PSIKOLOGI UMUM I
ALIRAN PSIKOLOGI
STRUKTURALISME, FUNGSIONALISME, & GESTALT
Oleh
Delius Fridolin Marpaung (121301096)
Livi Yohana (121301002)
Fitri Nirwana Sinaga (121301074)
Permata Ismawarni Putri Purba (121301030)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan berkah-Nya yang tiada hentinya, terutama nikmat kesehatan,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Aliran Psikologi Struktualisme, Fungsionalisme, dan Gestalt ini.
Tugas makalah ini kami susun untuk memenuhi persyaratan guna memenuhi nilai
tugas dalam mata kuliah Psikologi Umum I di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera
Utara.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing Ibu Ika Sari Dewi, S.Psi, Psi
dan Ibu Dina Nazriani, M.Psi, karena telah memberikan kami tugas, sehingga kami
mendapatkan pengetahuan mengenai aliran-aliran psikologi itu dan juga membentuk
kekompakan dalam kelompok kami ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran pembaca yang sifatnya membangun sangat diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 5 (Lima)
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
...................................................................................
.................................................................................................
ii
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
.......................................................
...................................................
............................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. STRUKTURALISME
........................................................
2.2. FUNGSIONALISME
.........................................................
.....................................................
10
...........................................................................
18
........................................................................................
18
...................................................................................
19
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
dengan
menggunakan
metode
kesadaran.
Sedangkan
aliran
beberapa
aliran
psikologi
seperti
aliran
Strukturalisme,
1.3. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1. Memahami latar belakang dan sejarah timbulnya aliran-aliran dalam psikologi.
2. Memahami ketiga aliran psikologi tersebut, tokoh-tokohnya serta pandanganpandangan pokoknya dan karakteristik-karakteristik yang menonjol.
3. Memahami bahwa tiap timbul aliran baru tentu ada latar belakang semangat
jaman yang sudah masak untuk mengadakan perubahan ke arah pandangan
baru tersebut, atau ada tokoh besar yang membawa pandangan-pandangan yang
baru.
4. Memahami pengaruh sejarah pandangan masa lampau bagi pandanganpandangan masa kini, dan pengaruh pandangan masa kini dalam memberi
makna pada sejarah pandangan-pandangan di masa lampau.
5. Mempelajari sejarah dan aliran tersebut sehingga dapat tumbuh menjadi
mahasiswa yang berwawasan luas, bukan hanya pandai, tapi juga bijak,
terutama dalam menanggapi perbedaan-perbedaan pandangan dalam mengkaji
perilaku manusia, mampu bersikap kritis, bersikap toleran, penuh pemahaman,
dan selalu berkembang secara kreatif dalam memandang manusia dan
kehidupannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. STRUKTURALISME
Struktur adalah sistem transformasi yang mengandung kaidah sebagai sistem
(sebagai lawan dari sifat unsur-unsur) dan yang melindungi diri atau memperkaya
diri melalui peran transformasi-transformasinya, tanpa keluar dari batas-batasnya
atau menyebabkan masuknya unsur-unsur luar.
Pada pertengahan abad ke-19, yaitu pada awal berdirinya psikologi sebagai
satu disiplin ilmu yang mandiri, psikologi didominasi oleh gagasan serta usaha
mempelajari elemen-elemen dasar dari kehidupan mental orang dewasa normal,
melalui penelitian dengan menggunakan metode introspeksi. Pada masa itu, tercatat
satu aliran psikologi yang disebut psikologi strukturalisme.
Strukturalisme menekankan pada pengalaman mental yang kompleks, yang
terdiri atas keadaan-keadaan mental yang sederhana, kesadaran dan proses
pembentukannya.
Tujuan psikologi, menurut kaum strukturalis adalah menyelidiki apa,
bagaimana, dan mengapa terjadi pengalaman dan kesadaran. Kaum strukturalis
memecahkan masalah relasi kesadaran dengan otak atau tubuh, dengan jalan
menggunakan prinsip pararelisme psikofisikal, yaitu satu bentuk dualisme di mana
jiwa dan tubuh dianggap sebagai dua substansi yang terpisah satu dari lain tanpa
interaksi di antara keduanya; tetapi pararel antara satu dengan lainnya sedemikian
rupa, sehingga untuk setiap kejadian di dalam kesadaran selalu akan terdapat
peristiwa yang cocok dan sesuai di dalam tubuh. Tokoh psikologi strukturalisme ini
adalah Wilhelm Wundt.
Wilhelm Wundt (1832-1920) pada awalnya dikenal sebagai seorang sosiolog,
filsuf, dan ahli hukum, yang merupakan sarjana hukum dan sarjana kedokteran di
Heidelberg, Tubingen dan Berlin. Wilhelm Wundt merupakan orang pertama yang
mendirikan laboratorium psikologi di Leipzig, yang merupakan awal berdirinya
psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Wundt sangat dipengaruhi oleh 2 orang tokoh lain yang dianggap sebagai
gurunya, yaitu Helmholtz dan J. P. Muller, yang membantunya mengombinasikan
filsafat dengan ilmu pasti, seperti pada bukunya System of Philosophy (1884).
Penelitian utama yang dilakukan oleh Wundt dan mahasiswanya memusatkan
pada upaya untuk menemukan unsur-unsur dasar, atau struktur proses-proses
mental. Strukturalisme sendiri menyelidiki struktur kejiwaan. Kemudian,
sistematika psikologi dari Wundt mengalami perkembangan dari masa ke masa:
1.
1860-an Prasistematik
Persepsi dan perbedaan antara perasaan (feeling) dan penginderaan (sensation)
yang didasarkan pada doktrin (unconscious inference).
2.
3.
4.
hanya
dapat
memberikan
rangsang-rangsang
untuk
Fisik
2.2. FUNGSIONALISME
Fungsionalisme (Functional Psychology) adalah aliran psikologi yang tumbuh
di Amerika serikat yang dipelopori oleh William James (sering disebut bapak
psikologi Amerika Serikat). Tokoh-tokoh lain juga terkenal yang dibagi dua
kelompok yaitu Chicago (Chicago School of Functionalism) didirikan John Dewey
inilah
yang
merupakan
metode
eksperimen
dari
aliran
fungsionalisme.
2.
METODE INTROSPEKSI
Stimulus berasal dari lingkungan secara alamiah, bisa pada banyak bagian
sekaligus sehingga jiwa menunjukkan fungsinya. Metode ini terlalu bersifat
subjektif sehingga sulit di sistematikan dan sulit dikuantitatifkan.
JOHN DEWEY (1859-1952) adalah seorang guru dan mendapat gelar PH.D dalam
bidang filsafat. Ia kemudian mengajar di University of Chicago dan ikut dalam
perkembangan fungsionalisme di Chicago. Tahun 1904 pindah ke Columbia
University dan tinggal di sana hingga akhir hayatnya.
Pandangan utamanya bahwa sebuah aksi psikologis adlaah suatu kesatuan
yang utuh, tidak dapat dipecah ke dalam bagian-bagian atau elemen (seperti yang
dilakukan oleh strukturalisme). Maka setiap psychological events tidak bisa
dipandang sebagai konstruk-konstruk abstrak. Akan lebih bermanfaat apabila
difokuskan pada fungsi psy. Events tersebut, yaitu dalam konteksnya sebagai
adaptasi manusia. Contoh : anak yang mengulurkan jarinya sebagai respon adanya
api dan terbakar.
menjabat sebagai presiden dari APA sejak tahun 1906 dan dalam jabatannya itu ia
terkenal dengan papernya erjudul The Province of Functional Psychology.
Angell adalah seorang yang kritikal terhadap strukturalisme. Pada masa
keaktifannya, aliran fungsionalisme sedang berkembang dan berjuang untuk
memperoleh tempat yang mapan dalam khasanah dunia ilmu sehingga juga
memunculkan banyak kritik terhadap aliran strukturalisme yang sudah lebih dlu
mapan. Baginya, psychological entity tidak ada yang dapat dipisah-pisah seperti sel
dalam ilmu biologi. Psychological entity adalah sebuah kompleks yang kita kenal
sebagai persepsi. Hal ini jelas tidak sejalan dengan strukturalisme.
Dalam paper-nya ia mengemukakan tiga macam pandanganya terhadap
fungsionalisme yaitu:
1.
2.
3.
2.
Unsur-unsur
Keseluruhan
Aliran Psikologi Gestalt sendiri dimulai tahun 1912, yang pertama kali
dikemukakan di Jerman oleh Max Wertheimer melalui kertas karya-nya (seperti
karya ilmiah). Aliran ini mengkritik aliran ortodoks dari Wundt. Psikologi Gestalt
menekankan kritiknya pada penguraian kesadaran ke dalam elemen-elemen yang
dilakukan oleh strukturalismenya Wundt, tetapi Psikologi Gestalt masih mengakui
adanya unsur kesadaran itu sendiri, walaupun dalam bentuk yang utuh (totalitas,
tidak terbagi-bagi dalam elemen-elemen).
Istilah gestalt sendiri merupakan istilah bahasa Jerman yang mana
terjemahannya sukar dicari dalam bahasa-bahasa lain. Gestalt sendiri, menurut
bahasa Jerman, memiliki arti bentuk, rupa, sosok, potongan, perawakan.
Terjemahannya ke dalam bahasa Inggris pun bermacam-macam antara lain shape
psychology, convigurationism, whole psychology, dan sebagainya. Karena adanya
kesimpangsiuran dalam penerjemahan, akhirnya para sarjana di seluruh dunia
sepakat untuk menggunakan istilah Gestalt tanpa menerjemahkannya ke dalam
bahasa lain.
Untuk dapat mengerti arti yang sebenarnya dari Psikologi Gestalt, kita perlu
mempelajari ciri-ciri khas dari aliran Psikologi Gestalt itu sendiri, yaitu bahwa
Psikologi Gestalt mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas
sebagai fenomena. Prinsip mempelajari gejala sebagai totalitas, pertama kali
dikemukakan oleh Christian von Ehrenfels (1859-1932): tokoh yang merangsang
timbulnya aliran Psikologi Gestalt ini, melalui eksperimennya mengenai musik di
tahun 1890. Alasannya: kalau kita mendengarkan sebuah lagu, yang kita dengar
bukan satu persatu notnya, melainkan gabungan not yang menjadikannya disebut
sebagai lagu. Komposisi ini merupakan keseluruhan yang lebih penting artinya
daripada not-not yang merupakan elemen-elemen. Suatu komposisi lagu
mempunyai sifat tertentu yang disebut emergent, yang tidak dimiliki oleh not-not
dalam lagu itu secara satu per satu. Kalau tangga nada lagu itu diubah, maka not-
not dalam lagu itu pun berubah, namun selama komposisinya masih tetap, maka
emergent-nya masih sama, maka kita tetap akan mendengarkan lagu yang sama.
Dalam Psikologi Gestalt, fenomena adalah data yang paling dasar. Apa yang
dialami seseorang adalah pengalaman fenomenal. Dalam hal ini Psikologi Gestalt
sependapat dengan pandangan filsafat fenomenologi yang mengatakan bahwa
pengalaman haruslah dilihat secara netral, tidak dipengaruhi oleh apa pun. Di
dalam fenomena, kita melihat dua unsur, yaitu objek dan arti. Objek dari fenomena
mempunyai sifat-sifat yang dapat dideskripsikan, tetapi segera objek itu tertangkap
oleh indera kita, maka kita akan menerimanya sebagai informasi dan pada saat ini
kita sudah memberi arti pada objek itu.
Memang, seperti disinggung di awal, bagi aliran Gestalt, yang utama bukanlah
elemen, tetapi keseluruhan. Kesadaran dan jiwa manusia tidak mungkin dianalisis
ke dalam elemen-elemen. Gejala kejiwaan harus dipelajari sebagai suatu
keseluruhan atau totalitas. Keseluruhan, dalam pandangan aliran Gestalt, lebih dari
sekedar penjumlahan unsur-unsurnya. Keseluruhan itu lebih dahulu ditanggapi dari
bagian-bagiannya, dan bagian-bagian itu harus memperoleh makna dalam
keseluruhan. Arti atau makna Gestalt bergantung pada unsur-unsurnya; dan
sebaliknya, arti unsur-unsur itu bergantung pula pada Gestalt.
Kaum psikolog Gestalt juga menolak memperlakukan sistem syaraf sebagai
sebuah struktur yang statis, dan seperti mesin yang hanya mampu secara sedikit
demi sedikit atau sepotong demi sepotong mereaksi terhadap perangsang yang
masuk. Sebaliknya, kulit otak dilihat sebagai analog atau sama dengan satu medan
kekuatan yang ada dalam keadaan keseimbangan aktif, dan didalamnya setiap
perangsang yang masuk selalu saja mempengaruhi keseluruhan medan tadi.
Terlebih lagi, mengenai kulit otak, sifatnya adalah isomorfis (punya bentuk kristal
yang sama) terhadap kejadian-kejadian eksternal. Artinya, dalam hal ini terdapat
persesuaian yang cocok (ada point for-point correspondence) di antara kejadiankejadian kortikal dan objek-objek di tengah lingkungan; namun hubungan ini tidak
menyajikan satu identitas. Malah sebaliknya, keduanya berkaitan dengan cara yang
sama, seperti suatu peta jalan yang erat berkaitan dengan sebuah jalan rayanya.
Peta tersebut
memang
mengubah pemandangan-pemandangan,
sedangkan
ritual
2.
3.
4.
hubungan intim
5.
Menurut Psikologi Gestalt, manusia tidak memberikan respons pada stimuli secara
otomatis. Manusia adalah organisme aktif yang menafsirkan dan bahkan
mendistorsi lingkungan. Sebelum memberikan respons, manusia menangkap
terlebih dahulu pola stimulus secara keseluruhan dalam satuan-satuan yang
bermakna. Pola inilah yang disebut Gestalt.
Kontribusi Psikologi Gestalt yang paling banyak dikenal ada di bidang
persepsi dan belajar. Konsep perseptual mengenai bentuk dan dasar, hukumhukum organisasi primitif dari persepsikedekatan, kontras, kemiripan, dan
kontiguitas
atau
berbatasanprinsip-prinsip
transposisi
atau
perubahan,
Pemikir utama pada aliran Gestalt ini ialah MAX WERTHEIMER, KOFFKA,
dan WOLFGANG KOHLER.
a.
lingkungannya secara
2.
3.
Hukum kesamaan (law of equivalence): Hal-hal yang mirip satu sama lain,
cenderung dipersepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas.
Dalam buku itu, Wertheimer mengatakan bahwa sebagai akibat dari hukumhukum Gestalt di atas, maka terjadilah kecenderungan persepsi spontan, yaitu
begitu mempersepsikan suatu gejala, maka akan diberi arti langsung
(kundgabe) tanpa meneliti terlebih dahulu.
b.
dan Kohler, dan bersama kedua orang itu, Koffka mendirikan aliran Psikologi
Gestalt di Berlin. Pada tahun 1918 menjadi guru besar luar biasa di Giessen
sampai tahun 1924. Ia meninggalkan Jerman pada tahun 1924 dan mengajar di
universitas-universitas di Amerika Serikat.
Sumbangan Koffka kepada Psikologi adalah penyajian yang sistematis dan
pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, dari
mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan
psikologi sosial.
Sebagai penulis yang produktif, Koffka mengemukakan pikiranpikirannya tentang Psikologi Gestalt dalam berbagai publikasinya. Pada tahun
1923, ia mulai menerbitkan jilid pertama dari buku Contribution to Gestalt
Psychology yang menjawab kritik-kritik yang ditujukan kepada Psikologi
Gestalt. Selanjutnya, dalam bukunya Principles of Psycholoical Development:
An Introduction to Child Psychology (1921) untuk pertama kalinya Koffka
mengamalkan prinsip-prinsip Gestalt pada psikologi anak. Ia percaya bahwa
proses perkembangan pada hakikatnya adalah hasil interaksi antara kondisikondisi internal dan eksternal.
Beberapa teori Koffka tentang belajar ialah:
1.
Salah satu faktor yang penting dalam belajar adalah jejak-jejak ingatan
(memori traces), yaitu pengalaman-pengalaman yang membekas pada
tempat-tempat tertentu di otak.
2.
lain
tidak
menyebabkan
terjadinya
lupa),
melainkan
c.
laku
simpanse.
Kohler
membuat
eksperimen
tersebut
dan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat kami simpulkan bahwa, psikologi sebagai suatu disiplin
ilmu dari tahun ketahun semakin menampakkan kapasitasnya, terutama konstribusinya
dalam perkembangan ilmu psikologi.
Aliran-aliran psikologi dalam menyikapi kejiwaan seseorang cenderung berbeda,
seperti aliran strukturalisme yang beranggapan bahwa psikologi merupakan pengalaman
manusia yang dipelajari dari sudut pandang pribadi yang mengalaminya. Sedangkan
aliran fungsionalisme menekankan kegiatan (proses) mental sebagai pokok persoalan
yang sebenarnya bagi psikologi, sebagai lawan dari psikologi struktural yang
menekankan masalah kesadaran. Lain lagi dengan aliran Gestalt yang menyatakan
bahwa, persepsi manusia terjadi secara menyeluruh bukan sepotong-sepotong atau
parsial.
SARAN
1.
Kita harus lebih bijak dalam menyikapi perilaku seseorang menurut pandangan
ketiga aliran tersebut, ketika nampak lahir orang tersebut buruk belum tentu batinnya
juga demikian.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2006.
King, L.A. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba
Humanika, 2010.
Sarwono, S.W. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi.
Jakarta: Bulan Bintang, 2002.
Sobur, A., Psikologi Umum: Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka
Setia, 2009.
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/fungsionalisme-mainmenu-55