Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“STRUKTUR KEPRIBADIAN MENURUT CARL GUSTAV JUNG”


Ditulis Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Sri Astutik, M.Si

Disusun Oleh :
Khofifah Nur Fitriyah (04020320036)

PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah mencurahkan segala rahmat serta nikmat tiada
tara bagi kita semua sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.

Dengan hormat kami mempersembahkan makalah ini kepada bapak/ibu dosen


pengampu mata kuliah Psikologi Kepribadian. Juga kami berterima kasih pada pihak-pihak
yang membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini

Ibarat tak ada gading yang tak retak, apabila ada kesalahan baik dalam penulisan materi
atau sumber-sumber terkait, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Lamongan, 04 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………... i

KATA PENGANTAR…………………………………….……………...………… ii

DAFTAR ISI………………………………………………… ………..…………... iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang…………………………………………………………….... 1

B. Rumusan Masalah……………………………………… ………………….. 2

C. Tujuan Masalah…....…………………………… ……………..…………… 2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………. 3

A. Struktur Kepribadian……..…………………..…….. ………...……………… 3

B. Dinamika Kepribadian………………………………... ………….…. ……. 10

BAB III PENUTUP………………………………………………………………... 13

A. Kesimpulan…………………………………………………………………. 13

B. Saran ……………………………………………………………………….. 13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………....……………………. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori kepribadian dengan pendekatan psikologi analitis dikembangkan oleh Carl
Gustav Jung. Beliau diakui sebagai salah seorang ahli psikologi yang terkemuka di abad
ke-20. Pandangan Jung tentang kepribadian adalah prospektif dan retrospektif. Prospektif
dalam arti bahwa ia melihat kepribadian itu ke depan kearah garis perkembangan sang
pribadi di masa depan dan retrospektif dalam arti bahwa ia memperhatikan masa lampau
sang pribadi. Karena orang hidup dibimbing oleh tujuan dan maupun sebab.
Tingkah laku manusia ditentukan oleh : kausalitas (sebab-sebab, ras) dan teologi
(aspirasi masa depan). Kepribadian sebagai produk dan wajah sejarah leluhur.
Manusia modern dibentuk dan dicetak ke dalam bentuknya yang sekarang oleh
pengalaman-pengalaman kumulatif generasi-generasi masa lampau yang merentang jauh
ke belakang. Dasar-dasar kepribadian bersifat arkhaik, primitif, bawaan, tak sadar, dan
mungkin universal. Manusia dilahirkan dengan membawa banyak kecenderungan yang
diwariskan oleh leluhurnya dan menentukan apa yang disadari dan direspon dlm dunia
pengalamannya. Jung menggunakan istilah psikhe untuk menyebut kepribadian. Psikhe
ialah totalitas segala peristiwa psikhis baik yang disadari maupun yang tdk disadari.
Jung menekankan pada peranan tujuan dalam perkembangan manusia.Pandangan inilah
yang membedakan Jung dengan Freud. Bagi Freud, dalam hidup ini hanya ada
pengulangan yang tak habis-habisnya atas tema-tema insting sampai ajal menjelang. Bagi
Jung, dalam hidup ini ada perkembangan yang konstan dan sering kali kreatif, pencarian
ke arah yang lebih sempurna serta kerinduan untuk lahir kembali.
Teori Jung juga berbeda dari semua pendekatan lain tentang kepribadian karena
tekanannya yang kuat pada dasar-dasar ras dan filogenetik kepribadian. Jung melihat
kepribadian individu sebagai produk dan wadah sejarah leluhur.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Struktur Kepribadian Menurut Carl Gustav Jung?
2. Bagaimana Dinamika Kepribadian Menurut Carl Gustav Jung?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Struktur Kepribadian Menurut Carl Gustav Jung.
2. Untuk Mengetahui Dinamika Kepribadian Menurut Carl Gustav Jung.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur Kepribadian
1. Pengertian dan Struktur Kepribadian
Jung disini tidak menjelaskan tentang kepribadan melainkan tentang psyche. Adapun
yang dimaksud dengan psyche adalah seluruh pemikiran, dan perilaku nyata baik yang
disadari maupun yang tidak disadari. Adapun strukur kepribadian manusia berdiri dari
dua dimensi yaitu:
a. Dimensi Kesadaran Kepribadian
Dimensi kesadaran dari kepribadian ini adalah ego. Sedangkan ego adalah jiwa
sadar yang terdiri dari persepsi ingatan, pikiran, perasaan sadar manusia. Ego
melahirkan perasaan identitas dan kontinuitas seseorang. Dimensi kesadaran manusia
memiliki dua kompenen pokok, Yaitu : fungsi jiwa dan sikap jiwa, yang masing-
masing memiliki peranan penting dalam orientasi manusia dalam dunianya.
Fungsi jiwa ialah suatu bentuk aktifitas kejiwaan yang secara teori tidak
berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan empat fungsi jiwa
pokok yaitu: pikiran, perasaan, pendirian, dan intuisi. Pikiran dan perasaan adalah
fungsi jiwa yang rasional. Dalam fungsinya, pikiran dan perasaan bekerja dalam
penilaian. Pikiran menilai atas dasar benar dan salah. Adapun perasaan menilai atas
dasar menyenangkan dan tidak menyenangkan. Kedua, fungsi jiwa irrasional yaitu
pendirian dan intuisi tidak memberikan penilaian, melainkan hanya semata-mata
pengamatan. Pendirian mendapatkan pengamatan dengan sadar melalui indra.
Adapun intuisi mendapat pengamatan secara tidak sadar melalui naluri.1
Pada dasarnya tiap manusia memiliki empat fungsi itu, akan tetapi biasanya
hanya salah satu fungsi saja yang paling berkembang (dominan). Fungsi yang paling
berkembang itu merupakan fungsi superior dan menentukan type orangnya : jadi ada
type pemikir, type perasa, type pendirian dan type intuitif. Kita lihat keempat fungsi
itu berpasang-pasangan: kalau sesuatu fungsi menjadi fungsi superior, yaitu

1 Samsu Yusuf LN, A.Juntika Nurihsan, Teori Kepribaadian, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.74-
75.

3
menguasai kehidupan alam sadar. Maka fungsi pasangannya menjadi fungsi inferior,
yaitu ada dalam ketidaksadaran, sedangkan kedua fungsi yang lain menjadi fungsi
bantu : sebagian terletak dalam alam bawah sadar dan sebagian lagi dalam alam tak
sadar. Selanjutnya fungsi-fungsi yang berpasang-pasngan itu berhubungan secara
kompensatoris, artinya makin berkembang fungsi superior maka makin besarlah
kebutuhan fungsi inferior,2 akan kompensasi dan makin besarlah gangguan terhadap
keseimbangan jiwa, makin besar tanggungan dalam jiwa yang dapat menjelma dalam
tindakan-tindakan yang tak terkendalikan.
Karena itu hubungan yang ideal daripada perkembangan kepribadian ialah
membawa keempat fungsi pokok itu kedalam sinar kesadaran sehingga tercapailah
manusia bulat yaitu manusia “Sempurna”. Kesadaran mencakup 2 hal, yaitu fungsi
jiwa dan sikap jiwa
Fungsi jiwa ialah suatu bentuk aktivita kejiwaan yang secara theoritis tiada
berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan 4 fungsi pokok,
yang dua rasional, yaitu pikiran dan perasaan, sedangkan yang dua irrasional, yaitu
pendirian dan instuisi. Dalam berfungsinya, fungsi-fungsi rasional bekerja dengan
penilaian : pikiran menilai atas dasar benar dan salah. Sedangkan perasaan menilai
atas dasar menyenangkan dan tak menyenangkan. Kedua fungsi yang irrasional dalam
berfungsinya tidak memberikan penilaian, melainkan hanya semata-mata mendapat
pengamatan : pendirian mendapatkan pengamatan dengan sadar indriah, sedang
intuisi mendapatkan pengamatan secara tak sadar naluriah.
Secara bagan dapat dikemukakan sebagai berikut :

Fungsi-Fungsi Jiwa Menurut Jung

Fungsi
Sifatnya Cara Bekerjanya
Jiwa
Pikiran Rasional Dengan Penilaian : Benar-Salah
Perasaan Rasional Dengan Penilaian : Senang-Tak Senang
Pendirian Irrasional Tanpa Penilaian : Sadar Indriah
Intuisi Irrasional Tanpa Penilaian : Sadar Naluriah

2 Agus Sujanto, dkk, Psikologi Kepribadian, (Jakarta:Bumji Aksara, 2014), hlm. 69

4
Yang dimaksud dengan sikap jiwa ialah arah dari pada enersi phikis umum atau
libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah
aktivitas energi phikis itu dapat keluar ataupun kedalam, dan demikian pula arah
orientasi manusia terhadap dunianya, dapat keluar ataupun kedalam.

Tiap orang mengadakan orientasi terhadap dunia sekitarnya, namun dalam


caranya mengadakan orientasi itu orang yang saru berbeda dari yang lainnya,
misalkan seperti ada orang yang lekas menutup dirinya atau menutup jendela kalau
dirasakan hawa dingin, tetapi ada yang acuh tak acuh saja : ada orang yang
mengangumi orang-orang yang baru mulai naik bintangnya karena kebanyakan orang
menyanjungnya, tetapi sebaliknya ada yang tidak, karena ia berpendapat bahwa tidak
semua yang dikagumi orang banyak yang pantas dikagumi. Apabila orientasi terhadap
segala sesuatu itu sedemikian rupa sehingga putusan atau tindakannya tidak dikuasai
oleh pendapat yang objektif, maka individu sedemikian itu dikatakan mempunyai
orientasi ekstrovert.

Kesadaran manusia dalam mengadakan hubungan dengan dunia luar


menunjukkan dua sikap utama, yaitu introvert dan ekstrovert. Dikatakan bersikap
introvert jika sikap kesadaran seseorang mengarah pada dirinya sendiri. Sedangkan
sikap yang ekstrovert artinya sikap kesadaran yang mengarah pada ke luar dirinya,
yaitu kepada dirinya dan kepada orang lain.

Berikut sifat-sifat manusia dengan sikap bertipe introvert dan ektrovert menurut
pandangan Jung, seperti dikemukakakn berikut ini :

a) Sifat-sifat manusia bertipe introvert


 Ia memiliki suatu kecenderungan dan lebih suka “memasuki” dunia imajiner,
di samping memiliki kebiasaan untuk merenungkan hal-hal yang bersifat
kreatif.
 Ia termasuk individu yang produktif dan ekspresi-ekspresinya diwarnai oleh
perasaan-perasaan subjektif. Pusat kesadaran dirinya adalah kepada egonya
sendiri dan sedikit perhatian pada dunia luar.
 Ia memiliki perasaan halus dan cenderung untuk tidak melahirkan emosi
secara mencolok. Ia mempunyai kebiasaan melahirkan ekspresinya dengan
cara-cara yang halus dan jarang ditemukan pada orang lain.

5
 Ia memiliki sikap yang umumnya sangat tertutup sehingga ketika terdapat
konflik hanya disimpan dalam hati. Ia umumnya berusaha untuk dapat
menyelesaikan sendiri segala permasalahan, termasuk timbulnya konflik-
konflik pada dirinya.
 Ia memiliki banyak pertimbangan sehingga ia sering suka mengadakan self
analisis dan self critism.
 Ia bersifat sensitif terhadap kritik. Pengalaman-pengalaman pribadi bersifat
mengendap dalam kenangan yang kuat, lebih-lebih hal bersifat pujian atau
celaan tentang dirinya.3
 Ia memiliki sifat yang pemurung dan selalu memiliki kecenderungan
bersikap menyendiri.
 Ia berpembawaan lemah lembut dalam tindak dansikapnya serta mempunyai
pandangan yang idealis.
b) Sifat-sifat manusia bertipe ekstrovert
 Ia memiliki kecenderungan dan menyukai partisipasi pada realitas sosial
dalam dunia objektif. Indivisu dengan sikap bersifat ekstrovert dalam
peristiwa-peristiwa praktis umumnya lancar dalam pergaulan.
 Ia bersikap realistis, aktif dalam bekerja, dan komunikasi sosialnya baik serta
bersifat ramah.
 Ia berpembawaan riang gembira, bersikap spontan dan wajar dalam ekspresi
serta menguasai perasaan.
 Ia bersikap optimis, tidak putus asa menghadapi kegagalan atau dalam
menghadapi konflik-konflik pekerjaan. Ia juga selalu tenang dan bersikap
suka mengabdi.
 Ia tidak begitu banyak pertimbangan, dan kadang-kadang sering tidak terlalu
banyak analisis serta kurang self-critism serta berpikir kurang mendalam.
 Ia memiliki sifat yang relatif independen dalam mengeluarkan pendapat. Ia
juga mempunyai cita-cita yang bebas.
 memiliki keuletan dalam berpikir, tetapi ia mempunyai pandangan bersifat
pragmatis. Selain itu, ia bersifat keras hati.4

3 PurwaAtmaja Prawira, Psikologi Kepribadian dengan Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm.
216-217.
4 Ibid., hlm. 217.

6
b. Dimensi Ketidaksadaran Kepribadian
Dimensi ketidaksadaran kepribadian seseorang mempunyai dua lingkaran yaitu
ketidaksadaran pribadi (personal) dan Ketidaksadaran kolektif.
Ketidaksadaran personal merangkum seluruh pengalaman yang terlupakan,
ditekan dan dipersepsikan pada seseorang. Ketidaksadaran tersebut mengandung
ingatan dan impuls masa silam. Ketidaksadaran kita dibentuk oleh pengalaman
individual. Gambaran ketidaksadaran personal ada yang dapat diingat secara mudah
dan sulit, namun ada juga beberapa bagian yang jauh dari jangkauan kesadaran
manusia. Materi ketidaksaran personal ini disebut dengan kompleks. Sebuah komplek
merupakan akumulasi dari kumpulan gagasan yang diwarnai dengan perasaan.
Sebagai contoh, pengalaman seseorang dengan ibunya akan terkumpul menjadi
sebuah pusat emosi sehingga dikatakan “ibu” akan memicu respon emosi yang dapat
memblokir laju pemikirannya. Kompleks secara umum dapat dikategorikan sebagai
sesuatu yang personal, namun kompleks dapat pula diturunkan dari pengalaman
kolektif kemanusiaan seseorang.
Ketidaksadaran kolektif sudah mengakar dari masa lalu leluhur seluruh spesies.
Hal ini merepresentasikan konsep Jung yang paling kontroversial dan yang paling
penting. Ketidaksadaran ini aktif dan mempengaruhi pikiran, emosi, dan tindakan
seseorang. Ketidaksadaran kolektif tidak merujuk ide yang diturunkan, tetapi lebih
kepada kecenderungan kuat manusia untuk bereaksi dengan cara tertentu pada saat
pengalaman mereka menstimulasikan kecenderungan secara biologis.
Ada beberapa kredis mosisi biologis yang dimiliki manusia. Manusia memiliki
kecenderungan yang diturunkan dan jumlahnya sama dengan situasi etika kehidupan
manusia.5 Pengulangan yang tipikal yang jumlahnya tidak terhingga sebagai bagian
dari konstitusi biologis manusia.
Macam-macam ketidaksadaran Kolektif yaitu : Arketipe, Persona, Bayangan,
Animus, Great Mother, Wise Old Man, dan diri.
 Arketipe adalah bayangan-bayangan leluhur yang datang dari ketidaksadaran
kolektif. Arketipe sama dengan kompleks karena mereka merupakan kumpulan
bayangan-bayangan yang diasosiasikan dan diwarnai dengan sangat kuat oleh
perasaan. Arketipe mempunyai dasar biologis, tetapi asalnya terbentuk melalui

5 Feist dan Feist, Teori Kepribadian, ( Jakarta, Salemba Humanika, 2012), hlm.123-124

7
pengulangan pengalaman dari para leluhur manusia. Pada seorang manusia
memiliki arketipe yang banyak jumlahnya, arketipe ini aktif pada saat proses
pertemuan pengalaman personal dengan bayangan primordial laten. Arketipe
tidak dapat muncul sendiri, tetapi aktif muncul dalam bentuk mimpi, fantasi, dan
delusi.
 Persona adalah sisi kepribadian yang ditunjukkan kepada dunia. Pemilihan istilah
ini sangat tepat karena mengacu pada topeng yang digunakan oleh pemain teater
pada masa itu. Konsep ini muncul pada saat Jung harus mengakomodasi dunia
luarnya. Jung percaya bahwa setiap manusia terlibat dalam peranan tertentu yang
dituntut oleh sosial. Meskipun persona merupakan sisi yang penting dalam
kepribadian kita, sebaiknya kita tidak mencampuradukkan bagian yang
ditampilkan di depan publik dengan diri kita. Jika kita terlalu dengan dengan
persona, maka kita akan membangun ketidaksadaran mengenai individualitas dan
dibatasi dalam proses mencapai realisasi diri. Benar kita harus mendapat
pengakuan sosial dengan cara mewujudkan harapan sosial, namun hal tersebut
harus diperhatikan dengan kepribadian kita sebenarnya agar kita tidak
kehilangan inner self.
Persona adalah topeng yang dipakai sang pribadi sebagai respon terhadap
tuntutan kebiasaan-kebiasaan dan tradisi masyarakat sebagai peranan yang
diberikan masyarakat kepada seseorang. Apabila ego terlalu mengidentifikasi
persona, maka dapat menjadi manusia tiruan belaka dan bukan manusia yang
otonom.6
 Bayangan merupakan arketipe dari kegelapan dan represi yang menampilkan
kualitas-kualitas yang tidak kita akui keberadaannya serta berusaha
disembunyikan dari diri kita sendiri dan orang lain. Bayangan mengandung
kecenderungan keberatan moral sama dengan sejumlah kualitas konstruktif dan
kreatif yang juga tidak ingin kita hadapi.
 Anima adalah sisi psikologis pria yang bersifat feminin. Sisi feminin pria
terbentuk dalam ketidaksadaran kolektif sebagai arketipe dan menetap di
kesadaran. Jung percaya bahwa anima berasal dari pengalaman seorang pria
dengan wanita, kakak perempuan, ibu, dan kekasih-kekasih yang digabungkan
untuk membentuk gambaran umum mengenai wanita. Dalam perjalanannya,

6 Ibid., hlm. 124-126.

8
konsep umum ini menjadi bagian dalam ketidaksadaran kolektif dalam semua
pria sebagai arketipe anima. Anima ini dapat menjadi sumber kesalahpahaman
dalam hubungan pria-wanita dan juga merupakan faktor yang berperan dalam
psike pria tentang seorang wanita yang memikat secara mistis.7
 Animus adalah arketipe maskulin pada wanita, bila anima mempresentasikan
mood dan perasaan yang irrasional, maka animus merupakan simbol dari proses
berpikir dan bernalar. Animus mampu mempengaruhi proses berpikir seorang
wanita yang sebenarnya tidak dimiliki oleh wanita. Menurut Jung animus
bertanggung jawab dalam proses berpikir dan berpendapat seorang wanita, sama
dengan anima yang menghasilkan perasaan dan mood seorang pria.
Animus juga merupakan penjelasan mengapa perempuan terkenal dengan proses
berpikir yang irrasional dan pendapatnya tidak logis. Menurut Jung ada beberapa
pendapat wanita yang tidak valid dan tidak objektif. Pemikiran ini bukan
dihasilkan oleh proses berpikir namun memang tersedia untuk digunakan.
Animus juga muncul dalam bentuk mimpi, penampakan, dan fantasi yang
dilebih-lebihkan.
 Great Mother adalah konsep tentang ibu yang selalu dikaitkan dengan perasaan
positif dan negatif. Seorang ibu yang memiliki kasih sayang dan penuh cinta
namun juga da ibu yang membiarkan anak-anaknya.
 Wise Old Man merupakan sebuah arketipe dari kebijaksanaan dan keberartian
yang menyimbolkan pengetahuan manusia akan misteri kehidupan.
 Diri (self) adalah Suatu arkhetipe yang mencerminkan perjuangan manusia
kearah kesatuan. Diri adalah titik pusat kepribadian, disekitar mana semua sistem
lain terkonstelasi. Ia mempersatukan sistem-sistem dan memberikan kepribadian
dengan kesatuan, keseimbangan dan kestabilan pada kepribadian. Diri sebagai
suatu pusat sejati karena posisinya terletak di tengah-tengah kesadaran dan
ketidaksadaran. Diri adalah tujuan hidup, suatu tujuan yang terus menerus
diperjuangkan orang tetapi jarang tercapai. Gambaran pengalaman yang paling
dekat dengan diri adalah pengalaman religius. Sebelum muncul diri, maka
komponen kepribadian lainnya harus berkembang terlebih dahulu sepenuhnya
dan terindividuasi.8

7 Ibid., hlm. 126-129.


8 Ibid., hlm. 129-135

9
B. Dinamika Kepribadian
Struktur kepribadian itu tidak statis, melainkan dinamis dalam gerak yang terus
menerus. Dinamika kepribadian itu disebabkan oleh energi psikis yang disebut libido.
Libido adalah intensitas kejadian psikis yang hanya diketahui lewat peristiwa
psikis. Kepribadian adalah suatu sistem energi yang tertutupnya tidak sempurna karena dari
sumber luar dapat masuk pada sistem ini.
Di samping ada penambahan dan pengurangan energi, dalam sistem kepribadian itu
juga ada perubahan distribusi energi sebagai pengaruh dari luar. Knyataan bahwa
kepribadian adalah sistem yang dapat dipengaruhi atau dimodifikasi oleh sumber dari luar
menunjukkan bahwa kepribadian tidak pernah mencapai stabilitas yang sempurna, yang
dicapai hanyalah stabilitasi yang nisbi, stabilitas untuk sementara.
Kepribadian dikatakan sebagai suatu sistem yang tertutup karena kepribadian
mempunyai prinsip mengatur diri sendiri atas dasar hukum tertentu. Hukum pokok yang
terdapat dalam sistem kepribadian adalah hukum kebalikan atau lebih tepatnya hukum
pasangan berlawanan. Jung berpendapat bahwa tidak ada sistem kepribadian yang mengatur
diri sendiri tanpa kebalikan. Dalam struktur kepribadian terdapat pasangan berlawanan.
Pikiran-perasaan, pendirian-intuisi, kesadaran-ketidaksadaran, dalam keadaan bangun-
dalam keadaan mimpi, anima-animus, aku bayang-bayang, dan sebagainya.
Dalam dinamika kepribadian ada dua prinsip pokok yaitu prinsip ekuivalens dan
entropi. Prinsip ekuivalens itu analog dengan hukumj penyimpangan energi dalam
thermodinamika yang mula-mula dirumuskan oleh Helmholtz yang mengatakan bahwa
jumlah energi itu selalu tetap hanya distribusinya yang berubah. Prinsip ekuivalens dalam
kepribadian menyatakan bahwa apabila sesuatu nilai menurun atau hilang, maka jumlah
energi yang didukung oleh nilai itu tidak hilang darikepribadian melainkan akan muncul
kembali dalam nilai baru. Jadi dalam bentuk seluruh sistem kepribadian itu banyaknya
energi tetap hanya didistribusinya yang berubah.
Prinsip kedua adalah entropi. Prinsip ini mengatakan bahwa apabila dua benda yang
berlainan panasnya bersentuhan, maka panas akan mengalir dari yang lebih panas pada yang
lebih dingin. Prinsip ini menghasilkan keseimbangan kekuatan.
Apabila ada dua nilai yang tidak sama kekuatannya, maka energi akan mengalir dari
yang lebih kuat ke yang lebih lemah sampai keduanya seimbang. Demikian karena itu

10
bukanlah sistem yang tertutup sama sekali, pertambahan dan pengurangan energi
terhadapnya adalah mungkin, danini akan mengganggu keseimbangan.9
Kendatipun keseimbangan kekuatan yang permanen dalam kepribadian tidak pernah
tercapai, tetapi hal ini merupakan keadaan yang selalu dituju oleh distribusi energi. Prinsip
inilah yang menimbulkan hubungan kompensatoris antara pasangan yang berlawanan.
Gerak energi dalam kepribadian itu mempunyai arah, gerakannya itu dapat dibedakan
antara gerak progresif dan gerak agresif. Gerak progresif adalah gerak kesadaran dan
berbentuk proses penyesuaian yang terus-menerus terhadap tuntutan kehidupan sadar.
Sedangkan gerak agresif disebabkan oleh kegagalan penyesuaian secara sadar dan
terbangunnya ketidaksadaran melalui kompleks. Hal ini mengakibatkan individu kembali
pada fase perkembangan yang telah dilewatinya atau menderita neurosis.
Kedua gerak energi progresif dan regresif adalah bentuk yang seharusnya ada pada
kejadian psikis yang wajar. Progresif dan regresif hanya alat atau fase dalam bekerjanya
energi. Regresig merupakan pertanda bahwa ada sesuatu yang tidak sesuai dalam diri
individu, tetapi dapat juga merupakan jalan untuk dapat memperkaya jiwa dengan cara
memanggil gambaran yang ada dalam ketidaksadaran ke dalam kesadaran.10
Carl Gustav Jung menggabungkan pandangan teleology dan kasualitas. Dia
memandang bahwa tingkah laku manusia itu ditentukan tidak hanya oleh sejarah individu
rasi (kausalitas), tetapi juga oleh tujuan dan aspirasi individu (teleologi). Menurut Jung,
masa lampau individu sebagai akualitas maupun masa depan individu sebagai potensialitas
sama-sama membimbing tingkah laku individu.
Pandangan Jung tentang kepribadian adalah prospektif dan retrospektif. Prospektif
dalam arti bahwa ia melihat kepribadian itu ke masa depan ke arah garis perkembangan sang
pribadi di masa depan dan restrospektif dalam arti bahwa ia memperhatikan masa lampau
sang pribadi. Orang hidup dibimbing oleh tujuan maupun sebab. Jung menekankan pada
peranan tujuan dalam perkembangan manusia. Pandangan inilah yang membedakan Jung
dengan Freud. Bagi Freud, dalam hidup ini hanya pada pengulangan yang tak habis-
habisnya atas tema-tema insting sampai ajal menjelang. Bagi Jung, dalam hidup ini ada
perkembangan yang konstan dan sering kali kreatif, pencarian ke arah yang lebih sempurna
serta kerinduan untuk lahir kembali.

9 Syamsu Yusuf, A. Juntika Nurihsan, Ibid., hlm. 85-87.


10 Ibid., hlm. 87-88

11
Jung menyelidiki sejarah manusia untuk mengungkap tentang asal ras dan evolusi
kepribadian. Ia meneliti mitologi, agama, lambing, upacara kuno, adat istiadat, kepercayaan
manusia primitive, mimpi, penglihatan, simtom orang neurotic, halusinasi dan delusi para
penderita psikosis dalam mencari akar dan perkembangan kepribadian manusia.11
1. Kausalitas dan Teleologi
Motivasi berasal dari masa lalu dan tujuan teleologis. Kausalitas berisi keyakinan
bahwa peristiwa masa kini memiliki asal usul pengalaman sebelumnya. Freud sangat
meyakini dan berpegang pada kausalitas, namun Jung tidak sependapat pada Freud,
karena Jung berpendapat bahwa teleologis juga mengambil tempat dalam
mempengaruhi motivasi. Teleologis berisi keyakinan bahwa peristiwa masa kini
dimotivasikan oleh tujuan dan aspirasi kedepan yang mengarahkan tujuan seseorang.
Jung mempunyai pandangan yang sama terhadap mimpi yang berasal dari
pengalaman masa lalu. Namun Jung juga menambahkan bahwa mimpi dapat membantu
orang dalam menentukan masa depan seseorang.
2. Progresi dan Regresi
Progresi adalah bagaimana cara seseorang beradaptasi kepada dunia yang melibatkan
aliran maju energi psikis. Sedangkan Regresi adalah cara seseorang beradaptasi yang
menggunakan aliran maju energi psikis. Regresi menggunakan psike yang tidak
disadari. Jika dipergunakan sendiri-sendiri maka tidak mampu menyelesaikan masalah,
namun jika keduanya digunakan bersama-sama dan dioptimalkan, maka akan
mengaktifkan proses perkembangan pribadi yang sehat. Dalam hidup Jung pada masa
paruh baya, regresi mendominasi hidupnya ketika progresi hampir berhenti. Ia lebih
menghabiskan energi yang dimiliki untuk mengenali psikenya yang tidak disadari. Jung
meyakini bahwa langkah regresif dibutuhkan untuk menciptakan sebuah kepribadian
yang seimbang dan tumbuh menuju perealisasian diri.12

11 Chaplin, J.P, Kamus Lengkap Psikologi Kartini Kartono, penrj. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 145

12 Ibid., hlm. 146

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Pengertian, Jung disini tidak menjelaskan tentang kepribadan melainkan
tentang psyche. Adapun yang dimaksud dengan psyche adalah seluruh pemikiran, dan
perilaku nyata baik yang disadari maupun yang tidak disadari.
 Strukur Kepribadian ada dua yaitu Dimensi Kesadaran Kepribadian memiliki dua
kompenen pokok, Yaitu : fungsi jiwa dan sikap jiwa dan yang kedua adalah Dimensi
Ketidaksadaran Manusia yang terdiri dari dua macam yaitu Dimensi Ketidaksadaran
Pribadi dan Dimensi ketidaksadaran Kolektif. Dimensi Kesadaran Kolektif terdiri dari
beberapa macam, yaitu : Arketipe, Persona, Bayangan, Animus, Great Mother, Wise
Old Man, dan diri.
 Dinamika Kepribadian, Struktur kepribadian itu tidak statis, melainkan dinamis dalam
gerak yang terus menerus. Dinamika kepribadian itu disebabkan oleh energi psikis yang
disebut libido. Libido adalah intensitas kejadian psikis yang hanya diketahui lewat
peristiwa psikis. Kepribadian adalah suatu sistem energi yang tertutupnya tidak
sempurna karena dari sumber luar dapat masuk pada sistem ini.

Dalam dinamika kepribadian ada dua prinsip pokok yaitu prinsip ekuivalens dan
entropi. Prinsip ekuivalens itu analog dengan hukum penyimpangan energi dalam
thermodinamika yang mula-mula dirumuskan oleh Helmholtz yang mengatakan bahwa
jumlah energi itu selalu tetap hanya distribusinya yang berubah. Prinsip kedua adalah
entropi. Prinsip ini mengatakan bahwa apabila dua benda yang berlainan panasnya
bersentuhan, maka panas akan mengalir dari yang lebih panas pada yang lebih dingin.
Prinsip ini menghasilkan keseimbangan kekuatan.

Jung menyelidiki sejarah manusia untuk mengungkap tentang asal ras dan evolusi
kepribadian. Ia meneliti mitologi, agama, lambang, upacara kuno, adat istiadat,
kepercayaan manusia primitive, mimpi, penglihatan, simtom orang neurotic, halusinasi dan
delusi para penderita psikosis dalam mencari akar dan perkembangan kepribadian manusia.

Kausalitas dan Teleologi, Motivasi berasal dari masa lalu dan tujuan teleologis.
Kausalitas berisi keyakinan bahwa peristiwa masa kini memiliki asal usul pengalaman

13
sebelumnya. Teleologis berisi keyakinan bahwa peristiwa masa kini dimotivasikan oleh
tujuan dan aspirasi kedepan yang mengarahkan tujuan seseorang.

Progresi dan Regresi, Progresi adalah bagaimana cara seseorang beradaptasi kepada
dunia yang melibatkan aliran maju energi psikis. Sedangkan Regresi adalah cara seseorang
beradaptasi yang menggunakan aliran maju energi psikis.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Atmaja Prawira, Purwa. Psikologi Kepribadian dengan Perspektif Baru, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013.
Feist dan Feist. Teori Kepribadian, Jakarta, Salemba Humanika, 2012
J.P, Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi Kartini Kartono, penrj. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2001.
Sujanto, Agus dkk. Psikologi Kepribadian, Jakarta:Bumji Aksara, 2014.
Yusuf LN, Samsu, Juntika Nurihsan, A.. Teori Kepribaadian, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011.

15

Anda mungkin juga menyukai