Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

TEORI KEPRIBADIAN YANG DIIKAJI DARI PENDEKATAN PSIKODINAMIKA


(THEORY PSIKOANALITIK CARL GUSTAV JUG)

DOSEN PENGAMPU
Elisabeth Christina, S.Pd., M.Pd,.

DISUSUN OLEH
Dinds Destian Dwi Saputri (21010014005)
Annisa Salsa Belvi Virgiana (21010014017)

PRODI BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
nikmat dan karunia nya kepada kami semua sehingga kita dapat menyelesaikan tugas yang
berbentuk makalah ini dengan judul “Teori Kepribadian yang Dikaji dari Pendekatan
Psikodinamika (Theory Psikoanalitik Carl Gustav Jug)”. Dalam mata kuliah Pengembangan
Kepribadian yang telah dibimbing oleh Ibu Elisabeth Christina, S.Pd., M.Pd,.
Dalam pembuatan makalah ini kami tidak akan dapat menyelesaikan dengan baik dan
benar tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang berupa Study Literatur,
Bimbingan hingga pengarahan. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur kami menyampaikan
rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah berkenan memberi bantuan yang tulus
selama penyusunan makalah ini.
Akhirnya perlu kami sampaikan bahwa makalah ini selalu terbuka untuk menerima
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun. Sehingga kami harapkan dari
bapak-ibu guru yang kami hormati beserta teman-teman ataupun bagi siapapun yang akan
membaca makalah ini dapat memberikan saran yang membangun. Oleh karena itu kami
mengucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Biografi Carl Gustav Jung


Biografi Singkat Carl Gustav Jung Carl Gustav Jung lahir di Kesswil, Swiss pada
1975. Ayahnya seorang pemuka agama Protestan. Jung pada awalnya sangat tertarik untuk
dapat mendalami Arkeologi meskipun pada akhirnya hal tersebut tidak didukung oleh kondisi
keluarganya (Budiharjo, 1997: 40). Hal tersebut memperlihatkan bahwasanya sebenarnya
Jung sangat memiliki minat dengan berbagai bidang yang terkait dengan mitologi, filsafat,
religi, dan penyelidikan dalam kebudayaan peradaban kuno. K etertarikan itulah yang
kemudian mempengaruhi perkembangan penelitian Jung. Jung masuk di Universitas Basel
dan mengambil bagian medis dalam spesifikasi psikiatri. Kelulusannya dari Basel
membawanya untuk menjadi seorang asisten bidang medis di suatu klinik di Burgholzli,
Zurich. Dimana dirinya mengembangkan keahliannya dalam bidang medis bersama Eugen
Bleuler, sekaligus belajar paruhwaktu di Paris dibawah bimbingan Pierre Janet (Spinks, 1963:
91).
Pada masa itulah Jung mendapatkan berbagai inspirasi yang merangsang
terlaksananya penelitiannya dalam bidang psikiatri yang salah satunya adalah tentang teori
ketidaksadaran. Pada dasarnya penjelasan tentang riwayat Jung tidak dapat dipisahkan
dengan keberadaan Sigmund Freud. Freud adalah salah satu orang yang memiliki pengaruh
cukup penting dalam perkembangan pandangan Jung. Kesamaan minat antara Jungdan Freud
tentang dunia alam bawah sadar tersebut kemudian menyatukan mereka dalam kerjasama
pengembangan teori tersebut.
Pada tahun 1909, Freud dan Jung mengadakan perjalanan bersama ke Universitas
Clark di Worchester, Massachusetts, keduanya diundang untuk menyampaikan serangkaian
ceramah (Lindzey, 1993: 177). Pengembangan teori psikoanalisis tersebut kemudian sampai
pada pembentukan Asosiasi Psikoanalistik Internasional pada 1910 dan diketuai oleh Jung
sampai 1914. Berakhirnya jabatan Jung tersebut dikarenakan terjadinya perpecahan antara
Jung dan Freud didasari oleh perbedaan pandangan yang sangat prinsipial. Salah satunya
adalah penolakan Jung terhadap teori Freud tentang pemenuhan keinginan atau seksualitas
infantil, serta berbagai prinsip-prinsip analitis Freud yang dianggapnya terlalu berat sebelah,
dan personalistis (Jung, 1987: 5). Dan dari perpecahan tersebut, Jung kemudian melakukan
perjalanan penelitian di beberapa belahan dunia dan mengembangkan prinsip-prinsip
psikologi yang berbeda dengan teori Freudian. Perkembangan dari psikologi analitik dari
Jung banyak dipengaruhi oleh berbagai filsafat Timur, yang diantara gagasannya tersebut
yang terkenal di dunia psikologi terungkap dalam istilah collective unconscious, archetypes,
extravertion/introvertion (Nimpoeno, 2003: 53). Ketertarikan Jung terhadap asal-usul ras,
adat istiadat, dan evolusi kepribadian manusia, mendorong Jung bersama Emma
Rauschenbach (istri sekaligus kawan kerja Jung) untuk mengunjungi berbagai suku-suku
pedalaman di berbagai belahan dunia. Jung banyak menimba pengetahuan alam bawah sadar
dengan mengunjungi berbagai suku-suku primitif di Afrika Utara, Arizona, New Mexico, dan
Kenya, dalam penelitian antar etnis suku tersebut. Jung menemukan kesamaan antara
kepercayaan mistis dan ritual dari suku primitif, agama klasik, dan pandangannya tentang
ketidaksadaran (Spinks, 1963: 91). Jung mendapati adanya suatu kecenderungan bawaan
yang diturunkan dari leluhur tiap ras yang kemudian membimbing dalam dunia pengalaman
manusia modern, Dan hal tersebut ditemukannya dalam berbagai masyarakat. Jung juga
beberapa kali melakukan penelitiannya di India, dan membuahkan gagasan yang berakar pada
falsafah yoga dan meditasi, yang kemudian dalam konsepnya disebut dengan
prosesindividuasi (Nimpoeno, 2003: 54). Suatu cara yang mengarahkan pada prosesrealisasi
diri dengan penemuan kembali terhadap spiritual self.

2.2. STRUKTUR THEORY PSIKOANALITIK CARL GUSTAV JUNG


Karena adanya perbedaan pendapat mengenai pendirian antara Sigmun Freud dan juga Carl
Gustav Jung maka adanya perpisahan dan perbedaan isi dari psikoanalitik sendiri. Berikut
rangkaian struktur Psikoanalitik menurut Carl Gustav Jung, yaitu :
 Struktur Kesadaran
Kesadaran memiliki 2 komponen pokok yaitu kesadaran fungsi jiwa dan sikap jiwa,
yang memiliki peranan masing-masing dalam orientasi diri manusia.
a. Fungsi Jiwa
Dalam fungsi jiwa dikemukakan ada 4 macam fungsi jiwa yaitu Rasional (Pikiran &
Perasaan) dan Irasional (Pendirian dan Intuisi). Dalam hal ini, fungsi kesadaran
rasioanl dalam pikiran yaitu lebih bekerja pada bagaimana individu berpikir dalam
melihat segala sesuatu berdasaran kriteria benar atau salah. Dan pada perasaan,
bagaimana individu melihat segala sesuatu yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan. Jika, Fungsi Irasionalnya dalam pendirian layaknya dimana individu
mengamati segala hal dengan pengamatan yang dilakuan secara sadar indraniah dan
intuisinya layaknya dimana individu memberikan pengamatan secara tidak sadar
naluriah.
FUNGSI JIWA SIFAT CARA KERJA
Pikiran Rasional Benar, Salah
Perasaan Rasional Senang, Tidak Senang
Pengindraan Irasional Sadar Secara Indra
Intuisi Irasional Tak Sadar Naluriah

b. Sikap Jiwa
Yang dimana sikap jiwa ini bisa dikatakan bagaimana individu mengarahkan energi
psikis umum atau libido dalam diri, yang menjelma dalam orientasi manusia terhadap
dunianya. Berdasarkan sikap jiwa sendiri, manusia digolongkan juga menjadi 2 type
yang dimana biasa kita kenal yaitu Ekstrovert dan Introvert.
 Sifat manusia yang bertype Introvert
Dipengaruhi oleh dunia subjektif, yang dimana dapat diartikan yaitu dunia
dalam dirinya sendiri. Orientasinya tertuju dalam pikiran, perasaan dan
Tindakan-tindakannya ditentukan oleh factor-faktor subjektif.
 Sifat manusia yang bertype Ekstrovert
Yang dimana individu yang memiliki sifat ekstrovert cenderung dipengaruhi
oleh dunia objektif yang dimana dunia yang berada diluar dari dirinya.
Orientasi yang tertuju diluar layaknya dimana pikiran, perasaan dan
tindakannya ditentukan oleh lingkungan sekitarnya, baik lingkungan sosial
maupun nonsosial.

 Struktur Ketidaksadaran
Terdapat struktur ketidaksadaran yang dimana terdiri dari 2 alam/bagian, yaitu :
A. Ketidaksadaran Pribadi (Self Unconscious)
Dalam hal ini, dimana individu memperoleh segala aktivitas/pengalaman selama
Sejarah masalalu dalam hidupnya (pengalaman pribadi). Yang dimana dalam hal
ketidaksadaran pribadi ini berisiikan ingatan individu (Baik ingatan negative ataupun
positif), Pengalaman-pengalaman yang pernah berada dalam kesadaran tetapi
direpresi, disupresikan, dilupakan/diabaikan(Lindzey, 1993;183). Pengalaman yang
tidak disadari ini merupakan rangkaian pengalaman dan kesan-kesan yang hadir
dalam kehidupan sehari-hari tetapi terlalu lemah untuk diterima di alam sadarnya.
B. Ketidaksadaran Kolektif
Ketikdaksadaran Kolektif ini bentuk bagian dari dimana ketikdaksadaran itu diperoleh
oleh individu dari warisan nenek moyangnya layaknya hal-hal yang individu dapatkan
selama masa perkembangan/pertumbuhannya(bentuk pembawaan lahir). Dalam
ketidaksadaran kolektif terdapat istilah Arketipe yang dimana merupakan bentuk-
bentuk tidak langsung dari bagian struktur insting yang hanya dapat disimpulkan
dengan bayangan visual ataupun dengan Bahasa.(Nimponeo, 2003;55) Bentuk dari
arketipe dalam theory Jung yaitu mencakup :
 Pesona
Pesona sendiri sering sekali kita kenal sebagai Topeng. Yang dimana maksud
dari topeng ini sendiri yaitu bentuk topeng yang dipakai individu dalam
menghadapi segala situasi yang bersifat sebagai tuntutan dalam lingkungan
sekitar (baik dalam Masyarakat, kebudayaan, adat)(Lindzey, 1993;188)).
Menurut Jung, Pesona merupakan topeng yang membantu/mempermudah
seseorang dalam penyesuaian diri dengan oranglain, tetapi pesona juga dapt
memiliki sisi negative yaitu dimana ketika seseorang terperangkap dalam peran
tertentu dan kehilangan sifat-sifat individualnya yang berkaitan dengan perasaan
sebenarnya.(Budiraharjo, 1997;45)
 Shadow.
Pemahaman mengenai shadow sendiri adalah bayang-bayang atau cerminan.
Yang dimana Shadow dalam theory Jung ini merupakan Cerminan dari diri atau
sifat manusia yang bisa dikatakan memiliki sisi Binatang yang diwarisi manusia
dalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah. Dan, dengan
kata lain, yang lebih mudah dipahami adalah suatu sisi gelap kepribadian
manusia. (Lindzey, 1993;188)). Yang dimaan dalam shadow ini,
menggambarkan bagaimana problem moral yang menantang keseluruhan
kepribadian ego, karena tidak seorangpun dapat menyadari shadow’nya tanpa
usaha moral yang besar (Jung, 1987;99). Shadow sendiri lebih cenderung
bersifat Tindakan-tindakan emosional karena keberadaan adaptasi yang sangat
lemah. Yang dimana konsep shadow ini memiliki kemiripan dengan pandangan
Id oleh Freud yang dimana mengarah pada proses pemuasan insting biologis.
Shadow dalam theory Jung ini hadir dalam seluruh kepribadian manusia dalam
berbagai bentuk, layaknya perasaan ingin merusak, menghancurkan, dan
Tindakan-tindakan tercela dan tidak menyenangkan (Budiharjo, 1997;45).
 Animus
Animus sendiri memiliki 2 elemen yang dimana dikenal dengan Anima dan
Animus. Animus sendiri adalah bentuk dari penggambaran karakteristik seksual
yang hadir dalam diri laki-laki maupun Perempuan(Jung,1987;106,107).
Elemen dari Anima sendiri merupakan bentuk dari kefeminiman yang ada pada
diri Laki-laki, sedangkan Elemen Animus lebih berfokuskan dan berkaitan pada
akal, budi dan rasio pada diri Perempuan.(Jung, 1987,106;107). Animus dan
Anima sendiri terjadi berlangsung secara kolektif dan universal, keduanya
merupakan personifikasi dari ketidaksabaran yang menjadi perantara terhadap
kedasaran diri.
 Self (Diri)
Self seperti halnya yang biasa kita dengar adalah Kepribadian secara
keseluruhan. Tetapi, dalam theory Jung, Self merupakan tipe arketipe yang
mencerminkan perjuangan manusia kearah kesatuan/Bersatu (Lindzey,
1993;1991). Yang dimana hal ini, mendorong individu untuk mendapatkan
kebulatan diri yang maximal.
Jung berpendapat, bahwa ketidaksadaran kerap kali tidak dimengerti oleh diri
individu, dan terkadang hal ini dapat membuat individu merasa tidak tenang dan
tidak nyaman. Kecuali, terhadap orang-orang yang mengenal dan memahami
mengenai ketidaksadaran yang mereka alami, idnvidiu akan lebih dapat
menerima dirinya dengan keadaan sewajarnyaa.

2.3. DINAMIKA KEPRIBADIAN


Dalam konsep kepribadian yang telah dijelaskan dan dijabarkan oleh Jung terdapat dinamika
kepribadian yakni sebagai berikut :
A. Kausalitas & Teleologi
Kausalitas berpendapat bahwa kejadian saat ini berasal dari pengalaman sebelumnya.
Perhatian sangat bergantung pada sudut pandang kausal dalam penjelasan perilaku
orang dewasa ini dalam hal pengalaman anak usia dini. Jung mengkritik Freud karena
menjadi satu sisi dalam penekanannya pada kausalitas dan menegaskan bahwa
pandangan kausal tidak dapat menjelaskan semua motivasi. Sebaliknya, teleologi
berpendapat bahwa hal ini dimotivasi oleh cita-cita dan aspirasi untuk masa depan
yang mengarahkan takdir seseorang. Adler memegang posisi ini, bersikeras bahwa
orang termotivasi oleh persepsi sadar dan tidak sadar tentang tujuan akhir. Jung
kurang kritis terhadap Adler daripada orang bebas, tapi dia berkeras daripada perilaku
manusia yang dibentuk oleh kekuatan kausal dan teleologi, serta bahwa penjelasan
kausal harus diimbangi dengan teleological. Desakan Jung tentang keseimbangan
terlihat dalam konsepsi tentang mimpi. Dia setuju dengan banyak mimpi yang berasal
dari kejadian masa lalu; artinya, mereka disebabkan oleh telinga-telinga pengalaman.
Di sisi lain, Jung mengklaim bahwa beberapa mimpi dapat membantu seseorang
membuat keputusan tentang masa depan, sama seperti mimpi membuat temuan
penting dalam ilmu pengetahuan alam yang pada akhirnya menghasilkan pilihan
kariernya sendiri.
B. Proggression & Reggrision
Untuk mencapai realisasi diri, maka orang harus menyesuaikan diri tidak hanya
dengan lingkungan luar mereka, tapi juga ke dunia batin mereka. Adaptasi terhadap
dunia luar melibatkan aliran maju energi psikis dan disebut progresif, sedangkan
adaptasi pada dunia batin bergantung pada aliran balik energi psikis dan disebut
regresi. Progresif mendorong seseorang untuk bereaksi secara konsisten terhadap
seperangkat kondisi lingkungan tertentu, sedangkan regresi merupakan langkah
mundur yang perlu dalam pencapaian tujuan yang berhasil. Regresi mengaktifkan
jiwa tak sadar, bantuan penting dalam pemecahan sebagian besar masalah. Sendiri,
perkembangan, maupun regresi tidak mengarah pada pembangunan. Entah bisa
menimbulkan terlalu banyak satu sisi dan kegagalan dalam adaptasi; tapi keduanya,
bekerja sama, dapat mengaktifkan proses pengembangan kepribadian yang sehat.

2.4. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN


A. Anak-Anak
Jung membagi masa kecil menjadi tiga substrat yaitu anarkis, monarki, dan dualistis.
Fase anarkis ditandai ole kegelisahan yang kacau dan sporadis. Kepulauan kesadaran
mungkin ada, tapi ada sedikit atau tidak ada hubungan antara pulau-pulau ini.
Pengalaman Tase anarkis terkadang memasuki kesadaran sebagai gambar primitif,
tidak mampu diartikan secara verbal.
Fase monarki masa kanak-kanak ditandai ole perkembangan ego dan awal pemikiran
logis dan verbal. Selama ini, anak-anak melihat diri mereka secara objektif dan sering
menyebut diri mereka pada orang ketiga. Tanah kesadaran menjadi lebih besar, lebih
banyak, dan dihuni oleh ego primitif.
Meskipun ego dianggap sebagai objek, namun ego itu sendiri tidak memilikinya.
Selama fase dualists di masa kanak-kanak, ketika ego sebagai persepsi muncul pada
diri mereka, ego terbagi menjadi tujuan dan subjektif. periode dualistis, pulau-pulau
kesadaran menjadi tanah yang terus-menerus, dihuni ole kompleks ego yang
mengenali dirinya sebagai objek dan subjek.
B. MASA MUDA
Menurut Jung, masa muda adalah, atau seharusya, periode aktivitas yang meningkat,
seksualitas yang jatuh tempo, kesadaran yang tumbuh, dan pengakuan bahwa era
bebas masalah masa kanak-kanak hilang untuk selamanya.
Perbedaan utama yang dihadapi pemuda adalah untuk mengatasi kecenderungan
alami (ditemukan juga di tahun-tahun pertengahan dan kemudian) untuk berpegang
teguh pada kesadaran yang sempit tentang masa kanak-kanak, sehingga menghindari
masalah yang berkaitan dengan masa kini. Keinginan untuk hidup di masa lalu in
disebut prinsip konservatif. Seorang pria paruh baya atau orang tua yang mencoba
berpegang pada nilai-nilai muda, menghadapi paruh kedua kehidupan yang lumpuh,
cacat dalam kemampuan untuk mencapai realisasi diri, dan terganggu dalam
kemampuan untuk membangun tujuan baru dan mencari makna baru bagi kehidupan.
C. Usia Pertengahan
Jung percaya bahwa kehidupan tengah dimulai pada usia sekitar 35 atau 40, saat
matahari telah melewati puncakya dan mulai turun ke bawah. Meski kemunduran ini
bisa menghadirkan orang paruh baya dengan kegelisahan yang meningkat, kehidupan
paruh baya juga merupakan masa potensial yang luar biasa. Jika orang paruh baya
mempertahankan nilai sosial dan moral dari kehidupan awal mereka, mereka menjadi
kaku dan fanatik dalam mencoba mempertahankan daya tarik fisik dan
ketangkasannya.
Menemukan cita-cita mereka bergeser, mereka mungkin berjuang mati-matian untuk
mempertahankan penampilan dan gaya hidup muda mereka.
D. USIA TUA
Seiring berjalannya umur dan berjalannya kehidupan individu pastinya akan
mengalami proses dari perkembangan diri. Baik dari amsa kanak-kanak hingga tua.
Semakin bertambahnya usia individu semakin lebih juga pemikirinannya. Layaknya
pada kematian. Dimana menurut Jung percaya bahwa kematian adalah tujuan hidup
dan bahwa kehidupan dapat terpenuhi hanya jika kematian dilihat dalam cahaya ini.
Sebagian besar pasien Jung berusia setengah baya atau lebih tua, dan banyak dari
mereka mengalami orientasi mundur, yang berpegangan pada cita-cita dan gaya hidup
masa lalu, Dan Jung memperlakukan orang-orang ini dengan membantu mereka
membangun tujuan baru dan menemukan mana dalam hidup dengan terlebih dahulu
menemukan mana dalam kematian. la menvelesaikan perawatan ini melalui
interpretasi mimpi, karena mimpi orang tua sering dipenuhi dengan simbol kelahiran
Kembali.

2.5. TEKNIK THERAPY

Anda mungkin juga menyukai