Anda di halaman 1dari 11

Pendekatan Expressive

Therapy

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6


1. ALDI JULIARDIKA
2. ANGGUN FITRI RIANDA
3. CHIKA FEBTRI WAROHMA
4. ELDA ARIANI
5. MELISA ANDINI
6. MONICA OCTARIA
7. NABILLAH ZULFA

DOSEN PENGAMPU
Dr. Yosef, M.A
Fadhlina Rozzaqyah, M.Pd.

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan hudayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas booklet yang berjudul pendekatan
expressive therapy dengan tepat waktu.
Adapun tujuan penulisan booklet ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah pendekatan kontemporer
konseling. Booklet ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang pendekatan expressive therapy bagi para
pembaca dan penulis.
Kami kelompok 6 mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telag membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
booklet ini.
Kami pun menyadaru, bahwa booklet ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan
untuk kesemlurnaan booklet ini.
Daftar Isi

Halaman Judul........................................................................1
Kata Pengantar.......................................................................2
Daftar Isi...................................................................................3
1. Konsep Dasar Pendekatan Exprssive Therapy..........4
2. Pengertian Pendekatan Expressive Therapy..............4
3. Tujuan Pendekatan Expressive Therapy.....................6
4. Karakteristik Pendekatan Expressive Therapy...........7
5. Implementasi Expressive Therapy................................8
6. Contoh Kasus.....................................................................9
Daftar Pustaka......................................................................11
Konsep Dasar Expressive
Therapy

Terapi ekspresif merupakan salah satu metode dalam konseling


yang masih jarang digunakan. Terapi ini menggunakan seni sebagai
media konseling. Cara ini dapat dijadikan alternatif konseling bagi
individu yang kesulitan menyampaiakan perasaan serta
permasalahan yang di hadapinya secara verbal dan langsung kepada
konselor.
Terapi ekspressif dikenal sebagai suatu terapi dalam konseling
dan psikoterapi di mana klien dapat mengkomunikasikan dan
mengekspresikan perasaan-perasaan dan pemikiran-pemikirannya
melalui aktifitas yang berkaitan dengan seni, musik, tari-tarian,
drama, puisi, serta permainan. Terapi ekspressif disebut juga dengan
”Terapi Seni Kreatif”. Khususnya seni, musik, drama dan puisi
(National Coalition of Creative Arts Therapies assosiation INCCTA
2004).
Selanjutnya Pies (2008) mengemukakan bahwa terapi ekspressif
merupakan suatu bentuk terapi yang digunakan dalam psikoterapi
dan konseling yang bertujuan untuk menyalurkan emosi dan
pemikiran individu, mereduksi stres dan konflik, melalui media
drama, membuat gambar dan musik.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa terapi


ekspressif adalah suatu bentuk terapi yang dapat digunakan oleh
konselor membantu klien mengungkapkan dan mengkomunikasikan
perasaan- perasaan, pemikiran-pemikiran melalui media dan
kegiatan yang berkaitan dengan aktifitas kesenian, taritarian,
darama, puisi, dan bentuk permainan.
Menurut Abdillah (2015) kunci modalitas terapi ekspresif yang digunakan dalam
konseling terdiri dari berbagai macam bentuk, antaralain:
1. Seni visual, melalui gambar dan lukisan dapat membantu individu
mengekspresikan masalahnya. Bukan hal yang penting jika seseorang tidak mampu
menggambar atau melukis dengan baik karena apa yang tergambarkan dan
terlukiskan meskipun itu jelek akan tetap mencerminkan perasaan serta
permasalahan yang sedang dihadapi oleh individu tersebut.

2. Terapi Musik, selama terapi musik individu dapat aktif menulis lagu dan
menciptakan musik mereka sendiri. Individu dapat mencurahkan keluh kesahnya
melalui lirik lagu yang diciptakan ataupun lagu yang dinyanyikan. Terapi musik dapat
menurunkan tingkat stres pada individu.

3. Drama, dalam dunia psikologi penggunaan media drama dalam konseling dikenal
dengan istilah psikodrama. Menurut Coey dalam Pramono (2013) Psikodrama
merupakan permainan peran yang dimaksudkan individu yang bersangkutan dapat
memperoleh pengertian lebih baik tentang dirinya, menyatakan kebutuhan-
kebutuhannya, Dan menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan serta masalah
yang di hadapnya. Tujuan utama dari psikodrama ini untuk memberikan intervensi
kepada individu agar dapat keluar dari masalah yang dihadapinya. Intervensi itu
sendiri merupakan campur tangan terapis atau sutradara dalam membantu individu
menemukan pencerahan sebagai jalan keluar dari permasalahannya.

4. Menulis Ekspresif, menurut Susanti (2013) melalui menulis ekspresif individu


merefleksikan pikiran dan perasaan terdalamnya terhadap masalah-masalah yang
terpendam. Refleksi ini memfasilitasi individu untuk merubah pikirannya, meregulasi
emosi menjadi lebih baik, serta sebagai media katarsi untuk mencurahkan emosinya
melalui kata-kata yang di tulis oleh individu. Sehingga emosi negatif yang muncul
akan dialihkan menjadi hal yang positif berupa terciptanya puisi dan prosa.

5. Terapi Dansa, individu dapat mengekpresikan diri melalui tari dan gerakan, diyakini
bahwa pengalaman, perasaan, dan permasalahan yang tidak terekspresikan melalui
kata-kata dapat dikomunikasikan dalam proses konseling melalui gerakan atau
tarian. Setiap gerakan yang individu ciptakan akan menjadi gambaran perasaan serta
emosi yang sedang dirasakan oleh individu. Sehingga melalui gerakan atau tarian
tersebut masalah individu dapat tersampaikan pada konselor, kemudian konselor
dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh individu
tersebut.
Tujuan Expressive Therapy

Tujuan konseling melalui terapi ekspresif ini adalah memberikan


sarana bagi individu untuk melepaskan emosi, perasaan, serta
masalahnya melalui berbagai macam seni. Dengan begitu konselor
dapat membantu individu untuk mencari jalan keluar dari
permasalahannya serta membantu individu untuk dapat mengambil
hikmah dan mampu belajar dari masalah yang ada. Selain itu juga
membuka kesempatan untuk seseorang berkarya melalui masalahnya.
Menghebatkan diri melalui masalah, karena masalah ada untuk dihadapi
bukan untuk dihindari.
Melalui terapi ekspresif ini, konseling bukan lagi suatu hal yang
menakutkan atau memalukan tetapi konseling merupakan kegiatan
yang membahagiakan dan menyenangkan.
Karakteristik Expressive
Therapy
Terapi ekspressif merupakan terapi yang memiliki keunikan yang dipakai dalam
konseling dan psikoterapi karena memiliki beberapa karakteristik khusus.
Keunikan terapi eksperessif dapat dibatasi dalam hal: (a) Ekspresi diri, (b)
Partisipasi aktif, (c) imaginasi, (d) Keterkaitan dan hubungan antara pemikiran
dan tubuh jasmani.

Ekspressi Diri
Seluruh terapi ekspressif, pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan
eksplorasi diri individu. Terapi ekspresif tidak hanya mengembangkan eksplorasi
diri tetapi dalam setiap episode terapinya juga mengembangkan bagaimana
klien mampu mengkomunikasikan apa yang terasa dan terpikir dalam diri klien
(Gladding,1992). Secara mendasar konselor dan klien bekerjasama
mengekspresikan diri dalam bentuk mengekpressikan perasaan, persepsi,
mengembangkan pemahaman diri.

Partisipasi Aktif
Terapi ekspressif dikenal dalam psikologi sebagai “action therapies”
(Weiner,1999) sebab metode yang dipakai berorientasi action, di mana klien
secara aktif mengeksplorasi diri dan mengkomunikasikan pemikiran dan
perasaannya melalui media musik, drama, gerakan dan tarian, permainan dan
sebagainya.

Imaginasi
Levinne (1999) mengemukakan bahwa imajinasi merupakan dasar yang
dipakai terapi ekspressif dalam kegiatan seni dan permainan. McNiff (1992)
meyakini bahwa imajinasi merupakan hal yang pokok dan mendasar dalam
keseluruhan terapi ekspressif.

Keterkaitan dan Hubungan antara Tubuh Jasmani dan Pemikiran


National Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM,2004)
mengungkapkan bahwa hubungan antara badan jasmani dengan pemikiran.
Kemampuan berpikir mempengaruhi fungsi-fungsi jasmniah tubuh.
Implikasi Pendekatan
Expressive Therapy
Secara umum baik dalam konseling maupun psikoterapi, terapi ekressif dapat
dilakukan baik secara individual, keluarga, maupun secara kelompok. Seorang konselor
ekspressif terlebih dahulu menjelaskan pengertian, menggunakan berbagai bentuk
permainan, musik, puisi, cerita dan sebagainya. Tergantung kepada keaadaan klien, terapis
menggunakan kegiatan pengakraban dengan permainan, gerakan, bercerita, rileksasi dan
sebagainya. Dalam pelaksanaan terapi ekspressif boleh menggunakan satu atau lebih
model terapi ekspressif seperti drama, lalu ada permainan atau pembacaan puisi dan
sebagainya.

a) Terapi Seni, adalah suatu bentuk terapi dengan menggunakan media seni, dengan
menggunakan media, imaginasi, dan proses kreatif. Klien diberi kesempatan untuk
merefleksikan serta mengkomunikasikan, kemampuan , kepribadian, minat, perhatian, dan
konflik-konflik yang ada dalam dirinya. Terapi ini bertujuan untuk mereduksi konflik
emosional, kesadaran diri, kemampuan sosial, pengendalian tingkah laku, pemecahan
masalah, mereduksi kecemasan, mengembangkan self esteem (American Art Therapy
Association 2004).
b) Terapi Musik, adalah suatu terapi dengan menggunakan media musik untuk membantu
klien mengungkapkan keadaan psikologis, fisik, pikiran, atau fungsi-fungsi sosial kesehatan
individu, dan atau masalah-masalah pendidikan (American Music Therapy
Association,2004)
c) Terapi Drama, adalah suatu kegiatan sistematis dan mendalam dengan mengunakan
proses drama, untuk menggali potensi ,emosi dan integrasi fisik, serta perkembangan
individu. Ini adalah suatu pendekatan yang aktif untuk membantu klien mengungkapkan
keadaan dirinya untuk dicarikan solusinya, dengan menggunakan katarsis, memahami
pengalaman secara mendalam, memahami imaginasi, dan memahami diri secara
mendalam melalui bermain peran (National drama Therapy association, 2004)
d) Terapi Gerakan/Tarian, asumsi dasarnya adalah bahwa badan jasmani dan pemikiran
adalah saling berhubungan dan ini banyak dibahas dalam psikoterapi. Proses gerakan
yang ditampilkan berhubungan dengan keadaan emosi, pemikiran, dan psikologis dari
individu. Terapi tarian dan/gerakan melihat dampak yang terjadi dalam perasaan,
pemikiran, fungsi fisik dan tingkah laku (NCCATA,2004).
e) Terapi Puisi/dan Biblio terapi, adalah suatu bentuk terapi untuk melihat ekspressi diri
klien dengan menggunakan media puisi atau karangan yang digunakan untuk
penyembuhan dan pengembangan diri. (NCCATA,2004)
f) Terapi permainan suatu bentuk terapi dengan menggunakan proses interaksi
interpersonal di mana terapis mencoba menggunakan proses permainan sebagai cara
untuk membantu klien mengkomunikasi apa yang terjadi dalam dirinya seprti masalah-
masalah psikologis dan untuk mengembangkan kemampuan klien mengekspressi apa
yang dia rasakan secara optimal (Boyd-Webb, 1999; Landreth,1991).
Knill et al. (1995) mengemukakan bahwa terapi ekspresif meliputi kegiatan yang unik, yang
masing- masingnya memiliki perbedaan. Peranan terapis tergantung bagaimana aplikasi,
klien, setting, dan objek yang akan dilaksanakan
Contoh Kasus
Tingkat percaya diri yang rendah
Orang-orang yang berjuang dengan harga diri rendah akan menemukan terapi ekspresif menjadi
sangat bermanfaat. Ini tidak hanya mendorong kreativitas dan ekspresi, tetapi juga membantu pasien
menemukan sesuatu yang mereka sukai. Seseorang yang ikut serta dalam fingerpainting mungkin
segera menyadari bahwa mereka memiliki kecakapan untuk memilih kombinasi warna. Demikian juga,
pasien lain yang mulai menulis mungkin belajar bahwa mereka hebat dalam pembuatan konten dan
mengekspresikan diri mereka melalui kata-kata tertulis. Ketika Anda tahu bahwa Anda berbakat dan
ketika Anda menyadari kekuatan Anda, jauh lebih mudah untuk naik di atas harga diri rendah dan
merasa lebih baik tentang siapa Anda sebagai manusia.

Menekankan
Pada intinya, stres ditimbulkan oleh perasaan kewalahan, tidak terkendali atau tidak berdaya untuk
menghentikan situasi yang mengganggu dalam hidup seseorang. Stres sangat berbahaya karena dapat
memburuk dan meningkat jika tidak ditangani dengan tepat. Selain itu, ada beberapa jenis masalah
kesehatan yang terkait dengan tekanan kebiasaan. Adalah normal untuk merasa kewalahan dari waktu
ke waktu, tetapi ketika stres sedang berlangsung, itu pertanda bahwa beberapa jenis perubahan harus
dilakukan.
Terapi ekspresif memerangi stres dengan serangkaian cara. Pertama dan terutama, ini memberikan
pasien jalan keluar yang sehat. Hal ini memungkinkan pasien untuk sementara waktu menghilangkan
diri dari situasi yang membuat mereka sakit dan selanjutnya menggunakan energi mereka untuk
berekspresi dan berkreasi. Proses menciptakan sesuatu juga bagus untuk menjernihkan pikiran. Ini
dapat memungkinkan individu untuk kembali ke situasi dengan pikiran yang lebih sehat dan peralatan
yang lebih baik untuk menemukan solusi yang tepat.

Trauma
Ketika seseorang mengalami trauma, itu bisa berdampak serius dan berpotensi berbahaya bagi
mereka. Bergantung pada luasnya trauma dan peristiwa spesifik yang terjadi, proses penyembuhan
dapat memakan waktu yang sangat lama dan membutuhkan perawatan yang luas. Di sinilah terapi
ekstensif berperan; dengan menyediakan jalan keluar kepada pasien, mereka dapat menggunakan seni
dan kreasi sebagai bentuk mengekspresikan diri dan melepaskan perasaan dan energi yang terpendam
di dalamnya. Trauma itu sendiri bisa sangat beracun, tetapi menjaga emosi dan perasaan Anda di
dalam adalah salah satu hal paling tidak sehat yang pernah ada. Membiarkannya keluar adalah salah
satu langkah awal penyembuhan.

Gangguan Makan
Banyak orang percaya bahwa gangguan makan adalah tentang makanan, tetapi pada kenyataannya,
mereka bukan. Sebaliknya, makanan hanya digunakan sebagai alat. Orang-orang yang menderita
gangguan makan umumnya merasa tidak memiliki kendali atas kehidupan mereka dan karenanya
beralih ke makanan sebagai satu-satunya bidang yang dapat mereka kontrol. Dampak buruk dan
kematian dari gangguan makan sangat terdokumentasi dengan baik sehingga terapi ekspresif sangat
berdampak pada area ini.
Terapi ekspresif memungkinkan pasien untuk tidak hanya mengambil bagian dalam penciptaan
sesuatu yang baru, tetapi juga membantu mereka mulai mengembangkan rasa kontrol yang sehat.
Sekarang, segala bentuk perawatan membutuhkan waktu untuk menjalankannya dan memberikan hasil
yang diinginkan; Namun, terapi ekspresif menanam benih yang sehat dan membantu pasien menyadari
bahwa mereka dapat memiliki kendali atas lintasan hidup mereka tanpa beralih ke manajemen
makanan yang sehat.
Depresi

Depresi adalah tempat yang sangat gelap. Pasien yang menderita


depresi tentu akan mendapat manfaat dalam terapi ekspresif. Cara
perawatan ini memungkinkan pasien untuk menemukan hiburan dalam
sesuatu yang membuat mereka bahagia dan membawa makna ke dalam
hidup mereka. Positif dan memiliki jalan keluar yang sehat adalah salah satu
langkah awal menuju mengatasi depresi dan mendapatkan kembali
perasaan memiliki tujuan, kebahagiaan, dan kepuasan.
Seperti masalah kesehatan mental lainnya, penting untuk dicatat
bahwa keberadaan depresi tidak otomatis hilang begitu saja ketika pasien
mulai menjalani terapi ekspresif. Depresi membutuhkan waktu untuk
berkembang, dan itu akan membutuhkan waktu untuk pergi. Namun,
mengambil langkah pertama awal dan memperkenalkan jalan keluar yang
sehat dan kreatif ke dalam kehidupan pasien selalu menguntungkan bahkan
jika hasilnya membutuhkan waktu untuk terwujud.
Daftar Pustaka
Abdillah, Husni. 2015. Penggunaan Seni Ekspresif dalam Bimbingan dan Konseling. Jurnal
Bimbingan dan Konseling, Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. 1:43-49.
Pramono, Affiyani. 2013. Pengembangan Model Bimbingan Kelompok Melalui Teknik
Psikodrama Untuk Mengembangkan Konsep Diri Positif. Jurnal Bimbingan dan
Konseling. 2.101.
Prayitno, dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiharto, dan Mulawarman. 2007. Buku Ajar Psikologi Konseling. Semarang: Unnes Press.
Susanti, Reni. 2013. Pengaruh Expressive Writing Therapy Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Berbicara Di Muka Umum Pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi. 2:1-11
American Art Therapy Association. (2004). National Coalition of Creative Arts Therapies
Associations, Inc.
American Music Therapy Association. (2004). National Coalition of Creative Arts Therapies
Associations, Inc.
Cathy A.M. (2005). Expressive therapy: Guildford. Publication
China Federation of Literary and Art Circles Publishing Corporation . (2010). ISBN 978-7-
5059-7014-4.
Ifdil, I. (2010). Pendidikan Karakter dalam Bimbingan dan Konseling. Pedagogi: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 10(2), 55-61.
Irving B. Weiner. (1999). Handbook of psychology:Johns Willwy & Sons. Inc National drama
Therapy association. (2004).
National Coalition of Creative Arts Therapies Associations, Inc.
Paolo J. Knill, Ellen G. Levine, Stephen K. Levine. (1995). Principles and Practice of
Expressive Arts Therapy: Toward a Therapeutic …Pentoville road.
Ririmasse, R. S. (2006). Hubungan Antara Pengaturan Waktu Belajar Dengan Kecemasan
Menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN).
Samuel T. Gladding. (1998). Creative art in counseling: A multicultural perspective.arts in
psychotherapy
Siti Walidatul, A. (2014). Penerapan Metode Maternal Reflektif (MMR) dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunarungu di SDLB B Yakut Purwokerto Banyumas
(Doctoral dissertation, IAIN Purwokerto).
Taufik, T., & Ifdil, I. (2013). Kondisi Stres Akademik Siswa SMA Negeri di Kota Padang. Jurnal
Konseling dan Pendidikan, 1(2), 143-150

Anda mungkin juga menyukai