
dengan cara repression atau suppression. Pengalaman-pengalaman yang kesannya
lemah juga disimpan kedalam personal unconscious. Penekanan kenangan pahit
kedalam personal unconscious dapat dilakukan oleh diri sendiri secara mekanik
namun bisa juga karena desakan dari pihak luar yang kuat dan lebih berkuasa.
Kompleks adalah kelompok yang terorganisir dari perasaan, pikiran dan ingatan-
ingatan yang ada dalam personal unconscious. Setiap kompleks memilki inti yang
menarik atau mengumpulkan berbagai pengalaman yang memiliki kesamaan
tematik, semakin kuat daya tarik inti semakin besar pula pengaruhnya terhadap
tingkah laku manusia. Kepribadian dengan kompleks tertentu akan didominasi oleh
ide, perasaan dan persepsi yang dikandung oleh kompleks itu.
Collective unconsciouness
Merupakan gudang bekas ingatan yang diwariskan dari masa lampau leluhur
seseorang yang tidak hanya meliputi sejarah ras manusia sebagai sebuah spesies
tersendiri tetapi juga leluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya.
Collective unconscious terdiri dari beberapa Archetype, yang merupakan ingatan
ras akan suatu bentuk pikiran universal yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Bentuk pikiran ini menciptakan gambaran-gambaran yang berkaitan dengan aspek-
aspek kehidupan, yang dianut oleh generasi tertentu secara hampir menyeluruh dan
kemudian ditampilkan berulang-ulang pada beberapa generasi berikutnya.
Beberapa archetype yang dominan seakan terpisah dari kumpulan archetype
lainnya dan membentuk satu sistem sendiri.
Jadi teori Carl Gustav Jung tidak hanya menekankan pada kesadaran saja tetapi
juga ketidaksadaran. Keduanya memiliki fungsi penyesuaian, yaitu saling mengisi dan
berhubungan satu dengan yang lain. Jung mengemukakan dinamika psyche yang dinamis
atau berkembang terus menerus untuk mencapai suatu keseimbangan, di mana
keseimbangan bertujuan mewujudkan manusia yang sempurna.
Kesadaran (Solso R. L., dkk, 2008) ialah kesiagaan (awareness) seseorang terhadap
peristiwa-peristiwa di lingkungannya (seperti pemandangan dan suara-suara dari
lingkungan sekitarnya) serta peristiwa-peristiwa kognitif yang meliputi memori, pikiran,
perasaan dan sensasi-sensasi fisik. Definisi kesadaran memiliki dua sisi, kesadaran
meliputi suatu pemahaman terhadap stimuli lingkungan sekitarnya, misalnya kita mungkin
tiba-tiba mendengar kicauan burung, sakit gigi dan sebagainya. Kesadaran juga meliputi
pengenalan seseorang terhadap peristiwa-peristiwa mentalnya sendiri, seperti pikiran-
pikiran yang ditimbulkan oleh memori dan kesadaran pribadi akan jati dirinya. Sebagai
contoh ialah kita saat mendengar kicau burung mengingat nama burung tersebut, atau
sewaktu sakit gigi kita ingat nomor telepon dokter gigi langganan kita.
Sejarah kesadaran, berawal psikologi ilmiah pada abad ke-19 sebagai studi
terhadap pengalaman-pengalaman sadar. Dalam kutipan dari William James (Dalam Solso
R. L., dkk, 2008) “psikologi ialah ilmu mengenai kehidupan mental” (psychology is the
science of mental life), kehidupan mental berarti kehidupan mental yang sadar. Para filsuf
dan orang awam telah merenungkan pertanyaan-pertanyaan tentang pikiran dan tentang
hakikat diri manusia. Pada awal abad ke-20, kesadaran sebagai suatu topic, hampir-hampir
disingkirkan dari ranah psikologi oleh para pengikut ideology psikologi yang dominan
pada masa itu, yakni behaviorisme, yang dipimpin oleh John Watson dan B. F. Skinner.
Terjadi perang suci memperebutkan pikiran manusia yang berlangsung sepanjang paruh
terakhir abad 20. Perang tersebut dilakukan oleh psikolog kognitif berjuang
mengembalikan kesadaran sebagai topic yang penting, sedangkan kaum behavioris
bertarung mempertahankan suatu bentuk ilmu psikologi yang sepenuhnya objektif.
2. Fungsi-fungsi kesadaran
4. Tingkat Kesadaran
Tingkatan kesadaran/keawasan
1. Kesadaran tingkat tinggi yaitu melibat pengolahan terkendali, di dalamnya
individu, secara aktif memusatkan berbagai usahanya mencapai sasaran
(keadaan kesadaran yang paling terjaga
2. Kesadaran tingkat rendah mencakup pengolahan otomatis yang menuntut
sedikit atensi, juga berkhayal
3. Keadaan Kesadaran terubah, dapat dihasilkan oleh obat-obatan, trauma,
kelelahan dan deprivasi sensori
4. Keawasan bawah sadar, dapat terjadi ketika seseorang terjaga juga ketika
sedang tidur dan bermimpi
2
Skripsi Rr.Ambar Sih Wardhani, FKM UI, 2008 (hal 8-9)
5. Tidak ada keawasan, Kepercayaan Freud bahwa terdapat pikiran-pikiran
tidak sadar yang terlalu membebani dari kecemasan dan emosi-emosi
negatif untuk diakui kesadaran.
lanjutan
Tidur
Perbedaan yang paling jelas antara kesadaran dan ketidaksadaran dapat diamati saat
seseorang terjaga atau tertidur. Hal ini bisa diamati melalui alat EEG. Gelombang otak
dapat diamati selama periode tidur. Pada siang hari, kita berinteraksi dan secara konstan
berada dalam kondisi siaga, melihat ke suatu arah, mendengarkan suatu pesan, atau
membaui suatu aroma baru. Namun ketika kita tertidur, mekanisme kesiagaan tersebut
sangat berkurang dan interaksi personal hampir-hampir tidak ada3.
Bermimpi
Bermimpi terjadi pada fase tidur REM. Freud meyakini bahwa mimpi adalah cara yang
digunakan ketidaksadaran kita untuk membocorkan informasi, dan kita dapat mempelajari
makna-makna tersembunyi di balik mimpi. Aktivitas otak yang berlangsung selama REM
diinterpretasikan otak dengan cara yang sama seperti saat kita sadar. Mimpi melibatkan
pengalaman-pengalaman dan emosi-emosi yang sama dengan yang kita jumpai sehari-
hari4.
Teori Mimpi
1. TeoriPsikoanalisis
Menurut teori Psikoanalisis, mimpi memungkinkan bertujuan untuk memenuhi
keinginan dan hasrat yang terlarang atau tidak realistis yang dipaksakan masuk ke
dalam bagian ketidaksadaran didalam bagian ketidaksadaran didalam pikiran.
Kelemahan→ interpretasi sering kali terlalu jauh; tidak ada cara yang dapat
diandalkan untuk menginterpretasi makna“terpendam”5
2. Teori Kognitif
Teori ini menyatakan bahwa mimpi merupakan modifikasi dari aktivitas kognitif
yang terjadi selama kita terjaga. Perbedaanya adalah saat kita tidur, kita “terputus”
3
Robert L. Solso,dkk, Psikologi Kognitif, Erlangga,2007,hlm.243
4
Robert L. Solso,dkk, Psikologi Kognitif, Erlangga,2007,hlm.255-256
5
Matt Jarvis, Teori-Teori Psikologi(Bandung: Nusa Media,2000),hlm.61-64.
dari input sensorik dari dunia luar dan pergerakan tubuh, sehingga pikiran kita
cenderung lebih terpencar dan tidak fokus.
3. Teori Aktivitas-sintesis
Teori ini menyatakan bahwa mimpi terjadi ketika korteks mencoba membuat
interpretasi atau makna yang berarti dari pelepasan saraf spontan yang diawali di
pons.Sintesis yang dihasilkan dari sinyal ini dengan ingatan maupun pengetahuan
yang telah kita miliki tampil dalam bentuk mimpi.
Dalam pandangan ini, mimpi tidak menutupi keinginan yang tidak disadari, tapi dapat
menunjukkan persepsi, konflik-konflik, dan kecemasan seseorang6
Pengaruh obat-obatan
Penggunaan obat akan mengubah kondisi kesadaran kita sedemikian rupa sehingga
kesadaran tersebut akan menjadi berbeda dengan kondisi kesadaran normal saat kita
terjaga. Beberapa obat depressant (obat penenang) akan menhambat aktivitas sistem
saraf. Obat stimulant (obat perangsang) akan mempercepat aktifitas system saraf. Obat
hallucinogen (obat halusinogenik) mengubah pemahaman kita terhadap realita. Semua
obat-obatan berkerja dalam neurotransmitter kita dalam menghasilkan dampak-
dampaknya. Obat-obatan mempengaruhi kewaspadaan kita akan aspek-aspek fisiologis
dan psikologis dari pengalaman sadar kita.
Meditasi
Meditasi adalah suatu kondisi konsentrasi rileks di mana pikiran dikosongkan.
Beberapa teknik meditasi menggunakan nyanyian yang diulang, ragam posisi tubuh,
dan objek-objek eksternal sebagai bagian dari keseluruhan ritual. Alasan bermeditasi
ada bermacam-macam, bisa berupa alasan keagamaan, spiritual, kedamaian pribadi,
atau kesehatan tubuh7.
6
Matt Jarvis, Teori-Teori Psikologi(Bandung: Nusa Media,2000),hlm.256-258
7
Robert L. Solso,dkk, Psikologi Kognitif, Erlangga,2007,hlm.256-257
BAB III
(PENUTUP)