Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rowina Julia Radja

NIM : L011211070
Prodi : Ilmu Kelautan
KEWENANGAN KOMISI YUDISIAL DAN KOMIS PEMBERANTASAN
KORUPSI

1. Komisi Yudisial

Pembentukan Komisi Yudisial (KY) adalah berdasarkan Pasal 24B Perubahan


ketiga Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang untuk
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam
rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku
hakim.

Komisi Yudisial (KY) dibentuk sebagai lembaga penyeimbang di sistem


kekuasaan kehakiman Indonesia. Ketika era reformasi bergulir, salah satu agenda
perubahan yang dilakukan adalah reformasi di dunia peradilan. Ketika itu, TAP MPR
menyatakan perlu adanya pemisahan yang tegas antara tugas yudikatif dengan cabang
kekuasaan lainnya. Konsep pemisahan kekuasaan tersebut diwujudkan di dalam sistem
penyatuan atap dimana seluruh kewenangan adminsitrasi, personel, keuangan dan
organisasi pengadilan dipindahkan dari Departemen ke Mahkamah Agung (MA).
Konsekuensi dari adanya penyatuan atap di Mahkamah Agung (MA), akan
memberikan kewenangan yang begitu besar bagi Mahkamah Agung. Selain itu, timbul
adanya kekhawatiran akan adanya monopoli kekuasaan kehakiman oleh Mahkamah
Agung. Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial,
disebutkan bahwa dalam melaksanakan wewenang sebagaimana dalam Pasal 13 huruf
a, yaitu mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah
Agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan, maka Komisi Yudisial
mempunyai tugas:

1) Melakukan pendaftaran calon hakim agung;


2) Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung
3) Mengajukan calon hakim agung ke DPR.
Pasal 20 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial mengatur bahwa:

A. Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran


martabat, serta perilaku hakim, Komisi Yudisial mempunyai tugas:
a. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku
hakim;
b. Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan
pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim;
c. Melakukan verifikasi, klarifikasi dan investigasi terhadap
laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim secara tertutup;
d. Memutus benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran Kode Etik
dan Pedoman Perilaku Hakim;
e. Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap
orang perseorangan, kelompok orang atau badan hukum yang
merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim. Selain
tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komisi Yudisial
juga mempunyai tugas memngupayakan peningkatan kapasitas
dan kesejahteraan hakim;
B. Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat serta perilaku hakim, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, Komisi Yudisial dapat meminta bantuan kepada aparat penegak
hukum untuk melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan dalam
hal adanya dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku
Hakim oleh Hakim.
C. Aparat penegak hukum wajib menindaklanjuti permintaan Komisi
Yudisial sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
2. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Korupsi sudah berlangsung dari zaman dahulu. Korupsi sulit hilang, bahkan
semakin memanas dibeberapa masa terakhir ini. Korupsi layaknya sebuah epidemi
penyakit. Korupsi tidak mengenal batas dan limit waktu. Oleh karena itu, dibentuklah
Komisi Pemberatasan Korupsi.
Secara umum, tugas utama KPK tentu saja memberantas korupsi. Tugas Komisi
Pemberantasan Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas-tugas
sebagai mana diatur dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 sebagai
berikut:
1) Melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam melaksanakan tugas koordinasi
dengan instansi yang berwenang menaklukan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi:
a) Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap
Tindak Pidana Korupsi.
b) Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
c) Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi
kepada instansi yang terkait .
d) Melaksanakan dengan pendapat atau pertemuan instansi yang berwenang
melakukan Tindak Pidana Korupsi
e) Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan Tindak Pidana
Korupsi

Melakukan super visi terhadap instansi yang berwenang melakukan


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi , instansi yang berwenang adalah badan
pemeriksa keuangan, badan pengawas keuangan dan pembangunan, komisi
pemeriksa kekayaan penyelenggaraan Negara, inspektorat dan departemen atau
lembaga pemerintah non departemen. Dalam melaksanakan tugas super visi
terhadap instansi yang berwenang melakukan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi ialah Tindak Pidana Korupsi, yang berwenang:

a) Melakukan pengawasan, penelitian atau penelaahan terhadap instansi


yang menjalankan tugas dan wewenang yang berkaitan dengan
pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi yang dalam
melaksanakan pelayanan public.
b) Mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tindak
pidana korupsi yang sedang dilakikan oleh kepolisian atau kejaksaan
Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
Tindak Pidana Korupsi, Komisi Tindak Pidana Korupsi berwenang mempunyai
tugas:

a) Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan


b) Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang
bepergian keluar negri
c) Meminta keterangan kepada bank atau lemaga keuangan tentang
keaadaan keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa
d) Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk
memblokir rekening yang diduga tersangka ataupun terdakwa
e) Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa
kepada instansi yang terkait
f) Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi
perdagangan, dan perjanjian lainnya atau pencabutan sementara
perijinan, lisensi serta konsensi yang dilakukan atau dimiliki oleh
tersangka atau terdakwa yang diduga terbukti dengan adanya tindak
pidana korupsi
g) Meminta bantuan kepada Interpol Indonesia atau instansi penegak
hukum Negara lain untuk melakukan pencairan, penangkapan, dan
penyitaan barang bukti di luar negeri
h) Meminta bantuan kepada polisi atau instansi lain yang terkait untuk
melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan penyitaan, dalam
perkara Tindak Pidana Korupsi yang sedang ditangani.

Dalam melaksanakan tugas pencegahan Tindak Pidana Korupsi, Komisi


Pemberantasan Korupsi berwenang:

a) Melakukan pendaftaran, dan pemeriksaan terhadap laporan harta


kekayaan penyelenggaraan Negara
b) Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
c) Menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap jenjang
pendidikan
d) Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi
pemberantasan tindak pidana korupsi
e) Melakukan kampanye anti Korupsi
f) Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pelaksanaan
Tindak Pidana Korupsi

Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara


dalam melaksanakan tugas monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah
Negara, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang:

a) Melakukan pengkajian terhadap system pengelola administrasi disemua


lembaga Negara dan pemerintah
b) Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan pemerintah untuk
melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian system
pengelolaas administrasi tersebut berpotensi korupsi
c) Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, dewan perwakilan
rakyat Republik Indonesia, dan badan pemeriksa keuangan, jika saran
Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai usulan perubahan tersebut
tidak diindahkan.

Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Komisi Pemberantas Korupsi atau KPK dan Komisi
Yudisial memiliki wewenang yang berbeda. KPK mempunyai tugas melakukan
koordinasi dengan instansi lain, melakukan supervisi terhadap instansi lain yang
berwenang, sedangkan Komisi Yudisial mempunyai tugas mengusulkan pengangkatan
hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim. Komisi Pemberantasan Korupsi
dan Komisi Yudisial ini tidak bisa bekerja sendiri melainkan harus bekerja sama dengan
instansi lainnya agar mendapat kinerja yang efektif dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Silouw, A. N. (2020). KOMISI YUDISIAL DALAM PELAKSANAAN TUGAS DAN


KEWENANGAN TERHADAP PERILAKU HAKIM. LEX ADMINISTRATUM, 8(1).

Erdiana, A. H. (2019). Kewenangan KPK Melakukan Penyadapan Terhadap Orang yang Diduga
Melakukan Tindak Pidana Korupsi (Study Undang-undang KPK No 30 Tahun 2002 dan Hukum Islam)
(Doctoral dissertation, UIN SMH BANTEN).

Anda mungkin juga menyukai