Art therapy atau terapi seni adalah terapi dengan menggunakan seni sebagai
media utamanya.Art therapy dapat diartikan sebagai seni yang menjadi media terapi
atau melakukan kegiatan seni sebagai terapi.Terapi seni merupakan salah satu jenis
dari berbagai jenis terapi ekspresif melibatkan individu dalam aktivitas kreatif
dalam bentuk penciptaan (karya atau produk) seni (Case & Dalley, 1992;Ballou,
1995).Art therapy merupakan metode terapeutik yang menggunakan pembuatan
seni, hubungan professional, pada individu yang memiliki pengalaman yang
menyakitkan, trauma, atau individu yang memiliki tantangan dalam hidupnya.
Melalui kesenian dan melakukan refleksi terhadap senidan prosesnya,
individu dapat meningkatkan kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain,
mengatasi gejala-gejala stress, pengalaman traumatic, meningkatkan kemampuan
kognitif, dan dapat menikmati kehidupan yang menyenangkan dengan membuat
kesenian (Holt & Kaiser, 2009). Melalui aktifitas seni tersebut individu diasumsikan
mendapat media paling aman untuk memfasilitasi komunikasi melalui eksplorasi
pikiran, persepsi, keyakinan, dan pengalaman, khususnya emosi (Holt & Kaiser,
2009). Proses dan respon subjek saat menggambar serta karya seni subjek
digunakan sebagai refleksi atas perkembangan, kemampuan, kepribadian,
ketertarikan, perhatian dan konflik individu (Ballou, 1995). Melalui art therapy,
individu dapat mengkomunikasikan emosi atau perasaan yang dirasakan,
menyelesaikan konflik masalah, serta mencapai peningkatan rasa kesejahteraan.
Prosedur :
NO PROSEDUR
Pre interaksi
2 Siapkan alat-alat
4 Cuci tangan
Tahap orientasi
5 Beri salam dan panggil klien dengan namanya. Bina hubungan saling percaya.
Tahap kerja
7 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
9 Atur posisi klien sebelum dilakukan terapi melukis. Berikan ruang agar tidak mengganggu
klien yang lainnya
11 Bagikan alat lukis yang diperlukan dan damping klien saat melukis apabila klien bersedia
di damping
Terminasi
23 Bereskan alat-alat
24 Cuci tangan
Dokumentasi
Penulis : Ming-Hwai Lin, M.D; Shwu-Lan Moh, M.SC;Yu-Cheng Kuo, M.SC; Pin-
Yuan Wu, M.D; Chiung-Ling Lin, R.N; Mei-Hui Tsai, M.S.W; Tzeng-Ji Chen,
M.D.,; Shinn-Jang Hwang, M.D., F.A.C.G.
Ringkasan Jurnal
Jurnal yang berjudul Art therapy for terminal cancer patients in a hospice
palliative care unit in Taiwan melakukan penelitian pada bulan April 2001 sampai
Desember 2004.Penelitian ini dilakukan di Unit Hospice Palliative Care di Taipei
Veteran Rumah Sakit Umum, yang diikuti oleh 177 pasien dengan kanker terminal
(105 laki-laki dan 72 perempuan). Penelitian melibatkan pasien kanker terminal
dengan usia ≥18 tahun, rata-rata dari semua pasien adalah 65,4 ± 15,8 tahun yang
secara mental waspada dan bersedia untuk mengikuti terapi seni.Terapi seni akan
melalui beberapai tahap, yaitu pertama akan dijelaskan tujuan terapi seni untuk
pasien dan melakukan survei pendahuluan. Kedua, terapis membimbing pasien
untuk mendapatkan lebih banyak kenangan bahagia dan perasaan menyentuh,
terapis mencoba untuk memperkuat perasaan positif ini.Ketiga, pasien santai
dengan gambar favorit kemudian terapis menjelaskan arti dari gambar yang
tersedia, pasien biasanya bisa berkonsentrasi dan merasakan keindahan dari gambar
dan selnjutnya terapis mengevaluasi persepsi pasien.Keempat, para terapis
memeriksa kondisi fisik dan mental pasien dari waktu ke waktu dan menyesuaikan
terapi dengan kondisi pasien.Kelima, terapis mendorong pasien untuk melukis,
menggambar, menulis, memahat, membuat kerajinan, atau mengambil
foto.Fokusnya adalah bukan pada teknik tetapi untuk menjadi kreatif menggunakan
media artistik yang tepat.
Terapis juga menjelaskan arti dari karya seni dan membangun hubungan
dengan pasien. Keenam, berdasarkan kepentingan masing-masing pasien, kondisi
mental dan fisik, terapis akan berunding dengan tim medis dan menyesuaikan terapi
selanjutnya sehingga lebih cocok untuk pasien nantinya. Ketujuh, melalui apresiasi
seni, karya seni kreatif, dan dorongan dari terapis, pasien bisa membebaskan
asosiasi. Ketika santai, pasien akan menikmati karya seni mereka sendiri dan
didorong untuk menuliskan apa pun yang mereka rasakan, sebagai catatan
perkembangan diri dan tahap kesadaran diri secara berkala. Setiap sesi terapi
berlangsung 30 menit, itu bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing
pasien.Setelah dilakukan penelitian berdasarkan metode yang telah diterapkan,
sehingga didapatkan evaluasi ekspresi perasaan selama terapi seni menunjukkan
bahwa, 122 pasien (69%) konsentrasi atau sangat konsentrasi selama apresiasi seni.
130 pasien (73%) sementara menganggap terapi lukisan ini menyenangkan dan 138
(73%) memberi keterangan bahwa seni bekerja dengan baik atau sangat baik
baginya. 154 pasien (87%) menerima terapi dengan anggota keluarga yang ikut
berpartisipasi. 110 pasien (62,1%) memiliki perasaan syukur dan iman. 150 pasien
(85%) memiliki pandangan positif tentang makna kehidupan. 76 pasien (56%)
bersedia untuk berbagi pandangan tentang kehidupan dan kematian. Selama terapi,
124 pasien (70%) merasa santai dengan perasaannya, dan 94 pasien (53,1%) merasa
perbaikan kondisi fisik mereka.
Penelitian ini juga didukung oleh Betty R. Ferrell &Nessa Coyle (2010)
pada bukunya yang berjudul Palliative Nursing Terapi seni dapat digunakan untuk
membantu pasien berkomunikasi mengenai penyakit yang menyakitkan mereka
sedemikian rupa sehingga mereka dapat merasa dimengerti dan dihormati serta
pasien mampu berkomunikasi mengenai sakit fisik dan emosionalnya sehingga
dapat mengurangi penderitaan pasien (Luzzatto P, Sereno V, Capps R., 2003)
Manfaat dari terapi seni ini tidak hanya dirasakan oleh pasien sendiri,
melainkan pihak care giver dalam hal ini yaitu keluarga juga merasakan manfaat
yang positif.Keluarga dan pasien dapat berkomunikasi dan menjadi rileks saat terapi
ini diterapkan. Pernyataan tersebut juga didukung pada jurnal yang berjudul Testing
the Efficacy of a Creative-Arts Intervention With Family Caregivers of Patient With
Cancer yang menyatakan bahwa art terapi ini dapat meningkatkan komunikasi yang
positif antara keluarga dan pasien serta penyedia tenaga kesehatan.
Jurnal Pendukung II
Penulis : Silvia Forzoni, DIPL, A.T; Michela Perez, M.A. Psych; Angelo
Martignetti, M.D; Sergio Crispino, M.D.
Ringkasan Jurnal
Dalam 15 tahun terakhir, terapi seni menjadi fitur inovatif dalam psiko-
onkologi.Terapi seni telah digunakan untuk memberikan dukungan kepada pasien
kanker diberbagai tahap penyakitntya dan dengan berbagai intervensinya, terutama
di Inggris dan di Amerika Serikat. Tujuan terapi ini difokuskan pada 2 hal yaitu
untuk menilai apakah pertemuan pasien dan terapis seni selama sesi kemoterapi
bermanfaat dan untuk menjelaskan bagaimana terapi seni ini membantu dalam
proses peningkatan kesehatan pasien. Antara Juni 2008 dan Februari 2009, pasien
kanker menghadiri “Day Hospital Oncology” di Siena. Pasien diberitahu bahwa
mereka secara individu akan mendapatkan terapi seni dari terapis yang berkualitas
yang tujuannya untuk dukungan psikologis selama proses kemoterapi pasien.
Terapis datang 2 kali seminggu dan menangani 157 pasien (69 laki-laki dan
88 perempuan).Sebelum melakukan tindakan ini, pasien sudah menandatangani
formulir persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian.Setiap pasien rata-rata
bertemu dengan terapis 4-5 sesi.Setiap sesi berlangsung rata-rata 40 menit.Sesi
terapi yang pertama mengikuti SOP yang ada.Setelah sesi pertaama, terapis dan
pasien bersama-sama memutuskan bagaimana kelanjutannya, sesuai dengan isi dan
perasaan yang muncul pada sesi pertama.Pengalaman terapi seni yang diberikan
didasarkan pada “teknik kolase”. Teknik ini meminta pasien untuk memilih
beberapa gambar yang relevan dengan pasien dari majalah ilustrasi,
menggabungkan mereka di satu kertas putih, dan memberikan nama bagi karya
mereka. Teknik ini tidak membutuhkan latar belakang atau kemampuan seni
khusus.Terapi ini merangsang pasien mengungkapkan emosinya.Dalam sesi
berikutnya, alat dan bahan yang tersedia yakni majalah untuk kolase, spidol, crayon,
dan cat air.
Sampel pasien yang digunakan adalah homogen untuk daerah Tuscany dan
untuk jenis pengobatan yakni kemoterapi.Psikolog bekera independen dari terapis
seni.Psikolog datang 1 kali seminggu dan melihat individu dalam kelompok acak
yang terdiri dari 54 pasien yang telah menyimpulkan mengikuti pengobatan
kemoterapi dan terapi seni setidaknya sekali. Psikolog dan pasien bercakap-cakap
mengenai apakah terapi seni ini membantu mereka dalam proses kemoterapi atau
tidak. Hasil wawancara dengan pasien tersebut akan dibahas bersama-sama oleh
psikolog dan terapis seni. Hasil dari wawancara dengan 54 orang dalam kelompok
acak tersebut yakni 3 pasien mengatakan terapi seni belum membantu dan 51 pasien
menggambarkan pengalaman seni terapi sangat membantu mereka.
Studi ini menunjukkan bahwa terapi seni adalah modalitas yang sangat
fleksibel dan tidak membutuhkan ruang seni yang besar serta bahan-bahan seni
yang banyak untuk menjadi alat yang efektif untuk dukungan psikologis. Secara
khusus, teknik kolase terbukti cocok dan meragsang titik awal untuk membimbing
pasien menuju salah satu dari tiga arah yakni suasana hati yang positif, narasi pada
diri sendiri, dan mencari makna, berdasarkan apa yang mereka butuhkan.
Judul : “An overview of art therapy interventions for cancer patients and the
results of research”
Ringkasan Jurnal
Terapi kreatif adalah bentuk terapi komplementer atau cara supportif dalam
profesi medis. Terapi seni berbasiskan menggambar dan melukis ini memiliki kaitan
antara ilmu psiko-onkologi, yang bertujuan untuk mendukung pasien kanker dalam
menghadapi penyakit mereka dan dampak yang penyakitnya.Terapi seni merupakan
jenis intervensi psikososial tertentu.Selama dua dekade terakhir, terapi seni
berdasarkan lukisan atau gambar telah diterapkan di banyak bidang institusi
onkologi medis-rehabilitatif.Saat ini, terapis seni yang terlibat bisa pada semua
tahap perawatan seperti perawatan medis akut, rehabilitasi, dan setelah pasien
selesai perawatan.
Jurnal ini khusus membahas kaitan terapi seni pada pasien kanker dengan
metode mengumpulkan berbagai literature (systematic review) dengan kriteria
inklusi terapi seni yang digunakan yaitu menggambar dan melukis; pasien
dikhususkan pada orang dewasa dengan kanker dengan rentang usia dari 20 sampai
dengan 83 tahun; menunjukkan efektifitas terapi dan dipubilkasikan menggunakan
bahasa Inggris atau Jerman.
Dari hasil telaah pustaka, peneliti mendapatkan hasil dari segit kualitatif
yaitu pasien lebih bebas untuk mengekdpresikan perasaan yang dialaminya,
membantu membentuk strategi koping yang konstruktif, membantu meningkatkan
dalam hal interaksi social serta membantu dalam proses perkembangan personal
pasien. Dari segi kuantatif menunjukkan bahwa adanya peningkatan kualitas hidup
pasien dengan indikator yang mengalami peningkatan yaitu social functioning and
global score. Variable kuantitatif lain yang digunakan yaitu kesehatan mental
(ansietas dan depresi) yang menunjukkan hasil yaitu penurunan yang signifikan
dalam tingkat ansietas dan depresi pada saat sebelum dan sesudah intervensi yang
diberikan. Hal tersebut juga sesuai dengan beberapa penelitian yang sudah ditelaah
oleh peneliti, selain itu terdapat juga pengurangan tingkat keputusasaan dan fatalism
yang dialami oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Forzoni, S., Perez, M., Martignetti, A., & Crispino, S. (2010). Art therapy with cancer
patients during chemotherapy sessions: An analysis of the patients' perception of
helpfulness. Palliative & Supportive Care, 8(1), 41-8.
doi:http://dx.doi.org/10.1017/S1478951509990691
Holt, E & Kaiser, D.H. (2009). The first step series: art therapy for early substance abuse
treatment. The Arts in Psychotherapy.
Geue, Kristina ., Goetze, Heide., Buttstaedt, Marianne., Kleinert, Evelyn., Richter, Diana
dan Singer, Susanne. (2010). An overview of art therapy interventions for cancer
patients and the results of research. Complementary TherapiesinMedicine (2010)
18, 160—170. doi:10.1016/j.ctim.2010.04.001
ART THERAPY
Oleh: SGD 3
2016