Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUWEB III

PDGK4109 BAHASA DAN SASTRA DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :
BAGUS BIMANTORO
858845372
PDGK4109
1. Cerita anak dan cerita dewasa memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan utamanya adalah
bagaimana pengemasan cerita tersebut seperti alur, kata yang digunakan, tema dan isi cerita.
Selain itu, cerita anak juga lebih sederhana dibanding cerita dewasa dan kaya akan
pembelajaran. Meskipun demikian, bukan berarti cerita dewasa tidak ada pembelajarannya
sama sekali, tapi lebih kepada kehidupan nyata.

Pembahasan :

Seperti yang diketahui, kemampuan seorang anak dan orang dewasa dalam memaknai suatu
cerita dapat berbeda. Seorang anak seringkali akan menerima cerita mentah-mentah dibanding
orang dewasa. Oleh karena itu, cerita anak sering menggunakan alur yang simpel dan mudah
dipahami, dalam hal penggunaan diksi, cerita anak lebih familiar dengan dunianya dan kata-
katanya juga mudah dipahami dan jarang sekali menggunakan istilah asing. Isi cerita pada cerita
anak juga sangat kaya akan pembelajaran yang akan memengaruhi positif pada perkembangan
mereka seperti dongeng dan fabel. Pengemasan cerita anak juga sering menggunakan tambahan
media gambar untuk menarik perhatian mereka.

Lain halnya dengan cerita dewasa, alur yang digunakan banyak yang kompleks seperti pada
novel-novel yang kebanyakan menggunakan alur campuran. Tema yang digunakan pun lebih
kepada masalah kehidupan yang lebih nyata seperti percintaan, keluarga, hingga ekonomi.
Pembelajaran yang didapat dari cerita dewasa juga banyak dan dapat berhubungan dengan
masalah yang sedang atau pernah dialami maupun juga untuk sekedar motivasional. Terkadang,
cerita dewasa terdapat hal-hal yang belum cocok untuk diketahui anak-anak sehingga hal ini
perlu diperhatikan agar anak-anak dapat berkembang dalam literasi sesuai usianya.

2. “Tuhanku”
“Dalam termenung”
“Aku masih menyebut nama-Mu”

“Biar susah sungguh”


“Mengingat Kau penuh seluruh”
“Caya-Mu panas suci”
“Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi”

“Tuhanku”
“Aku hilang bentuk”
“Remuk”

“Tuhanku”
“Aku mengembara di negeri asing”
“Tuhanku”
“Dipintu-Mu aku mengetuk”
“Aku tidak bisa berpaling”

Puisi doa memiliki unsur intrinsic berupa :

1. Tema
Puisi ‘Doa’ ini bertemakan ketuhanan
2. Perasaan
Puisi ‘Doa’ ini menggambarkan perasaan penyair yang penuh rasa haru dan rindu kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan kata “Tuhanku dalam
termenung aku masih menyebut nama-Mu”.
3. Nada dan suasana
Puisi ‘Doa’ ini mengandung nada ajakan kepada pembaca untuk senantiasa mendekatkan
diri kepada Tuhan dan tidak berpaling. Sedangkan di puisi ini timbul rasa rindu dan haru
kepada Tuhan.
4. Amanat
Puisi ‘Doa’ ini mengandung amanat agar pembaca dapat mendekatkan diri kepada Tuhan
dan senantiasa bertekun dalam menjalankan perintah-Nya.
3. Secara khusus, pengertian drama anak-anak adalah proses lakuan anak sebagai tokoh, dalam
berperan, mencontoh atau meniru gerak pembicaraan seseorang, menggunakan atau
memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan tentang karakter dan situasi dalam suatu lakuan,
baik dialog maupun monolog guna menghadirkan peristiwa dan rangkaian cerita tertentu.

4. A. Unsur intrinsic
 Tokoh
Tokoh dalam drama anak-anak selain orang dewasa dan anak-anak biasa juaga
berupa bonek, binatang, tumbuhan, dan benda mati. Namun, tokoh boneka,
binatang, tumbuhan, dan benda mati, sikap dan tingkah lakunya tetap
menggambarkan kehidupan manusia.

Ciri-ciri tokoh drama anak-anak, yaitu memiliki ciri-ciri kebadanan, misalnya usia,
jenis kelamin, keadaan tubuh, dan kondisi wajah. Ciri-ciri kejiwaan, misalnya
mentalitas, moral, temperamen, kecerdasan, dan kepandaian dalam bidang tertentu.
Sedangkan ciri-ciri kemasyarakatan, misalnya status sosial, pekerjaan atau
peranannya dalam masyarakat, pendidikan, ideologi, kegemaran, dan
kewarganegaraan.

Tokoh utama adalah pelaku yang diutamakan dan biasanya intensitas


kemunculannya lebih sering dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain. Tokoh
tambahan adalah pelaku/tokoh yang kemunculannya lebih sedikit dan tidak begitu
dipentingkan kehadirannya.
Penokohan drama anak-anak dapat diciptakan pengarang dengan cara
mengungkapkan gambaran tentang tokoh melalui cakapan tokoh, penggambaran
keadaan tokoh, dan tingkah laku tokoh.
 Alur
Sebagai mana pada cerita rekaan, alur disebut juga plot, jalan cerita, atau struktur
neratif. Demikian pula alur drama disebut juga struktur drama. Berkaitan dengan
drama anak-anak maka alur drama anak-anak adalah rangkaian peristiwa yang
mempunyai hubungan sebab akibat. Struktur drama anak-anak digolongkan menjadi
lima bagian, yaitu (a) perkenalan, (b) penajakan laku, (c) klimaks, (d) leraian, dan (e)
keputusan (Christopher Rusell Reaske, 1996:29).

Alur atau struktur drama anak-anak pada umumnya mengandung lima bagian
rangkaian peristiwa, yaitu:

1) Perkenalan

2) Konflik

3) Klimaks

4) anti klimaks

5) penyelesaian.

Perkenalan adalah bagian rangkaian peristiwa dalam drama anak-anak berisi


keterangan mengenai tokoh dan latar. Dalam bagian ini pengarang memperkenalkan
para tokoh, menjelaskan tempat peristiwa, dan gambaran peristiwa yang akan
terjadi.

Konflik adalah tahapan rangkaian peristiwa dalam drama anak-anak dengan alam,
manusia dengan sesama manusia, manusia dengan pencipta, manusia dengan diri
sendiri.

Klimaks adalah tahapan rangkaian peristiwa dalam drama anak-anak yang


menimbulkan puncak ketegangan. Peristiwa dalam tahapan ini merupakan pengubah
nasib tokoh.

Antiklimaks adalah tahapan rangkain peristiwa dalam drama anak-anak yang


menunjukan perkembangan lakuan kearah selesaian. Tahapan ini kadar pertentangan
dan ketegangan mereda.

Penyelesaian adalah tahapan rangkaian peristiwa dalam drama anak-anak yang


diakhiri dengan kebahagiaan, kedamaian, ataupun kesedihan. Ketentuan final dari
segala pertentangan yang terjadi terungkapan
 Latar
a) Memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas

b) Menciptakan kesan realitis kepada penbaca atau penonton,


c) Menciptakan suasana yang seakan-akan nyata ada sehingga mempermudah
pembaca atau penonton dalam berimajinasi,

d) Mendorong pembaca atau penonton agar berperan kritis terhadap teks drama
atau pementasan yang berkaitan dengan pengetahuan latar.
 Tema
Tema pada drama terdapat keseluruhan teks. Tema menjadi dasar pengembangan
seluruh cerita suatu drama anak-anak. jadi, penentuan tema sebuah drama anak-
anak dilakukan berdasarkan keseluruhan teks yang bersangkutan tidak hanya
berdasarkan pada bagian tertentu.

Pada umumnya tema dalam teks drama anak-anak dinyatakan secara eksplisit. Di
samping itu tema drama anak-anak merupakan pikiran utama yang dikaitkan dengan
masalah kebenaran dan kejahatan. Misalnya, perbuatan yang jahat akan dikalahkan
oleh perbuatan yang baik.

B. Unsur Ekstrinsic Drama Anak-Anak


 Biografi Pengarang
Seorang pengarang karya sastra, dalam hal ini pengarang sastra anak-anak perlu
menjiwai corak kepribadian anak-anak.
 Psikologi
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang (P. Hariyanto,
1997/1998: 9.30) Psikologi juga dikatakan ilmu yang berkaitan dengan proses-proses
mental, baik berkenaan dengan proses mental yang normal maupun yang abnormal
dan pengaruhnya pada perilaku atau ilmu pengetahuan tentang gejala dan berbagai
kegiatan jiwa. Pengarang drama anak-anak dalam menulis hasil karyanya sudah
barang tentu menggunakan kaidah-kaidah dari ilmu jiwa anak-anak atau karakter
khusus yang dimiliki oleh binatang tertentu
 Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai struktur sosial dan
proses-proses sosial (P. Hariyanto, 1997/1998: 9.32). Pengarang menulis karya drama
anak-anak juga dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat asalnya, kondisi
ekonomi, dan realitas sosial.

5. A. Kegiatan Apresiasi Langsung


 Kegiatan ini dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk memperoleh nilai
kenikmatan dan kehikmatan dari karya sastra anak yang diapresiasi. Nilai kenikmatan
sastra anak dapat memberi sesuatu yang menyenangkan, menghibur, dan memberi
kepuasan. Nilai kenikmatan sastra dapat memberi pelajaran, amanat, dan nasihat
tentang kehidupan.

Kegiatan apresiasi langsung meliputi kegiatan-kegiatan seperti berikut:

Membaca sastra anak


Kegiatan ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh sesuatu
yang terkandung dalam sastra anak, yaitu nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan
anak. Nilai-nilai itu memberi arahan tentang perilaku, pandangan hidup, dan cara
menyikapi sesuatu dalam menghadapi kehidupan.

Mendengar sastra anak

Kagiatan ini dapat berupa mendengarkan pembacaan suatu karya sastra. Kegiatan ini
memerlukan ketajaman pikiran dan perasaan guna menyimak karya sastra yang
didengarkan.

Menonton pementasan sastra anak

Kegiatan ini dapat berupa menonton pembacaa puisi, cerpen, atau pementasan
drama. Kegiatan menonton ini tidak terbatas pada pementasan panggung saja,
melainkan juga menonton lewat televisi atau film di bioskop.

B. Kegiatan Apresiasi Tidak Langsung

 Kegiatan apresiasi tidak langsung merupakan kegiatan apresiasi yang dapat


menunjang pemahaman seseorang terhadap karya sastra anak. Kegiatannya berupa
kegiatan mempelajari teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra.

Anda mungkin juga menyukai