Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Teori Psikoanalitik ( Carl Gustav Jung )


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Psikologi Kepribadian
Dosen Pengampu : Oktariani, S.Psi, M.Psi

Disusun Oleh :
1. Windi Yusnani ( 2251000001)
2. Mutiara Maulida ( 2251000004)
3. Dyo Prastia ( 2251000005)
4. Dinda Amanda ( 2251000006)
5. Naya Al Farizky ( 2251000010)
6. Abdul Azis Pangestu ( 2251000019)
7. Yudha Febriansyah ( 2251000045)

KELAS PAGI-A
FAKULTAS PSIKOLOGI
PRODI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS POTENSI UTAMA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori
Psikoanalitik” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Dosen pengampu Ibu Oktariani, S.Psi, M.Psi pada mata kuliah Psikologi Kepribadian. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Teori Psikoanalitik”
bagi para pembaca dan pendengar.
Kami mengucapkan terimakasih kepada selaku dosen pengampu Ibu Oktariani, S.Psi,
M.Psi dalam mata kuliah Psikologi Kepribadian yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Kami menyadari, makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Medan, April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Masalah............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3
A. Struktur Kepribadian .................................................................................................................... 3
B. Dinamika Kepribadian ........................................................................................................ 7
C. Tahap Perkembangan ......................................................................................................... 7
D. Tipologi Psikologi .............................................................................................................. 8
E. Metode Investigasi .............................................................................................................. 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 12
A. Kesimpulan .................................................................................................................................. 12
B. Saran ............................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teori Psikoanalisis. Sebagai salah satu orang yang mempelajari
Psikoanalisis Freud, Jung kemudian keluar dan mengembangkan teori sendiri yang disebut
dengan Psikologi analitik. Teori Jung dibedakan dengan teori psikoanalisa Freud pada
penekanannya yang lebih kuat pada tujuan tingkah laku (teleologi). Garis besar dari teori
Jung adalah bahwa kepribadian seseorang terdiri atas dua alam yaitu alam kesadaran dan
alam ketidaksadaran. Kepribadian sangat dipengaruhi oleh alam ketidaksadaran. Menurut
Jung ketidaksadaran dibagi menjadi dua yaitu ketidaksadaran pribadi (personal
unconsciousness) dan ketidaksadaran kolektif (collective unconsciousness).
Isi ketidaksadaran pribadi diperoleh melalui hal-hal yang diperoleh individu selama
hidupnya sedangkan isi dari ketidaksadaran kolektif diperoleh selama pertumbuhan jiwa
keseluruhannya, seluruh jiwa manusia melalui sensasi. Ketidaksadaran kolektif ini
merupakan warisan kejiwaan yang besar dari perkembangan kemanusiaan yang terlahir
kembali dalam struktur tiap individu (Budiningsih 2002:14).
Selain pendapat tersebut, Suryabrata (2002:156-157) mengatakan bahwa Jung berbicara
tentang psyche (kepribadian). Adapun yang dimaksud psyche adalah totalitas segala peristiwa
psikis baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Kepribadian seseorang menurut Jung
dapat dilihat secara prospektif dan retrospektif. Pandangan prospektif adalah melihat
kepribadian itu ke masa depan ke arah garis perkembangan sang pribadi di masa depan.
Pandangan retrospektif adalah memperhatikan masa lampau sang pribadi. Menurut Jung,
dalam hidup setiap manusia selalu ada perkembangan yang konstan dan seringkali kreatif
sehingga memicu pribadi untuk melakukan pencarian ke arah yang lebih sempurna serta
kerinduan untuk lahir kembali.
Teori psikologi analisis Jung disebutkan bahwa kepribadian seseorang itu dibagi dalam
tiga tingkat kesadaran yaitu kesadaran dan ego (consciousness and ego), tak sadar pribadi dan
kompleks (personal unconscious and complexes), serta tak sadar kolektif dan arkhetipe
(collective unconscious and arkhetipe). Dari ketiga kepribadian sesuai dengan tingkat
kesadaran tersebut memiliki sikap serta fungsi yang beroperasi dalam tingkat kesadaran yang
memiliki kadar dominannya masing-masing yang pada akhirnya dapat membentuk sebuah
self yang merupakan pusat dari seluruh kepribadian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Struktur Kepribadian Menurut Carl Gustav Jung?
2. Bagaimana Dinamika Kepribadian Menurut Carl Gustav Jung?
3. Bagaimana Tahap Perkembangan Kepribadian Menurut Carl Gustav Jung?
4. Apa saja Tipologi Psikologi Kepribadian Menurut Carl Gustav Jung?
5. Bagaimana Metode Investigasi Menurut Carl Gustav Jung?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Struktur Kepribadian Menurut Carl Gustav Jung
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Dinamika Kepribadian Menurut Carl Gustav Jung
1
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Tahap Perkembangan Kepribadian Menurut Carl Gustav
Jung
4. Untuk Mengetahui Jenis Tipologi Kepribadian Menurut Carl Gustav Jung
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Metode Investigasi Menurut Carl Gustav Jung

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur Kepribadian
Seperti Freud, Jung juga mendasarkan teori kepribadiannya pada asumsi bahwa pikiran
mempunyai level kesadaran dan ketidaksadaran. Namun tidak seperti Freud, Jung sangat
menekankan bahwa bagian yang paling penting dari labirin ketidaksadaran seseorang bukan
berasal dari pengalaman personal, melainkan dari keberadaan manusia di masalalu. Konsep
ini yang disebut Jung sebagai ketidaksadaran kolektif. Point penting dari teori Jung adalah
ketidaksadaran personal.
1. Alam Sadar
Menurut Jung, bayangan mengenai alam sadar (consius) merupakan hal yang dapat
dirasakan oleh ego, sementara elemen ketidaksadaran tidak ada kaitannya dengan ego.
Keyakinan Jung mengenai ego lebih ketat dari pada pandangan Freud. Jung melihat ego
sebagai pusar dari kesadaran, tetapi bukan merupakan inti (core) dari kesadaran itu sendiri.
Ego bukan keseluruhan dari kepribadian dan harus dipenuhi dengan diri (self). Diri inilah
yang merupakan pusat dari kepribadian yang kebanyakan diantaranya berupa ketidaksadaran.
Pada orang yang sehat secara psikologis, ego merupakan aspek kedua dari ketidaksadaran
diri. Jadi, kesadaran memainkan peranan yang relative kecil dalam psikologi analitis.
Individu yang sehat adalah individu yang dapat berhubungan dengan dunia kesadarannya dan
dapat mengalami ketidaksadaran diri kemungkinan mencapai individuasi.

2. Alam Bawah Sadar Personal

Alam bawah sadar personal mencakup sebuah pengalaman yang terlupakan, ditekan, atau
dipersepsikan secara sublimasi pada seseorang. Alam bawah sadar personal tersebut
mengandung ingatan dan impuls masa silam, kejadian yang terlupakan, serta bagian
pengalaman yang disimpan dalam alam bawah sadar. Alam bawah sadar personal kita
dibentuk oleh pengalaman individual. Dengan demikian, hal tersebut akan menjadi sangat
unik bagi kia. Gambaran alam bawah sadar personal ada yang dapat diingat secara mudah
atau sulit, namun ada juga beberapa bagianyang jauh dari jangkauan kesadaran manusia.
Konsep Jung ini sedikit berbeda dengan pandangan Freud mengenai ketidaksadaran dan
kombinasi bawah sadar.
Isi alam bawah sadar personal ini disebut dnegan Kompleks. Sebuah kompleks
merupakan akumulasi dari kumpulan gagasan yang dilawan oleh perasaan. Kompleks secara
umum dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang personal. Namun kompleks dapat pula
diturunkan dari pengalaman kolektif seseorang.
3. Alam Bawah Sadar Kolektif
Berdasarkan konsep Jung isi fisik yang menyertai kesadaran kolektif diturunkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya sebagai sebuah kondisi psikis yang potensial. Orang berada
dalam suatu kondisi dan waktu yang dipengaruhi oleh pengalaman primordial primitif nenek
moyangnya (Jung, 1937/1959). Dengan demikian, isi dari alam bawah sadar kolektif adalah
kurang lebih sama pada seluruh budaya di dunia ini (Jung, 1934/1959).

3
Alam bawah sadar kolektif tidak merujuk pada ide yang diturunkan, tetapi lebih kepada
kecenderungan kuat manusia untuk bereaksi dengan cara tertentu pada saat pengalaman
mereka menstimulasikan kecenderungan turunan secara biologis. Manusia, seperti halnya
hewan, datang ke dunia ini dengan sifat turunan yang telah ditentukan sebelumnya untuk
dapat bereaksi dan bereaksi dengan cara tertentu jika pengalamannya menyentuh sisi
biologisnya. Jung mengatakan bahwa ketidaksadaran kolektif pria yang mengandung impresi-
impresi biologis pada seorang wanita kemudian berperan ketika pria melihat wanita yang
dicintainya.

Jung mengatakan bahwa manusia mempunyai kecenderungan yang diturunkan dan


jumlahnya sama dengan situasi tipikal dalam kehidupan manusia. Pengulangan situasi tipikal
yang jumlahnya tidak terhingga akan menjadikannya sebagai bagian dari konstitusi biologis
manusia.

4. Arketipe-Arketipe

Arketipe adalah imaji-imaji masa lalu bahkan arkais yang berasal dari alam bawah sadar
kolektif.Arketipe sifatnya lebih umum dan berasal dari kandungan alam bawah sadar
kolektif.Arketipe harus dibedakan dari insting. Jung(1948/1960) mendefinisikan insting
sebagai impuls fisik bawah sadar bagi tindakan,sedangkan dia melihat arketipe sebagai
tandingan insting karena bersifat psikis. Baik arketipe maupun insting bersifat bawah sadar
dan keduanya dapat membantu pembentukan kepribadian.

Arketipe memang memiliki sebuah basis biologis namun dia berakar melalui
pengalaman-pengalaman nenek moyang manusia yang terus diulang-ulang seluruh
keturunannya. Arketipe sendiri tidak dapat direprentasikan secara langsung namun ketika
diaktifkan dia menyatakan diri lewat beberapa mode,utamanya lewat mimpi,fantasi,dan
delusi.. Mimpi adalah sumber utama material arketipe,dan mimpi tertentu menawarkan apa
yang dianggap Jung bukti bagi keberadaan arketipe.Jung percaya bahwa halusinasi pasien-
pasien psikotik juga menawarkan bukti-bukti bagi arketipe universal ini (Blair,2003).

Freud juga percaya bahwa manusia secara kolektif mewarisi kecenderungan-


kecenderungan untuk bertindak .Namun begitu,konsepnya mengenai bawaan filogenetik agak
berbeda dari rumusan Jung.Salah satu bedanya adalah Freud lebih focus kepada alam bawah
sadar personal,dan meletakkan bawaan filogenetik itu hanya jika penjelasan personal ini
gagal-seperti yang kadang-kadang dilakukannya ketika menjelaskan Kompleks Oedipus
(Freud,1933/1964). Sebaliknya,Jung lebih menekankan alam bawah sadar kolektif dan
menggunakan pengalaman-pengalaman personal untuk memperkuat kepribadian total.

Namun perbedaan utama diantara keduanya adalah Jung meletakkan alam bawah sadar
kolektif sebagai daya-daya otonom yang disebutnya arketipe-arketipe,yang masing-masing
memiliki kehidupan dan kepribadiannya sendiri-sendiri.Arketipe yang paling bias dikenal ini
meliputi persona,shadow,anima,animus,great mother,wise old man,hero,dan self.

4
5. Persona
Sisi kepribadian yang ingin ditunjukkan manusia kepada dunia didesain sebagai persona.
Konsep Jung mengenai persona mungkin sudah berakar dari pengalaman dengan pribadi
No.1 dirinya,yang harus membuat sejumlah akomodasibagi dunia luar. Meskipun persona
merupakan sisi yang dibutuhkan oleh kepribadian kita namun,kita tidak boleh
mencampuradukkan wajah public kita dengan self kita sebenarnya. Jika kita
mengidentifikasikan diri terlalu dekat dengan persona,maka kita akan tetap tidak menyadari
individualitas kita,dan terhalang untuk meraih realisasi-diri.

6. Shadow
Shadow,arketipe kegelapan dan represi,mereprentasikan kualitas-kualitas yang tidak ingin
kita akui namun berusaha kita sembunyikan dari orang lain,bahkan dirinya sendiri. Shadow
terdiri konstruktif dan kreatif lain yang takut kita hadapi (Jung,1951/1959). Jung berpendapat
bahwa kita semua harus terus bergumul untuk mengetahui shadow kita,dan bahwa tugas ini
adalah tes pertama bagi keberanian kita.Manusia tidak pernah lepas memahami shadow-nya
akan jatuh didalam kekuasaan kegelapan dan menghasilkan hidup-hidup yang tragis,terus
menerus mengalami “kesialan” yang membuahkan kekalahan dan kepengecutan dalam
dirinya sendiri (Jung,1954/1959).

7. Anima

Seperti Freud,Jung percaya semua manusia secara psikologis bersifat biseksual dan
memiliki sisi maskulin dan feminine. Sisi feminine laki-laki berakar dari alam bawah sadar
kolektif sebagai sebuah arketipe dan terus menerus melawan alam sadar secara
ekstrem.Untuk menguasai proyeksi-proyeksi anima,laki-laki harus menaklukkan penghalang-
penghalang intelektual mereka,turun jauh ke alam sadar dan bergulat dengan sisi feminine
kepribadian mereka.

Jung pertama-tama memasuki animanya sendiri selama perjalanannya melalui psike


bawah sadar segera setelah dia putus dari Freud. Proses meraih pengenalan animanya ini
adalah tes keberanian kedua bagi Jung.Seperti semua laki-laki, Jung juga dapat mengenali
animanya hanya merasa nyaman dengan shadow-nya (Jung,1954/1959)

Jung percaya anima berakar dari pengalaman-pengalaman laki-laki sebelumnya dengan


perempuan-ibu, saudara perempuan, dan kekasih-yang berpadu membentuk gambar umum
perempuan.Anima tidak selalu tampak dalam mimpi sebagai sosok perempuaan,melainkan
bias di presentasikan oleh suatu perasan atau suasana hati (Jung,1945/1953)

8. Animus

Arketipe maskulin pada perempuan disebut animus.Jika anima mereprentasikan suasana


hati dan perasaan yang irasional,maka animus adalah pemikiran dan penalaran simbolis. Di
setiap hubungan perempuan laki-laki, perempuan harus mengambil resiko memproyeksikan

5
pengalaman-pengalaman nenek moyangnya masa laluyang jauh dengan para ayah, saudara
laki-laki, kekasih, dan anak laki-laki yang menjadi laki-laki yang tidak berdosa.

Jung juga yakin bahwa animus bertanggung jawab terhadap pola piker dan opini pada
perempuan sama seperti anima menghasilkan perasaan dan suasana hati pada laki-
laki.Apabila seprang perempuan di dominasi oleh animusya,tak satupu tuntutan logis atau
emosional dapat mengguncangkannya dari keyakinan-keyakinan yang sudah terjalin dalam
dirinya (Jung,1951/1959).

9. Great Mother

Jung (1954/1959c) yakin bahwa pandangan kita mengenai ibu yang penuh kasih kepada
pribadi kita namun sekaligus menakutkan,sebagian besar dibesar-besarkan.Kepuasan besar
yang sering kali tidak dilandasi oleh hubungan personal yang dekat,dijadikan Jung sebagai
bukti bagi arketipe great mother.

10. Wise Old Man

Orang tua yang bijak merupakan sebuah arkeotipe dari kebijaksanaan dan keberartian
yang menyimbolkan pengetahuan manusia akan misteri kehidupan. Di dalam mimpi, arketipe
wise old man muncul dalam bentuk ayah, kakek, guru, filsuf, pembimbing spiritual, dokter,
atau pendeta.

11. Hero

Arketipe pahlawan (hero) direpresentasikan dalam mitologi dan legenda sebagai


seseorang yang sangat kuat, bahkan terkadang merupakan bagian dari Tuhan, yang
memerangi kejahatan dalam bentuk naga, monster, atau iblis. Asal muasal pahlawan bermula
dari masa awal sejarah manusia hingga timbul kesadaran. Ketika mengalahkan seorang
karakter jahat, seorang pahlawan secara simbolis mengatasi masalah ketidaksadaran
pramanusia. Pencapaian dari kesadaran merupakan satu dari sekian asal-usul pencapaian
yang besar dan arketipe mengenai seorang pahlawan yang memenangi pertempuran
merepresentasikan kemenangan dalam mengatasi kegelapan atau masalah (Jung, 1951, 1959).

12. Self

Jung mempercayai bahwa setiap orang memiliki kecenderungan, untuk bergerak menuju
perubahan, kesempurnaan, dan kelengkapan, yang diwarisi. Ia menyebut disposisi bawaan ini
sebagai diri (self). Sebuah arketipe yang paling komprehensif dibandingkan arketipe lainnya.
Diri bersifat menarik arketipe jenis lain dan menyatukan kesemuanya dalam sebuah realisasi
diri. Diri disimbolkan sebagai ide seseorang akan kesempurnaan, keutuhaan, dan
kelengkapan.

Diri meliputi gambaran ketidaksadaran personal dan kolektif. Antara ketidaksadaran dan
diri secara keseluruhan tampak sangat idealistis. Banyak orang dengan ketidaksadaran yang

6
berlimpah dan kekurangan kepribadian “soul sparck”, gagal menyadari kekayaan dan
vitalitas dari ketidaksadaran personal dan terutama ketidaksadaran kolektif mereka. Di lain
pihak, orang-orang dengan kesadaran yang terlalu tinggi kerap kali patologis, dengan satu sisi
kepribadian (Jung, 1951/1959).

Ringkasnya, diri tersdiri atas kesadaran dan ketidaksadaran pikiraan., dan bahwa hal
tersebut menyatukan elemen-elemen yang saling bertentangan dari psike kekuatan pria dan
wanita, kebaikan dan kejahatan, serta gelap dan terang. Elemen-elemen yang saling
bertentangan tersebut kerap kali direpresentasikan dengan sebuah symbol yin dan yang
dimana diri diri disimbolkan dengan mandala. Motif ini berarti kesatuan, totalitas, dan
keteraturan yang merujuk pada realisasi diri.

B. Dinamika Kepribadian
Dibagian dinamika kepribadian ini, kita akan melihat gagasan Jung tentang kausalitas
dan teleology dan tentang progresi dan regresi.

a) Kausalitas, meyakini bahwa peristiwa-peristiwa masa kini , memiliki asal-usul di dalam


pengalaman-pengalaman sebelumnya. Freud sangat meyakini sudut pandang kausal
dalam penjelasannya dalam perilaku orang dewasa berdasarkan pengalaman-pengalaman
sebelumnya. Freud sangat meyakini sudut pandang kausal dalam penjelasannya
mengenai perilaku orang dewasa berdasarkan pengalaman-pengalaman masa kanak-
kanak awal mereka.
b) Teleologi, meyakini bahwa peristiwa-peristiwa masa kini dimotivasikan oleh tujuan dan
aspirasi-aspirasi kedepan yang mengarahkan tujuan seseorang. Adler memegang
pandangan ini , menegaskan bahwa manusia dimotivasikan oleh persepsi-persepsi sadar
dan tidak sadar mengenai tujuan-tujuan akhir fiksional. Penekanan Jung terhadap
keseimbangan bisa dilihat dalam konsepnya tentang mimpi.
c) Progresi dan Regresi, Adaptasi pada dunia luar melibatkan aliran maju energy psikis
yang disebut progresi, sedangkan adaptasi dengan dunia batin mengandalkan arus
mundur energy psikis yang disebut regresi. Keduanya progresi dan regresi sangat
esensial , jika manusia ingin mencapai pertumbuhan individual atau realisasi-diri.
Progresi mencakup seseorang yang bereaksi secara konsisten berdasarkan seperangkat
kondisi lingkungan, sedangkan regresi adalah langkah mundur yang dibutuhkan demi
tercapainya suatu tujuan sampai berhasil.

C. Tahap Perkembangan
Jung menekankan paruh kedua hidup manusia,adalah pada usia 35 atau 40 ketika
seseorang memiliki kesempatan untuk menyatukan beragam aspek kepribadian untuk
mencapai individuasi.

a) Masa Kanak-Kanak, Jung membagi masa ini kedalam tiga sub tahapan : anarkis;
monarkis; dan dualistis.
 Fase anarkis dicirikan oleh kesadaran yang khaos dan sporadis.

7
 Fase monarkis, anak-anak dicirikan oleh perkembangan ego dan oleh permulaan
pemikiran logis dan verbal.
 Fase dualistik , masa kanak-kanak saat ego terbagi menjadi subjektif dan objektif
b) Masa Muda, Periode dari pubertas sampai paruh baya disebut masa muda. Anak muda
berjuang meraih kemandirian psikis dan fisik dari orang tua mereka, menemukan belahan
jiwanya, membentuk keluarga dan merebut sebuah tempat dipanggung dunia ini. Kesulitan
utamma yang dihadapi orang muda adalah menaklukkan kecenderungan alamiah untuk
mengandalkan kesadaran sempit kanak-kanak, agar terhindar dari masalah-masalah yang
terus mengganggu seumur hidup.
c) Paruh Baya, Jung percaya bahwa hidup paruh baya dimulai pada kira-kira usia 35 sampai
40 tahun, seperti ilustrasi matahari yang melewati titik zenith dan mulai bergerak turun ke
cakrawala. Jika orang paruh baya mempertahankan nilai-nilai social dan moral dari hidup
mereka sebelumnya, maka mereka menjadi sangat kolot dan fanatik dalam upayanya
mempertahankan daya tarik fisik dan ketangkasan mereka.
d) Usia Senja, Jung melukiskan bahwa pada masa ini orang akan mengalami penyusutan
kesadaran dan mereka mengalami rasa takut terhadap kematian. Kebanyakan pasien Jung
adalah orang-orang yang paruh baya dan berusia senja, dan banyak dari mereka menderita
kenangan masa lalu, bergantung dengan putus asa kepada tujuan dan gaya hidup masa
sebelumnya, dan berjalan mengikuti gerak hidup tanpa tujuan.

D. Tipologi Psikologi
a) Sikap-Sikap, Jung (1921/1971) mendefenisikan sikap sebagai kecenderungan untuk
beraksi atau bereaksi kearah yang khas. Dia melihat setiap orang memilki sikap yang
terintroversi sekaligus terekstraversi , meskipun yang satu berada di alam sadar sementara
yang lain bawah sadar.
b) Introvert, Menurut Jung, introversi adalah membalikkan energy psikis kedalam sebuah
orientasi terhadap subjektivitas. Orang-orang yang introver selalu mendengarkan dunia
batin mereka dengan semua bias, fantasi, mimpi, dan persepsi yang terindividualisasikan.
c) Ekstrovert, Ekstraversi adalah sikap yang mengarahkan energy psikis keluar sehingga
seseorang diorientasikan menuju sesuatu yang objektif dan menjauh dari yang subjektif.
Orang-orang yang ekstrover lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka dari
pada dunia batin mereka sendiri.
Fungsi-Fungsi :
 Berpikir (thinking), Adalah aktifitas intelektual logis yang menghasilkan rantai ide – ide.
Orang yang ektrover sangat mengandalkan pikiran – pikiran konkret, namun mereka juga
menggunakan ide abstrak jika ide di keluarkan oleh orang lain. Orang yang introvert akan
bereaksi terhadap stimuli eksternal namun interpretasi mengenai suatu peristiwa akan
lebih berwarna oleh makna internal yang mereka berikan pada stimuli tersebut daripada
fakta – fakta objektif itu sendiri.
 Perasaan (feeling), Untuk menggambarkan proses evaluasi suatu idea tau peristiwa.
Orang yang ekstrovert akan menggunakan data objektif untuk melakukan evaluasi.
Mereka akan di tuntun oleh nilai – nilai eksternal dan standar penilaian yang di terima
luas. Mereka akan lebih mudah diterima secara social namun dalam mengikuti standar

8
social yang ada mereka terlihat seperti dibuat – bat atau pura – pura. Orang yang introvert
akan melandaskan penetapan nilai utama pada persepsi subjektif lebih daripada fakta
objektif. Orang ini memiliki suara hati yang terindividualkan, cara bersikap yang diam –
diam, dan sebuah psike yang tidak mudah dipahami. Orang akan menjauhi karena tidak
nyaman.
 Pengindraan (sensing), Adalah fungsi yang menerima stimuli fisik dan mentransmisikan
ke sadar perceptual. Persepsi ini tidak tergantung pada pemikiran logis atau perasaan,
melainkan hadir sebagai fakta dasar yang absolute pada diri setiap orang. Orang yang
ekstrovert akan memahami secara objektif terhadap stimuli eksternal,yang sama dengan
stimuli eksis dalam realitas. Orang yang introvert sebagian besar terpengaruh oleh sensasi
– sensasi subjektif penglihatan, bunyai, citarasa, sentuhan, dan sebagainya. Mereka akan
dituntun oleh interpretasi tentang stimuli indra lebih daripada stimuli itu sendiri.
 Pengintuisian (intituiting), Adalah persepsi yang melampauikerja kesadaran. Intuisi
berbeda dengan merasa karena lebih kreatif bahkan sering kali menmbahkan elemen –
elemen dari pengindraan alam sadar. Orang yang ekstrovert akan berorientasi kea rah fakta
– fakta di dunia eksternal, mereka akan memahami secara subliminal. Orang yang
introvert akan berorientasi oleh persepsi bawah sadar fakta – fakta yang dasarnya subjektif
dan memiliki sedikit kemiripan dengan realitas eksternal.

E. Metode Investigasi
a) Tes Asosiasi Kata, Jung bukanlah orang pertama yang menggunakan tes asosiasi kata,
tetapi ia dianggap telah membantu mengembangkan dan mendefinisikan ulang tes
tersebut. Ide awal penggunaan tes ini adalah untuk mendemonstrasikan validitas
totonomi. Bagaimanapun, kegunaan utama tes ini dalam psikologi jung adalah untuk
membuka feeling-toned complexes.

Seperti yg telah dibahas pada bagian tingkatan psike, kompleks adalah berbagai hal
individualis dan bersifat emosional yang bergabung dan membentuk sekumpulan
gambaran di sekitar pusat inti kepribadian. Beberapa jenis reaksi mengindikasikan bahwa
kata-kata yang menstimulus dapat menyentuh kompleks.
Respons kritis meiputi pernafasan yanga terbatas, perubahan dalam konduktivitas listrik
kulit, reaksi penundaaa, beragam respons, pengabaian intrusksi, dan ketidakkonsistenan
anatar hasil tes dan pengulangan tes. Respons signifikan lainnya meliputi pipi yang
bersemu mersh, gagap, tertawa, batuk, menghela nafas, mendehem, menangis, gerakan
badan yang berlebihan, dan pengulangan kata stimulus.

b) Analisis Mimpi, Jung setuju dengan freud bahwa mimpi memiliki makna dan makna itu
harus disikapi dengan serius. Ia juga setuju dengan freud bahwa mimpi berangkat dari
timbulnya kedalaman kondisi ketidaksadaran dan maknanya kemudian akan diwujudkan
dalam bentuk-bentuk yg simbolis. Maksud dari interpretasi mimpi jung ini adalah untuk
membuka elemen dari ketidaksadaran personal dan kolektif serta mengintegrasikannya
dalam sebuah kesadaran untuk memfasilitasi proses realisasi diri. Terapi jung ia harus
dapat memhami bahwa mimpi kerap kali merupakan kompensasi atau pengalihan, yaitu

9
perasaan dan sikap yang tidak diwujudkan dalam perjalanan hidup akan menemukan jalan
nya melalui mimpi. Dengan demikian, jika kesadaran sesorang mendapatkan dirinya tidak
sempurna, maka ketidaksadaran orang itu akan mencoba jalan untuk memnuhi bagian
yang tidak sempurna lewat proses mimpi.

Jenis yang kedua dari mimpi kolektif adalah mimpi biasa, yaitu mimpi yang biasa
dialami oleh kebanyakan orang. Mimpi ini meliputi gambaran arketipe, seperti
ibu,ayah,tuhan,iblis,atau orang tua bijak. Mimpi itu juga bisa berarti kejadian arketipe,
seperti kelahiran,kematian,perpisahan, dari orang tua,baptis,pernikahan,terbang,atau
menjelajahi gua. Mimpi-mimpi ini termasuk juga objek araktipe,seperti
matahari,air,ikan,ular atau binatang predator lainnya.

Kategori ketiga dari mimpi adalah mimpi paling awal yg diingat. Mimpi-mimpi ini
dialami saat kita berusia tiga atau empat tahun dan mengandung banyak unsur
mitologis,gambaran,dan motif simbol yang tidak dapat dijelaskan oleh anak-anak. Mimpi
ini bisa saja meliputi simbol, seperti pahlawan, orang tua bijak, pohon, iklan, dan mandala.

c) Imajinasi Aktif, Sebuah teknik yang digunakan Jung dalam melakukan analisis terhadap
dirinya sendiri, sama seperti yang dilakukannya terhadap pasiennya, adalah dengan
menggunakan imajinasi aktif. Metode ini dimulai dengan impresi berupa gambaran
mimpi, visi, tampilan, atau fantasi milik seseorang. Orang ini kemudian berkonsentrasi
hingga impresinya “bergerak”. Orang ini juga harus mengikuti gambaran tersebut
kemananpun gambaran itu bergerak hingga akhirnya berkomunikasi dengannya.

Tujuan dari imajinasi aktif adalah untuk membuka gambaran arketipe yang bermula dari
ketidaksadaran. Hal ini akan sangat berguna bagi orang-orang yang ingin mengenal lebih
ketidaksadaran personal dan kolektifnya juga bagi mereka yang ingin mengatasi resistensi
dari komunikasi dengan ketidaksadarannya. Jung percaya bahwa gambaran ini diproduksi
pada fase sadar, yang membuatnya lebih jelas dan bisa diperbanyak. Perasaannya lebih
spesifik dan biasanya orang jarang memiliki kesulitan saat mereka harus mereproduksi visi
atau mengingat mood (Jung, 1937-1959).
d) Psikoterapi, Jung (1931-1954) mengidentifikasi empat pendekatan dasar dalam terapi,
mewakili empat langkah pengembangan di dalam sejarah psikoterapi.
1) Pertama adalah pengakuan rahasia patogenik. Ini adalah metode menghilangkan
emosi atau metode katarsis (chathartic method) yang dipraktikkan oleh Josef
Breuer pada pasiennya, Anna O. terhadap pasien yang memiliki kebutuhan untuk
berbagi rahasia-rahasia merek, katarsis adalah suatu langkah yang efektif.
2) Langkah kedua melibatkan penafsiran, penjelasan, dan teknik menerangkan.
Pendekatan ini digunakan oleh Freud, untuk memberi kesempatan pada pasien
untuk mencari sendiri pengertian mengenai penyebab neurosis mereka, tetapi
pasien masih memilik perasaan tidak mampu untuk mengatasi permasalahan
sosialnya.
3) Langkah yang ketiga adalah pendekatan yang diadopsi oleh Adler, dengan
memasukkan factor pendidikan pasien-pasiennya sebagai makhluk sosial. Tetapi,
menurut Jung, pendekatan ini sering kali meninggalkan pasien-pasiennya hanya

10
dalam keadaan mampu menyesuaikan diri secara sosial dengan baik. Untuk
melampaui ketiga pendekatan ini, Jung mengusulkan suatu tahap keempat, yaitu
transformasi. Transformasi adalah terapis harus menjadi orang pertama yang
diubah atau ditransformasi menjadi manusia yang sehat, terutama dengan
melakukan proses psikoterapi. Seorang terapis hanya mampu membantu pasien-
pasien setelah melakukan trasformasi dengan membangun falsafah hidup yang
mapan melalui individuasi, keseluruhan, atau realisasi diri.
4) Tahap keempat ini terutama dilakukan pada pasien-pasien yang sedang dalam
tahap kedua hidupnya dan mempunyai perhatian terhadap kesadaran dari dalam
diri sendiri, dengan permasalah moral dan religius serta dalam menemukan filosofi
hidup (Jung, 1931-1954).

Tujuan utama dari terapi Jungian adalah untuk membantu pasien-pasien penderita neurotic
menjadi sehat dan mendorong orang yang sehat untuk bekerja dengan mandiri melalui teknik
realisasi diri. Jung melihat kesempatan untuk mencapai tujuan ini melalui teknik-teknik,
seperti analisis mimpi dan imajinasi aktif untuk membantu pasien menemukan
ketidaksadaran kolektif dan pribadi serta menyeimbangkan gambaran ketidaksadarab dengan
sikap kesadaran mereka (Jung, 1931-1954).

Psikoterapi Jungian mempunyai pendekatan dengan sasaran-sasaran kecil melalui bemacam


teknik. Oleh karena itu, tidak ada uraian universal yang menggambarkan orang yang berhasil
menggunakan pendekatan anlitis. Untuk orang dewasa, bisa jadi tujuannya adalah untuk
menemukan makna kehidupannya dan berupa untuk meraih keseimbangan serta keutuhan.
Orang yang memiliki kesadaran diri mampu berasimilasi ke dalam kesadaran dirinya dengan
sebagian besar ketidaksadaran dirinya. Akan tetapi, pada waktu yang sama, tetap menyadari
sepenuhnya akan bahaya potensial yang tersembunyi di dalam ruang psikenya. Jung
memperingatikan supaya berhati-hati saat menggali terlalu dalam di tempat yang belum
dikenal. Ia membandingakan proses ini dengan proses orang yang menggali satu sumur
dengan adanya resiko mengaktifkan suatu lahar api dalam bumi.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikologi Jung bukanlah teori sederhana, tetapi kepribadian manusia juga tidak sederhana.
Bagaimanapun juga, oleh karena teorinya lebih mengarah pada ketidakefektifan daripada
kegunaanya, maka nilai kesederhanaan pada teori ini rendah. Teori Jung bersifat kompleks
dengan ruang lingkup yang luas. Hal ini disebabkan kecenderungan Jung untuk mencari-cari
data dari bermacam disiplin ilmu dan kesediaannya untuk menjelajah sendiri
ketidaksadarannya, bahkan sampai bawah level pribadi. Hukum parsimony menyatakan,
“ketika terdapat dua teori yang manfaatnya setara, teori yang lebih sukain adalah teori yang
sederhana”. Sebenarnya, tentu saja tidak pernah ada teori yang selalu sama, namun teori Jung
menambah suatu dimensi kepribadian manusia, tidak terlalu banyak berurusan dengan yang
lain sehingga menjadi lebih rumit daripada yang diperlukan.

B. Saran
Diharapkan agar para “Mahasiswa Psikologi” dimana pun itu, tidak hanya fokus padasatu
“Tokoh Teori Kepribadian” saja, misalnya hanya teori yang dipaparkan dalam makalahini.
Tetapi mempelajari teori-teori yang dipaparkan oleh semua tokoh, sehingga dapatmengambil
kesimpulan, pemahaman, dan pembelajaran dari keseluruhan teori.

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai