DOSEN PENGAMPU
Elisabeth Christina, S.Pd., M.Pd,.
DISUSUN OLEH
Dinds Destian Dwi Saputri (21010014005)
Annisa Salsa Belvi Virgiana (21010014017)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
nikmat dan karunia nya kepada kami semua sehingga kita dapat menyelesaikan tugas yang
berbentuk makalah ini dengan judul “Teori Kepribadian yang Dikaji dari Pendekatan
Psikodinamika (Theory Psikoanalitik Carl Gustav Jug)”. Dalam mata kuliah Pengembangan
Kepribadian yang telah dibimbing oleh Ibu Elisabeth Christina, S.Pd., M.Pd,.
Dalam pembuatan makalah ini kami tidak akan dapat menyelesaikan dengan baik dan
benar tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang berupa Study Literatur,
Bimbingan hingga pengarahan. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur kami menyampaikan
rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah berkenan memberi bantuan yang tulus
selama penyusunan makalah ini.
Akhirnya perlu kami sampaikan bahwa makalah ini selalu terbuka untuk menerima
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun. Sehingga kami harapkan dari
bapak-ibu guru yang kami hormati beserta teman-teman ataupun bagi siapapun yang akan
membaca makalah ini dapat memberikan saran yang membangun. Oleh karena itu kami
mengucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
b. Sikap Jiwa
Yang dimana sikap jiwa ini bisa dikatakan bagaimana individu mengarahkan energi
psikis umum atau libido dalam diri, yang menjelma dalam orientasi manusia terhadap
dunianya. Berdasarkan sikap jiwa sendiri, manusia digolongkan juga menjadi 2 type
yang dimana biasa kita kenal yaitu Ekstrovert dan Introvert.
Sifat manusia yang bertype Introvert
Dipengaruhi oleh dunia subjektif, yang dimana dapat diartikan yaitu dunia
dalam dirinya sendiri. Orientasinya tertuju dalam pikiran, perasaan dan
Tindakan-tindakannya ditentukan oleh factor-faktor subjektif.
Sifat manusia yang bertype Ekstrovert
Yang dimana individu yang memiliki sifat ekstrovert cenderung dipengaruhi
oleh dunia objektif yang dimana dunia yang berada diluar dari dirinya.
Orientasi yang tertuju diluar layaknya dimana pikiran, perasaan dan
tindakannya ditentukan oleh lingkungan sekitarnya, baik lingkungan sosial
maupun nonsosial.
Struktur Ketidaksadaran
Terdapat struktur ketidaksadaran yang dimana terdiri dari 2 alam/bagian, yaitu :
A. Ketidaksadaran Pribadi (Self Unconscious)
Dalam hal ini, dimana individu memperoleh segala aktivitas/pengalaman selama
Sejarah masalalu dalam hidupnya (pengalaman pribadi). Yang dimana dalam hal
ketidaksadaran pribadi ini berisiikan ingatan individu (Baik ingatan negative ataupun
positif), Pengalaman-pengalaman yang pernah berada dalam kesadaran tetapi
direpresi, disupresikan, dilupakan/diabaikan(Lindzey, 1993;183). Pengalaman yang
tidak disadari ini merupakan rangkaian pengalaman dan kesan-kesan yang hadir
dalam kehidupan sehari-hari tetapi terlalu lemah untuk diterima di alam sadarnya.
B. Ketidaksadaran Kolektif
Ketikdaksadaran Kolektif ini bentuk bagian dari dimana ketikdaksadaran itu diperoleh
oleh individu dari warisan nenek moyangnya layaknya hal-hal yang individu dapatkan
selama masa perkembangan/pertumbuhannya(bentuk pembawaan lahir). Dalam
ketidaksadaran kolektif terdapat istilah Arketipe yang dimana merupakan bentuk-
bentuk tidak langsung dari bagian struktur insting yang hanya dapat disimpulkan
dengan bayangan visual ataupun dengan Bahasa.(Nimponeo, 2003;55) Bentuk dari
arketipe dalam theory Jung yaitu mencakup :
Pesona
Pesona sendiri sering sekali kita kenal sebagai Topeng. Yang dimana maksud
dari topeng ini sendiri yaitu bentuk topeng yang dipakai individu dalam
menghadapi segala situasi yang bersifat sebagai tuntutan dalam lingkungan
sekitar (baik dalam Masyarakat, kebudayaan, adat)(Lindzey, 1993;188)).
Menurut Jung, Pesona merupakan topeng yang membantu/mempermudah
seseorang dalam penyesuaian diri dengan oranglain, tetapi pesona juga dapt
memiliki sisi negative yaitu dimana ketika seseorang terperangkap dalam peran
tertentu dan kehilangan sifat-sifat individualnya yang berkaitan dengan perasaan
sebenarnya.(Budiraharjo, 1997;45)
Shadow.
Pemahaman mengenai shadow sendiri adalah bayang-bayang atau cerminan.
Yang dimana Shadow dalam theory Jung ini merupakan Cerminan dari diri atau
sifat manusia yang bisa dikatakan memiliki sisi Binatang yang diwarisi manusia
dalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah. Dan, dengan
kata lain, yang lebih mudah dipahami adalah suatu sisi gelap kepribadian
manusia. (Lindzey, 1993;188)). Yang dimaan dalam shadow ini,
menggambarkan bagaimana problem moral yang menantang keseluruhan
kepribadian ego, karena tidak seorangpun dapat menyadari shadow’nya tanpa
usaha moral yang besar (Jung, 1987;99). Shadow sendiri lebih cenderung
bersifat Tindakan-tindakan emosional karena keberadaan adaptasi yang sangat
lemah. Yang dimana konsep shadow ini memiliki kemiripan dengan pandangan
Id oleh Freud yang dimana mengarah pada proses pemuasan insting biologis.
Shadow dalam theory Jung ini hadir dalam seluruh kepribadian manusia dalam
berbagai bentuk, layaknya perasaan ingin merusak, menghancurkan, dan
Tindakan-tindakan tercela dan tidak menyenangkan (Budiharjo, 1997;45).
Animus
Animus sendiri memiliki 2 elemen yang dimana dikenal dengan Anima dan
Animus. Animus sendiri adalah bentuk dari penggambaran karakteristik seksual
yang hadir dalam diri laki-laki maupun Perempuan(Jung,1987;106,107).
Elemen dari Anima sendiri merupakan bentuk dari kefeminiman yang ada pada
diri Laki-laki, sedangkan Elemen Animus lebih berfokuskan dan berkaitan pada
akal, budi dan rasio pada diri Perempuan.(Jung, 1987,106;107). Animus dan
Anima sendiri terjadi berlangsung secara kolektif dan universal, keduanya
merupakan personifikasi dari ketidaksabaran yang menjadi perantara terhadap
kedasaran diri.
Self (Diri)
Self seperti halnya yang biasa kita dengar adalah Kepribadian secara
keseluruhan. Tetapi, dalam theory Jung, Self merupakan tipe arketipe yang
mencerminkan perjuangan manusia kearah kesatuan/Bersatu (Lindzey,
1993;1991). Yang dimana hal ini, mendorong individu untuk mendapatkan
kebulatan diri yang maximal.
Jung berpendapat, bahwa ketidaksadaran kerap kali tidak dimengerti oleh diri
individu, dan terkadang hal ini dapat membuat individu merasa tidak tenang dan
tidak nyaman. Kecuali, terhadap orang-orang yang mengenal dan memahami
mengenai ketidaksadaran yang mereka alami, idnvidiu akan lebih dapat
menerima dirinya dengan keadaan sewajarnyaa.