Anda di halaman 1dari 5

APLIKASI SENI VISUAL DALAM KONSELING

Medeline Ruth

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

medelineruth@gmail.com

Abstrak:Seni visual termasuk proses tersediri bersamaan lingkungan seni yang fokus
mempresehtasikan simbol realitas atau hal yang lain. Lewat pengalaman artistik, individu sering
bersatu dalam menjelajah dan dalam kehidupan yang berati. Seni visual dapat diaplikasikan
pada anak-anak, remaja, dewasa, keluarga, maupun lansia. Hal ini terbukti oleh pengapliasian
pada ibu tunggal berusia 32 tahun yang dibagi menjadi 4 dari 8 grup ( 2 kelompok) cenderung
menciptakan presepsi baru lewat seni visual lewat hasil post test mengenai regulasi emosi
kognitif dan kecemasan dan oleh france dan allen yang menggunakan pendekatan Gestalt pada
remaja penganggu untuk membantu meningkatkan kesadaran tentang perasaan dan
mengintergrasikan kembali yang bertentangan dalam diri agar perasaan lebih sehat, dan
pendekatan yang digunakan adalah pemansan dan menggunakan salah satu seni visual yaitu
menggambar.

Kata kunci: seni visual, menggambar, konseling

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Seni visual termasuk proses tersendiri bersamaan lingkungan seni yang fokus pada
mempresentasikan simbol realitis atau hal yang lain. Lewat pengalaman artistik. Individu
bersatu dalam menjelajah dan dalam kehidupan yang berati. Dengan mengekspresikan seni-
seni tertentu, individu dapat meungkapkan bermacam-macam emosi-emosi, perasaan,
ungkapan mendalam, maupun hal-hal yang sulit diutarakan . melalui konseling dengan seni
visual, diharapka dapat membantu konseli mengenali dan mengutarakannya lewat aplikasi
seni-seni yang ada.
1.2 Rumusan masalah:

Dari latar belakang di atas, penulis mendapati:

1. Apakah itu seni visual?


2. Bagaimana aplikasi seni visual dalam konseling?

1.3 Tujuan

Dari tujuan di atas, penulis mendapati:

1. Untuk mengetahui arti seni visual


2. Untuk mengetahui aplikasi seni visual dalam konseling

2. KAJIAN TEORI

Seni visual merupakan salah satu aplikasi yang dapat diaplikasikan konselor dalam
melakukan layanan konseling yang berkualitas. Dalam seni visual, memiliki premis-premis
yaitu:

1. Seni visual mengetuk ketidaksadaran dan menolong individu-individu mengekspresikan


konflik nonverbal rahasia mulanya. Seni visual lebih dekat pada ketidaksadaran karena
presepsi visual lebih kuno daripada kognitif atai ekspresi verbal (Freud, 1923,1961)
lewat ini, artinya seseorang sadar dan memiliki sejumlah besar emosi yang hidup dalam
diri mereka.
2. Seni visual memberikan simbol perasaan unik, nyata, dan langkah yang kuat (Nichols,
2013). Seni visual, tidak seperti terapi bicara, menemani seseorang dalam menaruh posisi
mereka atau situasi mereka di perilaku yang benar.
3. Seni visual, dimana mereka menginspirasi dan menolong orang untuk menjadi lebih
terkoneksi dengan transenden dan sisi pertumbuhan kepribadian (J.C.Mills & Crowley,
1986).
4. Seni visual, bahwa banyak tugas seni, terutama anak-anak biasanya dirasakan sebagai
sesuatu yang tidak mengancam.
5. Seni visual dapat mudah dikombinasikan dengan seni kreatif lainnya seperti pergerakan,
penulisan kreatif, dan imajinasi.

2.1 Populasi

Aplikasi seni dapat digunakan pada anak-anak, remaja, dewasa, keluarga maupun lansia.
Adapun populasi yang bisa digunakan adalah:

1. Anak-anak: mengunakan instrument psikologi dasar yaitu mengambar anggota keluarga


dan cerita dongeng. Dalam mengambar anggota keluarga juga bisa dipandu deng
mengambar orang, rumah, dan pohon. Anak-anak juga dapat dipandu dengan
mengambar paying, hujan dan awan yang menunjukan warnanya masing-masing.
2. Remaja dan orang tua dapat menggunakan media gambar, melukis, fotopgrafi, dan
peralatan patung. Remaja juga dapat dipandu dengan mengambar kisah kehidupan
individu, bercerita dan membuat collage tentang diri individu. Orang tua yang depresi
menunjukan gamabaran yang kosong, minim warna, mengaplikasikan usaha,
mempengaruhi depresi lebih dan kurang pengaruh daripada sebuah gambar fungsi
orang dewasa.

3. PEMBAHASAN

Pada jurnal pertama yang berjudul “ Pengaruh terapi seni visual pada regulasi emosi
kognitif dan kecemasan ibu tunggal” penulis mendapati bahwa peneliti mengambil subjek
terdiri dari 32 ibu tunggal yang dibagi menjadi empat dari delapan grup (dua kelompok).
Responden diseleksi menggunakan purposive sampling method. Seleksi responden diambil
bedasarkan kriteria (1) ibu tunnggal berusia 20-60 tahun (2) cerai atau ibu janda, area
penelitia melibatkan kuala Terengganu distrik malang. Modul terapi seni visual dibangun
bedasarkan ukuran yang diajukan oleh beberapa metode oenelitian modul konstruksi .
Modul yang digunakan di studi ini telah melewati validasi oleh tiga ahli di psikologi,
konseling dan terapi seni visual. Perintis studi diadakan dengan melibatkan delapan
responden untuk menguji kelayakan modul. Studi menggunakan dua tipe kuesioner,
Cognition Emotion Regulation Questionnaire Symptom (CERQ) untuk mengukur variable
kognitif regulasi emosi dan Questionnaire Symptom Chek List 90 (SCL-90) untuk
mengukur variable kecemasan. Studi perintis lain melibatkan 30 reponden diadakan untuk
menentukan realbilitas kuesioner. Data dianalisis dengan software SPSS.

Hasil dari pengujian dengan dua kuesioner kepada responden adalah tes ini memiliki
Sembilan sub-konstruk yang mempresentasikan variable regulasi emosi dan sub konstruk
untuk kecemasan. Sub-konstruk ini dikompromikan dari (1) menyalahkan diri (2)
penerimaan (3) fokus pikiran (4) merencanakan kembali (5) assesmen positif (6) positifas
pada diri (7) membangun presepsi baru (8) pikiran irasional yang menyakiti (9) dan
menyalahakan orang lain, total 36 item yang diunakan untuk mengukur regulasi kognitif
emosi ibu tunggal dan 10 item untuk mengakses kecemasan. Pre-test diberikan kepada
responden sebelum mereka melewati terapi seni visual untuk mengidentifikasi keadaan
regulasi emosi kognitif dan kecemasan. Tetapi pada saat post-test diberikan untuk
menentukan tingkat regulasi emosi kognitif dan kecemasan setelah terapi seni visual.

Dari yang penulis baca di jurnal ini, penulis mendapati bahwa peneliti memberikan terapi
seni visual berupa melukis untuk membantu ibu janda (responden) ini membentuk
prespektif yang baru bahwa status ibu janda tidak lebih buruk dari yang lainnya. Hal ini
membantu responden menyadari dirinya untuk tidak larut dalam emosi atau kecemasan
yang tinggi. Hal ini juga terdapat dalam salah satu premis dalam terapi seni visual, dimana
dengan seni visual (melukis) mengetuk dan menolong ibu ini menekspreikan konflik
nonverbal rahasia pada mulanya, dimana ada emosi-emosi dalam diri ibu janda ini yang
membuat ibu janda ini berpikir akan hal-hal yang buruk akan status janda yang ia dapatkan,
bahwa status ini bukanlah hal yang buruk baginya.

Pada jurnal kedua yang berjudul “ Seni Konseling Dengan Media Gambar Untuk
Meningkatkan Self Disclosure Mahasiswa” didapat bahwa salah satu tokoh yaitu France
dan Allen yang menggunakan pendekatan Gestalt pada remaja pengganggu untuk
membantu meningkatkan kesadaran tentang perasaan dan mengintegrasikan kembali yang
bertentangan dalam diri agar perasaan lebih sehat. Pada pendekatan gestalt ini juga dapat
mengaplikasikan terapi visual yaitu menggambar. Pendekata gestalt adalah pendekatan
dimana ada situasi masa lalu ayng belum terselesaikan bisa dungkapkan dengan media
gambar untuk mengungkapkan perasaan dan dapat menciptakan kesadaran baru yang lebih
sehat.

4. PENUTUP

Dari pembahasan di atas, penulis mendapati bahwa terapi seni visual dapat diaplikasikan
dengan endekatan-pendekatan lainnya , seperti pendekatan gestalt dan dapat dilakukan dalam
proses konseling yang dapat membantu klien menungkapkan persaannya, menciptakan kesadaran
yang baru dan dapat membantu klien membangun presepsi baru yang lebih positif. Kemudian,
melalui terapi seni visual ini, penulis mendapati banyak media-media seni yang bisa dilakukan
untuk membantu klien menyadari dan meungkapkan hal-hal tertentu sebagaimana penulis telah
dipandu untuk menggambar payung, orang dan hujan dan yang penulis dapatkan adalah hampir
semua benar mengenai diri atau kepribadian penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Gladding, Samuel T. (2016). The Creative Arts In Counseling 5Th Edition . American Counseling
Association.

Karyanti. (2015). Konseling Art Dengan Media Gambar Untuk Meningkatkan Self-Disclosure
Mahasiswa. Anterior Jurnal. 15 (1), 57, 59.

Mohamad, Z, Mohamad, S.M.A.A.S, Talib, J.A dan Ibrahim, J. (2017). Visual Arts Theraphy
Effcacy Towards Cognitive Emotion Regulation and Anxiety of Single Mothers. The Social
Sciences. 12 (10), 1849-1850.

Anda mungkin juga menyukai