Anda di halaman 1dari 4

Panpsikisme dan

Kesadaran.

Ulasan Buku ‘Galileo's Error: Foundations for a New Science of Consciousness’ oleh Phillip Goff
Diulas oleh Pambudi Driya S.

Artikel ini adalah ulasan atas buku Philip Goff yang berjudul "Galileo's Error:
Foundations for a New Science of Consciousness."

I bahwa membicarakan kesadaran sebagai topik dari


problem tubuh-jiwa merupakan suatu tantangan,
Salah satu persoalan yang belum selesai dan terus terutama mengenai bagaimana memahami
dibicarakan dalam lingkup filsafat ialah kesadaran. hubungan pikiran dengan realitas fisik karena
Meski para psikolog dan neurosaintis telah kerap kali kita salah paham mengenai apa itu
memberikan jawaban masing-masing terkait kesadaran. Persoalannya mengemuka dan
kesadaran, bukan berarti pembahasan mengenai mengalami kesulitan ialah persis ketika mencoba
topik tersebut berhenti atau telah usai. Justru untuk merekonsiliasi aspek hal yang subjektif dan
persoalan mengenai kesadaran menjadi sebuah kualitatif dari kesadaran dengan apa yang biasa kita
pemantik lebih jauh. Karena membicarakan pahami mengenai hal yang objektif dan kuantitatif,
mengenai kesadaran, berarti kita akan selalu yang keduanya merupakan salah satu cara kerja
bersinggungan dengan manusia dan realitas di luar dari kerangka saintifik dalam mendefinisikan
manusia. dunia-fisik.

Di samping itu, kita sedikit lebih paham mengenai Dalam sejarah filsafat ketika dihadapkan pada
bagaimana alam semesta terbentuk, ada berapa perbincangan mengenai kesadaran, maka kita akan
planet di luar bumi, bagaimana hukum fisika segera diberi dua pilihan, (1) menjadi seorang
bekerja, serta bagaimana kira-kira bentuk manusia materialis/fisikalis, yang berarti memberi
pra homo sapiens. Dari banyaknya hal-hal penjelasan atas ‘kesadaran’ melalui sains (physical
misterius pada zaman dahulu, kini kita bisa science), (2) atau menjadi seorang dualis, yang
mendapatkan jawabannya. menganggap bahwa ‘kesadaran’ eksis di luar dunia
fisik secara bersamaan.

Namun untuk persoalan kesadaran kita tidak begitu


paham jika dibandingkan dengan realitas fisik atau Seorang materialis akan menjawab pertanyaan
fenomena seperti memahami petir di langit sebagai misalnya, “apa itu kesadaran atau pikiran?” dengan
fenomena alam daripada sebagai bentuk sederet penjelasan atas fenomena tersebut yang
kemarahan dewa Odin. Kendati misalnya di dalam merupakan hasil dari reaksi kimia dari sistem saraf
otak manusia setidaknya ada 100 triliun neuron dan otak, tanpa adanya otak maka keduanya tidak ada.
700 triliun bagian sirkuit di sistem saraf perifer Pengalaman, perasaan, kenikmatan dan rasa sakit,
yang menghubungkan organ sensorik, seperti sensasi ketika mengindera warna, mendengar
mendeteksi rasa sakit atau sentuhan, terhadap otak. suara, dan hidung mencium aroma merupakan
pengalaman subjektif yang perlu dijelaskan
sebagai reaksi kimia otak. Hal ini sama seperti
Melalui artikel “Is Consciousness Everywhere? ketika kita mengatakan apa itu air, terdiri dari
Essays on Panpsychism”, Philip Goff mengatakan apakah struktur air itu, dan seterusnya.
Beberapa argumen yang sering ditujukan kepada II
para materialis terkait kesadaran ialah misalnya
bagaimana rasanya kita (manusia) bisa memahami, Dalam bukunya “Galileo’s Error: Foundations for
merasakan atau menjadi orang lain, kelelawar, a New Science of Consciousness”, Philip Goff
hewan, maupun tumbuhan. Memang sains dapat memberi alternatif ketiga bagi persoalan mengenai
menjelaskan bagaimana dunia secara objektif dan ‘kesadaran’ dan pemahaman terhadap realitas luar
memberikan kita suatu cara untuk memahami suatu atau dunia fisik. Ia mengajukan alternatif ketiga
fenomena. Misalnya apakah dunia ini bulat, yang ia sebut dengan panpsikisme (panpsycism).
bagaimana proses terjadinya hujan, pada titik apa Di satu sisi, sebagaimana dipaham dalam dualisme,
atau derajat berapa air dingin mendidih, dan panpsikisme mengklaim jika kesadaran
seterusnya. (consciousness) tidak dapat direduksi. Di sisi yang
lain, sebagaimana seorang materialis, panpsikisme
Tapi seorang materialis tidak bisa memahami meyakini bahwa kesadaran tidak berada di luar
‘kesadaran’ sebagai orang pertama karena untuk alam, dengan kata lain kesadaran berada di dunia
menjadi ‘sadar’ perlu memilih atau menggunakan material.
perspektif secara spesifik, dengan demikian untuk
memahami suatu organisme lain hanya dapat Namun, panpsikisme lebih radikal bahwa
dipahami berdasar dari perspektif organisme itu kesadaran ‘ada di alam dan di mana-mana’ sejauh
sendiri. merupakan sifat/properti yang melekat tidak hanya
pada manusia dan beberapa hewan, tetapi bahkan
Sementara seorang dualis akan mengatakan bahwa unsur/konstituen paling mendasar dari realitas
realitas ada dua dan berbeda: akal-tak-menubuh fisik. Dengan demikian, panpsikisme meletakkan
(immaterial minds), dan hal-hal fisik (physical posisi alam diresapi oleh kesadaran, daripada
thing). Dualisme meletakan pikiran dan hal fisik melihat kesadaran sebagai fenomena yang akan
saling bertolak belakang. Akal itu tidak memiliki terjadi pada tahap-tahap tertentu.
bentuk materi, tak dapat diraba, dan tak memiliki
ukuran. Bahkan kelima indra kita tak dapat Poin utama bagi para panpskisme dalam
mengetahui keberadaan dari akal tersebut. Lalu meletakkan posisinya ialah penelitian atau
karakter apa saja yang dimiliki oleh akal (mind)? observasi pemahaman kita atas dunia fisik itu
Menurut seorang dualis, akal lah yang sendiri. Semisal dalam memahami fenomena,
menyebabkan kesadaran, berpikir dan merasa. seorang fisikalisme hanya memahami fenomena
Bukan otak. Sebaliknya, entitas fisik yang biasa tersebut sebatas hubungan yang terjadi antar sifat-
kita temukan di luar dari diri, tidak memiliki sifat benda, bukan nilai intrinsik yang ada pada
karakter mental seperti kesadaran, pikiran, dan alam: ‘what matter “does” rather than what it
perasaan. “is”’.

Entitas fisik hanya memiliki karakter yang bisa Sebenarnya permasalahan ini berangkat dari,
diteliti atau dipelajari via saintifik: ukuran, bentuk, menurut Goff, Galileo. Ia mengatakan bahwa
massa, dan seterusnya. Implikasinya maka tubuh matematika dapat menjadi bahasa alam atau sains.
dan akal meruapakan dua hal yang berbeda. Dengan demikian, ketika kita menatap langit atau
Biasanya pemikiran tentang dualisme, beberapa melihat fenomena yang terjadi di sekitar kita dan
bisa kita temukan dalam banyak kebudayaan dan ingin memahaminya, pertama-tama kita perlu
agama yang membedakan hal-hal material dan mempelajari dan memahaminya melalui bahasa
imaterial. Tidak sedikit para filsuf dan saintis yang matematika. Seperti segitiga sama sisi, lingkaran,
menolak dan membuang dualisme, naturalisme dan istilah geometris lainnya. Tanpa bahasa
atau sebagainya. Alasannya bukan karena adanya matematika atau sains, sangat sulit bagi manusia
hal inheren yang misterius seperti idea dalam akal untuk bisa melewati gelapnya dunia.
dan bagaimana benda berinteraksi, melainkan
karena sains menunjukkan kesalahan dari dualisme
yang meletakkan akal yang tak bisa digapai dan Galileo juga meletakkan fondasi bagi hal material
diteliti oleh pendekatan saintifik. atau objek yang sejatinya tidak memiliki kualitas
sensorik. Semisal bahwa paprika tidak pedas,
bunga tidak mengeluarkan bau sama sekali, objek-
objek yang kita ketahui memiliki warna yang itu
sebenarnya tidak memiliki warna. Ia mengajukan neuropsikologi tentang misalnya kelelawar, atau
bahwa objek material itu hanya memiliki bagaimana ketika kita berjumpa dengan alien, kita
karakterisik: ukuran, bentuk, lokasi, dan gerak. tidak akan pernah memahami kesadaran kelelawar
itu sendiri karena respon dari organ kita masing-
Sebab sebelum Galileo, para filsuf menganggap masing bakal berbeda. Hal inilah yang menjadi
dunia sebagai apa yang mereka sebut dengan fakta pembatas bagi para materialisme ketika
‘kualitas-kualitas sensorik (sensory qualities)’ memahami kesadaran.
seperti warna, suara, rasa dan bau. Sangat sulit
ketika hal-hal yang disebut sebagai bagian dari Goff mencatat ada dua hal yang menjadi karakter
sifat kualitatif yang dibahasakan ke dalam istilah dari kesadaran: kualitatif (kesadaran melibatkan
kuantitatif atau bahasa matematis. kualitas) dan subjektif (anda hanya bisa memahami
kesadaran saya jika anda menggunakan perspektif
Lebih lanjut dalam bukunya, Goff mengatakan milik saya). Dengan demikian sebenarnya sangat
bahwa sebenarnya ketika melihat objek lemon sulit bagi seorang materialis untuk tidak benar-
dengan ke-kuning-annya, rasanya yang asem, itu benar menjelaskan realitas secara murni objektif.
tidak melekat pada lemon itu sendiri, melainkan Menurut Goff, apabila seorang materialis kekeh
pada jiwa. Karena baginya, lemon itu tidak benar- mengatakan ada hal-hal yang subjektif maka
benar kuning, melainkan ke-kuning-an hadir sebenarnya ia membatalkan klaimnya sendiri.
di jiwa masing-masing individu yang melihat
lemon tersebut. Jiwa di sini ialah apa yang Dalam klaimnya yang ia sebut sebagai “jalan
dimaksud oleh Goff sebagai bentuk pengalaman ketiga” untuk memahami kesadaran, adalah
sadar manusia di dunia—Galileo memahami apa- Panpskisme yang percaya bahwa seluruh bagian
apa yang merupakan kualitas sensorik dari objek- yang ada di dunia ini memiliki kesadaran. Namun,
objek dunia—seperti lemon—menjadi bentuk dari bukan berarti baju yang kita kenakan sehari-hari
kesadaran jiwa manusia. juga memiliki kesadaran, karena Goff akan
menolaknya. Kecuali jika kita mengatakan bahwa
Dengan kata lain, Galileo membedakan entitas ketika membuat baju tersebut memang melibatkan
menjadi dua. Pertama entitas sebagai objek banyak hal secara sadar, misalnya para buruh
material yang memiliki karakterisik matematis pembuat baju pada waktu tertentu. Selain itu,
seperti ukuran, bentuk, lokasi dan gerak. Kedua, kesadaran memang merupakan hasil dari proses
ada jiwa yang merasakan berbagai jenis bentuk panjang dari evolusi dan merupakan hal yang rumit
kesadaran sensorik dalam merespon terhadap dan melibatkan emosi subtil dan kompleks serta
dunia. Dari sini sebenarnya Goff melihat dengan pengalaman sensorik. Kesadaran tidak hadir begitu
pembagian secara radikal yang dilakukan Galileo, saja dalam bentuk sederhana.
khususnya bagi sains kealaman atau ilmu fisika
sebagai penilaian lengkap terhadap dunia. Lebih jauh, Goff membandingkan bagaimana
Fisika/sains baginya dibatasi hanya untuk kesadaran yang ada pada kuda dengan manusia,
menjelaskan hal-hal material di dunia—murni bahwa kesadaran yang ada pada kuda sedikit lebih
dalam kalimat kuantitatif dan tidak mampu sederhana dibandingkan dengan manusia. Begitu
menjelaskan kualitas sensorik yang berada pada juga dengan kesadaran yang dimiliki oleh ayam
jiwa. sedikit lebih sederhana daripada kesadaran yang
dimiliki oleh kuda. Barangkali penyebab
organisme makin sederhana dipengaruhi oleh
beberapa perubahan yang ada pada kesadaran itu
sendiri. Apa yang ditawarkan oleh panpsikisme
III bagi kita, menurut Goff, ialah bagaimana
menggabungkan atau memasukkan kesadaran ke
Permasalahannya apa itu kesadaran jika hanya dalam kerangka saintifik kita dalam memandang
dipahami sebatas deskriptif, seperti kita memahami dunia, sebuah cara untuk menghindari problem
fenomena alam? Tentu saja kita tidak akan bisa mendalam yang kerap diasosiakan dengan
paham kesadaran hanya berdasarkan pada dualisme dan materialisme.
pandangan dari luar diri. Goff setuju dengan filsuf
Thomas Nagel, bahwa seberapa banyak buku Dengan kata lain panpsikisme benar-benar
biologis kita baca atau kita mempelajari menawarkan cara baru untuk kita, bukan hanya
dalam keseharian memahami dunia, tapi juga utopis bahwa dunia akan lebih baik dengan
terhadap alam, individu lain, dan juga alam merengkuh panpsikisme sebagai pandangan hidup,
semesta. Semisal pandangan panpsikisme terhadap tapi sekali lagi tawaran yang dibawa dari ide-ide
alam semesta, yang berbeda dengan anggapan panpsikisme justru bisa meredefinisikan ulang
bahwa kita bisa mengeksplorasi alam dan kehidupan sosial dan sistem yang lebih baik untuk
menemukan apa-apa yang menjadi misteri atau diterapkan padanya.
rencana untuk membuat kehidupan baru di mars,
dan sebagainya, bahwa alam semesta seperti kita; (Pambudi Driya S.,2021)
kita ada dan hidup di dalamnya. Mungkin terlihat

Anda mungkin juga menyukai