Anda di halaman 1dari 9

II.

ILMU PENGETAHUAN 

KONSEP ILMU DAN PENGETAHUAN 


Pada hakekatnya pengetahuan atau knowledge merupakan segenap apa
yang kita ke tahui tentang sesuatu obyek tertentu termasuk kedalamnya adalah ilmu,
sehingga ilmu dikatakan  merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh
manusia. Bahkan seorang anak kecil pun telah mempunyai berbagai pengetahuan
sesuai dengan tahap pertumbuhan dan tingkat  kecer-dasan otaknya. Seandainya
seseorang berkata kepada kita bahwa dia tahu bagaimana  caranya bermain gitar,
maka seorang yang lainnya mungkin bertanya, apakah pengetahuan anda  itu
merupakan ilmu?. Tentu saja dengan mudah dia dapat menjawab bahwa
pengetahuan  bermain gitar itu bukanlah ilmu, melainkan berkaitan dengan seni
yang ada kaitannya dengan  aspek psikomotorik dalam diri manusia. Demikian juga
sekiranya seseorang mengatakan bahwa  sesudah mati semua manusia akan
dibangkitkan kembali dialam barzah, maka pertanyaan  berikutnya yang serupa atau
berkaitan dengan itu adalah apakah pengetahuan tentang sesuatu  yang bersifat
transendental (gaib atau abstrak) yang areanya seakan melampaui batas tentang 
sesuatu yang bersifat ilmu?, tentu saja jawabannya adalah ‘bukan’ sebab
pengetahuan yang  berkaitan dengan masalah ini disebut agama. Oleh karena itulah
pengetahuan memiliki pengertian  dan batasan-batasan tersendiri secara spesifik
yang berbeda dari seni dan teknologi. 
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung
atau tidak  langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar untuk dibayangkan
bagaimana kehidupan  manusia jika seandainya pengetahuan itu tidak ada oleh
karena pengetahuan merupakan sumber  jawaban bagi berbagai jawaban yang
muncul dalam kehidupan. Sebagai contoh apa yang harus  kita lakukan sekiranya
anak kita demam dan menderita kejang?, maka sudah pasti kita melakukan 
pencegahan awal lalu kemudian dibawa pergi berobat agar dapat sembuh, prilaku
keilmuan ini  tidak dapat dilakukan oleh mahluk hidup lain. 
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan
ini secara  sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan namun
pengetahuan ini terbatas  untuk kelangsungan hidupnya (survival). Seekor kera tahu
mana buah jambu yang enak. Seekor  tikus mengetahui mana kucing yang ganas,
anak tikus itu tentu saja diajari induknya utuk sampai pada pengetahuan bahwa
kucing itu berbahaya. Tetapi dalam hal ini berbeda dengan tujuan pen 
didikan yang diperoleh binatang dalam hidupnya, jika disbandingkan dengan
manusia yang 

mengembangkan pengetahuannya untuk meng-atasi kebutuhan dan kelangsungan
hidupnya. Dia memikirkan hal-hal baru, menjelajah ufuk baru karena dia hidup
bukan sekedar untuk kel angsungan hidup namun lebih dari itu. Manusia itu dalam
hidupnya mempunyai tujuan tertentu  yang lebih tinggi dari sekedar kelangsungan
hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia me ngembangkan pengetahuannya
dan pengetahuan ini jugalah yang mendorong manusia untuk  menjadi makluk yang
bersifat khas di muka bumi ini. 
Pengetahuan manusia mampu dikembangkan disebabkan dua hal utama yakni :
Pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasi-kan informasi
dan jalan  pikiran yang malatarbelakangi informasi tersebut. Pada binatang
misalnya, seekor beruk bisa saja  memberikan informasi kepada kelompoknya
bahwa ada segerombolan gorilla datang menyerang, namun bagaimana
berkembang bahasanya, dia tidak mampu mengkomunikasikan kepada beruk beruk
lainnya. Kedua, yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan
pengetahuannya  dengan cepat dan mantap, adalah kemampuannya berfikir
menurut suatu alur kerangka berfikir  tertentu.Secara garis besar cara berfikir seperti
itu disebut penalaran (pemikiran logis dan analitis).  
Binatang mampu berfikir namun tidak mampu berfikir nalar. Insting binatang
jauh lebih  peka dari insting seorang insinyur geologi. Binatang sudah jauh-jauh
berlindung ke tempat yang  aman sebelum gunung meletus, namun binatang tidak
dapat menalar gejala tersebut tentang  mengapa gunung meletus, faktor apa yang
menyebabkannya, apa yang dapat dilakukan untuk  mencegah semua itu terjadi.
Kelebihan inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan  pengetahuan
yakni, bahasa yang bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu menalar namun 
memang tidak semua pengetahuan berasal dari penalaran. 

PENGETAHUAN NON ILMIAH  


Pengetahuan non ilmiah atau dikenal sains semu (Pseudo Science)
diperoleh terutama  dengan mengandalkan dugaan, perasan, keyakinan dan tanpa
diikuti proses pemikiran yang  cermat. Oleh karenanya pencarian penge-tahuan
dengan cara ini prosentase kebenarannya  rendah. Pengetahuan yang diperoleh
mungkin benar namun mungkin juga salah seperti pada  cara prasangka dan intuisi,
serta tidak efisien karena harus mencoba-coba (coba ralat) tanpa  dasar dan
kalaupun benar sering karena kebetulan saja. Sampai saat ini belum ada metode 
tertentu atau khusus yang dapat digunakan untuk mendekati kebenaran
pengetahuan non ilmiah 


namun umumnya manusia me-lakukan pendekatan terhadap suatu hal dengan
melalui cara-cara  berikut ini : 
1. Mitos. .Mitos merupakan gabungan dari pengamatan, pengalaman namun sebagian
lainnya  berupa dugaan, imajinasi, kepercayaan. Mitos dapat diteri-ma karena
keterbatasan penginde raan, penalaran, dan hasrat ingin tahu yang harus dipenuhi
pada manusia, jadi mitos muncul  karena keterbatasan alat indera manusia (sebagai
alat bantu utama ). Contoh mitos adalah  cerita-cerita legenda. 
2. Wahyu. Wahyu merupakan komunisasi antara sang pencipta dengan makhluknya
dan me rupakan substansi pengetahuan yang disampaikan kepada utusannya.
Manusia dalam me nerima pengetahuan ini bersifat pasif, namun dengan keyakinan
bahwa semuanya benar.  Wahyu merupakan kebenaran mutlak dan tidak dapat
dipertanyakan dan di perdebatkan  kebenarannya dengan akal pikiran manusia
namun dapat dipelajari maksud atau makna yang  terkandung didalamnya. Bahkan
mempelajari wahyu diwajibkan oleh sang pencipta untuk  memperdalam keyakinan
kita akan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa pencipta alam se mesta. Dengan
mempelajari wahyu atau ayat-ayat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa baik yang 
tersurat (kitab suci agama) maupun yang tersirat (alam semesta beserta segala
isinya), yang tidak boleh dilakukan adalah mempertanyakan atau memperdebatkan
wujud zat dari  sang penciptaTuhan Yang Maha Esa. 
3. Otoritas dan tradisi. Pengetahuan yang telah ada dan mapan sering di gunakan
oleh pe mimpin atau secara tradisi untuk menyatakan kebenaran. Sebagai contoh
sampai abad pert engahan manusia menganggap bumi adalah pusat dari alam
semesta (geosentris), sehingga  pada saat Copernicus menyatakan bahwa bumi
bukan sebagai pusat alam semesta dan  hanya merupakan planet dari sistem tata
surya (heliosebritis), maka penguasa dan keper cayaannya pada saat itu menolak
dengan keras. Sampai–sampai Bruno pengikut Copernicus  dengan paham
heliosentrisnya serta penemuan–penemuan yang lain yang sangat berten tangan
dengan penguasa saat itu, dianggap kemasukan setan dan dibakar mati pada tahun 
1600. 
4. Prasangka. Berupa dugaan yang kemungkinannya benar atau mungkin juga salah.
Dengan  prasangka orang sering mengambil keputusan atau kesimpulan yang keliru.
Cara ini hanya  berguna untuk mencari kemungkinan lain tentang konsep
kebenaran.


5. Intuisi. Intuisi merupakan kegiatan berfikir tertentu yang non analitik (tanpa nalar),
tidak ber dasarkan pada pola berpikir tertentu, dan biasanya pendapat tersebut
diperoleh dengan cepat  tanpa melalui proses yang dipikirkan terlebih dahulu.
Dengan kata lain cara intuitif tidak mem punyai logika atau pola berpikir tertentu
serta langkah yang sistematik dan terkendali. Ungkap an yang dikemukakan sering
masuk akal tetapi belum tentu cocok dengan kenyataan. Contoh  cara ini adalah
ramalan bintang (astrologi), seorang astrolog pada saat meramal nasib se orang,
disamping menggu-nakan rumusnya juga sering menggunakan intuisinya. 
6. Penemuan kebetulan. Beberapa pengetahuan pada awalnya ditemukan secara
kebetulan  dan beberapa diantaranya adalah sangat berguna. Seba-gai contoh
adalah penemuan obat  kina sebagai obat malaria. Seorang pengembara yang
sedang mengalami demam malaria  melalui sebuah rawa, karena merasa haus
mareka meminum air rawa tersebut. Namun de 
mikian air rawa terasa pahit oleh karena mengandung hancuran (ekstrak) pohon
besar yang  tumbang di dalamnya. Ternyata setelah meminum air tersebut
demam yang dideritanya  sembuh. Penemuan secara kebetulan yang penting
lainya adalah penemuan Newton ten tang hukum gaya / gravitasi, penemuan
Archimedes tentang gaya angkut air serta pe nemuan Flemming tentang
penisilin. 
7. Cara coba-coba (Trial and Error). Cara ini merupakan serangkaian percobaan asal
saja  yang tidak didasari oleh teori yang ada sebelumnya, sehingga tidak
memungkinkan diper olehnya kepastian pemecahan suatu masalah atau hal yang
diketahui. Sebagai contoh adalah  anak kecil yang berusaha mengetahui bagaimana
cara kerja mainan yang dimilikinya dengan  membongkar mainan tersebut sampai
didapatkan kepuasan tentang rasa ingin tahunya. Ke mudian apakah dia
mendapatkan jawaban apa yang diinginkannya atau tidak, mereka akan  berusaha
memasang atau merakitnya kembali ke bentuk semula. Hasil percobaan tersebut 
dapat seperti bentuk semula dan berfungsi dengan baik, atau seperti bentuk semula
tetapi  tidak berfungsi bahkan mungkin saja tidak dapat dibentuk lagi apalagi ber-
fungsi sebagaimana  semula. Cara ini mengajarkan orang aktif mencoba meskipun
belum pasti usahanya akan ber hasil. Percobaan pertama yang gagal akan diulangi
dengan percobaan berikutnya dengan  perbaikan berdasarkan pengalaman
sebelumnya. Oleh karenanya cara ini mengandung un sur pembelajaran dengan
pengalaman yang bertambah. Cara coba ralat juga sering dise but sebagai cara
aproksimasi dan koreksi.


Kendatipun kebenaran pengetahuan yang diperoleh dengan cara diatas tidak
bersifat ilmi ah, hal ini tidak berarti kebenaran tersebut tidak punya arti sama sekali,
tetapi dapat digunakan  sebagai penunjang untuk melakukan penelitian ilmiah
sehingga yang tadinya tidak ilmiah dapat  dijadikan bersifat ilmiah jika dapat diteliti
secara ilmiah. 

PENGETAHUAN ILMIAH (SCIENCE) 


Pencarian pengetahuan dengan cara ilmiah dilakukan berdasarkan pemikiran
rasional,  pengalaman empiris (fakta) maupun referensi pengalaman sebelumnya.
Pengetahuan yang di peroleh dengan menggunakan cara atau metode ilmiah
(Scientific Method) disebut ilmu. a. Pengertian Ilmu Pengetahuan 
Pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan atau ilmu, menurut para ahli mempunyai
pengertian  sebagai berikut : 
▪ Ralph Ross and Ernest Van Den Haag dalam bukunya ‘The Fabric of society’
menulis  bahwa science is empirical, rasional, general and cummulative and it is all
four at once. Artinya  Ilmu memiliki kriteria empiris, rasional, umum, kumulatif dan
keempatnya serentak terpenuhi. 
▪ Ashley Montagu dalam bukunya ‘The Cultured Man’ menyebutkan bahwa : Science
is a  systematized knowledge services from observation, study and experimentation
carried on order  to determine the nature or principles of whatbeing studied. Artinya
ilmu pengetahuan ia-lah  pengetahuan yang disusun dalam satu sistim yang berasal
dari pengalaman, studi dan  percobaan untuk menentukan hakekat prinsip tentang
hak yang sedang dipelajari. 
▪ V. Afayanev dalam bukunya ‘Marxist Philosophy’ menyatakan bahwa : Science is
the sys tems of man’s knowledge on nature, societiy, and thought. It reflect the world
in concepts,  categories and laws, the correctness and truth of wich are verified by
practical experience.  Artinya : Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan manusia
tentang alam, masyarakat, dan  pikiran. Ia mencerminkan alam dalam konsep,
kategori-kategori dan hukum-hukum yang  ketepatan dan kebenarannya dapat diuji
dengan pengalaman praktis. 
▪ Helmy A. Kotto, menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan
pengetahuan yang  terusun secara sistematik, konsisten dan berkesinam-bungan
serta telah teruji kebenarannya  dan dapat diandalkan kegunaannya bagi manusia.


▪ Dadang Ahmad, menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu proses
pembentukan  (konstruksi) yang terus-menerus sampai dapat menjelaskan
fenomena dan keberadaan alam  itu sendiri. 
b. Fungsi Ilmu Pengetahuan  
Fungsi ilmu pengetahuan diantaranya adalah: 
▪ Menjelaskan (Explaining, Discribing) 
Fungsi menjelaskan mempunyai empat bentuk yaitu: a) Deduktif : Suatu ilmu
harus dapat  menjelaskan sesuatu berdasarkan premis pangkal ilir yang telah
ditetapkan sebelumnya, b)  Probabilistik : Ilmu dapat menjelaskan berdasarkan
pola pikir induktif dari sejumlah kasus  yang jelas, sehingga hanya dapat memberi
kepastian (tidak mutlak) yang bersifat kemung 
kinan besar atau hampir pasti, c) Fungsional : Ilmu dapat menjelaskan letak
suatu komponen  dalam suatu sistem secara keseluruhan, d) Genetik : Ilmu
dapat menjelaskan suatu faktor  berdasarkan gejala-gejala yang sudah sering
terjadi sebelumnya. 
▪ Meramalkan (Prediction) 
Ilmu haurs dapat menjelaskan faktor sebab akibat suatu peristiwa atau kejadian,
misalnya apa  yang akan terjadi jika harga naik.  
▪ Mengendalikan (Controlling) 
lmu haurs dapat mengendalikan gejala alam berdasarkan suatu teori, misalnya
bagaimana  mengendalikan kurs rupiah dan harga. 
c. Kriteria Ilmu Pengetahuan  
Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, merupakan ilmu pengetahuan
apabila cara  mendapatkannya memenuhi syarat yaitu : 
▪ Logis atau masuk akal  
Sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan yang diakui kebenarannya. 
▪ Objektif  
Pengetahuan harus sesuai dengan obyek, didukung oleh fakta empiris. 
▪ Metodik 
Pengetahuan diperoleh dengan cara-cara tertentu yang teratur, dirancang,
diamati dan ter kontrol. 
▪ Sistematik


Berarti bahwa pengetahuan tersebut disusun dalam satu sistem yang satu
dengan lainnya  saling berkaitan dan saling menjelaskan sehingga merupakan satu
kesatuan yang utuh.  ▪ Berlaku Umum atau Universal 
Pengetahuan berlaku untuk siapa saja dan dimana saja yaitu dengan cara
eksperimentasi  yang sama, akan diperoleh hasil yang sama atau konsisten. 
▪ Kumulatif berkembang dan tentatif  
Khasanah ilmu pengetahuan selalu bertambah dengan hadirnya ilmu
pengetahuan baru. Ilmu  pengetahun yang terbukti salah harus diganti dengan
pengetahuan yang benar (tentatif). d.Tinjauan Konstruksi Ilmu Pengetahuan  
Di antara berbagai prosedur pengembangan ilmu pengetahuan, Soeparmo
(1984) menyatakan bahwa sering kali digunakan proses induktif-deduktif dalam
suatu hubungan yang  saling melengkapi dan terpadu. Proses induksi dimulai dari
fakta-fakta yang teramati, lalu dari  pengamatan ini ditarik suatu kesimpulan yang
logik, matematis dan intuitif sehingga terbentuk  kerangka konsep (verbal). Bilamana
kerangka konsep telah berkembang menjadi suatu item pro 
porsisi (himpunan asumsi) tersusunlah suatu teori. Bentuk prinsip-prinsip tersebut
termasuk kata kata dan rumus matematik, yang terorganisasi menurut pola-pola
logika deduktif dan aturan-aturan  sintaksis. 
Kemajuan ilmu pengetahuan melibatkan kombinasi dari :  
▪ Perumusan hipotesis atau ’conjecture’ secara intuitif, komprehensif, dan
referensial. ▪ Eksperimentasi seperangkat peralatan dan fasilitas yang
memungkinkan gejala yang akan  ditinjau (dimodelkan) dapat berlangsung. 
▪ Interpretasi melalui kompilasi, seleksi dan memproses data sesuai dengan
keperluan metode  inferensi yang digunakan dengan melibatkan konsep, hukum
dan teori yang tersedia.  Proses penerimaan sebuah konsep baru menuju teori baru
(proposisi) secara umum da pat mengikuti tahapan berikut secara dinamis.
Tahapan ter-sebut adalah minimal dimulai dari  melakukan prediksi, konfirmasi,
menyusun prinsip, hukum, melakukan hipotesis, sehingga dengan  menggabungkan
tahapan perlakuan tersebut kita dapat menarik kesimpulan. Kesimpulan tersebut 
berdasarkan fakta terprediksi dan observasi atau penelitian untuk melahirka fakta
terobservasi, se hingga akan menghasilkan fakta baru yang akan dirumuskan dalam
bentuk kerangka konsep teori  baru. Metode penemuan teori baru ter-sebut
biasanya juga menerapkan prinsip induksi atau de-


duksi atau bahkan penggabungan kedua konsep tersebut, tergantung kondisi dan
situasi bagai mana konsep teori baru tersebut, oleh karena setiap cabang ilmu
kontennya berbeda-beda. Konstruksi / pembentukan ilmu pengetahuan terbentuk
melalui langkah-langkah metode  ilmiah (Scientific Method) yang dijabarkan dalam
tahapan berikut: 
1. Perumusan Masalah  
Masalah adalah topik atau obyek yang diteliti dengan batasan yang jelas serta
dapat diidenti fikasi faktor-faktor yang terkait. 
2. Penyusunan Hipotesis 
Hipotesis merupakan argumentasi tentang kemungkinan jawaban sementara
tentang ma salah yang ditetapkan, disusun berdasarkan pengetahuan atau teori
yang ada dan harus diuji  kebenarannya dengan observasi atau
eksperimentasi .  
3. Pengujian Hipotesis  
Pengujian hipotesis merupakan usaha pengumpulan fakta yang relevan dengan
hipotesis dan  kemudian diuji apakah fakta tersebut mendukung hipotesis yang
diajukan  
4. Penarikan Kesimpulan  
Kesimpulan diambil berdasarkan hasil analisis data untuk melihat apakah
hipotesis yang diaju kan diterima atau tidak. Hipotesis yang diterima merupa-kan
pengetahuan yang kebenarannya  teruji secara ilmiah dan merupakan bagian
dari ilmu pengetahuan. 
e. Unsur-Unsur Pembentuk Ilmu Pengetahuan 
Keberadaan ilmu pengetahuan terbentuk dari hukum secara khusus dan teori
yang lebih  general. Baik dalam rumusan hukum maupun teori melibatkan unsur
konsep yang merupakan  konstruksi mental dalam menginterpretasi hasil observasi.
Konsep merupakan simbol-simbol  yang membantu untuk mengor-ganisasikan
pengalaman. Hukum adalah korelasi antara dua kon 
sep atau lebih yang dekat kaitannya dengan hal-hal yang terobservasi. Hukum
mencermin-kan  urutan sistimatik suatu pengalaman dan berfungsi untuk
memberikan pengalaman menurut pola  yang beraturan dan dapat dinyatakan dalam
bentuk grafik, persamaan atau ekspresi verbal ten tang interrelasi antara konsep
yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan teori adalah kerangka  konsepsi yang
terorganisasi menjadi suatu generalisasi yang dapat dijabarkan menjadi hukum
hukum. Dibandingkan dengan hukum, teori memiliki generali-sasi yang jauh lebih
luas dan kon prehensif.


Konsep-konsep yang digunakan dalam teori adalah konstruksi mental yang
disusun dari  hasil penangkapan (encoding) pertanda alam dan sosial melalui
metode survey atau eksperi men. Konsep-konsep ini mempunyai ciri-ciri yang
berbeda dari bahan mentahnya (data), dan su dah siap untuk masuk ke fase
penjelasan tentang fenomena yang sedang ditinjau. Penjelasan  tersebut bukan
sekedar daftar konsep yang berhasil dirumuskan tetapi merupakan kaitan lang sung
antara dua atau lebih konsep yang memiliki tingkat keterkaitan. Kualitas teori yang
dirumus kan oleh seseorang, kemudian diuji/dievaluasi wilayah keberlakuannya dan
kemampuan peramal annya. 
Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi teori diantaranya adalah:
kesesuaiannya de ngan observasi, konsistensi internal hubungan konsep-kon-
sepnya, dan sifat konfrehensif  cakupannya. Kriteria pertama adalah hubungan-nya
dengan data yang dapat direproduksi dalam  masyarakat keilmuan, atau
kesesuaiannya dengan pengalaman empiris. Krteria kedua menyang kut konsistensi
dan koherensi. Kedua syarat ini mengkonfirmasikan ketidakhadiran suatu kontra
diksi diantara konsep-konsep yang menyusun teori. Jika ini dipenuhi maka teori
tersebut memiliki  validitas seperti yang telah diperlihatkan oleh teori-teori lain yang
telah lebih dulu lahir. Hasil lain dari  pemeriksaan kedua kriteria tersebut adalah
tercapainya simplitas (kebersahajaan), suatu teori  yang dicirikan oleh jumlah
minimal asumsi yang dijadikan dasar penyusunan. Kelompok kriteria  ketiga
berkenan dengan sifat komprehensif suatu teori, termasuk generalitasnya, atau
kemam puan untuk menunjukkan kepaduan yang melatar belakangi fenomena yang
beragam. Kebenara n suatu teori adalah tujuan ilmu pengetahuan, tetapi dalam
prosesnya yang dipertimbangkan  adalah derajat kesesuaiannya (adekuasi) dengan
data yang diketahui dan sifat koherensi dan  komprehensifnya dibandingkan teori-
teori lain yang tersedia. Semua rumusan teori bersifat tentatif  dan tidak kebal untuk
direvisi, sebagaimana tujuan utama ilmu pengetahuan adalah meningkatkan 
pemahaman terus menerus menuju kesempurnaan penjelasan intelektual terhadap
fenomena  alam dan sosial yang secara alamiah menurut sunnatullah (hukum
Tuhan), tidak akan habis untuk  dikaji dan dipelajari karena kekuasaan-Nya. 
f. Sikap Ilmiah 
Berdasarkan pada syarat, kriteria, langkah operasional dan unsur
pembentukan ilmu pe ngetahuan, maka semua aspek tersebut hendaknya
diperhatikan secara menyeluruh agar dapat  menuntun pembentukan karakter
seorang ilmuan yang umum diharapkan mempunyai sikap  ilmiah, antara lain :

▪ Jujur  
Ilmuan wajib melaporkan hasil pengamatannya secara obyektif dan jujur
sehingga bila hasil  penelitiannya tersebut diuji kembali oleh peneliti lain akan
memberikan hasil yang sama. ▪ Terbuka 
Seorang ilmuan mempunyai pandangan yang luas, cakupan cakrawala ide yang
dipikirkannya  sangat dalam, orientasi berfikirnya terbuka, jauh dari praduga dan
menghargai pendapat orang  lain, meskipun untuk menerimanya harus melakukan
pengujian terlebih dahulu.  ▪ Toleran 
Seorang ilmuan tidak akan merasa dirinya paling hebat, bersedia belajar dari
orang lain atau  membandingkan pendapatnya dengan yang lain serta tidak
pernah memaksakan pendapat nya pada orang lain. Oleh karenanya tidaklah
disebut ilmuan orang yang berprilaku sombong  walaupun telah menemukan
karya ilmu pengetahuan, malah harus semakin rendah diri dan  semakin
memahami kemahakuasaan Sang Pencipta serta semakin memahami
kelemahan  dan keterbatasan dirinya. 
▪ Skeptis 
Dalam mencari kebenaran, seorang ilmuwan akan bersikap hati-hati, meragukan
sesuatu dan  skeptis tetapi tetap bersikap kritis sehingga akan menyelidiki atau
memferifikasi atau bahkan  melakukan observasi (penelitian) terlebih dahulu
bukti-bukti (informasi) yang mendasari suatu  kasimpulan, keputusan atau
pemecahan masalah. 
▪ Optimis  
Seorang ilmuan tidak akan mengatakan bahwa terdapat sesuatu yang tidak dapat
dikerjakan  sebelum memikirkan dan mencoba mengerjakannya terlebihi dahulu
artinya harus selalu  bersikap optimis. 
▪ Pemberani 
Sifat ilmuan yang selalu mencari kebenaran, maka akan berani melawan
ketidakbenaran, kepura-puraan yang meghanbat kemajuaan,meskipun harus
merugikan dirinya sendiri.Sifat  pemberani ini dicontohkan oleh Copernicus dan
Galileo mengenai keyakinan tentang heliosen trisnya yang sangat bertentangan
dengan kepercayaan dan penguasa saat itu yang memper cayai faham
geosentris. 
▪ Kreatif dan Inovatif

10 
▪ Selalu ingin mendapatkan, menciptakan, memvariasikan sesuatu yang baru terutama
guna  mendapatkan nilai tambah bagi dirinya. Setiap saat pola hidupnya selalu
dinamis, tidak passif  sehingga berkreasi, berkarya, melakukan inovasi-inovasi baru
dan melahirkan konsep-konsep  ilmu pengetahuan terbaru sudah menjadi sikap dan
prilaku hidupnya. 
8. Bertanggung Jawab 
 Seorang ilmuan harus memiliki rasa tanggung jawab baik secara etik maupun moral
oleh ka rena itu ilmu yang dihasilkannya harus diarahkan agar sejalan dengan
fungsinya sebagai se orang ilmuan dan atau sebagai khalifah dimuka bumi. Manusia
dengan segala kelebihannya  dibandingkan dengan mahluk hidup lain, telah diberi
amanah mengelola dan memelihara  kelangsungan hidup alam semesta ini serta
bertanggung jawab mengembangkan-nya kearah  yang lebih baik, bukan sebaliknya
sehingga dengan kriteria ini antara manusia dengan mahluk  hidup lain dapat
dibedakan.

11 

Anda mungkin juga menyukai