Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KAJIAN GENRE SASTRA ANAK

Disusun oleh :

Melisah (19201241072)

PBSI B 2019

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

Dunia anak-anak adalah dunia yang dipenuhi dengan rasa penasaran. Anak-anak memiliki rasa
penasaran yang besar. Maka dari itu, penting untuk memperkenalkan kepada anak mengenai dunia
sastra anak. Karena jika dimulai sejak dini, akan membentuk suatu kebiasaan, perilaku-perilaku
positif dan kreatif pada tumbuh kembang anak. Dalam perkembangannya, anak akan tumbuh menjadi
seorang yang memiliki daya imajinatif yang tinggi. Sebab sastra anak membantu menumbuhkan
kreativitas pada anak-anak.

Namun, dalam memperkenalkan sastra kepada anak, diperlukan dampingan orang tua atau orang yang
lebih dewasa. Agar anak mendapatkan bacaan yang tepat sesuai degan umurnya. Sastra anak memiliki
banyak jenis atau genre yang dapat dipilih untuk dikenalkan kepad anak. Pemilihan sastra tersebut
haruslah yang bermutu. Sehingga dalam perjalanannya dapat bermanfaat bagi anak-anak.

Santosa (dalam Rosdiyana, 2008:54) mengemukakan bahwa sastra anak adalah karya seni yang
imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa, baik lisan maupun tertulis,
yang secara khusus dapat dipahami oleh anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak.

Pada hakikatnya, sastra mengajarkan kehidupan. Buku sastra dapat menjadi cermin masyarakat dalam
berkehidupan sehari-hari. di dalam sastra, kehidupan masyarakat hadir dalam banyak symbol.
Terlebih di dalam karya sastra anak. Simbol-simbol tersebutlah yang akan membantu anak dalam
menumbuhkan daya imajinatif. Sehingga anak-anak memiliki kekreatifan. Dan mampu menciptakan
hal-hal baru yang dapat memberikan manfaat baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya.

Karya satra yang hadir dan diperuntukkan untuk anak dapat memberikan beberapa konstribusi pada
anak (Nurgiyantoro, 2005:35-41). Konstribusi tersebut terkait dengan kejiwaan anak. Nurgiyantoro
menyimpulkan bahwa sastra anak memiliki konstribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian
anak dalam proses menuju kedewasaan sebagai manusia yang mempunyai jati diri yang jelas. Dengan
demikian, berarti konstribusi sastra bagi pembaca dan pendengar yang masih anak-anak dapat
membentuk pertumbuhan berbagai pengalaman (rasa, emosi, bahasa), personal (kognitif, spiritual,
etis, spritual), eksplorasi dan penemuan, juga petualangan dan kenikmatan. Berkenaan dengan hal
tersebut kehadiran sastra anak dalam perkembangan belajarnya sangatlah berpengaruh terutama dalam
menumbuhkan jiwa sosialnya.

Maka dari itu, penting bagi masyarakat untuk dapat memahami mengenai sastra anak. Karena selain
keluarga, masyarakat atau lingkungan sekitar anak menjadi hal yang penting bagi tumbuh kembang
anak. Atas dasar kepentingan tersebut, maka diperlukan suatu pengkajian sebagai salah satu bentuk
pembelajaran sastra anak. Adapun genre sastra anak yang dikaji diantaranya adalah : novel anak, puisi
anak, nanyian anak, fabel anak dan komik anak.
BAB II

LANDASAN TEORI

1. Fiksi Anak (Cerpen)

Menurut Lukens (2003 lewat Nurgiyantoro 2019:247), genre anak dapat


dikelompokkan ke dalam fiksi realistik (realistic fiction), fiksi formula (formula
fiction), fiksi sejarah (historicalfiction), fiksi sains (scientific fiction) dan fiksi bigrafis
(biographical fiction). Hakikat fiksi adalah menunjuk kepada sebuah cerita yang
kebenarannya tidak menunujuk pada sebuah cerita yang kebenarannya tidak
menunjuk pada kebenaran sejarah atau kebenaran empiric –faktual. Jadi, apa yang
dikisahkan dalam teks fiksi adalah segala sesuatu khususnya untuk tokoh dan
peristiwa yang bersifat imajinatif. Walau demikian, campur aduk dan bolak balik
antara penceritaan fakta imajinatif dan fakta faktual serig saja terjadi. Nurgiyantoro
(2019:246), mengemukakan bahwa dalam cerita anak, anak tidak hanya menjadi pusat
perhatian tetapi juga menjadi pusat pengisahan.

Unsur-unsur ceita anak:

A. Tokoh:
Tokoh adalah pelaku yang dikisahkan dalam cerita. Teknik penghadiran tokoh:
Lukens (lewat Nurgiyantoro 2019:257) mengemukakan bahwa teknik penghadiran
karakter tokoh dapat dilakukan lewat aksi (aksi, tindakan, tingkah laku tokoh);
kata-kata (kata-kata dalam dialog yang diucapkan tokoh); penampilan
(penampilan fisik tokoh); komentar orang lain, komentar pengarang.

B. Alur cerita:
Merupakan rangkaian peristiwa dalam cerita yang dihubungkan oleh
hubungan sebab akibat.

Terdapat berbagai jenis konflik dalam pengembangan alur cerita, yaitu:


- Konflik dengan diri sendiri, terjadi dalam batin tokoh itu sendiri. Contohnya
seperti pikiran dan hati tokoh saling berlawanan.
- Konflik seseorang dengan orang lain, konflik ini merupakan konflik eksternal.
Tokoh satu berkonflik dengan tokoh lain yang berlawanan arah pemikiran,
perilaku, atau tujuan.
- Konflik seseorang dengan masyarakat, misalnya konflik dengan kehidupan
sosial budaya masyarakat sekitar.
- Konflik seseorang dengan alam, mulai dari fenomena alam yang sederhana
maupun yang serius. Contohnya adalah kucing yang berlari, kelinci yang
hilang sampai fenomena bencara alam.
Pola alur cerita:
- Awal-tengah-akhir, biasanya berisi pengenalan, konflik, penyelesaian.
- Kronologis versus sorot-balik
- Konfliks dan klimaks, dilihat berdasarkan substansi peristiwa-peristiwa yang
dikisahkan.
- Suspense (rasaingin tahu dan harapan pembaca) dan surprise (kejutan cerita).
- Kesatupadanan, adanya hubungan sebab-akibat yang logis antar peristiwa.

2. Puisi Anak

Wolf (lewat Nurgiyantoro 2019:331) mengemukakan bahwa puisi merupakan


sebuah genre sastra yang lebih tua dibanding prosa- fiksi, yang ditandai oleh adanya
rima, irama, pola bunyi, bahasa figuratif, citraan, dan kuatnya unsur perasaan yang
tercurah di dalamnya. Dalam konteks karakteristik puisi, Nurgiyantoro (2019:331)
mengatakan bahwa puisi adalah sebuah genre sastra yang penulisannya amat
memperhatikan pemilihan aspek kebahasaan sehingga tidak salah jika dikatakan
bahwa puisi adalah bahasa yang “ tersaring” penggunaannya. Dengan
mendayagunakan aspek kebahasaan itu, puisi mampu memicu imajinasi, memberikan
efek menyentuh, mempesona serta rangsangan- rangsangan tertentu, yang bersifat
indrawi maupun non- indrawi.

Unsur- unsur Puisi Anak

a. Bunyi
Aspek bunyi dalam puisi anak dipandang sebagai suatu hal yang sangat
penting. Bunyi dalam puisi dapat menunjang efek kepuitisan baik ketika puisi itu
dinyanyikan atau sekedar dibacakan. Bunyi- bunyi yang indah ini akan lebih mudah
melekat pada ingatan anak. Maka, tidak jarang anak akan mudah mengingat dan
memahami kehadiran puisi, baik yang dibacakan atau dilagukan. Aspek- aspek bunyi
dalam puisi meliputi pesajakan atau rima dan irama.

b. Kata
Kata adalah segalanya bagi puisi. Kata menentukan derajat keindahan sebuah
puisi sebagai sebuah karya seni. Kata juga menentukan kekomunikatifan makna yang
ditawarkan oleh sebuah puisi (Nurgiantoro, 2005:333). Maka, dalam mencapai unsur
kepuitisan karya seni, puisi memerlukan seleksi kata yang ketat. Pemilihan kata yang
dianggap tepat akan menimbulkan efek emotif tersendiri bagi pembaca. Bagi penulis
puisi, memilih kata atau diksi adalah menawarkan pesan dan cara menyentuh hati
pembacanya. Bagi pembaca, kata- kata dalam puisi adalah jaminan memperoleh
kenikmatan emosional dan pemahaman melalui dialog dengan puisi tersebut.
c. Sarana Retorika
Puisi termasuk di dalamnya puisi anak merupakan salah satu jenis karya sastra
yang menggunakan bahasa sebagai media penyampaiannya. Melalui bahasa,
diperlukan sebuah cara untuk mencapai unsur keindahan karena sejatinya karya sastra
adalah karya seni. Maka akan menjadi suatu yang wajar jika bahasa yang digunakan
dimanipulasi, dieksploitasi, disiasati, atau didayakan sedemikian rupa demi
memperoleh efek keindahan. Selain melalui seleksi kata yang ketat, untuk mencapai
efek keindahan itu dapat dilakukan melalui sarana retorika. Sarana retorika
digunakam untuk mengekspresikan suasana dan dimensi makna yang mendalam
dalam sebuah puisi. Sarana retorika yang di maksud meliputi berbagai bentuk
permajasan dan penyiasatan.

d. Tema
Mengekspresikan sebuah puisi berarti menuangkan berbagai ide, gagasan,
pengalaman, emosi, dan hal- hal yang berhubungan dengan aspek kandungan isi.
Lukens (lewat Nurgiantoro, 2005: 353) mengatakan bahwa isi puisi adalah emosi, dan
ia memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kehidupan. Dalam menulis puisi,
khususnya puisi anak pesan- pesan yang disampaikan adalah hal- hal sederhana yang
ada di sekitar anak- anak. Tidak jarang puisi anak hanya sekedar ungkapan biasa bagi
orang dewasa karena apa yang disampaikan berkaitan dengan mainan, tanaman,
sekolah, dll. Bagi penulis dewasa, menulis puisi anak harus menyesuaikan dengan
dunia anak.

3. Puisi Lama (Nyanyian Anak)


Puisi lama merupakan tipe puisi yang masih terikat oleh persajakan, pengaturan
larik dalam tiap bait, kuantitas kata dalam tiap larik, serta musikalitas puisi yang
sangat diperhatikan

a. Puisi Lagu Dolanan


1. Puisi Lagu, Nyanyian Anak
Puisi lagu merupakan nyanyian puisi anak atau puisi anak yang dinyanyikan yang
mengandung berbagai unsur keindahan kebahasaan dengan muatan makna
mengandung unsur pendidikan.
2. Puisi Tembang Dolanan
lagu dolanan termasuk dalam puisi (dalam bahasa Jawa disebut geguritan).
Geguritan tradisional tersebut berwujud permainan pengolahan bahasa. Permainan
bahasa tersebut berupa pemilihan kata dan struktur kalimat yang dipilih secara
ketat.
3. Nursery Rhymes
Nursery rhymes merupakan puisi lagu dolanan berlatar belakang bahasa Inggris.
4. Fabel
1. Hakikat Fabel

Menurut KBBI, fabel adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi
manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang (berisi pendidikan moral
dan budi pekerti). Nurgiyantoro (2005: 218) mengemukakan bahwa cerita
binatang (fabel) adalah salah satu bentuk cerita tradisional yang menampilkan
binatang sebagai tokoh cerita yang dapat berpikir dan berinteraksi layaknya
komunitas manusia, juga dengan permasalahan hidup layaknya manusia.
Sedangkan menurut Danandjadja (2002: 26), fabel merupakan cerita yang
tokohnya binatang peliharaan dan hewan liar yang dapat berbicara dan berakal
budi seperti manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fabel merupakan
cerita yang bertokoh binatang yang dapat melakukan aktivitas dan berinteraksi
layaknya manusia serta di dalamnya terdapat pesan moral.

2. Tujuan Fabel

Fabel bertujuan untuk menyampaikan kritik atau pesan moral kepada


penikmat cerita. Pesan moral disampaikan melalui tokoh binatang, baik dari
perbuatan, perkataan, maupun cara berpikirnya.

3. Asal-Usul Fabel

Menurut Fang (2011:5), cerita binatang sudah muncul sejak manusia


masih primitif dimana manusia juga masih erkumpul dengan binatang. Bagi
manusia primitf, binatang dianggap sebagai teman yang mempunyai pikiran
dan perasaan sama seperti manusia. Fang juga berpendapat bahwa cerita
binatang berasal dari India lalu menyear ke Asia dan Eropa. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya beberapa fabel terkenal yang berasal dari India.
Sugiarto (2009) juga berpendapat bahwa cerita binatang (fabel) pada pada
awalnya muncul di India, pengarang menggunakan binatang dalam cerita fabel
berdasarkan kepercayaan manusia bersahabat dengan binatang.

4. Fabel Klasik

Cerita yang memang sudah dikenal sejak zaman dulu yang tidak
diketahui jelas kapan waktu munculnya yang diwariskan secara turun temurun
terutama lewat sarana lisan. Cerita binatang sudah ada sejak zaman Yunani
Klasik dan India kuno misalnya cerita yang berjudul Jataka dan Pancatantra.
Di Indonesia cerita itu juga ditemukan di Melayu, Jawa, Sunda, Toraja, dan
lain-lain. Dalam cerita itu selalu ditampilkan binatang yang menjadi peran
utama, kecil, lemah, tetapi cerdas sehingga dapat menundukan binatang-
binatang yang besar dan kuat.
5. Fabel Modern

Cerita binatang modern (fabel modern) dimaksudkan sebagai cerita


yang muncul dalam waktu yang relatife belum lama dan sengaja ditulis oleh
pengarang tertentu sebagai ekspresi kesastraan. Fabel Modern lebih mudah
dipahami karena cerita itu diciptakan pada masa kini dan untuk bacaan anak
masa kini sehingga alur ceritanya juga disesuaikan dengan kondisi kehidupan
saat ini. Dengan itu, anak lebih mudah masuk dan terlibat secara emosional ke
dalam alur cerita. Contoh dari Fabel Modern adalah Kelinci yang Sombong
dan Kura-kura, Bebek Buruk Rupa,dll.

A. Realisme Binatang

Realisme binatang adalah cerita binatang yang bersifat nonfiksi, berwujud


deskripsi binatang tanpa unsur personifikasi. Perlu diperhatikan realisme binatang
berbeda dengan fabel atau cerita tentang dunia hewan yang bersifat fiksi. Realisme
Binatang disini menggambarkan binatang dalam artian sesungguhnya tanpa adanya
unsur fiksi yang menggambarkan hewan dapat berbicara layaknya manusia.
Contohnya adalah Gajah, dapat diceritakan bahwa gajah adalah hewan yang besar,
makanan gajah, caa berkembangbak, tempat tinggal, dll.

B. Struktur Cerita Fabel

1. Judul : Kalimat yang terdapat pada awal cerita yang memiliki fungsi untuk
menjelaskan tema secara umum atau gambaran dari cerita tersebut.
2. Orientasi : Bagian yang menunjukan pengenalan karakter, waktu dan tempat.
Dalam cerita, biasanya terdapat pada bagian awal cerita.

3. Komplikasi : Bagian pada fabel yang menunjukan konflik awal atau munculnya
masalah dalam cerita.

4. Klimaks : Bagian yang menceritakan puncak dari suatu masalah atau konflik.

5. Resolusi: Bagian dari cerita yang berisi tentang penyelesain masalah yang ada
dalam cerita.

6. Koda : Amanat dari pengarang atau pesan-pesan yang ingin disampaikan.


C. Ciri-ciri Fabel

Tokoh yang disajikan dalam cerita adalah binatang, Memiliki alur maju,
Watak-watak yang ditampilkan dalam cerita memiliki karakter yang baik dan buruk,
Menyajikan rangkaian cerita atau peristiwa yang menunjukan sebab akibat, Latar
dalam sebuah cerita menggunakan latar alam seperti hutan, gurun, sungai, dan lain-
lain, Ceritanya singkat dan cepat, Alurnya dibuat sederhana sehingga mudah
dipahami.

D. Kaidah Kebahasaan Cerita Fabel

1. Menggunakan kata kerja

2. Penggunaan kata sandang si dan sang

3. Kata keterangan tempat dan waktu

4. Penggunaan kata hubung

5. Komik Anak

Komik merupakan bacaan yang identik dengan hal-hal yang tidak terlalu berat
untuk dibaca. Salahsatu fungsi komik adalah sebagai sarana hiburan. Banyaknya
penggemar komik membuat Boneff mengkategorikannya sebagai kesastraan populer
yang memiliki keunikan tersendiri karena adanya gambar-gambar (Sastriyani,
2004:123).
Cerita dalam komik dibangun dan dikembangkan lewat gambar dan kata.
Kata-kata berfungsi sebagai penjelas, pelengkap, dan pemerdalam penyampaian oleh
gambar. Kata-kata biasanya tampil dalam balon-balon yang dikreasikan sedemikian
rupa sehingga serasi dengan gambar-gambar. Komik dapat dijadikan sebagai sarana
komunikasi untuk menyampaikan sesuatau kepada pembaca, namun masih tampil
sebagai sesuatu yang “ringan”.

Struktur Komik

Nurgiyantoro 2005:417 membagi unsur struktural komik sebagai berikut:

1. Penokohan
Tokoh adalah subjek yang dikisahkan dalam komik. Tokoh dalam komik tidak
hanya manusia saja, melainkan berbagai jenis makhluk hidup lain seperti
binatang, makhluk halus, bahkan benda-benda tidak bernyawa. Tokoh komik anak
yang dominan adalah binatang-binatang tertentu seperti kelinci, kucing, bebek,
kera, dan lain-lain.

a. Tokoh lucu-aneh
Digambarkan lewat rupa yang lucu, tidak proporsional untuk ukuran manusia
lumrah, dan menyangkut berbagai anggota tubuh.
b. Karakter kuat
Tokoh dalam komik menjadi lebih menarik karena memiliki kemampuan yang
luar biasa, seperti Doraemon dengan kantong ajaibnya.
c. Tokoh sederhana
Karakter yang dimiliki tokoh sederhana cenderung konstan dan tidak berubah
ubah.
d. Teknik pelukisan tokoh
Teknik pelukisan tokoh dalam komik menggunakan gambar dan kata
sekaligus. Hal ini dapat membuat pelukisan tokoh dalam komik lebih efektif
dan efisien.

2. Alur
Alur dapat diartikan sebagai peristiwa yang bersebab-akibat. Dalam komik yang
media representasinya terdiri dari panel-panel gambar dan kata-kata, alur juga
dibangun dan dikembangkan lewat kedua sarana tersebut.
a. Peralihan gambar
Komik dibangun melalui media gambar, sehingga perkembangan alur cerita
komik dapat diamati secara visual. Gambar-gambar tersebut disusun secara
berurutan dan akibat adanya “kontrak rahasia dan diam-diam” antara pencipta
dan pembaca gambar-gambar tersebut menjadi nyata dan bermakna. Panel-
panel gambar tersebut diurutkan berdasarkan dengan pola pengembangan
tertentu.
Secara teoritis McCloud (2002:70-72) mengemukakan ada enam cara untuk
mengalihkan gambar dari sebelum ke sesudahnya. Keenam cara yang
dimaksud ialah:
1) Waktu ke waktu
2) Aksi ke aksi
3) Subjek ke subjek
4) Adegan ke adegan
5) Aspek ke aspek
6) Non sequitur

b. Konflik
Cerita pada komik juga mengandalkan konflik. Konflik dibedakan menjadi
dua, yaitu konflik internal dan eksternal. Konflik eksternal dalam komik
digunakan untuk pengembangan alur. Konflik internal adalah konflik yang
berasal dari dalam cerita komik tersebut seperti konflik yang terjadi di dalam
diri
c. Tema dan Moral
Aspek isi dalam komik merupakan hal yang krusial. Unsur tema dan moral
berkaitan erat dengan isi sebuah cerita yang ingin disampaikan oleh komikus.
Isi komik dapat memuat cerita lucu, fantasi, petualangan, horor, sejarah,
biografi, bahkan pengetahuan ilmiah.

d. Gambar dan Bahasa


Aspek gambar dan bahasa merupakan unsur komik yang secara nyata dapat
ditatap karena keduanya merupakan media representasi komik itu sendiri
(Nurgiyantoro, 2018: 441). Kedua unsur ini menentukan kadar kemenarikan
sebuah komik dan haruslah dipahami kedua hal tersebut amat penting. Kedua
aspek itu harus dipahami sebagai satu kesatuan. Aspek gambar maupun bahasa
mempunyai ciri khas yang dapat membedakannya.

Gambar komik memiliki ciri khas karena tampilannya terhadap suatu subjek,
misalnya gambar manusia, binatang atau makhluk yang memiliki ciri human,
lucu, aneh, sering tidak proporsional. Aspek bahasa dalam komik paling tidak
dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam bentuk, yaitu bentuk narasi ( tidak
langsung), kata-kata dan pikiran tokoh (langsung) dan “kata-kata” tiruan
bunyi.
BAB III

KAJIAN SASTRA ANAK

A. Analisis Cerpen Anak

Judul : Fikar, Si Pembalap Cilik (Dalam Majalah BOBO)


Pengarang : Husna Ilyas
Penerbit : Kompas Gramedia
Tahun terbit : 2015

1. Sinopsis

Cerpen diatas bercerita tentang tokoh “aku” yang merasa iri karena temannya
yang bernama Fikar memiliki sepeda motor. Tokoh “aku” mengira bahwa Fikar
menaiki menaiki sepeda motor ke sekolah karena ingin pamer. Ditambah lagi teman
dari tokoh “aku” yang bernama Roni semakin memanas-manasi tokoh “aku “ agar
bias menyaingi fikar. Tokoh “aku” merasa geram dan merasa harus bisa seperti Fikar.
Sepulangnya dari sekolah, tokoh “aku” meminta bapaknya untuk dibelikan motor dan
meminta abangnya agar mau mengajari naik sepeda motor. Namun, bapaknya tidak
mengijinkan karena tokoh “aku” masih kelas 6 SD dan belum saatnya untuk
mengendarai sepeda motor. Sampai suatu ketika sebuah truck besar lewat di depan
rumah tokoh “aku” dengan membawa muatan sebuah motor cross. Motor besar
khusus untuk balapan. Motor itu berhenti tepat di depan rumah Pak Badrun, ayah
Fikar. Ternyata motor itu adalah motor Fikar. Sampai sini, tokoh “aku” mulai
mendapatkan pemahaman dan pengertian. Disini terdapat penurunan emosi karena
tokoh “aku” mengerti bahwa Fikar memang seorang pembalap cilik. Ditambah
penjelasan dari bapak tokoh “aku” yang menceritakan bahwa Fikar memang seorang
pembalap cilik. Fikar sudah memiliki ketertarikan dengan dunia balapan sejak kecil.
Selain itu pula, Pak Badrun, bapak Fikar memang seorang pengoleksi motor, dan ia
membayar seorang pelatih mootr untuk menhgajari Fikar balapan. Hingga suatu hari
saat Fikar mengikuti lomba balap motor, ia mendapatkan juara dua dan tkoh “aku”
beserta teman-temannya memberikan dukungan.

2. Tokoh dan Penokohan


Tokoh utama dalam cerpen diatas adalah “aku” dimana pengarang menggunakan
sudut pandang orang pertama dalam cerpen “Fikar.Si Pembalap Cilik”. Tokoh “aku”
dalam cerpen ini memiliki watak yang mudah terpengaruh. Terbukti pada awal cerita
saat temannya yang bernama Roni mengatakan hal-hal yang belum tentu
kebenarannya, tokoh “aku” percaya begitu saja dan tersulut emosinya. Namun, tokoh
ini juga memiliki watak yang bersahaja dan penurut karena ia masih mau
mendengarkan nasehat orang tuanya dan berpikir jernih.

Tokoh kedua yaitu Fikar, si pembalap cilik. Ia tidak banyak berdialog pada cerpen
yang menggunakan judul namanya. Ia disini sebagai seorang tokoh yang menjadi
pendukung tokoh utama. Namun, dilihat dari alur cerita dapat ditangkap sebuah
gamabraran bahwa Fikar memiliki watak rendah hati dan tidak sombong.terbukti pada
cerita dimana keesokkan harinya saat mengetahui tokoh “aku” menjauhi, Fikar tidak
lagi menggunakan sepeda motor ke sekolah untuk menghargai teman-temannya.

Selanjutnya adalah bapak dari tokoh “aku”. Tokoh ini memilki watak yang bijaksana
dan tegas. Aura “kebapakkan” dari tokoh ini membuat tokoh utama menjadi seorang
tokoh yang penurut dan mendengarkan nasehat orang tua. Selain itu, pembawaan
bapak dari tokoh “aku” begitu sabar dalam menasehati “aku”. Karena pada saat tokoh
“aku” minta dibelikkan motor, bapak dari tokoh “aku” tidak langsung marah.
3. Alur dan Tema

Cerpen diatas bercerita dengan alur maju karena tidak ada pengualangan atau
penceritaan masa lalu pada cerpen tersebut. Selain itu alur yang digunakan berawal
dari pengenalan, masuk ke konflik, konflik, penyelesain dan coda atau akhir.
Sedangkan untuk tema yang digunakan adalah persahabatan.

4. Kandungan Moral
Kisah diatas, mengajarkan kita untuk tidak mudah percaya pada hal-hal yang belum
tentu kebenarannya. Selain itu juga, kisah diatas menyampaikan kepada kita untuk
selalu menerima kehidupan dengan ikhlas. Memahami dan menghargai pertemanan
yang ada.

5. Komentar
Menurut saya, kisah diatas cukup menarik mengingat kembali apda masa anak-anak
wajar sekali timbul kecemburuan dan rasa iri. Apa yang dimiliki si “a” dan si “b”
tidak punya, ditambah dengan lingkungan pertemanan yang kurang baik akan
semakin menjerumuskan anak pada rasa iri. Maka dari itu, disinilah peran orang tua
untuk menjadi guru kehidupan bagi anak-anak. Memberikan pengertian kepada anak
secara perlahan dan penuh kesabaran. Agar anak mengeri dan tidak hanya melakukan
perintah orang tua.

B. Analisis Puisi Anak

SEPEDAH, IKAN DAN BATUBARA

Karya : Wahyu Hendrawan

Aku tidak dapat sepeda dari Pak Jokowi.


Karena tidak bisa menjawab nama-nama ikan.
Dari kecil tak ku jumpai tilapnya lagi.
Padahal, kata bapak di sungai enim banyak ikan.

Aku mau sepeda,


Tapi bapak tidak membelinya,
Kebun karet bapak sudah jadi tambang.

Upah kerja buruh tambang


Cuma cukup makan seminggu,
Kami mungkin tidak akan mati kelaparan. Sebab
Kami makan jalan berdebu. Aku mau sepeda
Aku harus sekolah yang pintar,

Kata Bu Susi dan Pak Edy Prabowo makanlah ikan biar pintar,

Tapi di sugai belakang rumah tidak ada anak ikan, airnya bau dan hitam

Tak ada lagi masa depan di sungai kami.

Aku tidak punya sepeda dan tidak bisa makan ikan


Sungai sudah mati
Hutan gentayangan
Bersama debu beracun
Sepanjang jalan

Aku tidak bisa makan ikan


Sebab aku dan ikan tidak bisa berenang di sungai yang tercemar
Aku tidak punya sepeda
Padahal jalan ke sekolah sangat jauh

Sejauh mulut tambang yang makin gaduh

1. Tema
Puisi yang ditulis Hendry merupakan puisi yang berani. Ia mengambil tema
“Lingkungan” dalam puisinya. Ia menceritakan bagaimana daerah tempat ia tinggal
merupakan daerah pertambangan, dengan sungai yang tercemar. Tak ada lagi ikan-
ikan dan tak ada lagi air jernih tempat ia bisa bermain. Kata-kata yang dipakai begitu
jujur dalam pengungkapannya. Ia menulis untuk didengar.

2. Unsur Bunyi
Bunyi yang banyak digunakan dalam puisi “Sepeda, Ikan dan Batu Bara”
adalah huruf-huruf konsonan. Mungkin karena pengarang tidak terlalu
memperhatikan bunyi, maka ia menggunakankata-kata yang ia mengerti. Sehingga
rima yang digunakan terkesan tidak beaturan.

3. Unsur Kata
Berkaitan dengan kata, puisi “Sepeda, Ikan dan Batu Bara” dibangun oleh
kata-kata yang yang bersifat denotatif. Denotasi berarti makna kata atau kelompok
kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas (KBBI, 1995: 223). Hal ini sesuai
dengan penguasaan bahasa pada anak-anak yang masih terbatas. Mereka belum begitu
mengerti tentang kata-kata kiasan atau konotasi sehingga mereka lebih banyak
menggunakan kata-kata yang sifatnya lugas.
Karena itu, dalam puisinya, Hendry menggunakan kata-kata yang
berhubungan dengan bahasa sehari-hari yang ia gunakan.

4. Unsur Citraan
Citraan yang digunakan dalam puisi diatas adalah citraan penglihatan. Dimana
pengarang menggambarkan apa yang ia lihat. Lingkungannya yang tercemar, ikan-
ikan yang mati dan ia tidak dapat sepeda padahal sekolahnya jauh. Dan di
penggambaran tersebut, ia melibatkan perasaannya. Ia melibatkan rasa sedih sehingga
perasaan tersebut sampai kepada hati siapapun yang mebacanya.

5. Komentar
Menurut saya, puisi yang ditulis oleh Hendry cukup menarik. Saya langsung
mengerti apa yang hendak ia sampaikan dalam puisinya. Lugas dan penuh dengan
kejujuran. Jenis-jenis puisi seprti ini adalah jenis puisi yang saya sukai. Kata-kata
yang digunakan bukan kata yang berbelit-belit melainkan pilihan diksi yang
sederhana. Hendry menulis puisi bukan untuk dikagumi keindahan diksinya
melainkan agar pembaca menangkap apa yang hendak ia sampaikan.
C. Analisis Nyanyian
Menganalisis lagu anak berjudul “Kasih Ibu” karya SM Mochtar

KASIH IBU
Kasih ibu kepada Beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai Sang Surya menyinari dunia

Lagu atau puisi lagu diatas memiliki keindahan yang terletak pada persajakan di
pertengahan kata dan akhir larik yang sama. Pada puisi lagu “Kasih Ibu” karya SM
Mochtar akhiran bunyi kata terakhir larik pertama dan semua kata pada larik kedua,
diakhiri dengan bunyi fonem /a/. sehingga ketika dinyanyikan, mulut akan terbuka.
Begitu pula larik ketiga dan keempat. Pertengahan kalimat dan akhiran kalimat
memiliki akhiran fonem yang sama. Pada larik ketiga, kata “memberi” dan “kembali”
terdiri dari 3 suku kata. Jumlah suku kata yang sama dengan akhiran fonem /i/
membuat lagu tersebut terasa asik dinyanyikan dan pilihan kata yang tepat membuat
lagu tersebut terasa menyentuh. Apalagi dunia anak-anak pada umumnya memiliki
kedekatan dengan orang tuanya. Dan kepada ibu, biasanya anak memiliki suatu
hubungan yang dekat.
Selain itu, keindahan pada puisi lagu diatas terletak pada maknanya yang begitu
dalam, sebenarnya. Pada lagu tersebut, Mochtar menggambarkan bagaimana kasih
seorang ibu begitu ikhlas dan tulus karena mencintai sepanjang masa. Ditambah pada
akhir larik, “bagai sang surya menyinari dunia”. Kasih ibu digambarkan seperti sang
surya yang mana cahayanya tak pernah padam, terus memberikan sinar, melahirkan
kehidupan. Akhir yang sangat epic untuk lagu anak-anak.

Komentar :
Menurut saya, lagu diatas sangat cocok dinyanyikan untuk anak-anak. Lagu tersebut
juga memiliki nada yang mendayu-dayu sehingga cocok dinyayikan sebagai lagu
pengantar tidur. Susunan kata, dan pilihan diksi yang digunakan sangat menarik.
Seperti layaknya puisi lagu, “Kasih Ibu” disusun dengan larik kata-kata yang indah.
Selain itu, maknanya yang dalam juga membuat lagu itu semakin menyentuh jika
dinyanyikan.
D. Analisis Fabel

Judul Buku : Kisah-Kisah dari Sarang


Pengaran : Yudistira Ade, dkk
Penerbit : Bintang Berkisah
Tahun Terbit : 2012
Tebal : 84 Halaman
1. Tema
Pada fabel yang berjudul “Sombongnya Kuda Nil” pengarang
mengangkat tema sosial yang mana dalam kehidupan ini pasti melibatkan
oranng lain pada setiap permasalahan atau konflik. Pada teks fabel diatas kita
dapat menganalisis tema melaluiinteraksi yang terjadi diantara kedua tokoh,
yaitu Rusa dan Kuda Nil. Kedua tokoh tersebut memiliki waktak yang berbeda
dengan peran masing-masing.
Seperti pada cerita-cerita fabel pada umumnya, kisah tentang Kuda nil
dan Rusa diatas secara terperinci mengambil tema “penyesalan”. Tema
tersebut dapat dianalisis melalui konflik internal dalam diri kuda nil yang
merasa menyesal karena tidak mau menolong rusa. Namun, pada saat kuda nil
mendapatkan kesulitan.rusa hadir untuk mneolongnya. Disitulah konflik batin
kuda nil terjadi. Ia teringat pada saat rusa mengalami cidera di sungai, kuda nil
malah menghinanya dan bukan menolong rusa
`
2. Tokoh dan Penokohan
Pada umumnya, tokoh dalam fabel adalah binatang-binatang yang
dapat berbicara, bertingkah laku, dan melakukan aktifitas-aktifitas seperti
layaknya manusia. Binatang-binatang tersebut menjalani kehidupan seperti
manusia.
Dalam fabel diatas, pengarang melibatkan dua tokoh yang memiliki
peran seimbang. Kuda nil sebagai tokoh antagonis (penentang gagasan) dan
rusa sebagai tokoh protagonis (pembawa gagasan). Kuda nil digambarkan
sebagai sisi negatif dari cerminan kehidupan, sedangkan tokoh rusa sebagai
sisi positif dari kehidupan.
Tokoh kuda nil dalam kisah “Sombongnya Kuda Nil” merupakan
tokoh yang memiliki sifat sombong, congak, tidak tahu malu, penakut dan
tidak dapat berpikir cepat. Sifat kuda nil yang sombong dapat tercermin pada
kalimat langsung yang dikatakan oleh kuda nil, yaitu :
“Hey, Rusa. Kau pikir siapa dirimu hingga berani meminta tolong
pada kami yang gagah ini!”’
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan betapa sombongnya kuda nil.
Sifat sombong itu merupakan cerminan dari manusia yang ketika merasa lebih
besar atau lebih memiliki kekuatan, akan bersikap sombong secara sadar
maupun tidak sadar. Tidak jarang kita temukan di kehidupan ini, orang-orang
seperti kuda nil.
Kemudian tokoh rusa. Pada kisah “Sombongnya Kuda Nil”, rusa
digambarkan sebagai tokoh yang rendah hati, baik budi pekertinya, sopan,
senang menolong dan tidak memiliki sifat pendendam. Hal itu dapat
dibuktikan melalui kutipan kalimat yang diucapkan rusa berikut :
“Wahai, Tuan Kuda Nil, kakiku sedang terluka. Tolonglah aku untuk
menyebrangi sungai ini.”
Melalui tutur kata yang diucapkan rusa, dimana ia menggunakan kata
“Tuan” untuk menghormati kudanil dan kata “tolong” untuk meminta bantuan.
Dari kedua kata tersebut, rusa mencerminkan tokoh yang rendah hati dan
memiliki tutur kata yang baik. Kemudian, sifat rusa yang senang menolong
dan tidak memiliki sifat pendendam dapat terbukti melalui adegan dimana rusa
menolong kudanil dari kejaran harimau.
Pada waktu itu, dua ekor kuda nil sedang berjalan-jalan dan bertemu
harimau yang lapar. Kemudian harimau mengejar kedua kuda nil tersebut
sampai mereka bertemu rusa dan rusa mengajak mereka bersembunyi di
rumah rusa. Sehingga akhirnya mereka terlepas dari kejaran harimau.
3. Latar
Latar dalam fabel biasanya digambarkan secara jelas dan sederhana.
Seperti siang hari, malam hari, pegunungan, pantai, hutan, dan lain-lain. hal
itu dilakukan untuk memudahkan anak membayangkan setipa kejadian di
dalam fabel. Sehingga anak-anak memiiki imajinasi. Beberapa latar yang
digunakan dalam fabel “Sombongnya Kudanil” adalah sebagai berikut :
 Tempat
Dalam fabel “Sombongnya Kudanil” latar tempat yang digunakan ada
dua, yaitu sungai dan hutan. Latar sungai terjadi pada awal cerita ketika cerita
bermula dari rombongan kuda nil yang tengah berendam di sungai. Latar
sungai ini menjadi orientasi atau pengenalan cerita dalam fabel “Sombongnya
Kudanil”.
Selanjutnya yaitu hutan. Latar ini digunakan pada adegan dimana
kedua kuda nil sedang berjalan hendak pulang seusai mandi di sungai. Dalam
perjalan pulang, kedua kuda nil tersebut berpapasan dengan harimau di hutan.
Mereka pun dikejar sampai masuk jauh ke dalam hutan dan bertemu rusa.
Disitu, dengan latar tetap di hutan, kedua kuda nil bersembunyi di dalam
rumah rusa.
 Waktu
Latar waktu yang digunakan dalam fabel “Sombongnya Kudanil”
adalah siang hati. hal itu dapat dibuktikan melalui kalimat yang diucapkan
harimau ketika bertemu dengan kuda nil di tengah hutan, “Kebetulan sekali
makan siangku menghampiriku hari ini.” Dari kalimat tersevut dapat
disimpulkan bahwa kisah diatas terjadi pada siang hari.
 Suasana
Suasana adalah latar yang membangun keadaan atau situasi seperti apa
yang terjadi pada sebuah cerita. Pada fabel “Sombongnya Kudanil” latar
suasana yang membangun cerita adalah kepanikan. Hal itu terjadi pada saat
kudanil dikejar-kejar oleh harimau. Selain itu, suasana terharu juga
membangun kisa diatas. Suasana terharu terjadi ketika rusa, yang sudah dihina
oleh kudanil, tetap memberiakan pertolongannya tanpa dendam dan pamrih.
Di akhir ceritapun, mereka berteman dengan baik.
4. Alur

Umumnya alur dalam fabel yang disajikan oleh penulis berbentuk sederhana dan tidak
membingungkan. Tentu saja hal tersebut bertujuan untuk membuat anak dalam
membaca teks cerita fabel lebih mengetahui betul bagaimana jalan cerita terjadi. Pada
teks fabel yang berjudul “Sombongnya Kudanil” diatas penulis menggunakan alur
maju. Alur maju memang sering digunakan dalam pembuatan cerita yang
dikhususkan untuk anak-anak karena mudah dipahami, sehingga berbeda dengan alur
mundur atau alur campuran seperti halnya pada teks bacaan untuk orang dewasa.
Tahapan-tahapan alur teks fabel diatas dapat kita analisis sebagai berikut,
 Tahap Pengenalan yaitu situasi mulai terbentang sebagai kondisi permulaan yang
akan dilanjutkan dengan kondisi berikutnya, pengarang mulai memperkenalkan
tokoh-tokohnya yang akan terlibat dalam cerita. Tahap pengenalan pada teks fabel
diatas terjadi disaat segerombolan kudanil sedang mandi di sungai dan melihat air
sungai yang berwarna merah. Ternyata warna merah air sungai berasal dari darah
rusa, yang kakinya sedang terluka.
 Tahap Komplikasi yaitu kondisi sudah mulai bergerak dan bergerak ke arah kondisi
yang mulai memuncak, terjadi konflik di antara tokoh-tokoh pelaku. Pada teks fabel
diatas dapat kita lihat komplikasi terjadi saat rusa meminta tolong kepada para
kundanil untuk mengantarkannya ke seberang sungai. Namun, kuda nil menolak dan
malah bersikap angkuh, menyombongkan diri, menghina rusa. Dan rusa berkata
bahwa suatu hari kudanila akan membutuhkan pertolongannya.
 Tahap Klimaks yaitu kondisi mencapai titik puncak sebagai klimaks peristiwa,
konflik tokoh-tokoh semakin seru atau berada dipuncak permasalahan. Apabila kita
mengamati teks fabel diatas, puncak permasalahan terjadi ketika dua kudanil yang
selesai mandi berjalan pulang menuju hutan. Kedua kudanil bertemu dengan harimau
yang kelaparan. Mereka pun dikejar oleh harimau.
 Tahap Anti klimaks, dan yaitu kondisi memuncak sebelumnya mulai menampakkan
pemecahan atau penyelesaian, permasalahan mulai berkurang. Pada teks fabel diatas
anti klimaks terjadi pada saat rusa bertemu dengan kedua kudanil dan memberikan
mereka pertolongan.
 Tahap Penyelesaian adalah Ending dari sebuah cerita, kondisi memuncak sebelumnya
mulai menampakkan pemecahan atau penyelesaian. Cerita “Sombongnya kudanil”
berakhir ketika kudanil meminta maaf kepada rusa. Dan mereka pun bersahabat.

5. Sudut Pandang
Dalam cerita Fabel sudut pandang yang digunakan biasanya menggunakan
orang ketiga. Yang artinya, narator yang bertugas untuk menceritakan tokoh – tokoh
dalam cerita tanpa harus ikut campur dalam berbagai peristiwa. dalam cerita yang
dikhususkan untuk anak-anak, sudut pandang orang ketiga akan mudah dipahami
dalam pemyampaian ceritanya. Hal tersebut karena anak akan mengamati bagaimana
tokoh dalam cerita di deskripsikan langsung oleh sang penulis.
Sama halnya dengan teks fabel diatas, penulis menggunakan sudut pandang
orang ketiga serba tahu. Penulis mendeskripsikan bagaimana peran tokoh dalam
membangun cerita. Misalnya pada tokoh kudanil yang digambarkan begitu sombong
dan angkuh. Sedangkan rusa digambarkan begitu sabar dan pemaaf.

6. Amanat
Amanat menjadi unsur yang sangat penting dalam teks fabel. Teks fabel secara
umum dibuat sebagai media untuk menyampaikan pesan moral kepada pembaca
khususnya anak-anak. Amanat dalam teks fabel haruslah dapat memberikan nilai
positif kepada anak misalnya membangun motivasi ataupun mengajarkan kebaikan.
Teks fabel adalah salah satu jenis teks yang mampu menyampaikan pesan moral
kepada anak-anak secara efektif karena cerita yang diberkan membuat anak menjadi
tertarik.
Dalam fabel diatas, amanat yang hendak disampaikan penulis adalah “Jangan
lah bersikap sombong dan merasa lebih dari sesamamu, karena suatu saat kita akan
membutuhkan pertolongan orang lain.

E. Analisis Komik

(sumber : https://amp.kaskus.co.id)
Jenis komik diatas merupakan jenis komik humor. “Si Juki” memang terkenal dengan
kepolosannya. Kebanyakan orang menyukai komik “Si Juki” karena cerita di
dalamnya mengundang gela tawa. Komik tersebut merupakan komik yang digemari
oleh semua umur. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun menyukai komik
tersebut.
Aspek kelucuan pada komik “si Juki” terletak pada gambar dan cerita. Dilihat dari
bentuk wajah Juki yang memilki mata yang besar dan juling. Juga ekspresi Juki
digambarkan sedemikian rupa oleh penulis sehingga menampilkan sesuatu yang lucu
dan mengundang pembaca untuk tertawa menikmatinya. Selain itu, tokoh utama
dalam komik tersebut, yaitu Juki memiliki watak yang humoris. Sehingga menambah
kesan kelucuan dari komik tersebut.

A. Tokoh dan Penokohan

Pada komik “si Juki” yang berujudul “Rokok Babeh” dan komik sebelahnya yang
tidak berjudul, tokoh Juki digambarkan menjadi tokoh yang polos, lugu, humoris
namun juga cerdas. Karena pada komik berjudul “ Rokok Babeh” Juki
memberikan alasan merokok itu tidak baik, dan lebih baik membeli jajan agar bisa
dimakan bersama. Dan disitu digambarkan tokoh Babeh langsung memeluk Juki.
Sedangkan pada komik selanjutnya, tokoh Juki digambarkan terbukti ketika
seorang guru memasukkan baju ke dalam celana, Juki memang benar
melakukannya, namun ia memasukkan seluruh seragamnya ke dalam celana
sehingga ia hanya menggunakan kaos dalam.
Dalam komik “si Juki” tokoh utama., yaitu Jui merupakan tokoh lucu-aneh.
Tokoh tersebut dihadirkan dengan rupa-rupa yang lucu. Hal itu juga berlaku pada
tokoh-tokoh nonhuman pada komik-komik lain. Karena keanehan dan
kelucuannya tersebut, tokoh Juki disukai hampir oleh seluruh kalangan, baik anak-
anak maupun dewas. Saking disukainya, komik “Si Juki” begitu sukses dan
diangkat ke layar kaca.

B. Alur
Alur dalam komik “Si Juki” yaitu alur maju dengan menggunakan metode
adegang ke adegan dalam peralihan gambar. Panel-panel dalam komik tersebut
menunjukkan perubahan atau peralihan dari adegan satu ke adegang selanjutnya.
Sebenarnya, dalam mengkaji alur, perlu untuk membaca buku secara keseluruhan
agar kita dapat memahami cara atau metode seperti apa yang digunakan
pengarang dalam peralihan gambar. Karena cara peralihan gambar dalam sebuah
buku komik bisa saja berbeda-beda tiap halamannya.

C. Tema dan Moral

Tema yang diangkat dalam penggalan komik diatas adalah kekeluargaan. Dimana
di komik pertama yang berjudul “Rokok Babeh” menggambarkan suatu hubungan
antara bapak dan anak yang erat dan dekat. Kisah dalam komik tersebut pun
merupakan cerminan dari kehidupan dalam masyarakat dimana bapak sering
sekali meminta tolong pada anak untuk membelikan rokok. Padahal jelas-jelas
rokok tidak baik bagi kesehatan.
Penggalan cerita kehidupan si Juki yang termuat dalam komik tersebut
mengandung pesan bahwa rokok itu selain boros di uang, juga membuatr
kesehatan boros. Alangkah lebih baiknya jika uang yang digunakan unutuk
membeli rokok dipakai untuk membeli makanan sehingga dapat dimakan
bersama-sama. Selain itu, tokoh Juki juga mencerminkan jiwa kritis pada anak-
anak. Dimana ia berani berpendapat kepada ayahnya bahwa merokok itu tidak bai,
dan jajan lebih baik.

D. Gambar dan Bahasa


Aspek gambar dan bahasa merupakan aspek yang penting. Karena kedua aspek
tersebut menjadi pondasi atau inti dari komik tersebut. Aspek gambar dan bahasa
digunakan untuk mewadahi unsur-unsur yang lain. dalam banyak hal, kedua aspek
tersebut menentukan kadar kemenarikkan dari sebuah komik. Kedua aspek
tersebut harus dipahami sebagai suatu kesatuan.
Dalam komik “Si Juki” aspek bahasa yang digunakan ada tiga, yaitu berbentuk
kalimat langsung, narasi (kalimt tidak langsung), dan tiruan bunyi. Yang pertama,
yaitu kalimat langsung. Pada setiap panel, Juki dan tokoh lainnya langsung
mengatakan apa yang hendak dikatakan. Kemudian, pengaran menambahakan
narasi berupa kata-kata yang menggambarkan peralihan adegan yang juga menjadi
menggambaran adegan selanjutnya. Selain itu, dalam komik Juki juga
menggunakan beberapa tiruan bunyi. Seperti kata”gubrak” yang tertulis di komik
kedua

Komentar
Komik “Si Joki” merupakan komikyang menyenangkan dan seru untuk dibaca.
Sebenarnya komik tersebut tersedia secara online di sebuah aplikasi komik yaitu
Webtoon. Komik “Si Juki” begitu segar karena mengundang gelak tawa. Kepolosan,
keluguan, kecerdasan dan kekritisan Si Juki membuat pembaca dapat geleng-geleng
kepala. Komik ini juga sebenarnya sarat akan makna dan pesan selain itu,
penggambaran tokoh pun sangat lucu. Sehingga tak aneh jika komik Juki
dikelompokkan ke dalam komik humor.
BAB IV

PENUTUP

Sastra anak merupakan sebuah karya imajinatif dalam bentuk bahasa yang berisi
pengalaman, perasaan, serta pikiran anak yang khusus ditujukan bagi anak-anak. Sastra
anak dapat ditulis oleh pengarang, baik anak-anak maupun pengarang dewasa.

Sastra anak dapat berkisah tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa
tidak masuk akal. Misalnya berkisah tentang binatang yang dapat berbicara, bertingkah
laku, berpikir dan berperasaan layaknya manusia. Imajinasi dan emosi anak dapat
menerima cerita itu secara wajar dan memang begitulah seharusnya menurut jangkauan
pemahaman anak.

Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai
media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan
emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan
kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan
keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak
merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika
dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin
sehingga menuntun kecerdasan emosinya.
DAFTAR PUSTAKA

Nurgiyantoro, B. 2005. Sastra Anak : Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta:


Gajah Mada University Press

Winarni. Retno. 2014. Kajian Sastra Anak. Yogyakarta : GRAHA ILMU.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Berkisah, Bintang. 2012. Kisah-Kisah dari Sarang. Yogyakarta : Bintang Berkisah.

Siswanto, W. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo

Ilyas, Husna. 2015. “Fikar Si Pembalap Cilik” dalam Bobo. Jakarta: Kompas Gramedia

Miranti, Ira, Engliana dan Fitri Senny. “Penggunaan Media Lagu Anak-anak Dalam
Mengembangkan Kemampuan Kosakata Bahasa Inggris Siswa di PAUD” Jurnal
Kependidikan, Vol. 2 No. 2, 2015, 167-168.

Saputra, Surya. 2012. Lagu Kasih Ibu dan Maknanya.


https://www.kompasiana.com/suryasaputra/kasih-ibu-sepanjang-
masa_552fd87f36ea83487f8b459f (Diakses pada : Senin, 4 Januari 2021 pukul 16.54 WIB)

SiJuki. 2014. https://amp.kaskus.co.id. (Diakses pada : 5 Januari 2021 pukul 15.34 WIB)

Anda mungkin juga menyukai