Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/355364892

Pemanfaatan Drama Sebagai Terapi Dalam Konseling

Preprint · October 2021


DOI: 10.31234/osf.io/2pxkm

CITATIONS READS

0 421

1 author:

Yulietha Megarina
Atma Jaya Catholic University of Indonesia
10 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Yulietha Megarina on 18 October 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PEMANFAATAN DRAMA SEBAGAI TERAPI DALAM KONSELING

Yulietha Megarina

Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Pendidikan dan Bahasa


Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta
Email: yulieth.201903040021@atmajaya.ac.id

ABSTRAK

Memainkan peran untuk menjalankan kehidupan orang lain yang terkadang


bertolak belakang atau sesuai dengan kehidupan pribadinya biasa disebut dengan
drama. Pada umumnya drama digunakan sebagai ajang pentas seni atau dijadikan
sebagai salah satu kegiatan ekstrakulikuler untuk mengembangkan minat dan
bakat seseorang baik dalam akademik atau non akademik di beberapa tingkatan
sd/smp/sma atau hampir semua tingkatan sekolah mengadakan kegiatan drama.
Kegiatan drama ini bisa digunakan dalam kegiatan konseling yang menggunakan
teknik terapi drama yang membantu konseli serta drama termasuk kesalah satu
jenis terapi seni. Konseling merupakan suatu proses kegiatan bantuan yang
dilakukan oleh konseli dan konselor dalam mengentaskan permasalahan yang
dialami konseli, dalam konseling bisa menggunakan terapi seni berupa terapi
drama sebagai teknik untuk membantu konseli. Penulis berpendapat bahwa terapi
seni merupakan suatu kegiatan yang dalam prosesnya menggunakan beberapa
sarana media dan dapat membantu untuk menyelesaikan yang dialami konseli.
Drama sangat cocok, alasannya dari drama memungkinkan melihat perbandingan
antara orang yang sakit atau orang yang tidak sakit (Satir, 1972 dalam Gladding T
Samuel, 2016), drama pun dapat membuat individu meningkatkan pemahaman
prespektifnya melalu review/ preview life.

Kata Kunci: Drama, Konseling, Memainkan peran, Terapi seni


2

PENDAHULUAN

Memainkan peran untuk menjalankan kehidupan orang lain yang terkadang


bertolak belakang atau sesuai dengan kehidupan pribadinya biasa disebut dengan
drama. Pada umumnya drama digunakan sebagai ajang pentas seni atau dijadikan
sebagai salah satu kegiatan ekstrakulikuler untuk mengembangkan minat dan
bakat seseorang baik dalam akademik atau non akademik di beberapa tingkatan
sd/smp/sma atau hampir semua tingkatan sekolah mengadakan kegiatan drama.
Biasanya drama digunakan oleh sekelompok orang yang memerankan tokoh-
tokoh yang disesuaikan oleh judul yang tersedia, namun tak hanya di sekolah saja,
tetapi drama ini menjadi salah satu pentas yang biasa digunakan dalam kegiatan
hari raya seperti natal dan paskah yang diadakan oleh beberapa gereja di seluruh
Indonesia. Kegiatan drama ini bisa digunakan dalam kegiatan konseling yang
menggunakan teknik terapi drama yang membantu konseli serta drama termasuk
kesalah satu jenis terapi seni.

Konseling merupakan suatu proses kegiatan bantuan yang dilakukan oleh


konseli dan konselor dalam mengetaskan permasalahan yang dialami konseli,
dalam konseling bisa menggunakan terapi seni berupa terapi drama sebagai teknik
untuk membantu konseli. Penulis berpendapat bahwa terapi seni merupakan suatu
kegiatan yang dalam prosesnya menggunakan beberapa sarana media dan dapat
membantu untuk menyelesaikan yang dialami konseli. Dalam menggunakan
bahasa inggris terapi seni disebut dengan Art Therapy, penulis berpendapat bahwa
terdapat beberapa jenis terapi seni yang dapat digunakan dalam konseling yaitu :
Music (Terapi Musik ), Dance and Movement (Terapi tari), Visual Art ( Terapi
menggambar, mewarnai, melukis), Literature and Writing ( Terapi membaca dan
terapi menulis), Psychodrama or drama ( Terapi drama) dan Play and Humor (
Terapi bermain). Fokus pembahasan yang penulis tentukan yaitu Psychodrama or
3

drama yang digunakan dalam konseling. Menurut Corey (dalam Romlah, 2006:
108 dalam (Affiyani, 2013) psikodrama merupakan permainan peranan yang
dimaksudkan individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian lebih baik
tentang dirinya, menyatakan kebutuhankebutuhannya, dan menyatakan reaksi
terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya.

Drama berfokus pada komunikasi antara orang-orang dan peran yang


diambil individu dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ini benar-benar ada di
mana-mana di masyarakat baik pada tingkat formal atau improvisasi (Blatner &
Wiener, 2007 dalam Gladding T Samuel, 2016). Drama sangat cocok, alasannya
dari drama memungkinkan melihat perbandingan antara orang yang sakit atau
orang yang tidak sakit (Satir, 1972 dalam Gladding T Samuel, 2016), drama pun
dapat membuat individu meningkatkan pemahaman prespektifnya melalu review/
preview life. Drama atau pendekatan terkait drama untuk konseling, seperti
psikodrama atau terapi drama, dapat membantu individu ini dalam memperoleh
"pemahaman yang lebih besar tentang peran sosial" dan perspektif yang lebih
jelas tentang kehidupan mereka dalam "hubungan dengan keluarga, teman, dan
masa lalu", hidup” (Warren, 1984, hlm. 133 dalam Gladding T Samuel, 2016).
Drama sebagai salah satu terapi dalam konseling dapat digunakan oleh: anak-
anak, remaja, orang dewasa dan klien yang usia tua, karena melalui drama
individu bisa melihat keadaan dirinya ketika berada dalam lingkunga, serta
melihatnya melalui peran yang dimainkan.
4

PEMBAHASAN

Satir (1972, dalam Gladding T Samuel, 2016) mengatakan bahwa dalam


drama bisa melihat orang tidak sehat dan orang sehat , arti dari orang tidak sehat (
unhealty people = individu sering melakukanya terlihat dari tingkah laku yang
kaku serta gagal dalam jujur terhadap pikiran atau perasaan yang dialami individu.
Orang sehat ( healty people = individu mampu merubah perilaku terhadap suatu
tuntutan dalam lingkungan sehingga ia memiliki berkomunikasi yang baik
(selaras) sehingga terbuka dengan orang lain untuk meminta bantuan untuk
menolongnya. Dalam drama, menurut (Gladding T Samuel, 2016) momen
dampak dipentaskan dan melibatkan tiga faktor: karakter (menjadi hal yang
terutama dalam memainkannya), penonton (terlibatnya anggota kelompok lain
ketika melakukan konseling kelompok yang menggunakan teknik drama, harus
yang hadir menyaksikan secara bersama) , dan informasi yang akan terjadi (alur
cerita yang digunakan berdasarkan cerita rentan lama atau dibuat pribadi oleh
konselor). Drama atau pendekatan terkait drama untuk konseling, seperti
psikodrama atau terapi drama, akan membantu individu ini dalam peroleh suatu
"wawasan yang lebih besar tentang peran sosial" dan perspektif yang lebih jelas
mengenai kehidupan yang dijalankannya melalui "hubungan dengan keluarga,
teman-teman, dan masa lalu". Terapi drama melibatkan "penggunaan drama
kreatif yang disengaja menuju tujuan psikoterapi untuk menghilangkan gejala,
integrasi emosional dan fisik, dan pertumbuhan pribadi" (DR Johnson, 1982, hal.
83 dalam Gladding T Samuel, 2016), dengan demikian terapi drama dapat
memberikan wadah untuk konseli dalam memaknai kehidupannya.

Selain drama ada istilah lain yaitu psikodrama berasal dari kata Yunani
psyche, yang berarti "jiwa" atau "roh," dan drama, yang berarti "tindakan." Jadi,
psikodrama berarti “menyajikan jiwa dalam tindakan” (Kedem-Tahar & Felix-
Kellermann, 1996, hlm. 27 dalam Gladding T Samuel, 2016). Menurut Blatner
(1997 dalam Gladding T Samuel, 2016), praktik psikodrama “melibatkan integrasi
5

imajinasi dan tindakan dengan ekspresi verbal dan refleksi diri dengan demikian
psikodrama dapat memudahkan individu dalam mengintegrasikan suatu ekspresi
dalam dirinya sehingga mampu bertindak keluar dari masalah yang dialaminya.
Dalam suatu pertunjukan dramatis seorang konselor dapat mmebantu klien untuk
preview atau review kehidupannya sehingga klien mendapatkan suatu insight baru
dari apa yang sudah diperankan ketika bermain drama atau melihat pertunjukan.
Sangat diperlukan dalam memperoleh suatu insight berdasarkan yang individu
liat, alasannya agar klien dapat membuka pemikiran seseorang dalam mengetahui
seperti setiap budaya memiliki keunikan tersendiri maupun menghargai
keberagamaan budaya dan klien dapat merubah dirinya atas apa didapatkannya
ketika memainkan peran/melihat pementasan drama.

Populasi

Dalam melakukan konseling menggunakan terapi drama dapat dilakukan oleh


beberapa kalangan yaitu:
1. Anak-anak = dalam bermain drama yang dilakukan nak kecil dapat
diaitkan dengan kreativitasnya, karena dari drama anak kecil mendapatkan
manfaat dari ikut bermain drama. Anak-anak memainkan drama dengan
cerita-cerita yang sesuai dengan usianya, seperti: frozen, sesame street,
hello kitty, spongebob dll, karena ketika ia memainkan peran maka ia
akan mendapatkan insight baru dalam dirinya. Anak-anak juga bisa
menggunakan wawancara boneka keluarga. Anak mengarang cerita
tentang keluarga dengan menggunakan boneka (Irwin & Malloy, 1975
dalam Gladding T Samuel, 2016). Cerita-cerita ini biasanya menyoroti
konflik dan aliansi dalam keluarga tetapi mungkin kegunaannya terbatas;
mengajukan pertanyaan langsung seringkali lebih produktif dalam
memperoleh informasi (Gladding T Samuel, 2016). Namun demikian,
dengan menggunakan benda-benda seperti boneka atau wayang yang
akrab bagi anak-anak, kesempatan untuk belajar atau mempromosikan
resolusi konflik dimaksimalkan (RK James & Myer, 1987 dalam Gladding
T Samuel, 2016). Dalam situasi itu, konselor mampu yakin kemudian
6

fokus pada masalah yang dihadapi dan tidak terlalu melibatkan dalam
memanipulasi alat peraga atau boneka (Wawancara Boneka Keluarga).

2. Remaja = Drama dapat digunakan untuk membantu remaja dalam


mendapatkan kontrol yang lebih besar atas kehidupan mereka serta dalam
mempelajari peran baru (L. Nelson & Finneran, 2006 dalam Gladding T
Samuel, 2016). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketika seorang
individu memainkan drama dengan berbagai peran maka individu dapat
mendapatkan insight baru untuk membantu dalam mencari identitas
dirinya yang berasal dari peran yang dimainkan dan remaja dapat
memaknai kehidupannya.

3. Orang Dewasa = Drama dapat memberikan manfaat, seperti efektif dalam


mengatasi rasa sakit dari penahanan (Moller, 2013; Trounstein, 2001
dalam Gladding T Samuel, 2016). Gladding T Samuel, 2016 berpendapat
bahwa terapi drama telah terbukti ampuh dalam membantu narapidana
wanita yang berada dalam pemulihan kecanduan untuk terhubung secara
spiritual dan psikologis dengan diri mereka sendiri, orang lain, dan
kekuatan yang lebih tinggi melalui penggunaan “permainan peran,
improvisasi, pelatihan spontanitas, penceritaan, pengembangan karakter,
kerja topeng. , dan gerakan” (Stahler, 2006/2007, hlm.3 dalam Gladding T
Samuel, 2016).

4. Older Clients (Lansia) = Terapi drama telah digunakan pada sejumlah


lansia dalam kondisi tertentu, misalnya lansia dengan demensia ringan
hingga sedang (Jaaniste, Linnell, Ollerton, & Slewa-Younan, 2015 dalam
Gladding T Samuel, 2016). Dalam bermain drama, khusus populasi ini
memberikan peningkatan terhadap kualitas hidup serta memberikan
peningkatan dalam mengingat suatu kenangan semasa klien muda hingga
mencapai titik positif yaitu memperbincangkan kebahagiaan dirinya dari
semasa kecil hingga semasa akhir hidupnya.
7

Penerapan Psikodrama / Terapi Drama

1. Penelitian (Affiyani, 2013). Dengan judul penelitian Pengembangan


Model Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Psikodrama Untuk
Mengembangkan Konsep Diri Positif. Berdasarkan hasil analisis data
dengan uji t menunjukkan bahwa tujuan dari model bimbingan
kelompok dengan teknik psikodrama untuk mengembangkan konsep diri
positif telah tercapai, yakni dengan adanya perubahan dari hasil pretest
dan posttest pada konsep diri yang dimiliki oleh siswa kelas IX SMP N
2 Mejobo Kudus. Berdasarkan analisis dengan uji t kelompok
eksperiment bahwa hasil pretest adalah 822 sedangkan posttest
mengalami kenaikan sebesar 197 yakni 1019. Maka berdasarkan hasil
analisis, kemudian dikonsultasikan dengan tabel uji t dengan N = 10
taraf signifikan 5% = 2,228 ternyata hasil perhitungan lebih besar dari
harga tabel (17,2>2,228) maka dapat dikatakan signifikan. Model
bimbingan kelompok melalui teknik psikodrama efektif bagi
pengembangan konsep diri positif siswa kelas IX SMP 2 Mejobo Kudus.
Hal ini dapat dilihat dari skor perolehan konsep diri siswa kelompok
eksperimen lebih tinggi daripada skor perolehan kecerdasan emosi siswa
kelompok kontrol.

2. Penelitian (Siregar Supraptina, 2015) dengan judul Efektivitas Metode


Psikodrama dalam Meningkatkan Kemampuan Bermain Drama oleh
Siswa Kelas Xi Sma Negeri 1 Stabat. Beerdasarkan hasil penelitian
Pengujian hipotesis 2,87 > 2,03 telah membuktikan bahwa hipotesis
alternatif (Ha) diterima yaitu Metode Psikodrama membawa pengaruh
yang positif dalam pembelajaran bermain drama oleh siswa kelas XI
SMAN 1 Stabat. Kemudian t0 yang diperoleh lebih besar dari ttabel
yaitu 2,87 > 2,03, maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis
alternatif (Ha) diterima. Hal ini membuktikan bahwa metode
Psikodrama berpengaruh positif dalam meningkatkan kemampuan
bermain drama.
8

KESIMPULAN

Drama merupakan suatu kegiatan yang memainkan peran sesuai dengan


tokoh yang ditetapkan/ sesuai dengan scenario, biasanya drama pernah dilakukan
dibeberapa tingkatan sekolah seperti sd/smp/sma dan smk. Drama juga bisa
diterapkan dalam konseling sebagai salah satu teknik yang biasa disebut dengan
terapi drama/psikodrama. Konseling merupakan suatu kegiatan yang terjadi antara
konseli dan konselor untuk mencari jalan keluar atas permasalahan yang konseli
rasakan. Satir, 1972 dalam Gladding T Samuel, 2016) mengatakan bahwa dalam
drama bisa melihat orang tidak sehat dan orang sehat. Dalam drama, momen
dampak dipentaskan dan melibatkan tiga faktor: karakter, penonton dan informasi
yang akan terjadi (Gladding T Samuel, 2016). Dalam suatu pertunjukan dramatis
seorang konselor dapat mmebantu klien untuk preview atau review kehidupannya
sehingga klien mendapatkan suatu insight baru dari apa yang sudah diperankan
ketika bermain drama atau melihat pertunjukan. Sangat diperlukan dalam
memperoleh suatu insight berdasarkan yang individu liat, alasannya agar klien
dapat membuka pemikiran seseorang dalam mengetahui seperti setiap budaya
memiliki keunikan tersendiri maupun menghargai keberagamaan budaya dan
klien dapat merubah dirinya atas apa didapatkannya ketika memainkan
peran/melihat pementasan drama. Drama dapat diimplementasikan terhadap 3
populasi yaitu: anak-anak, remaja, orang dewasa, dan older clients (Lansia).
9

DAFTAR PUSTAKA

Affiyani, P. (2013). Pengembangan Model Bimbingan Kelompok Melalui Teknik


Psikodrama Untuk Mengembangkan Konsep Diri Positif. Jurnal Bimbingan
Konseling, 2(2), 99–104. https://doi.org/10.15294/jubk.v2i2.2722

Gladding T Samuel. (2016). the Creative Arts in Counseling.

Siregar Supraptina, T. (2015). Efektivitas Metode Psikodrama dalam


Meningkatkan Kemampuan Bermain Drama oleh Siswa Kelas Xi Sma
Negeri 1 Stabat. Jurnal Edukasi Kultura, 2(2), 115–126.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai