Disusun oleh :
Melisah (19201241072)
PBSI B 2019
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Dunia anak-anak adalah dunia yang dipenuhi dengan rasa penasaran. Anak-anak memiliki rasa
penasaran yang besar. Maka dari itu, penting untuk memperkenalkan kepada anak mengenai dunia
sastra anak. Karena jika dimulai sejak dini, akan membentuk suatu kebiasaan, perilaku-perilaku
positif dan kreatif pada tumbuh kembang anak. Dalam perkembangannya, anak akan tumbuh menjadi
seorang yang memiliki daya imajinatif yang tinggi. Sebab sastra anak membantu menumbuhkan
kreativitas pada anak-anak.
Namun, dalam memperkenalkan sastra kepada anak, diperlukan dampingan orang tua atau orang yang
lebih dewasa. Agar anak mendapatkan bacaan yang tepat sesuai degan umurnya. Sastra anak memiliki
banyak jenis atau genre yang dapat dipilih untuk dikenalkan kepad anak. Pemilihan sastra tersebut
haruslah yang bermutu. Sehingga dalam perjalanannya dapat bermanfaat bagi anak-anak.
Santosa (dalam Rosdiyana, 2008:54) mengemukakan bahwa sastra anak adalah karya seni yang
imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa, baik lisan maupun tertulis,
yang secara khusus dapat dipahami oleh anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak.
Pada hakikatnya, sastra mengajarkan kehidupan. Buku sastra dapat menjadi cermin masyarakat dalam
berkehidupan sehari-hari. di dalam sastra, kehidupan masyarakat hadir dalam banyak symbol.
Terlebih di dalam karya sastra anak. Simbol-simbol tersebutlah yang akan membantu anak dalam
menumbuhkan daya imajinatif. Sehingga anak-anak memiliki kekreatifan. Dan mampu menciptakan
hal-hal baru yang dapat memberikan manfaat baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya.
Karya satra yang hadir dan diperuntukkan untuk anak dapat memberikan beberapa konstribusi pada
anak (Nurgiyantoro, 2005:35-41). Konstribusi tersebut terkait dengan kejiwaan anak. Nurgiyantoro
menyimpulkan bahwa sastra anak memiliki konstribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian
anak dalam proses menuju kedewasaan sebagai manusia yang mempunyai jati diri yang jelas. Dengan
demikian, berarti konstribusi sastra bagi pembaca dan pendengar yang masih anak-anak dapat
membentuk pertumbuhan berbagai pengalaman (rasa, emosi, bahasa), personal (kognitif, spiritual,
etis, spritual), eksplorasi dan penemuan, juga petualangan dan kenikmatan. Berkenaan dengan hal
tersebut kehadiran sastra anak dalam perkembangan belajarnya sangatlah berpengaruh terutama dalam
menumbuhkan jiwa sosialnya.
Maka dari itu, penting bagi masyarakat untuk dapat memahami mengenai sastra anak. Karena selain
keluarga, masyarakat atau lingkungan sekitar anak menjadi hal yang penting bagi tumbuh kembang
anak. Atas dasar kepentingan tersebut, maka diperlukan suatu pengkajian sebagai salah satu bentuk
pembelajaran sastra anak. Adapun genre sastra anak yang dikaji diantaranya adalah : novel anak, puisi
anak, nanyian anak, fabel anak dan komik anak.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tokoh:
Tokoh adalah pelaku yang dikisahkan dalam cerita. Teknik penghadiran tokoh:
Lukens (lewat Nurgiyantoro 2019:257) mengemukakan bahwa teknik penghadiran
karakter tokoh dapat dilakukan lewat aksi (aksi, tindakan, tingkah laku tokoh);
kata-kata (kata-kata dalam dialog yang diucapkan tokoh); penampilan
(penampilan fisik tokoh); komentar orang lain, komentar pengarang.
B. Alur cerita:
Merupakan rangkaian peristiwa dalam cerita yang dihubungkan oleh
hubungan sebab akibat.
2. Puisi Anak
a. Bunyi
Aspek bunyi dalam puisi anak dipandang sebagai suatu hal yang sangat
penting. Bunyi dalam puisi dapat menunjang efek kepuitisan baik ketika puisi itu
dinyanyikan atau sekedar dibacakan. Bunyi- bunyi yang indah ini akan lebih mudah
melekat pada ingatan anak. Maka, tidak jarang anak akan mudah mengingat dan
memahami kehadiran puisi, baik yang dibacakan atau dilagukan. Aspek- aspek bunyi
dalam puisi meliputi pesajakan atau rima dan irama.
b. Kata
Kata adalah segalanya bagi puisi. Kata menentukan derajat keindahan sebuah
puisi sebagai sebuah karya seni. Kata juga menentukan kekomunikatifan makna yang
ditawarkan oleh sebuah puisi (Nurgiantoro, 2005:333). Maka, dalam mencapai unsur
kepuitisan karya seni, puisi memerlukan seleksi kata yang ketat. Pemilihan kata yang
dianggap tepat akan menimbulkan efek emotif tersendiri bagi pembaca. Bagi penulis
puisi, memilih kata atau diksi adalah menawarkan pesan dan cara menyentuh hati
pembacanya. Bagi pembaca, kata- kata dalam puisi adalah jaminan memperoleh
kenikmatan emosional dan pemahaman melalui dialog dengan puisi tersebut.
c. Sarana Retorika
Puisi termasuk di dalamnya puisi anak merupakan salah satu jenis karya sastra
yang menggunakan bahasa sebagai media penyampaiannya. Melalui bahasa,
diperlukan sebuah cara untuk mencapai unsur keindahan karena sejatinya karya sastra
adalah karya seni. Maka akan menjadi suatu yang wajar jika bahasa yang digunakan
dimanipulasi, dieksploitasi, disiasati, atau didayakan sedemikian rupa demi
memperoleh efek keindahan. Selain melalui seleksi kata yang ketat, untuk mencapai
efek keindahan itu dapat dilakukan melalui sarana retorika. Sarana retorika
digunakam untuk mengekspresikan suasana dan dimensi makna yang mendalam
dalam sebuah puisi. Sarana retorika yang di maksud meliputi berbagai bentuk
permajasan dan penyiasatan.
d. Tema
Mengekspresikan sebuah puisi berarti menuangkan berbagai ide, gagasan,
pengalaman, emosi, dan hal- hal yang berhubungan dengan aspek kandungan isi.
Lukens (lewat Nurgiantoro, 2005: 353) mengatakan bahwa isi puisi adalah emosi, dan
ia memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kehidupan. Dalam menulis puisi,
khususnya puisi anak pesan- pesan yang disampaikan adalah hal- hal sederhana yang
ada di sekitar anak- anak. Tidak jarang puisi anak hanya sekedar ungkapan biasa bagi
orang dewasa karena apa yang disampaikan berkaitan dengan mainan, tanaman,
sekolah, dll. Bagi penulis dewasa, menulis puisi anak harus menyesuaikan dengan
dunia anak.
Menurut KBBI, fabel adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi
manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang (berisi pendidikan moral
dan budi pekerti). Nurgiyantoro (2005: 218) mengemukakan bahwa cerita
binatang (fabel) adalah salah satu bentuk cerita tradisional yang menampilkan
binatang sebagai tokoh cerita yang dapat berpikir dan berinteraksi layaknya
komunitas manusia, juga dengan permasalahan hidup layaknya manusia.
Sedangkan menurut Danandjadja (2002: 26), fabel merupakan cerita yang
tokohnya binatang peliharaan dan hewan liar yang dapat berbicara dan berakal
budi seperti manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fabel merupakan
cerita yang bertokoh binatang yang dapat melakukan aktivitas dan berinteraksi
layaknya manusia serta di dalamnya terdapat pesan moral.
2. Tujuan Fabel
3. Asal-Usul Fabel
4. Fabel Klasik
Cerita yang memang sudah dikenal sejak zaman dulu yang tidak
diketahui jelas kapan waktu munculnya yang diwariskan secara turun temurun
terutama lewat sarana lisan. Cerita binatang sudah ada sejak zaman Yunani
Klasik dan India kuno misalnya cerita yang berjudul Jataka dan Pancatantra.
Di Indonesia cerita itu juga ditemukan di Melayu, Jawa, Sunda, Toraja, dan
lain-lain. Dalam cerita itu selalu ditampilkan binatang yang menjadi peran
utama, kecil, lemah, tetapi cerdas sehingga dapat menundukan binatang-
binatang yang besar dan kuat.
5. Fabel Modern
A. Realisme Binatang
1. Judul : Kalimat yang terdapat pada awal cerita yang memiliki fungsi untuk
menjelaskan tema secara umum atau gambaran dari cerita tersebut.
2. Orientasi : Bagian yang menunjukan pengenalan karakter, waktu dan tempat.
Dalam cerita, biasanya terdapat pada bagian awal cerita.
3. Komplikasi : Bagian pada fabel yang menunjukan konflik awal atau munculnya
masalah dalam cerita.
4. Klimaks : Bagian yang menceritakan puncak dari suatu masalah atau konflik.
5. Resolusi: Bagian dari cerita yang berisi tentang penyelesain masalah yang ada
dalam cerita.
Tokoh yang disajikan dalam cerita adalah binatang, Memiliki alur maju,
Watak-watak yang ditampilkan dalam cerita memiliki karakter yang baik dan buruk,
Menyajikan rangkaian cerita atau peristiwa yang menunjukan sebab akibat, Latar
dalam sebuah cerita menggunakan latar alam seperti hutan, gurun, sungai, dan lain-
lain, Ceritanya singkat dan cepat, Alurnya dibuat sederhana sehingga mudah
dipahami.
5. Komik Anak
Komik merupakan bacaan yang identik dengan hal-hal yang tidak terlalu berat
untuk dibaca. Salahsatu fungsi komik adalah sebagai sarana hiburan. Banyaknya
penggemar komik membuat Boneff mengkategorikannya sebagai kesastraan populer
yang memiliki keunikan tersendiri karena adanya gambar-gambar (Sastriyani,
2004:123).
Cerita dalam komik dibangun dan dikembangkan lewat gambar dan kata.
Kata-kata berfungsi sebagai penjelas, pelengkap, dan pemerdalam penyampaian oleh
gambar. Kata-kata biasanya tampil dalam balon-balon yang dikreasikan sedemikian
rupa sehingga serasi dengan gambar-gambar. Komik dapat dijadikan sebagai sarana
komunikasi untuk menyampaikan sesuatau kepada pembaca, namun masih tampil
sebagai sesuatu yang “ringan”.
Struktur Komik
1. Penokohan
Tokoh adalah subjek yang dikisahkan dalam komik. Tokoh dalam komik tidak
hanya manusia saja, melainkan berbagai jenis makhluk hidup lain seperti
binatang, makhluk halus, bahkan benda-benda tidak bernyawa. Tokoh komik anak
yang dominan adalah binatang-binatang tertentu seperti kelinci, kucing, bebek,
kera, dan lain-lain.
a. Tokoh lucu-aneh
Digambarkan lewat rupa yang lucu, tidak proporsional untuk ukuran manusia
lumrah, dan menyangkut berbagai anggota tubuh.
b. Karakter kuat
Tokoh dalam komik menjadi lebih menarik karena memiliki kemampuan yang
luar biasa, seperti Doraemon dengan kantong ajaibnya.
c. Tokoh sederhana
Karakter yang dimiliki tokoh sederhana cenderung konstan dan tidak berubah
ubah.
d. Teknik pelukisan tokoh
Teknik pelukisan tokoh dalam komik menggunakan gambar dan kata
sekaligus. Hal ini dapat membuat pelukisan tokoh dalam komik lebih efektif
dan efisien.
2. Alur
Alur dapat diartikan sebagai peristiwa yang bersebab-akibat. Dalam komik yang
media representasinya terdiri dari panel-panel gambar dan kata-kata, alur juga
dibangun dan dikembangkan lewat kedua sarana tersebut.
a. Peralihan gambar
Komik dibangun melalui media gambar, sehingga perkembangan alur cerita
komik dapat diamati secara visual. Gambar-gambar tersebut disusun secara
berurutan dan akibat adanya “kontrak rahasia dan diam-diam” antara pencipta
dan pembaca gambar-gambar tersebut menjadi nyata dan bermakna. Panel-
panel gambar tersebut diurutkan berdasarkan dengan pola pengembangan
tertentu.
Secara teoritis McCloud (2002:70-72) mengemukakan ada enam cara untuk
mengalihkan gambar dari sebelum ke sesudahnya. Keenam cara yang
dimaksud ialah:
1) Waktu ke waktu
2) Aksi ke aksi
3) Subjek ke subjek
4) Adegan ke adegan
5) Aspek ke aspek
6) Non sequitur
b. Konflik
Cerita pada komik juga mengandalkan konflik. Konflik dibedakan menjadi
dua, yaitu konflik internal dan eksternal. Konflik eksternal dalam komik
digunakan untuk pengembangan alur. Konflik internal adalah konflik yang
berasal dari dalam cerita komik tersebut seperti konflik yang terjadi di dalam
diri
c. Tema dan Moral
Aspek isi dalam komik merupakan hal yang krusial. Unsur tema dan moral
berkaitan erat dengan isi sebuah cerita yang ingin disampaikan oleh komikus.
Isi komik dapat memuat cerita lucu, fantasi, petualangan, horor, sejarah,
biografi, bahkan pengetahuan ilmiah.
Gambar komik memiliki ciri khas karena tampilannya terhadap suatu subjek,
misalnya gambar manusia, binatang atau makhluk yang memiliki ciri human,
lucu, aneh, sering tidak proporsional. Aspek bahasa dalam komik paling tidak
dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam bentuk, yaitu bentuk narasi ( tidak
langsung), kata-kata dan pikiran tokoh (langsung) dan “kata-kata” tiruan
bunyi.
BAB III
1. Sinopsis
Cerpen diatas bercerita tentang tokoh “aku” yang merasa iri karena temannya
yang bernama Fikar memiliki sepeda motor. Tokoh “aku” mengira bahwa Fikar
menaiki menaiki sepeda motor ke sekolah karena ingin pamer. Ditambah lagi teman
dari tokoh “aku” yang bernama Roni semakin memanas-manasi tokoh “aku “ agar
bias menyaingi fikar. Tokoh “aku” merasa geram dan merasa harus bisa seperti Fikar.
Sepulangnya dari sekolah, tokoh “aku” meminta bapaknya untuk dibelikan motor dan
meminta abangnya agar mau mengajari naik sepeda motor. Namun, bapaknya tidak
mengijinkan karena tokoh “aku” masih kelas 6 SD dan belum saatnya untuk
mengendarai sepeda motor. Sampai suatu ketika sebuah truck besar lewat di depan
rumah tokoh “aku” dengan membawa muatan sebuah motor cross. Motor besar
khusus untuk balapan. Motor itu berhenti tepat di depan rumah Pak Badrun, ayah
Fikar. Ternyata motor itu adalah motor Fikar. Sampai sini, tokoh “aku” mulai
mendapatkan pemahaman dan pengertian. Disini terdapat penurunan emosi karena
tokoh “aku” mengerti bahwa Fikar memang seorang pembalap cilik. Ditambah
penjelasan dari bapak tokoh “aku” yang menceritakan bahwa Fikar memang seorang
pembalap cilik. Fikar sudah memiliki ketertarikan dengan dunia balapan sejak kecil.
Selain itu pula, Pak Badrun, bapak Fikar memang seorang pengoleksi motor, dan ia
membayar seorang pelatih mootr untuk menhgajari Fikar balapan. Hingga suatu hari
saat Fikar mengikuti lomba balap motor, ia mendapatkan juara dua dan tkoh “aku”
beserta teman-temannya memberikan dukungan.
Tokoh kedua yaitu Fikar, si pembalap cilik. Ia tidak banyak berdialog pada cerpen
yang menggunakan judul namanya. Ia disini sebagai seorang tokoh yang menjadi
pendukung tokoh utama. Namun, dilihat dari alur cerita dapat ditangkap sebuah
gamabraran bahwa Fikar memiliki watak rendah hati dan tidak sombong.terbukti pada
cerita dimana keesokkan harinya saat mengetahui tokoh “aku” menjauhi, Fikar tidak
lagi menggunakan sepeda motor ke sekolah untuk menghargai teman-temannya.
Selanjutnya adalah bapak dari tokoh “aku”. Tokoh ini memilki watak yang bijaksana
dan tegas. Aura “kebapakkan” dari tokoh ini membuat tokoh utama menjadi seorang
tokoh yang penurut dan mendengarkan nasehat orang tua. Selain itu, pembawaan
bapak dari tokoh “aku” begitu sabar dalam menasehati “aku”. Karena pada saat tokoh
“aku” minta dibelikkan motor, bapak dari tokoh “aku” tidak langsung marah.
3. Alur dan Tema
Cerpen diatas bercerita dengan alur maju karena tidak ada pengualangan atau
penceritaan masa lalu pada cerpen tersebut. Selain itu alur yang digunakan berawal
dari pengenalan, masuk ke konflik, konflik, penyelesain dan coda atau akhir.
Sedangkan untuk tema yang digunakan adalah persahabatan.
4. Kandungan Moral
Kisah diatas, mengajarkan kita untuk tidak mudah percaya pada hal-hal yang belum
tentu kebenarannya. Selain itu juga, kisah diatas menyampaikan kepada kita untuk
selalu menerima kehidupan dengan ikhlas. Memahami dan menghargai pertemanan
yang ada.
5. Komentar
Menurut saya, kisah diatas cukup menarik mengingat kembali apda masa anak-anak
wajar sekali timbul kecemburuan dan rasa iri. Apa yang dimiliki si “a” dan si “b”
tidak punya, ditambah dengan lingkungan pertemanan yang kurang baik akan
semakin menjerumuskan anak pada rasa iri. Maka dari itu, disinilah peran orang tua
untuk menjadi guru kehidupan bagi anak-anak. Memberikan pengertian kepada anak
secara perlahan dan penuh kesabaran. Agar anak mengeri dan tidak hanya melakukan
perintah orang tua.
Kata Bu Susi dan Pak Edy Prabowo makanlah ikan biar pintar,
Tapi di sugai belakang rumah tidak ada anak ikan, airnya bau dan hitam
1. Tema
Puisi yang ditulis Hendry merupakan puisi yang berani. Ia mengambil tema
“Lingkungan” dalam puisinya. Ia menceritakan bagaimana daerah tempat ia tinggal
merupakan daerah pertambangan, dengan sungai yang tercemar. Tak ada lagi ikan-
ikan dan tak ada lagi air jernih tempat ia bisa bermain. Kata-kata yang dipakai begitu
jujur dalam pengungkapannya. Ia menulis untuk didengar.
2. Unsur Bunyi
Bunyi yang banyak digunakan dalam puisi “Sepeda, Ikan dan Batu Bara”
adalah huruf-huruf konsonan. Mungkin karena pengarang tidak terlalu
memperhatikan bunyi, maka ia menggunakankata-kata yang ia mengerti. Sehingga
rima yang digunakan terkesan tidak beaturan.
3. Unsur Kata
Berkaitan dengan kata, puisi “Sepeda, Ikan dan Batu Bara” dibangun oleh
kata-kata yang yang bersifat denotatif. Denotasi berarti makna kata atau kelompok
kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas (KBBI, 1995: 223). Hal ini sesuai
dengan penguasaan bahasa pada anak-anak yang masih terbatas. Mereka belum begitu
mengerti tentang kata-kata kiasan atau konotasi sehingga mereka lebih banyak
menggunakan kata-kata yang sifatnya lugas.
Karena itu, dalam puisinya, Hendry menggunakan kata-kata yang
berhubungan dengan bahasa sehari-hari yang ia gunakan.
4. Unsur Citraan
Citraan yang digunakan dalam puisi diatas adalah citraan penglihatan. Dimana
pengarang menggambarkan apa yang ia lihat. Lingkungannya yang tercemar, ikan-
ikan yang mati dan ia tidak dapat sepeda padahal sekolahnya jauh. Dan di
penggambaran tersebut, ia melibatkan perasaannya. Ia melibatkan rasa sedih sehingga
perasaan tersebut sampai kepada hati siapapun yang mebacanya.
5. Komentar
Menurut saya, puisi yang ditulis oleh Hendry cukup menarik. Saya langsung
mengerti apa yang hendak ia sampaikan dalam puisinya. Lugas dan penuh dengan
kejujuran. Jenis-jenis puisi seprti ini adalah jenis puisi yang saya sukai. Kata-kata
yang digunakan bukan kata yang berbelit-belit melainkan pilihan diksi yang
sederhana. Hendry menulis puisi bukan untuk dikagumi keindahan diksinya
melainkan agar pembaca menangkap apa yang hendak ia sampaikan.
C. Analisis Nyanyian
Menganalisis lagu anak berjudul “Kasih Ibu” karya SM Mochtar
KASIH IBU
Kasih ibu kepada Beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai Sang Surya menyinari dunia
Lagu atau puisi lagu diatas memiliki keindahan yang terletak pada persajakan di
pertengahan kata dan akhir larik yang sama. Pada puisi lagu “Kasih Ibu” karya SM
Mochtar akhiran bunyi kata terakhir larik pertama dan semua kata pada larik kedua,
diakhiri dengan bunyi fonem /a/. sehingga ketika dinyanyikan, mulut akan terbuka.
Begitu pula larik ketiga dan keempat. Pertengahan kalimat dan akhiran kalimat
memiliki akhiran fonem yang sama. Pada larik ketiga, kata “memberi” dan “kembali”
terdiri dari 3 suku kata. Jumlah suku kata yang sama dengan akhiran fonem /i/
membuat lagu tersebut terasa asik dinyanyikan dan pilihan kata yang tepat membuat
lagu tersebut terasa menyentuh. Apalagi dunia anak-anak pada umumnya memiliki
kedekatan dengan orang tuanya. Dan kepada ibu, biasanya anak memiliki suatu
hubungan yang dekat.
Selain itu, keindahan pada puisi lagu diatas terletak pada maknanya yang begitu
dalam, sebenarnya. Pada lagu tersebut, Mochtar menggambarkan bagaimana kasih
seorang ibu begitu ikhlas dan tulus karena mencintai sepanjang masa. Ditambah pada
akhir larik, “bagai sang surya menyinari dunia”. Kasih ibu digambarkan seperti sang
surya yang mana cahayanya tak pernah padam, terus memberikan sinar, melahirkan
kehidupan. Akhir yang sangat epic untuk lagu anak-anak.
Komentar :
Menurut saya, lagu diatas sangat cocok dinyanyikan untuk anak-anak. Lagu tersebut
juga memiliki nada yang mendayu-dayu sehingga cocok dinyayikan sebagai lagu
pengantar tidur. Susunan kata, dan pilihan diksi yang digunakan sangat menarik.
Seperti layaknya puisi lagu, “Kasih Ibu” disusun dengan larik kata-kata yang indah.
Selain itu, maknanya yang dalam juga membuat lagu itu semakin menyentuh jika
dinyanyikan.
D. Analisis Fabel
Umumnya alur dalam fabel yang disajikan oleh penulis berbentuk sederhana dan tidak
membingungkan. Tentu saja hal tersebut bertujuan untuk membuat anak dalam
membaca teks cerita fabel lebih mengetahui betul bagaimana jalan cerita terjadi. Pada
teks fabel yang berjudul “Sombongnya Kudanil” diatas penulis menggunakan alur
maju. Alur maju memang sering digunakan dalam pembuatan cerita yang
dikhususkan untuk anak-anak karena mudah dipahami, sehingga berbeda dengan alur
mundur atau alur campuran seperti halnya pada teks bacaan untuk orang dewasa.
Tahapan-tahapan alur teks fabel diatas dapat kita analisis sebagai berikut,
Tahap Pengenalan yaitu situasi mulai terbentang sebagai kondisi permulaan yang
akan dilanjutkan dengan kondisi berikutnya, pengarang mulai memperkenalkan
tokoh-tokohnya yang akan terlibat dalam cerita. Tahap pengenalan pada teks fabel
diatas terjadi disaat segerombolan kudanil sedang mandi di sungai dan melihat air
sungai yang berwarna merah. Ternyata warna merah air sungai berasal dari darah
rusa, yang kakinya sedang terluka.
Tahap Komplikasi yaitu kondisi sudah mulai bergerak dan bergerak ke arah kondisi
yang mulai memuncak, terjadi konflik di antara tokoh-tokoh pelaku. Pada teks fabel
diatas dapat kita lihat komplikasi terjadi saat rusa meminta tolong kepada para
kundanil untuk mengantarkannya ke seberang sungai. Namun, kuda nil menolak dan
malah bersikap angkuh, menyombongkan diri, menghina rusa. Dan rusa berkata
bahwa suatu hari kudanila akan membutuhkan pertolongannya.
Tahap Klimaks yaitu kondisi mencapai titik puncak sebagai klimaks peristiwa,
konflik tokoh-tokoh semakin seru atau berada dipuncak permasalahan. Apabila kita
mengamati teks fabel diatas, puncak permasalahan terjadi ketika dua kudanil yang
selesai mandi berjalan pulang menuju hutan. Kedua kudanil bertemu dengan harimau
yang kelaparan. Mereka pun dikejar oleh harimau.
Tahap Anti klimaks, dan yaitu kondisi memuncak sebelumnya mulai menampakkan
pemecahan atau penyelesaian, permasalahan mulai berkurang. Pada teks fabel diatas
anti klimaks terjadi pada saat rusa bertemu dengan kedua kudanil dan memberikan
mereka pertolongan.
Tahap Penyelesaian adalah Ending dari sebuah cerita, kondisi memuncak sebelumnya
mulai menampakkan pemecahan atau penyelesaian. Cerita “Sombongnya kudanil”
berakhir ketika kudanil meminta maaf kepada rusa. Dan mereka pun bersahabat.
5. Sudut Pandang
Dalam cerita Fabel sudut pandang yang digunakan biasanya menggunakan
orang ketiga. Yang artinya, narator yang bertugas untuk menceritakan tokoh – tokoh
dalam cerita tanpa harus ikut campur dalam berbagai peristiwa. dalam cerita yang
dikhususkan untuk anak-anak, sudut pandang orang ketiga akan mudah dipahami
dalam pemyampaian ceritanya. Hal tersebut karena anak akan mengamati bagaimana
tokoh dalam cerita di deskripsikan langsung oleh sang penulis.
Sama halnya dengan teks fabel diatas, penulis menggunakan sudut pandang
orang ketiga serba tahu. Penulis mendeskripsikan bagaimana peran tokoh dalam
membangun cerita. Misalnya pada tokoh kudanil yang digambarkan begitu sombong
dan angkuh. Sedangkan rusa digambarkan begitu sabar dan pemaaf.
6. Amanat
Amanat menjadi unsur yang sangat penting dalam teks fabel. Teks fabel secara
umum dibuat sebagai media untuk menyampaikan pesan moral kepada pembaca
khususnya anak-anak. Amanat dalam teks fabel haruslah dapat memberikan nilai
positif kepada anak misalnya membangun motivasi ataupun mengajarkan kebaikan.
Teks fabel adalah salah satu jenis teks yang mampu menyampaikan pesan moral
kepada anak-anak secara efektif karena cerita yang diberkan membuat anak menjadi
tertarik.
Dalam fabel diatas, amanat yang hendak disampaikan penulis adalah “Jangan
lah bersikap sombong dan merasa lebih dari sesamamu, karena suatu saat kita akan
membutuhkan pertolongan orang lain.
E. Analisis Komik
(sumber : https://amp.kaskus.co.id)
Jenis komik diatas merupakan jenis komik humor. “Si Juki” memang terkenal dengan
kepolosannya. Kebanyakan orang menyukai komik “Si Juki” karena cerita di
dalamnya mengundang gela tawa. Komik tersebut merupakan komik yang digemari
oleh semua umur. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun menyukai komik
tersebut.
Aspek kelucuan pada komik “si Juki” terletak pada gambar dan cerita. Dilihat dari
bentuk wajah Juki yang memilki mata yang besar dan juling. Juga ekspresi Juki
digambarkan sedemikian rupa oleh penulis sehingga menampilkan sesuatu yang lucu
dan mengundang pembaca untuk tertawa menikmatinya. Selain itu, tokoh utama
dalam komik tersebut, yaitu Juki memiliki watak yang humoris. Sehingga menambah
kesan kelucuan dari komik tersebut.
Pada komik “si Juki” yang berujudul “Rokok Babeh” dan komik sebelahnya yang
tidak berjudul, tokoh Juki digambarkan menjadi tokoh yang polos, lugu, humoris
namun juga cerdas. Karena pada komik berjudul “ Rokok Babeh” Juki
memberikan alasan merokok itu tidak baik, dan lebih baik membeli jajan agar bisa
dimakan bersama. Dan disitu digambarkan tokoh Babeh langsung memeluk Juki.
Sedangkan pada komik selanjutnya, tokoh Juki digambarkan terbukti ketika
seorang guru memasukkan baju ke dalam celana, Juki memang benar
melakukannya, namun ia memasukkan seluruh seragamnya ke dalam celana
sehingga ia hanya menggunakan kaos dalam.
Dalam komik “si Juki” tokoh utama., yaitu Jui merupakan tokoh lucu-aneh.
Tokoh tersebut dihadirkan dengan rupa-rupa yang lucu. Hal itu juga berlaku pada
tokoh-tokoh nonhuman pada komik-komik lain. Karena keanehan dan
kelucuannya tersebut, tokoh Juki disukai hampir oleh seluruh kalangan, baik anak-
anak maupun dewas. Saking disukainya, komik “Si Juki” begitu sukses dan
diangkat ke layar kaca.
B. Alur
Alur dalam komik “Si Juki” yaitu alur maju dengan menggunakan metode
adegang ke adegan dalam peralihan gambar. Panel-panel dalam komik tersebut
menunjukkan perubahan atau peralihan dari adegan satu ke adegang selanjutnya.
Sebenarnya, dalam mengkaji alur, perlu untuk membaca buku secara keseluruhan
agar kita dapat memahami cara atau metode seperti apa yang digunakan
pengarang dalam peralihan gambar. Karena cara peralihan gambar dalam sebuah
buku komik bisa saja berbeda-beda tiap halamannya.
Tema yang diangkat dalam penggalan komik diatas adalah kekeluargaan. Dimana
di komik pertama yang berjudul “Rokok Babeh” menggambarkan suatu hubungan
antara bapak dan anak yang erat dan dekat. Kisah dalam komik tersebut pun
merupakan cerminan dari kehidupan dalam masyarakat dimana bapak sering
sekali meminta tolong pada anak untuk membelikan rokok. Padahal jelas-jelas
rokok tidak baik bagi kesehatan.
Penggalan cerita kehidupan si Juki yang termuat dalam komik tersebut
mengandung pesan bahwa rokok itu selain boros di uang, juga membuatr
kesehatan boros. Alangkah lebih baiknya jika uang yang digunakan unutuk
membeli rokok dipakai untuk membeli makanan sehingga dapat dimakan
bersama-sama. Selain itu, tokoh Juki juga mencerminkan jiwa kritis pada anak-
anak. Dimana ia berani berpendapat kepada ayahnya bahwa merokok itu tidak bai,
dan jajan lebih baik.
Komentar
Komik “Si Joki” merupakan komikyang menyenangkan dan seru untuk dibaca.
Sebenarnya komik tersebut tersedia secara online di sebuah aplikasi komik yaitu
Webtoon. Komik “Si Juki” begitu segar karena mengundang gelak tawa. Kepolosan,
keluguan, kecerdasan dan kekritisan Si Juki membuat pembaca dapat geleng-geleng
kepala. Komik ini juga sebenarnya sarat akan makna dan pesan selain itu,
penggambaran tokoh pun sangat lucu. Sehingga tak aneh jika komik Juki
dikelompokkan ke dalam komik humor.
BAB IV
PENUTUP
Sastra anak merupakan sebuah karya imajinatif dalam bentuk bahasa yang berisi
pengalaman, perasaan, serta pikiran anak yang khusus ditujukan bagi anak-anak. Sastra
anak dapat ditulis oleh pengarang, baik anak-anak maupun pengarang dewasa.
Sastra anak dapat berkisah tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa
tidak masuk akal. Misalnya berkisah tentang binatang yang dapat berbicara, bertingkah
laku, berpikir dan berperasaan layaknya manusia. Imajinasi dan emosi anak dapat
menerima cerita itu secara wajar dan memang begitulah seharusnya menurut jangkauan
pemahaman anak.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai
media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan
emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan
kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan
keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak
merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika
dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin
sehingga menuntun kecerdasan emosinya.
DAFTAR PUSTAKA
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Ilyas, Husna. 2015. “Fikar Si Pembalap Cilik” dalam Bobo. Jakarta: Kompas Gramedia
Miranti, Ira, Engliana dan Fitri Senny. “Penggunaan Media Lagu Anak-anak Dalam
Mengembangkan Kemampuan Kosakata Bahasa Inggris Siswa di PAUD” Jurnal
Kependidikan, Vol. 2 No. 2, 2015, 167-168.
SiJuki. 2014. https://amp.kaskus.co.id. (Diakses pada : 5 Januari 2021 pukul 15.34 WIB)