RESUME
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Nilai Mata Kuliah
Pancasila
Oleh :
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
RESUME FILM G30S PKI
Peristiwa G30S PKI adalah salah satu peristiwa pemberontakan komunis yang terjadi
pada bulan September tepatnya pada tanggal 30 September tahun 1965. Dalam peristiwa ini
Partai Komunsi Indonesia ingin melakukan kudeta untuk menjadikan Indonesia sebagai negara
komunis. Dalam kudeta ini, ada 7 perwira tinggi militer yang direncanakan akan dibunuh dalam
peristiwa G30S PKI. PKI menganggap bahwa TNI Angkatan Darat sebagai penghalang utama
untuk mewujudkan tujuan mereka dan akhirnya PKI merencanakan suatu tindakan untuk
menghabisi para petinggi Angkatan Darat dan orang yang menghalangi tujuannya itu.
PKI sudah menguasai banyak organisasi yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat
dukungan untuk rezim Demokrasi Terpimpin. PKI mengetahui dengan jelas persiapan-
persiapan untuk pembentukan rezim militer, menyatakan keperluan untuk pendirian kelompok
Angkatan Kelima didalam angkatan bersenjata dan Soekarno memberikan persetujuan untuk
membentuk kelompok Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan petani yang dipersenjatai.
Tentu Para petinggi militer menentang hal ini karena pembentukan Angkatan Kelima tak akan
jauh berbeda dengan Angkatan Darat reguler yang sudah ada dan dianggap tidak efisien. Di
akhir 1964 dan permulaan 1965 terjadi bentrokan-bentrokan besar. Untuk mencegah
berkembangnya konfrontasi revolusioner, PKI mengimbau semua pendukungnya untuk
mencegah pertentangan menggunakan kekerasan. Rezim Soekarno mengambil langkah
terhadap para pekerja dengan melarang aksi-aksi mogok di industri. Kepemimpinan PKI tidak
berkeberatan karena industri menurut mereka adalah milik pemerintahan NASAKOM.
Pada tanggal 30 September 1965 dini hari sekelompok militer yang menamakan diri
Gerakan 30 September yang dipimpin oleh Letkol Untung melakukan tindakan penculikan dan
pembunuhan terhdapa sejumlah perwira tinggi Angkatan Darat. Korban pejabat tinggi yang
dibunuh tersebut adalah Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI R.
Suprapto, Mayjen TNI M.T. Haryono, Mayjen TNI Siswondo Parman, Brigjen TNI D.I.
Panjaitan, Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo, dan Lettu Pierre Tandean. Jenderal TNI A.H.
Nasution juga disebut sebagai salah seorang target namun dia selamat dari upaya pembunuhan
tersebut. Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban yaitu AIP Karel Satsuit
Tubun, Kolonel Katamso Darmokusumo, dan Kolonel Sugiono. Mereka diculik dan dibunuh
secara sadis, ada yang dibunuh didepan keluarga mereka dan ada yang disiksa hidup-hidup
sampai para korban menghembuskan nafas terakhirnya. Para korban yang telah gugur
kemudian dibuang ke dalam sumur tua yang kemudian dikenal dengan nama Sumur Lubang
Buaya yang terletak di sutau lokasi di Pondok Gede, Jakarta dan mayat mereka ditemukan
pertama kali pada tanggal 3 Oktober dan kemudian dilanjutkan esok hari pada tanggal 4
Oktober. Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para perwira TNI AD tersebut dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Kalibata yang sebelumnya disemayamkan di Markas Besar
Angkatan Darat. Lalu, pada 6 Oktober, dengan surat keputusan pemerintah yang diambil dalam
Sidang Kabinet Dwikora, para perwira TNI AD tersebut ditetapakan sebagai Pahlawan
Revolusi.
Peristiwa G30S/PKI 1965 yang terjadi di Indonesia telah memberi dampak negatif
dalam kehidupan sosial dan politik masyarakat Indonesia yaitu dampak politik dan dampak
ekonomi. Setelah Supersemar diumumkan, perjalanan politik di Indonesia mengalami masa
transisi. Kepemimpinan Soekarno kehilangan supremasinya. MPRS kemudian meminta
Presiden Soekarno untuk mempertanggungjawabkan hasil pemerintahannya, terutama
berkaitan dengan G30S/PKI. Dalam Sidang Umum MPRS tahun 1966, Presiden Soekarno
memberikan pertanggung jawaban pemerintahannya, khususnya mengenai masalah yang
menyangkut peristiwa G30S/PKI.