Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TEORI PSIKOANALISIS JUNG


Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Psikologi Kepribadian


Dosen Pengampu : Dr. Dewi Evi Anita, M.Ag.

Disusun Oleh Kelompok:


Nia Wijayanti (23106012128)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2024

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori psikologi kepribadian bersifat deskriptif dalam wujud
penggambaran organisasi tingkah laku secara sistematis dan mudah
dipahami. Tidak ada tingkah laku yang terjadi begitu saja tanpa alasan,
pasti ada faktor-faktor anteseden, sebab-musabab, pendorong, motivator,
sasaran-tujuan, dan atau latar belakangnya.
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi,
tempramen, ciri-ciri khas dan perilaku seseorang. Sikap perasaan, ekspresi,
dan tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika
dihadapkan pada situasi tertentu. Kepribadian dideskripsikan dalam istilah
sifat yang ditunjukkan oleh seseorang. Disamping itu kepribadian
diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri individu.
Kepribadian dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor keturunan
dan faktor lingkungan. Faktor keturunan menunjukkan pada genetika
individu, sedangkan faktor lingkungan memberi pengaruh cukup besar
terhadap pembentukkan karakter lingkungan dimana seseorang tumbuh
dan dibesarkan.
Carl Gustav Jung (1875-1961) adalah orang pertama yang
merumuskan tipe kepribadian manusia dengan istilah ekstrovert dan
introvert, serta menggambarkan empat fungsi kepribadian manusia yang
disebut dengan fungsi berpikir, pengindera, intuitif, dan perasa.
Motivasi awal Jung menyelidiki tipologi manusia adalah
keinginannya untuk mengerti dan memahami pandangan Freud tentang
gangguan mental sangat berbeda dari pandangan Adler. Pokok kajian Jung
sangat khas adalah mengenai arkhetipe-arkhetipe tiap kejadian. Dalam
makalah ini, kami membahas tentang stuktur, dinamika kepribadian, tipe
psikologis dan perkembangan kepribadian menurut Jung.

2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah riwayat hidup Carl Gustav Jung?
2. Bagaimanakah struktur kepribadian menurut Jung?
3. Bagaimanakah dinamika kepribadian menurut Jung?
4. Bagaimanakah tipe psikologis menurut Jung?
5. Bagaimanakah perkembangan kepribadian menurut Jung?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu, sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui riwayat hidup Carl Gustav Jung
2. Untuk mengetahui konsep struktur kepribadian menurut Jung.
3. Untuk mengetahui dinamika kepribadian menurut Jung.
4. Untuk mengetahui tipe psikologis menurut Jung.
5. Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan kepribadian menurut
Jung

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup Carl Gustav Jung
Carl Gustav Jung lahir pada 26 Juli 1875 di Kesswil, kota kecil
dekat Danau Constance, Swiss. Carl Gustav Jung adalah anak dari
pasangan pendeta di Gereja Reformasi Swiss, Johann Paul Jung dan
Emillie Preiswerk Jung, putri seorang teolog. Keluarga ibu Jung
mempunyai tradisi spiritualisme dan mistisisme, dan kakeknya dari garis
ibu, Samuel Preiswerk adalah penganut okultisme dan sering berbicara
dengan roh orang mati.
Orang tua Jung memiliki tiga anak, seorang anak laki-laki sebelum
Carl namun hanya hidup selama 3 hari, dan seorang putri yang lebih muda
sembilan tahun daripada Carl. Karena itu, kehidupan awal yang dimiliki
Jung adalah seorang anak tunggal.
Carl Gustav Jung adalah seorang psikolog yang berasal dari Swiss,
ia yang merintis dan mengembangkan konsep psikologi analitik atau
psikoanalisis.1 Jung merupakan orang pertama yang merumuskan tipe
kepribadian manusia dengan istilah ekstrovert dan introvert, serta
menggambarkan empat fungsi kepribadian manusia yang disebut dengan
fungsi berpikir, pengindera, intuitif, dan perasa.
B. Struktur Kepribadian Menurut Jung
Jung mengembangkan konsep psikologi yang sangat berpengaruh
hingga saat ini, yakni yang paling kontroversial adalah psikoanalisis. 2
Psikoanalisis adalah teori yang menegaskan bahwa seluruh aspek
kepribadian individu mengalami perkembangan yang holistik.3
Sederhananya, kepribadian setiap orang sejatinya mengalami proses
evolusi.
Jung melandasi teorinya pada gagasan bahwa terdapat dua level
dalam psyche. Yang dimaksud dengan psyche ialah totalitas segala
1
Gerhard Wehr. 1987. Jung: A Biography. (Boston/Shaftesbury, Dorset: Shamb), Hlm. 1-
5.
2
Donati, M. (2004). Beyond synchronicity: the worldview of Carl Gustav Jung and
Wolfgang Pauli. Journal of Analytical Psychology, 49(5), 707-728.
3
Sarlito Sarwono. 2002. Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi.
(Jakarta: Bulan Bintang), Hlm. 29-35

4
peristiwa psikis baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Namun,
tidak seperti Freud, Jung menegaskan bahwa kebanyakan porsi terpenting
alam bahwa sadar bermuara bukan dari pengalaman-pengalaman pribadi
individual namun dari eksistensi manusia yang jauh di masa lalu, sebuah
konsep yang disebut Jung sebagai alam bawah sadar kolektif. Jadi bagi
Jung, alam bawah sadar dan alam bawah sadar personal tidak begitu
diprioritaskan. Menurut Jung, jiwa manusia terdiri dari dua alam, yaitu
alam sadar (kesadaran) dan alam tidak sadar (ketidaksadaran)
Fungsi keduanya adalah penyesuaian. Alam sadar sebagai
penyesuaian terhadap dunia luar, sedangkan alam tak sadar sebagai
penyesuaian terhadap dunia dalam. Batas antara kedua alam itu tidak tetap,
dapat berubah. Maksudnya, luas daerah kesadaran atau ketidaksadaran itu
dapat bertambah atau berkurang.4 Dalam kenyataannya, daerah kesadaran
itu hanya merupakan sebagian kecil saja dari alam kejiwaan.
Di titik ini, Jung sampai pada kesimpulan bahwa psyche andil
membentuk dan mengubah kepribadian dan kepribadian tercipta melalui
sebuah proses evolusi psyche yang kompleks dan mutual.5Oleh karena itu,
di dalam proses evolusi psyche terdapat beberapa tingkatan. Tingkatan
psyche tersebut diantaranya :
1. Kesadaran
Dimensi keasadaran dari kepribadian ini adalah ego. Ego
adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran, perasaan
sadar manusia. Ego melahirkan perasaan identitas dan kontinuitas
seseorang. Dari segi pandangan sang pribadi ego dipandan berada pada
dimensi kesadaran.6
Dimensi kesadaran manusia mempunyai dua komponen pokok,
yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa, yang masing-masing mempunyai
peranan penting dalam orientasi manusia dalam dunianya. Fungsi jiwa
ialah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tidak berubah
4
Agus Sujanto, Halem Lubis,Taufik Hadi, Psikologi Kepribadian (Jakarta : PT Bumi
Aksara,2004) hlm,67-71
5
Sarlito Sarwono, … Op.Cit, Hlm. 29
6
Syamsu Yusuf dan Achmad Juntika Nurihsan.. Teori Kepribadian,( Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 74 - 75

5
dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan empat fungsi
jiwa yang pokok yaitu pikiran, perasaan, pendriaan, dan intuisi. Pikiran
dan perasaan adalah fungsi jiwa yang rasional. Adapun perasaan
menilai atas dasar menyenangkan dan tidak menyenangkan. Kedua
fungsi jiwa yang irrasional yaitu pendriaan dan intuisi tidak
memberikan penilaian, melainkan hanya semata-mata pengamatan,
pendriaan mendapatkan pengamatan dengan sadar melalui indra.
Adapun intuisi mendapat pengamatan secara tidak sadar melalui
naluri.7
2. Ketidakksadaran Pribadi
Ketidaksadaran pribadi berisi kompleks (konstelasi) perasaan,
pikiran, perspepsi, ingatan yang terdapat dalam ketidaksadaran pribadi.
Kompleks memiliki inti yang bertindak seperti magnet menarik
berbagai pengalaman ke arahnya. Sebagai contoh, misalnya kompleks
bapak. Intinya sebagian berasal dari pengalaman ras dengan bapak dan
sebagian lain berasal dari pengalaman anak dengan bapaknya. Ide,
perasaan, dan ingatan yang berhubungan dengan bapak ditarik inti
tersebut dan membentuk suatu kompleks bapak. Makin kuat tenaga
yang ke luar dari inti makin banyak pengalaman yang di tarik ke
arahnya. Jadi kepribadian, seseorang yang didominasi bapaknya
dikatakan mempunyai komples bapak yang kuat. Pikiran, perasaan,
dan perbuatannya dituntun oleh konsepsi tentang bapak. Apa yang
dikatakan dan apa yang dirasakan bapak akan sangat bermakna bagi
orang tersebut, dan gambarannya tentang bapak akan menguasai
pikirannya.8
3. Ketaksadaran Kolektif
Kesadaran kolektif atau transpersonal adalah gudang bekas
ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur
seseorang.Kesadaran kolektif adalah sisa psikis perkembangan evolusi
manusia yang menumpuk akibat dari pengalaman yang berulang
selama banyak generasi. Kesadaran kolektif hampir sepenuhnya
7
Syamsu Yusuf . . . Ibid. hlm. 75
8
Syamsu Yusuf . . . Ibid. Hlm. 80

6
terlepas dari segala segi peribadi dalam kehidupan seseorang dan
nampaknya bersifat universal. Semua manusia kurang lebih memiliki
ketidaksadaran kolektif yang sama. Jung menghubungkan sifat
universal ketidaksadaran kolektif itu dengan kesamaan struktur otak
pada semua ras manusia. Kesamaan struktur otak manusia ini
disebabkan oleh evolusi umum.9
4. Arketipe
Isi dari alam bawah sadar kolektif disebut Archetype (arketipe).
Jung juga menyebutnya dengan dominan, imago, bayangan-bayangan,
mitologis atau primodial, dan sebagainya. Arketipe merupakan ingatan
ras akan suatu bentuk pikiran universal yang diturunkan dari generasi
ke generasi. Empat arketipe yang penting dalam membentuk
kepribadian seseorang adalah:
a. Persona
Persona ialah topeng ego, citra/sisi kepribadian yang ingin
ditunjukkan manusia yang kepada dunia luar. Persona yang kita
bermacam-macam sesuai peran yang kita miliki. Konsep Jung
mengenai persona mungkin sudah berakar dari pengalaman dengan
pribadi No.1 dirinya, yang harus membuat sejumlah akomodasi
bagi dunia luar. Namun, kebanyakan orang mengembangkan
persona dengan menghilangkan bagian-bagian kepribadian yang
lebih dalam.10
b. Shadow
Merupakan arketipe yang terdiri dari insting-insting
binatang yang diwarisi manusia dalam evolusinya dari bentuk-
bentuk kehidupan yang lebih rendah kebentuk yang lebih tinggi.
Shadow merupakan isi psikis yang tidak ingin ditampilkan atau
bahkan dihargai oleh seseorang atau individu. Shadow merupakan
bagian dari hidup seseorang namun ia tidak diinginkan untuk
muncul karena dianggap lemah, tidak dapat diterima secara sosial

9
Syamsu Yusuf . . . Ibid. Hlm 80 - 81
10
Jess Feist dan Gregory J. Feist. Theories of Personality. (Jakarta : Salemba Humanika,
2014) hlm. 123

7
atau bahkan cenderung aneh. Manifestasi shadow berakar pada satu
dari dua pengalaman besar seseorang (1) melihat dirinya sendiri
sebagai yang jelek atau tidak sempurna. Ini disebabkan mungkin
karena terlalu sering atau berulang kali dicemooh oleh orang lain
bahwa dirinya tidak berguna, hingga kemudian ia tidak dapat
melihat apa yang baik dalam dirinya, atau (2) bangga atau merasa
dihargai karena karakter negatif yang dimilikinya, misalnya orang
yang suka atau haus akan kekuasaan.
c. Anima dan Animus
Merupakan elemen kepribadian yang secara psikologis
berpengaruh terhadap sifat bisexual manusia. Anima adalah
arketipe sifat kewanitaan/feminine pada laki-laki, sedangkan
Animus adalah arketipe sifat kelelakian/maskulin pada perempuan.
Anima dan animus disebut syzygy. Anima adalah sisi kewanitaan
yang hadir dalam alam bawah sadar kolektif pria. Anima biasanya
dipersonifikasikan sebagai gadis kecil, yang spontan dan sangat
perasa. Anima lebih diasosiasikan dengan kedalaman perasaan dan
kekuatan hidup. Jung percaya anima berakar dari pengalaman-
pengalam laki-laki sebelumnya dengan perempuan – ibu, saudara
perempuan, dan kekasih – yang berpadu membentuk gambaran
umum perempuan. Sedangkan, animus adalah sisi kepribadian
yang hadir dalam alam bawah sadar wanita. Animus
dipersonifikasikan sebagai orang bijak yang cenderung logis,
rasionalistik dan argumentatif. Jung yakin bahwa animus
bertanggung jawab terhadap pola pikir dan opini perempuan sama
seperti anima menghasilkan perasaan dan suasana hati pada laki-
laki.
d. Diri
Arketipe terpenting adalah Diri, kesadaran yang berjuang
untuk memusat, mencapai keutuhan dan memperoleh makna.11
Jung percaya bahwa setiap pribadi memiliki sebuah kecenderungan

11
Jess Feist dan Gregory . . . Ibid. Hlm. 132

8
warisan untuk bergerak menujun pertumbuhan, penyempurnaan,
dan perlengkapan dan Jung menyebut sifat bawaan ini sebagai
arketipe self (diri). Sebagai yang paling komprehensif dari semua
arketipe,self adalah arketienya semua arketipe, karena dialah yang
mendorong semua arketipe lain dan menyatukan mereka di dalam
proses realitas-diri (self realization). Self tidak mudah untuk
dijelaskan atau digambarkan. Kata yang singkat yang dapat
menjelaskan self adalah kepribadian total (total personality) baik
kesadaran maupun bawah sadar. Self adalah pusat dari kepribadian.
C. Dinamika Kepribadian Menurut Jung
Gagasan Jung tentang dinamika kepribadian akan membahas
kausalitas dan teleologi, dan tentang progresi dan regresi.
1. Kausalitas dan Teleologi
Kausalitas meyakini bahwa peristiwa-peristiwa masa masa kini
memiliki asal usul di dalam pengalaman-pengalaman masa lalu yang
merupakan asal adanya motivasi. Jung mengkritik pendapat Freud
mengenai sudut pandang kausal dalam penjelasannya mengenai
perilaku orang dewasa berdasarkan pengalaman-pengalaman masa
kanak-kanak awal mereka.12
Motivasi berasal dari masa lalu dan tujuan teleologis.
Kausalitas berisi keyakinan bahwa peristiwa masa kini memiliki asal
usul pengalaman sebelumnya. Freud sangat meyakini dan berpegang
pada kausalitas, namun Jung tidak sependapat pada Freud, karena Jung
berpendapat bahwa teleologis juga mengambil tempat dalam
mempengaruhi motivasi. Teleologis berisi keyakinan bahwa peristiwa
masa kini dimotivasikan oleh tujuan dan aspirasi kedepan yang
mengarahkan tujuan seseorang.
Jung mempunyai pandangan yang sama terhadap mimpi yang
berasal dari pengalaman masa lalu. Namun Jung juga menambahkan
bahwa mimpi dapat membantu orang dalam menentukan masa depan
seseorang.

12
Jess Feist dan Gregory . . . Ibid. Hlm. 135 -136

9
2. Progresi dan Regresi
Progresi adalah proses adaptasi manusia terhadap dunia batin
mereka dan dunia luar mereka yang melibatkan aliran maju energi
psikis untuk mencapai realisasi diri. Sedangkan, Regresi adalah proses
adaptasi dengan dunia batin yang mengandalkan arus mundur energi
psikis. Kedua istilah tersebut sangat esensial jika manusia ingin
mencapai pertumbuhan individual atau “realisasi diri”. Jika, progesi
dan regresi dipadukan, dikerjakan bersama-sama, seimbang satu sama
lain, maka proses perkembangan pribadi yang sehat akan tercapai.13
D. Tipe Psikologis Menurut Jung
Carl Gustav Jung dalam psikoanalisis membagi tipe psikologis
menjadi berikut :
1. Sikap
Menurut Jung, sikap adalah kecenderungan untuk beraksi
bahkan kearah yang khas. Setiap orang memiliki kecenderungan untuk
bersikap kearah introversi sekaligus ekstraversi. Kedua sikap tersebut
mendukung terbentuknya hubungan yang kompensatoris satu sama
lain, hubungan ini dapat digambarkan sebagai Yin dan Yang.14
a. Introversi
Menurut Jung, introversi adalah membalikkan energi psikis
ke dalam sebuah orientasi terhadap subjektivitas. Orang-orang
introver selalu mendengarkan dunia batin mereka dengan semua
bias, fantasi, mimpi, dan persepsi yang teridividualisasikan. Orang-
orang ini tetap bersentuhan dengan dunia eksternal, tetapi mereka
melakukannya dengan selektif dan didasarkan kepada pandangan
subjek mereka.
Orang dengan tipe ini akan menikmati kesendiriannya dan
akan mencurahkan perhatiannya terhadap hal-hal yang sifatnya
subyektif. Dan oleh karenanya ia akan tampak lebih bisa mandiri
dalam melakukan penilaian 15

13
Jess Feist dan Gregory . . . Ibid. Hlm. 136
14
Jess Feist dan Gregory . . . Ibid. Hlm. 137
15
Jess Feist dan Gregory . . . Ibid. Hlm. 137

10
b. Ekstroversi
Ekstarversi adalah sikap yang mengarahkan energi psikis
keluar sehingga sesorang dioreintasikan menuju sesuatu yang
objektif dan menjauh dari subjektif. Seorang ekstraver akan
menaruh perhatian lebih pada dunia di luar dirinya orang, kejadian
dan benda atau barang lain, dan akan dapat dengan mudah menjalin
hubungan dengan mereka. Orang tipe ini akan memiliki
kecenderungan untuk superficial, siap untuk menerima dan
mengadopsi conventional standard, tergantung dalam usaha untuk
memberikan kesan yang baik.16
Jung berpendapat bahwa antara sikap jiwa ekstrovert dan
introvert itu terdapat hubungan yang kompensatoris. Dengan
mendasarkan pada komponen pokok dari kesadaran itu sampailah
jung pada komponen pokok dari kesadaran itu sampailah jung pada
pembagian tipe ektravers dan empat tipe introvers. Dalam
membuat pencandraan mengenai tipe kepribadian tersebut, selalu
dikupasnya juga kehidupan alam tak sadar yang merupakan realitas
yang sama pentingnya dengan kehidupan alam sadar. Kehidupan
alam tak sadar itu berlawanan dengan kehidupan alam sadar. Jadi
orang yang kesadarannya bertipe pemikir maka ketidaksadarannya
adalah perasa. Orang yang kesadarannya ekstravers,
ketidaksadarannya bersifat intravers.
Orang yang ekstravert terutama dipengaruhi oleh dunia
obyektif, yaitu dunia diluar dirinya. Orientasinya terutama tertuju
keluar : pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya terutama
ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun
lingkungan non sosial. Di bersikap positif terhadap masyarakat :
hatinya terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain
lancar. Bahaya bagi type ekstavert ini ialah apabila ikatan kepada
dunia luar itu terlampau kuat, sehingga ia tenggelam di dalam

16
Jess Feist dan Gregory . . . Ibid. Hlm. 138

11
dunia obyektif, kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia
subyektifnya sendiri.
Orang yang introvert terutama dipengaruhi oleh dunia
subyektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya
terutama tertuju kedalam pikiran, perasaan, serta tindakan-
tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektif.
Penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik; jiwanya tertutup,
sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat
menarik hati orang lain. Penyesuaian dengan hatinya sendiri baik.
Bahaya bagi type introvert ini ialah kalau jarak dengan dunia
obyektif terlalu jauh, sehingga orang lepas dari dunia
obyektifnya.17
2. Fungsi
Baik introversi maupun ekstroversi dapat berkombinasi dengan
satu atau lebih dari empat fungsi psikologis sehingga membentuk
delapan orientasi tindakan yang paling mungkin, atau tipe-tipe. Empat
fungsi ini – mengidera, berpikir, merasa, dan mengintuisi – dapat
didefinikan sebagai berikut: mengidera memberitahu manusia sesuatu
itu eksis; berpikir memampukan mereka menyadari maknanya;
perasaan memberi tahu mereka nilai atau harganya; dan intuisi
membuat mereka tahu sesuatu tanpa tahu bagaimana mereka bisa
mengetahuinya
a. Thinking (berpikir)
Aktivitas intelektual logis yang menghasilkan rantai ide-ide
disebut berpikir. Tipe berpikir bisa bersifat ekstrover atau introver,
tergantung sifat dasar seseorang. Orang-orang yang berpikir secara
ekstrover sangat mengandalkan pikiran-pikiran konkret namun,
mereka bisa juga menggunakan ide-ide abstrak jika ide-ide ini
dipancarkan kepada mereka dari luar, contohnya dari orangtua atau
guru. Orang-orang yang berpikir secara introver bereaksi terhadap
srimuli eksternal namun, interpretasi mereka mengenai suatu

17
Agus Sujanto, . . . Op.Cit. Hlm,67-71

12
peristiwa lebih diwarnai oleh makna internal yang mereka berikan
kepada stimukli tersebut daripada oleh fakta-fakta objektif itu
sendiri.
b. Feeling (merasa)
Perasaan adalah pengevaluasian setiap aktivitas sadar,
bahkan terhadap hal-hal yang dinilai sebagai sesuatu yang tidak
begitu disukai. Perasaan berfungsi sebagai evaluasi, menerima atau
menolak ide dan objek berdasarkan apakah mereka itu
membangkitkan perasaan positif atau negatif, memberi
pengalaman subjektif. Orang yang merasa secara ekstrover
menggunakan data objektif untuk melakukan evaluasi. Orang yang
merasa secara introver melandaskan penetapan nilai utamanya
pada persepsi subjektif lebih daripada fakta objektif.
c. Sensing (mengindera)
Fungsi menerima stimuli fisik dan mentrasmisikannya ke
alam sadar perseptual disebut sensasi/pengindraan (sensation).
Pengindraan melibatkan operasi dari indra seperti melihat,
mendengar, meraba, menjilat, membau, serta merespon rangsang
dari dalam tubuh sendiri. Mereka yang mengindra secara ekstrover
memahami stimuli eksternal secara objektif, kebanyakan sama
dengan stimuli yang eksis dalam realitas. Mereka yang mengindra
secara introver sebagain besar terpengaruh oleh sensasi-sensasi
subjektif penglihatan, bunti, citarasa, sentuhan, dan sebagainya.
d. Intuiting (mengintuisi)
Intusi melibatkan persepsi yang melampaui kerja
kesadaran. Seperti pengindraan, dia dilandaskan kepada persepsi
mengenai fakta-fakta dasar absolut, yaitu serangkaian fakta yang
menyediakan materi kasar bagi pikiran dan perasaan. Mengituisi
berbeda dari merasa karena lebih kreatif, bahkan sering kali
menambahkan atau menyarikan elemen-elemen dari pengindraan
alam sadar. Orang-orang yang mengintuisi secara ekstrover
diorientasikan ke arah fakta-fakta di dunia eksternal. Daripada

13
mengidrai fakta ini sepenuhnya, mereka hanya memahami secara
subliminal. Karena stimuli pengindraan yang kuat ikut campur
tangan dengan intuisi, maka orang-orang yang intuitif menekan
banyak pengindraan mereka dan dituntun oleh tebakan dan terkaan
yang berbalikan dengan data indera. Orang-orang yang mengintuisi
secara introver dituntun oleh persepsi bawah sadar fakta-fakta
yang pada dasarnya subjektif dan memiliki sedikit saja kemiripan
dengan realitas eksternal atau tidak sama sekali.
Jung membedakan empat fungsi pokok, yang dua rasional,
yaitu pikiran dan perasaan, sedangkan yang dua lagi irasional
bekerja dengan penilaian : pikiran meniliai atas dasar benar dan
salah, sedangkan perasaan menilai atas dasar menyenagkan dan tak
menyenangkan. Kedua fungsi yang irrasional dalam berfungsinya
tidak memberikan penilaian, melainkan hanya semata-mata
mendapat pengamatan: pendirian mendapatkan pengamatan dengan
sadar indriah, sedang intuisi mendapatkan pengamatan secara tak
sadar naluriah.
Fungsi-fungsi jiwa menurut Jung :

Fungsi Jiwa Sifatnya Cara Bekerjanya

Pikiran Rasional Dengan penilaian: benar-salah

Perasaan Rasional Dengan penilaian: senang-tak senang

Pendirian Irrasional Tanpa penilaian: sadar indriah

Intuisi Irrasional Tanpa penilaian: sadar naluriah

Pada dasarnya tiap manusia memiliki keempat fungsi itu,


akan tetapi biasanya hanya salah satu fungsi saja yang paling
berkembang (dominant). Fungsi yang paling berkembang itu
merupakan fungsi superior dan menentukan type orangnya; jadi
ada type pemikir, type perasa, type pendria dan type intuitif.18
E. Perkembangan Kepribadian Menurut Jung

18
Agus Sujanto, . . . Op.Cit. Hlm,67-71

14
Jung tidak berbicara mengenai perkembangan kepribadian dalam
cara seperti yang dilakukan kebanyakan ahli kepribadian. Dia berbicara
perkembagan umat dan manusia menuju ke taraf yang lebih sempurna.
Dirinya yakin bahwa manusia selalu maju atau mengejar kemauan, dari
taraf perkembangan yang kurang sempurna ke taraf yang lebih sempurna
dan menuju taraf diferensiasi yang lebih tinggi. Tujuan perkembangan
manusia itu adalah aktualisasi diri. Yang berarti diferensiasi sempurna dan
saling hubungan yang selaras seluruh aspek kepribadian manusia. Ini
berarti psyche, memiliki pusat baru yaitu diri yang menggantikan aku.19
Dalam perkembangan kepribadian, terjadi energi psikis yang
dipindahkan, artinya dapat ditransfer dari satu aspek atau sistem ke aspek
atau sistem lain. Transfer energi psikis ini berlangsung atas dasar prinsip
pokok dinamika yaitu sublimasi yaitu transfer dari psoses yang lebih
primitif, instinkif, dan rendah diferensiasinya (aktualisasinya) ke proses
yang bersifat kultural, spiritual, dan tinggi diferensiasnya.
Jung berpendapat bahwa kepribadian itu mempunyai kecerdasan
untuk berkembang ke arah suatu kebulatan yang stabil. Perkembangan
kepribadian ini adalah pembeberan kebulatan asli (realisasi atau penemuan
diri) yang semula tidak pnuya diferensiasi dan tujuan. Supaya tujuan
perkembangan ini dapat tercapai, maka semua aspek kepribadian harus
mengalami diferensiasi dan berkembang sepenuhnya.20
Untuk mencapai kepribadian yang integral serta sehat, maka setiap
sistem atau aspek kepribadian itu harus mencapai tahap diferensiasi dan
berkembang sepenuhnya. Proses diferensiasi dan berkembang secara
penuh ini disebut proses pembentukan diri atau penemuan diri. Jung
mnyebutkan proses pembentukan diri ini sebagai proses individuasi.21
Jung meyakini bahwa kepribadian berkembang lewat serangkaian
tahapan yang memuncak pada individualisasi atau realisasi diri. Jung
mengelompokkan tahap hidup menjadi empat bagian yaitu sebagai berikut.
1. Masa Kanak-kanak

19
Syamsu Yusuf . . . Op.Cit. Hlm 89
20
Syamsu Yusuf . . . Ibid. Hlm 91
21
Syamsu Yusuf . . . Ibid. Hlm 92

15
Masa kanak-kanak oleh Jung dibagi menjadi tiga bagian yaitu
anarkis, monarkis, dan dualistis. Fase anarkis dicirikan oleh kesadaran
yang khas dan sporadis. Pengalaman masa anarkis kadang memasuki
kesadaran sebagai imaji-imaji primitif, tidak sanggup diverbalkan
secara akurat.
Fase monarkis dicirikan oleh perkembangan ego dan
permulaan pemikiran logis dan verbal. Selama waktu ini anak-anak
mulai melihat diri mereka secara objektif dan sering menyebut dirinya
dengan kata ganti orang ketiga. Sedangkan pada masa dualistis, anak-
anak mulai menyebut diri mereka dengan kata ganti orang pertama dan
menyadari eksistensi mereka sebagai individu yang berbeda.
2. Masa Muda
Periode dari masa pubertas ke paruh baya disebut masa muda.
Anak muda berjuang meraih kemandirian psikis dan fisik dari orang
tua mereka, menemukan belahan jiwanya, membentuk keluarga, dan
merebut sebuah tempat di panggung dunia ini.
Menurut Jung, masa muda seharusnya merupakan sebuah
periode peningkatan aktivitas, kematangan seksualitas, tumbuhnya
pemahaman dan kesadaran bahwa era kanak-kanak yang bebas dari
masalah tidak akan kembali lagi. Kesulitan utama yang dihadapi di
masa ini ialah menaklukkan kecenderungan alamiah untuk
mengandalkan kesadaran sempit masa kanak-kanak agar terhindar dari
masalah-masalah yang terus mengganggu seumur hidup.
3. Masa Paruh Baya
Jung berpendapat, usia paruh baya ialah 35 hingga 40 tahun.
Meskipun di usia ini dapat menghadapkan orang-orang paruh baya
kepada peningkatan kecemasan, namun hidup paruh baya juga menjadi
periode potensial yang menakjubkan. Jika orang-orang paruh baya
mempertahankan nilai-nilai sosial dan moral dari hidup mereka
sebelumnya, maka mereka menjadi sangat kolot dan fanatik dalam
upayanya mempertahankan daya fisik dan ketangkasan mereka. Ketika
menemukan bahwa ideal mereka mulai bergeser, mereka bisa berjuang

16
dengan penuh rasa putus asa untuk mempertahankan daya tarik fisik
dan ketangkasan mereka.
4. Usia Senja
Seiring dengan senja kehidupan yang semakin mendekat,
manusia mengalami penyusutan kesadaran. Jika di kehidupan
sebelumnya manusia takut pada kehidupan, maka di masa ini dan
selanjutnya mereka takut pada kematian. Menurut jung pada usia tua
sama seperti anak-anak;pada kedua tahap itu fungsi jiwasebagian besar
bekerja di taksadar.22

BAB III
PENUTUP

22
https://roinalrois.blogspot.com/2014/04/psikoanalisis-carl-gustav-jung.html

17
A. KESIMPULAN
Carl Gustav Jung adalah seorang psikolog yang berasal dari Swiss,
ia yang merintis dan mengembangkan konsep psikologi analitik atau
psikoanalisis. Jung merupakan orang pertama yang merumuskan tipe
kepribadian manusia dengan istilah ekstrovert dan introvert, serta
menggambarkan empat fungsi kepribadian manusia yang disebut dengan
fungsi berpikir, pengindera, intuitif, dan perasa.
Jung melandasi teorinya pada gagasan bahwa terdapat dua level
dalam psyche, yaitu alam sadar (kesadaran) dan alam tidak sadar
(ketidaksadaran). Di titik ini, Jung sampai pada kesimpulan bahwa psyche
andil membentuk dan mengubah kepribadian dan kepribadian tercipta
melalui sebuah proses evolusi psyche yang kompleks dan mutual.
Gagasan Jung tentang dinamika kepribadian akan membahas
kausalitas dan teleologi, dan tentang progresi dan regresi. Jung
mempunyai pandangan yang sama terhadap mimpi yang berasal dari
pengalaman masa lalu.
Carl Gustav Jung dalam psikoanalisis membagi tipe psikologis
menjadi sikap ektrovert dan introvert. Baik introversi maupun ekstroversi
dapat berkombinasi dengan satu atau lebih dari empat fungsi psikologis
sehingga membentuk delapan orientasi tindakan yang paling mungkin,
atau tipe-tipe. Empat fungsi ini – mengidera, berpikir, merasa, dan
mengintuisi – dapat didefinikan sebagai berikut: mengidera memberitahu
manusia sesuatu itu eksis; berpikir memampukan mereka menyadari
maknanya; perasaan memberi tahu mereka nilai atau harganya; dan intuisi
membuat mereka tahu sesuatu tanpa tahu bagaimana mereka bisa
mengetahuinya
Jung mengelompokkan tahap hidup menjadi empat bagian yaitu
masa kanak-kanak, masa muda, masa paruh baya dan masa usia senja.

DAFTAR PUSTAKA

18
Jess Feist dan Gregory J. Feist. Theories of Personality. Jakarta : Salemba
Humanika. 2014.
M. Donati. Beyond synchronicity: the worldview of Carl Gustav Jung and
Wolfgang Pauli. Journal of Analytical Psychology, 49(5), 2004.
Sarwono, Sarlito. Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi.
Jakarta: Bulan Bintang. 2002.
Sujanto, .Agus Halem Lubis,Taufik Hadi, Psikologi Kepribadian Jakarta : PT
Bumi Aksara. 2004.
Wehr., Gerhard. Jung: A Biography. (Boston/Shaftesbury, Dorset: Shamb. 1987
Yusuf, Syamsu dan Achmad Juntika Nurihsan.. Teori Kepribadian. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya. 2007.
https://roinalrois.blogspot.com/2014/04/psikoanalisis-carl-gustav-jung.html

19

Anda mungkin juga menyukai