Anda di halaman 1dari 12

G30S/PKI

1. Latar Belakang
Gerakan 30 September berawal dari keinginan PKI membentuk angkatan perang baru,
yaitu dari Angkatan Perang dari golongan Buruh dan Petani yang tampaknya disetujui
oleh Soekarno, karena pada zaman demokrasi terpimpin PKI sangat dekat dengan
Soekarno. Namun Usulan itu ditentang oleh TNI AD. PKI yang sikapnya selalu tak
senang dengan lawan lawannya pun mulai menyerang TNI AD dengan fitnah dari
Dokumen Gilchrist bahwa TNI AD akan melakukan kudeta. PKI yang didukung
rakyat kecil yang jumlahnya banyak juga meyusup kedalam keanggotaan polisi dan
membuat kedok agar rakyat mau membantu polisi, dimana nantinya polisi dijadikan
alat membantu PKI dalam memuluskan rencananya. Puncaknya Terjadilah gerakan 30
September

2. Sebab-sebab Memberontak
 PKI ingin memastikan lawan lawannya hancur
 PKI ingin menduduki kursi pemerintahan
 PKI ingin menggulingkan pemerintahan Soekarno jika dirasa sudah tidak
efektif lagi
 Mewujudkan NASAKOM dengan cara dibentuknya angakatan perang ke V
(golongan buruh dan petani)
 Melumpuhkan dan menjatuhkan TNI AD karena TNI AD paling tidak setuju
dengan dibentuknya angkatan perang ke V
 Inginnya mendapat 100 000 senjata gratis dari tiongkok

3. Tokoh-tokoh
 Sjam Kamaruzaman
Sjam adalah Kepala Biro Chusus, lembaga rahasia di tubuh Partai Komunis
Indonesia (PKI). Sjam bertugas merekrut tentara yang mendukung PKI. Tak ada yang
tahu sepak terjang Biro Chusus selain Ketua Comite Central PKI DN Aidit.
Aidit banyak berkoordinasi dengan Sjam saat persiapan G30S. Sjam pula yang
memanas-manasi Aidit agar cepat bergerak. Dia memberi jaminan pasukan
pendukung telah siap.
Sjam seolah-olah memimpin gerakan ini. Para perwira militer G30S PKI
seperti Letkol Untung, Brigjen Soepardjo dan Kolonel Latief berada di bawah
komandonya.
Nyatanya apa yang digembar-gemborkan Sjam soal dukungan militer G30S
tak ada. Dalam waku singkat G30S habis dihancurkan Soeharto. Sjam ditahan di
penjara Cipinang dan dieksekusi mati tahun 1986.

 DN. Aidit

Saat DN Aidit merencanakan


G30S, tak banyak petinggi PKI
yang tahu. Aidit memang tak pernah mengajak jajaran Politbiro dalam rapat-rapat
persiapan G30S.
Tapi tak ada orang PKI yang berani menentang DN Aidit. Sebagai Ketua
Comite Central PKI dia adalah orang nomor satu dan sangat berkuasa. Aidit dianggap
berjasa besar bagi PKI. Aidit sukses membawa PKI menempati urutan keempat pada
Pemilu 1955. Saat menjelang 1965, kader dan simpatisan PKI mencapai tiga juta
orang. PKI menjadi partai komunis terbesar setelah di Rusia dan China.
Saat G30S berantakan, Aidit lari ke Yogyakarta. Dia kemudian ditangkap
tentara saat berada di Solo.
Tentara membawanya ke sebuah sumur tua di markas militer di Boyolali. Di
sana Aidit diberondong AK-47 hingga tewas.
Aksi Aidit menyeret PKI pada kehancuran dan derita. Diperkirakan, sekitar
sejuta kader dan anggota PKI dihabisi karena dianggap ikut aksi G30S.

 Letkol Untung

Letkol Untung Sjamsuri adalah komandan militer gerakan 30 September. Atas


koordinasi Sjam, Untung memerintahkan pasukannya menculik tujuh jenderal dan
membawanya ke Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Rencana berantakan saat para jenderal sudah ada yang ditembak di rumah.
Beberapa yang masih hidup kemudian dieksekusi di Lubang Buaya.
Gerakan 30 September gagal total saat Soekarno memerintahkan Untung
menghentikan aksinya. Komandan Batalyon I Cakrabirawa ini bingung dan lari ke
Jawa Tengah. Untung ditangkap saat menumpang bus malam ke Jawa Tengah.
Dia divonis mati dan akhirnya dieksekusi akhir Maret 1966.

 Brigjen Soepardjo
Brigjen Soepardjo saat itu punya jabatan strategis, Komandan Komando
Tempur di Kalimantan. Dia membawahi ribuan prajurit dalam rangka persiapan
perang terhadap Malaysia. Tapi menjelang G30S, Soepardjo malah pulang ke Jakarta.
Diduga memang perwira ini telah dibina oleh Sjam Kamaruzaman dari Biro Chusus
PKI.
Dalam G30S, Soepardjo yang punya pangkat lebih tinggi justru menjadi wakil
komandan Letkol Untung. Karena itu walau menerima, beberapa kali Soepardjo
mempertanyakan keputusan Untung.
Soepardjo juga punya peran penting sebagai juru bicara G30S untuk menemui
Soekarno dan menjelaskan aksi ini. Tapi Soekarno ternyata tidak mendukung aksi
G30S, walau juga tidak mengutuknya. Soekarno hanya memerintahkan Soepardjo dkk
berhenti bergerak.
Soepardjo ditangkap Satgas Kalong tanggal 12 Januari 1967. Pada bulan
Maret tahun yang sama, Soepardjo diseret ke Mahmilub dan akhirnya ditembak mati.

 Kolonel Abdul Latief

Bersama Letkol Untung dan Brigjen Soepardjo, Kolonel Abdul Latief


merupakan salah satu perwira utama pelaku G30S. Saat itu Latief menjabat
Komandan Brigade Infanteri I/Djaja Sakti. Jabatannya strategis karena dia
membawahi pasukan pengamanan ibu kota.
Setelah G30S gagal, Latief ditangkap tentara Siliwangi di sebuah rumah di
Benhil, Jakarta. Kaki Latief ditembak dan ditusuk bayonet. Selama puluhan tahun dia
berada di ruang isolasi dan disiksa. Kakinya yang luka tak pernah diobati benar,
hingga berbelatung.
Latief sendiri mengaku dia diperlakukan seperti itu karena dia memegang
rahasia Soeharto. Sebelum G30S, Latief telah memberi tahu Soeharto soal rencana
penculikan para dewan jenderal itu. Latief memang cukup dekat dengan Soeharto.
Latief memang tak sempat dieksekusi, dia menghabiskan siksaan puluhan
tahun di penjara. Saat Reformasi dia dibebaskan dan meninggal tahun 2005 lalu

4. Tujuan Memberontak
 Mengganti ideologi pancasila menjadi ideologi komunis
Sebelum melancarkan Gerakan 30 September, PKI mempergunakan
berbagai cara seperti mengadu domba antara aparat Pemerintah, ABRI dan
ORPOL, serta memfitnah mereka yang dianggap lawan-lawannya serta
menyebarkan berbagai isu yang tidak benar seperti KABIR, setan desa dan
lain-lain. Semua tindakan tersebut sesuai dengan prinsip PKI yang
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya yaitu mengkomuniskan
Indonesia dan mengganti Pancasila dengan ideologi mereka.
 Menghancurkan NKRI dan menjadikannya sebagai negara komunis.
PKI memantapkan situasi “revolusioner” dikalangan anggota-
anggotanya dan massa rakyat. Semua ini dimungkinkan karena PKI
mendompleng dan berhasil mempengaruhi presiden Sukarno, dengan berbagai
aspek politiknya seperti MANIPOL, USDEK, NASAKOM dan lain-lain.
 Menyingkirkan TNI Angkatan Darat dan ingin merebut kekuasaan
pemerintahan.
PKI di tahun 1965 melontarkan isu bahwa Angkatan Darat akan
mengadakan kup terhadap Pemerintah RI dan di dalam TNI AD terdapat
“Dewan Jenderal”. Jelaslah isu-isu tersebut merupakan kebohongan dan fitnah
PKI, yang terbukti bahwa PKI sendiri yang ternyata melakukan
pemberontakan terhadap Pemerintah RI yang sah dengan mengadakan
pembunuhan terhadap Pejabat Teras TNI AD yang setia kepada Pancasila dan
Negara.
 Semua aksi yang telah dilakukan oleh PKI adalah untuk mewujudkan cita-cita
dari ideologi komunis yang akan membentuk pemerintah komunis sebagai alat
untuk mewujudkan masyarakat komunis.
5. Proses Pemberontakan
Semula PKI berencana akan mengadakan pemberontakan kembali pada
tanggal 17 Agustus 1966. Namun, ternyata pemberontakan itu dilaksanakan lebih
cepat satu tahun, yaitu tanggal 30 September 1965. Hal itu disebabkan oleh adanya
pernyataan dari tim dokter Cina yang merawat Presiden Soekarno yang menyebutkan
bahwa presiden akan lebih cepat meninggal atau setidak-tidaknya akan mengalami
kelumpuhan. 
Oleh karena itu, Aidit mengambil keputusan mempercepat pemberontakan
dengan alasan bahwa bila ternyata PKI gagal, Presiden masih dapat membela mereka.
Sasaran pertama dari aksi kebiadaban PKI tertuju pada pimpthan-pimpinan teras
Angkatan Darat yang tidak berhasil dibina oleh Biro Khusus PKI. 
Biro Khusus PKI menghubungi anggota-anggotanya dari Angkatan Darat,
Udara, Laut, Kepolisian, dan Cakrabirawa (Pasukan Pengawal Presiden), sebagai
pelaksana pengambilan para perwira tinggi Angkatan Darat dari rumahnya masing-
masing, baik dalam keadaan hidup maupun mati.
Sementara itu, dengan dalih melatih sukarelawan yang akan dikirim ke
Malaysia dalam rangka Dwikora, PKI mengadakan latihan militer di daerah Lubang
Buaya. Sampai akhir bulan Agustus 1965, di daerah Lubang Buaya telah dilatih
sekitar 3000 orang anggota PKI dan anggota organisasi-organisasi lainnya, seperti
Pemuda Rakyat dan Gerwani.
Pada malam hari tanggal 30 September 1965, Letnan Kolonel Untung, Brigjen
Soepardjo, Kolonel Latief, Letnan Kolonel Heru Atmodjo, Mayor Soedjono, Mayor
Gatot Soekrisna, Aidit, Syam, dan Umar Dhani berkumpul di Halim Perdana Kusuma.
Pada pertemuan malam itu, mereka memutuskan menculik perwira-perwira teras
Angkatan Darat.
Sebelum subuh tanggal 1 Oktober 1965, mereka yang menamakan dirinya
Dewan Revolusi mulai mengerahkan anggota-anggotanya yang terdiri atas tujuh
kelompok, masing-masing dengan sasarannya. Perwira-perwira Tinggi Angkatan
Darat yang menjadi sasaran kebiadaban Gerakan 30 September 1965 / PKI adalah
sebagai berikut:

 Letnan Jenderal Achmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat) ditembak mati di


rumahnya oleh gerombolan PKI dipimpin Peltu Mukidjan.
 Mayor Jenderal Haryono (Deputy Khusus) ditembak mati di rumahnya oleh kelompok
gerombolan yang dipimpin oleh Serka Bungkus.
 Mayor Jenderal Soeprapto (Deputy Pembinaan) diculik hidup-hidup dan dibawa ke
Lubang Buaya oleh Pasukan Kawal Kehormatan Cakrabirawa.
 Brigjen D.I. Panjaitan (Asisten IV) ditembak mati di rumahnya oleh kelompok
gerombolan yang dipimpin oleh Serma Soekardjo.
 Mayor Jenderal S. Parman (Asisten I) diculik oleh kelompok pimpinan Serma Satar
dan dibawa ke Lubang Buaya. 
 Brigjen Soetoyo Siswomihardjo (Direktur Kehakiman/ Oditur Jenderal TNI Angkatan
Darat) diculik oleh kelompok Pasukan Cakrabirawa.

Jenderal A.H. Nasution, Menteri Koordinator Hankam/Kepala Staf Angkatan


Bersenjata yang sebenarnya merupakan orang pertama sasaran penculikan, berhasil
meloloskan diri setelah berusaha melompati dinding batas kedubes Irak. Namun,
puterinya Ade Irma Suryani Nasution tertembak dan akhirnya meninggal. 
Ajudannya, Lettu Pierre Andreas Tendean diculik dan dibawa hidup-hidup ke
Lubang Buaya oleh gerombolan PKI yang dipimpin oleh Pelda Djahurub. Dalam
peristiwa tersebut juga tewas Brigadir Polisi K.S. Tubun, Pengawal Waperdam II Dr.
J. Leimena yang rumahnya berdampingan dengan rumah Jenderal A.H. Nasution.
Konon, di Lubang Buaya mereka yang masih hidup disiksa dengan berbagai
cara oleh Gerwani, kemudian diberondong dengan senjata api. Jenazah para perwira
itu kemudian dimasukkan ke dalam sebuah lubang sumur tua dan ditimbuni dengan
tanah dan sampah.
Selain di Jakarta, di Jawa Tengah terjadi pula pembantaian terhadap
Komandan Korem 072, Kolonel Katamso, dan Kepala Stafnya, Letnan Kolonel
Soegiyono, di Desa Kentungan. Pada waktu yang bersamaan dengan penculikan para
Perwira Tinggi itu, dua Batalyon Raider menduduki Lapangan Merdeka di jantung
Kota Jakarta. Mereka menguasai Istana Presiden, Gedung RRI, dan Pusat
Telekomunikasi.
Sejurus kemudian sekitar 2.000 pasukan TNI diterjunkan untuk menduduki
sebuah tempat yang kini dikenal dengan nama Lapangan Merdeka, Monas. Walaupun
mereka masih belum berhasil mengamankan bagian timur dari area tersebut. Ini
disebabkan karena daerah tersebut dulu merupakan daerah dari Markas KOSTRAD
pimpinan Soeharto.
Jam 7 pagi, Radio Republik Indonesia (RRI) menyiarkan sebuah pesan yang
berasal dari Untung Syamsuri, Komandan Tjakrabiwa bahwa G30S PKI telah berhasil
diambil alih di beberapa lokasi strategis Jakarta beserta anggota militer lainnya.
Mereka bersikeras bahwa gerakan tersebut sebenarnya didukung oleh CIA yang
bertujuan untuk melengserkan Soekarno dari posisinya.
Selang beberapa saat, salah seorang memberi penjelasan pada Soeharto terkait
aksi penembakan pada jam setengah 6 pagi beserta hilangnya sejumlah jenderal yang
diduga sedang diculik. Mendengar berita tersebut, Soeharto pun bergegas ke Markas
KOSTRAD lalu menghubungi anggota TNI Angkatan Laut serta Polisi.
Dalam peristiwa ini, Soeharto berhasil membujuk dua batalion sekaligus dari
pasukan kudeta untuk segera menyerahkan diri. Dimulai dari pasukan Brawijaya yang
masuk ke dalam area markas KOSTRAD. Kemudian disusul dengan pasukan
Diponegoro yang kabur menuju Halim Perdana Kusuma.
Karena prosesnya yang berjalan kurang matang, kudeta yang dilancarkan oleh
PKI tersebut akhirnya berhasil digagalkan oleh Soeharto.
G30S PKI bisa berakhir pada jam 7 malam, pasukan pimpinan Soeharto
berhasil mengambil alih atas semua fasilitas yang sebelumnya pernah dikuasai oleh
G30S PKI. Jam 9 malam Soeharto bersama dengan Nasution mengumumkan bahwa
sekarang ia tengah mengambil alih tentara yang pernah dikuasai oleh PKI dan akan
tetap berusaha untuk menghancurkan pasukan kontra-revolusioner demi melindungi
posisi Soekarno.
Soeharto melayangkan kembali sebuah ultimatum yang kali ini ditujukan
khusus kepada pasukan di Halim. Lalu, Soekarno meninggalkan Halim Perdana
Kusuma untuk segera menuju istana Presiden lain yang ada di Bogor. Selang
beberapa tahun kemudian, ketujuh jasad orang yang terbunuh dan terbuang di Lubang
Buaya pada tanggal 3 Oktober berhasil ditemukan dan dikuburkan secara layak pada
tanggal 5 Oktober.

6. Penumpasan
Operasi penumpasan G 30 S/PKI dilancarkan pada tanggal 1 Oktober 1965.
Mayor Jenderal Soeharto yang menjabat Panglima Komando Strategis Angkatan
Darat (Kostrad) mengambil alih komando Angkatan Darat karena Menteri Panglima
Angkatan Darat (Letjend Ahmad Yani) belum diketahui nasibnya. Panglima Kostrad
memimpin operasi penumpasan terhadap G 30 S/PKI dengan menghimpun pasukan
lain, termasuk Divisi Siliwangi, Kavaleri, dan RPKAD (Resimen Para Komando
Angkatan Darat) di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo. Studio RRI
pusat, gedung besar telekomunikasi dapat direbut kembali.

Operasi diarahkan ke Halim Perdana Kusuma. Halim Perdana Kusuma dapat


dikuasai pasukan yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhi Wibowo pada tanggal 2
Oktober 1965. Karena tidak ada dukungan dari masyarakat dan anggota angkatan
bersenjata lainnya, para pemimpin dan tokoh pendukung G 30 S/PKI termasuk
pemimpin PKI D.N. Aidit melarikan diri. Atas petunjuk Sukitman (seorang polisi),
diketahui bahwa perwira-perwira Angkatan Darat yang diculik dan dibunuh telah
dikuburkan/ditanam di Lubang Buaya. Pada tanggal 3 Oktober 1965, ditemukan
tempat kuburan para jenderal itu. Pengambilan jenazah dilakukan pada tanggal 4
Oktober 1965 oleh RPKAD dan Marinir. Seluruh jenderal korban G 30 S/PKI dibawa
ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto untuk dibersihkan dan
disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat. Keesokan harinya bertepatan
dengan hari ulang tahun ABRI, 5 Oktober 1965 para jenasah dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan Kalibata. Mereka diberi gelar Pahlawan Revolusi. Untuk mengikis
habis sisa-sisa G 30 S/PKI dilakukan operasi-operasi penumpasan, yakni sebagai
berikut.
 Operasi Merapi di Jawa Tengah dilakukan RPKAD dipimpin oleh Kolonel Sarwo
Edhi Wibowo.
 Operasi Trisula di Blitar Selatan dilakukan Kodam VIII/Brawijaya yang dipimpin
Mayjen M. Yasin dan Kolonel Witarmin.
 Operasi Kikis di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Upaya Penumpasan G 30 S/PKI dari Aspek Militer


Untuk menumpas kekuatan PKI, pemerintah melancarkan operasi militer. Setelah
berhasil menghimpun pasukan lain termasuk Divisi Siliwangi dan Kaveleri, Resimen
Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang dipimpin Kolonel Sarwo Edhie
Wibowo, Panglima Kostrad, mulai memimpin operasi penumpasan.
1. Pada tanggal 1 Oktober 1965, beberapa tempat penting seperti RRI dan Telkom telah
dapat diambil alih oleh pasukan RPKAD tanpa pertumpahan darah.
2. Pada hari yang sama, Mayjen Soeharto mengumumkan beberapa hal penting berikut
melalui RRI.
1) Penumpasan G 30 S/PKI oleh angkatan militer
2) Dewan Revolusi Indonesia telah demisioner
3) Menganjurkan kepada rakyat agar tetap tenang dan waspada
3. Pada tanggal 2 Oktober 1965 pasukan RPKAD berhasil menguasai kembali Bandara
Halim Perdana kusuma.
4. Pada tanggal 3 Oktober 1965, atas petunjuk anggota polisi yang bernama Sukitman
berhasil ditemukan sumur tua yang digunakan untuk menguburkan jenazah para
perwira AD.
5. Pada tanggal 5 Oktober 1965, jenazah para Jenderal AD dimakamkan dan mendapat
penghargaan sebagai Pahlawan Revolusi.
Untuk menumpas G 30 S/PKI di Jawa Tengah, diadakan operasi militer yang
dipimpin oleh Pangdam VII, Brigadir Suryo Sumpeno. Penumpasan di Jawa Tengah
memakan waktu yang lama karena daerah ini merupakan basis PKI yang cukup kuat
dan sulit mengidentifikasi antara lawan dan kawan. Untuk mengikis sisa-sisa G 30
S/PKI di beberapa daerah dilakukan operasi-operasi militer berikut:
1. Operasi Merapi di Jawa Tengah oleh RPKAD di bawah pimpinan Kolonel Sarwo
Edhie Wibowo.
2. Operasi Trisula di Blitar Selatan dipimpin Kolonel Muh. Yasin dan Kolonel
Wetermin.
3. Akhirnya dengan berbagai operasi militer, pimpinan PKI D.N. Aidit dapat ditembak
mati di Boyolali dan Letkol Untung Sutopo ditangkap di Tegal.
Dengan adanya operasi-operasi di atas, para pemimpin/tokoh-tokoh PKI dapat
ditangkap sekaligus ditembak mati. Operasi penumpasan itu mengakibatkan kekuatan
PKI dapat dilumpuhkan. Dalam rangka menyelesaikan Gerakan 30 September, pada
tanggal 6 Oktober 1965 Presiden Soekarno mengadakan sidang paripurna Kabinet
Dwikora. Dalam sidang tersebut Presiden Soekarno menyatakan sikapnya demikian:
“Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Pemimpin Besar
Revolusi, Bung Karno menandaskan bahwa mengutuk
pembunuh-pembunuh buas yang dilakukan oleh petualang-
petualang kontra revolusi dari apa yang menamakan
diri Gerakan 30 September. Tidak membenarkan pembentukan
apa yang dinamakan Dewan Revolusi. Hanya
saya yang bisa mendemisioner kabinet dan bukan orang
lain.”
7. Perkembangan
Karena peristiwa G30S/PKI tersebut PKI ditumpas dan dibubarkan. Pada tahun 1966,
Presiden Soeharto dan orde barunya yang sangat sensitif terhadap PKI melakukan
pelarangan organisasi PKI serta aksi pembersihan PKI sampai ke akar-akarnya.
Dengan demikian, berakhirlah riwayat PKI di Indonesia karena siapapun yang
tertuduh PKI akan dihukum tanpa diadili. Pada saat ini memang bentuk fisik berupa
organisasi tidak ada di Indonesia, namun paham dan pemikiran komunis masih tetap
ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

https://masirul.com/peristiwa-g30s-pki/

http://www.tugassekolah.com/2016/02/proses-jalannya-pemberontakan-g30-s-pki.html

http://sejarahri.com/5-tokoh-utama-g30s-pki/

http://aufklarung1.blogspot.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1

ayunda-pancasila.blogspot.com/2012/01/g30spki.html?m=1

https://brainly.co.id/tugas/4557500

nidyaanifa.blogspot.com/2015/03/pemberontakan-g-30-spki.html?m=1

sejarahlengkap.com/indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/peristiwa-g30spki

http://dimasrizqish.blogspot.com/2015/02/pemberontakan-pemberontakandi-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai