Anda di halaman 1dari 7

Nama : Anastasia Telly Wijaya Kusuma

Kelas : XI IPA 1

***

Mencari Pelaku Pembunuhan

Identitas Buku
1. Judul Buku : The Dead Returns (Houkago Ni Shisha Ha Modoru)
2. Nama pengarang : Akiyoshi Rikako
3. Penerbit : Penerbit Haru (Indonesia), Futabasha Publishers Ltd. (Jepang)
4. Tahun terbit : 2015
5. Cetakan ke :1
6. Tebal buku/ukuran : 252 hlm ; 19 cm
7. Harga buku : Rp 58.000
8. Genre : Misteri, Thriller
Ikhtisar
Hari itu adalah hari pertama Takahashi Shinji masuk sekolah, bukan karena tahun
ajaran baru melainkan karena ia memutuskan untuk pindah sekolah. Di SMA Higashi,
Takahashi masuk ke kelas 2 A, dimana wali kelasnya adalah Sakamoto Ei-ichi. Sebenarnya
Takahashi Shinji bukanlah Takahashi Shinji, nyatanya yang berada di dalam tubuh Takahashi
adalah Koyama Nobuo. Koyama adalah seorang siswa SMA Higashi kelas 2 A. Ia adalah
seorang otaku kereta api yang terlihat suram, sehingga ia dijauhi oleh teman sekelasnya,
Sahabatnya hanya satu yaitu, Tanaka Yoshio, yang sama-sama seorang otaku kereta api. Pada
tanggal 2 September, hari upacara pembukaan semester baru, Koyama menemukan sebuah
memo di laci mejanya. Memo itu berisi ajakan untuk bertemu di Tebing Miura Kaishoku
pada jam 7 malam. Koyama pun pergi ke tebing itu, walaupun ia tidak tahu siapa sang
pengirim, ia mengira bahwa memo itu dikirim oleh sang sahabat, Yoshio. Tapi, saat sampai
di sana, ia tidak menemukan siapapun, saat ia ingin kembali, tiba-tiba ada yang
mendorongnya dari atas tebing. Ia pun jatuh. Saat jatuh, Koyama mendengar sebuah melodi,
tak lama kemudian ada seseorang yang berusaha menolongnya, orang itu adalah Takahashi
Shinji yang asli. Saat berusaha menolong Koyama, Takahashi kehilangan keseimbangan dan
ikut terjatuh.
Kemudian, Koyama terbangun di sebuah rumah sakit, sebagai Takahashi Shinji.
Koyama berasumsi bahwa ia dan Takahashi bertukar tubuh, dan Takahashi yang berada
dalam tubuh Koyama mati menggantikan ia. Dengan tubuh barunya, iapun bertekad mencari
sang pembunuh. Koyama –selanjutnya akan disebut Takahashi- yakin bahwa sang pembunuh
ada di antara teman sekelasnya, karena yang dapat meletakkan surat itu di mejanya cuma
teman sekelasnya.
Dengan berbagai alasan, ia berhasil membujuk orang tua Takahashi untuk pindah
sekolah ke tempat dimana Koyama Nobuo bersekolah. Takahashi masuk sebagai murid baru
di sana. Saat pertama kali masuk, ia melihat bahwa di meja yang sebelumnya Koyama duduki
telah terdapat sebuah vas yang berisi setangkai bunga bakung putih. Di Jepang, bunga bakung
putih digunakan sebagai tanda untuk mengenang murid yang telah meninggal. Ia mengira
bunga itu telah dibersihkan, ternyata masih ada. Ia sempat terharu karena ternyata Koyama
Nobuo pun masih diakui di kelas itu.
Hari demi hari ia lalui sebagai Takahashi Shinji. Ia berteman dengan Sasaki, Arai, dan
Jozaki, teman sekelasnya dulu sebagai Koyama Nobuo. Padahal dulu mereka dan teman
sekelas lainnya tidak mau berteman dengannya, namun saat ia menjadi Takahashi Shinji,
banyak sekali yang mendekatinya, mungkin karena tampang Takahashi yang keren. Mereka
semakin akrab saat mereka bekerja sama dalam mempersiapkan festival sekolah, ia juga
menjadi dekat dengan Murayama Miho, teman sekelasnya yang lain. Namun, Murayama
Miho sama seperti Koyama dan Yoshio, suram sehingga tidak ada orang yang mau
berdekatan dengannya. Iapun seperti tidak dianggap di kelas. Karena itu iapun ingin menjadi
teman Murayama.
Saat persiapan festival sekolah inilah Takahashi mulai melakukan berbagai hal untuk
mencari sang pelaku, mulai dari menanyai teman sekelasnya tentang apa yang mereka
lakukan pada malam hari tanggal 2 September. Ia yang tidak ingin dicurigai beralasan bahwa
ia sedang mencari orang yang telah menolongnya, saat ia mengunjungi SMA Higashi pada
tanggal 2 September. Ia juga meminta bantuan Yoshio, ia berbohong sebagai keluarga jauh
Koyama, dan meminta Yoshio bersama-sama mencari pelaku yang mendorong Koyama dari
tebing. Namun, kebohongannya berhasil terbongkar. Yoshio menjadi tidak percaya, dan
malah mencurigai Takahashi sebagai pelaku sebenarnya. Yoshio enggan berdekatan dengan
Takahashi lagi. Takahashi pun sempat dikirimkan beberapa email ancaman supaya ia tidak
mencari tahu lebih lanjut tentang Koyama Nobuo. Pengirim email itu menamai dirinya orang
yang tahu kebenaran. Tapi, Takahashi tetap berusaha mencari pelakunya.
Takahashi mencurigai beberapa orang, yaitu Sasaki, Arai, Jozaki serta Yoshio.
Mereka berempat mempunyai melodi yang sama seperti melodi yang ia dengar saat jatuh dari
tebing. Alibi mereka pada malam upacara pembukaan semester baru tidak dapat dibuktikan.
Awalnya, ia ingin percaya pada Yoshio, tapi ternyata Yosho berbohong mengenai alibinya. Ia
jadi tidak percaya Yoshio lagi.
Ia pun mulai mencurigai Takahashi Shinji yang asli karena ternyata di dalam kamar
Takahashi, ditemukan kertas memo yang sama persis dengan kertas memo yang ia terima.
Terdapat juga bekas tulisan yang sesuai dengan tulisan yang ia terima.
Saat hari festival sekolah dimulai, Takahashi mendengar dari perbincangan Yoshio
dan seseorang ditelepon, bahwa mereka ingin menangkap dirinya. Iapun curiga bahwa
Yoshio dan orang yang diteleponnya adalah pembunuh Koyama Nobuo. Mereka berencana
menangkap Takahashi saat festival sekolah hari kedua, di atap sekolah, tepat jam 4.
Takahashipun berencana untuk datang besok ke atap sekolah jam 4 sore.
Sesuai rencananya, iapun benar-benar datang dan apa yang ia lihat benar-benar
mencengangkan. Ia melihat sosok Koyama Nobuo. Artinya Takahashi yang saat ini berada di
dalam raga Koyama Nobuo masih hidup. Ia lega karena Takahashi tidak mati menggatikan
dirinya. Takahashi –Koyama- pun meminta penjelasan mengenai apa yang sebenarnya
terjadi. Lalu, Koyama –Takahashi yang asli- mulai menjelaskan semuanya, bahwa ia mengira
yang berada di dalam tubuh Takahashi adalah sosok pembunuh dan yang berada dalam tubuh
pembunuh adalah Koyama. Jadi, mereka berencana untuk menangkap pembunuh itu, tapi
ternyata Koyama –selanjutnya akan disebut Takahashi- salah mengira. Takahashi selama ini
meminta bantuan Yoshio. Sikap Yoshio yang menjaga jarak dengan Koyama pun dapat
diasumsikan karena Yoshio juga mengira yang ada di dalam tubuh Takahashi Shinji adalah
sang penjahat bukan Koyama, sang sahabat.
Dan yang mengirim e-mail anacaman ke Koyama adalah Takahashi juga. Ingat, ia
mengira bahwa sang pembunuh ada di dalam tubuh Takahashi. Takahashi juga menceritakan
bahwa ia tahu sang pelaku, karena pelaku adalah orang yang menguntit dirinya. Ia yang
mengirimkan memo ke pelaku dan mungkin karena sang pelaku lupa mengambil memonya,
akhirnya memo pemberian Takahashi malah menyasar pada Koyama. Mendengar itu pun
Koyama menjadi yakin bahwa sang pelaku memang teman sekelasnya, dan ia bukanlah target
pembunuhan sebenarnya.
Kemudian, timbul pertanyaan dibenak Koyama. Jika tubuhnya masih hidup, lalu
bunga bakung diatas mejanya ditujukan untuk siapa? Bukankah dirinya belum meninggal?
Takahashi pun mengungkapkan sang pelaku sebenarnya, yaitu Maruyama Miho. Gadis yang
akhir-akhir ini dekat dengannya adalah pembunuh sebenarnya. Jika mereka berdua masih
hidup, berarti pembunuh sebenarnya yang ikut terjun dari tebing telah meninggal, begitulah
penjelasan Takahashi. Ternyata bunga bakung itu bukan untuknya, melainkan untuk
Maruyama Miho. Iapun sadar bahwa meja ia dan Murayama memang sama dan beda dari
meja teman sekelasnya. Hanya dikedua meja itulah terdapat coretan yang sama.
Koyama tentu merasa sedih, padahal akhir-akhir ini mereka sering berbincang
bersama. Tapi, ternyata Maruyama yang ia lihat selama ini adalah roh, pantas saja
keberadaannya di kelas seperti tidak dianggap. Padahal ia mulai menyukai Murayama.
Setelah mendengar penjelasan Takahashi, ia menemui Maruyama. Gadis itu pun terkejut
bahwa ternyata yang berada di dalam tubuh Takahashi, idolanya, adalah Koyama. Ia kira
Takahashi Shinji yang masuk ke kelas sebagai murid baru adalah Takahashi yang
sebenarnya. Makanya gadis itu heran, saat bertemu Takahashi, pemuda itu seolah tidak
mengenalnya, padahal Takahashi tahu betul siapa ia.
Gadis itu meminta maaf karena telah mendorong Koyama jatuh dari tebing, ia kira
Koyama adalah Takahashi karena punggung mereka terlihat sama dari belakang. Murayama
juga mulai menjelaskan alasan dibalik niatnya untuk membunuh Takahashi Shinji. Alasan
yang ternyata sungguh menyedihkan. Ia merasa bahwa hidup di dunia ini tidak lagi ada
artinya, ia berpikir bahwa hidunya akan terus menderita, karena itu ia mulai berpikir untuk
mati saja dengan seseorang yang ia sukai. Ia melihat Takahashi berada di tebing Miura
Kaishoku dan tanpa sadar langsung mendorongnya. Ia tidak mengira bahwa orang yang ia
dorong adalah Koyama. Ia menjadi panik karena telah membunuh orang yang salah dan
malah memilih untuk terjun dari tebing dan berakhir meninggal. Namun, entah mengapa
setelah mati, gadis itu menjadi bebas, seolah terlepas dari beban.
Setelah mereka berbincang-bincang, saling berbagi kisah dan penyesalan, saling
berbagi pendapat untuk terakhir kalinya. Tubuh Murayama perlahan memudar. Kemudian,
benar-benar menghilang, meninggalkan Koyama seorang diri dengan perasaan tidak rela. Jika
boleh, Koyama ingin gadis itu tetap di sini, ia ingin bersama gadis itu. Koyama menangis,
pundaknya bergetar. Di sini sudah tidak ada lagi sosok Murayama, gadis berkepang dua yang
sukses membuatnya jatuh cinta.
Setelah kejadian itu, Koyama dan Takahashi tiba-tiba tidak sadarkan diri dan secara
mengejutkan, mereka telah kembali ke tubuh masing-masing. Mereka mulai menjalani
kehidupan seperti sedia kala. Koyama pun telah berubah, ia menjadi pribadi yang lebih
berani, ia yang dulu suram, mulai mengajak teman sekelasnya untuk berteman. Dua bulan ini
Koyama mempelajari berbagai hal, ia hidup dengan orang yang tidak dikenal, berteman
dengan teman-teman baru, merasakan jatuh cinta sekaligus kehilangan. Hal itu membuatnya
menjadi Koyama yang percaya diri. Koyama pun sadar bahwa dunia yang selama ini ia lihat
ternyata tidak sesuram itu, dunia ini begitu menyilaukan.

Kepengarangan
Akiyoshi Rikako merupakan lulusan Universitas Waseda, Fakultas Sastra. Dia
mendapatkan gelar master dalam bidang layar lebar dan televisi dari Universitas Loloya
Marymount, Los Angeles. Tahun 2008, cerpennya yang berjudul ‘Yuki no Hana’
mendapatkan Penghargaan Sastra Yahoo! JAPAN yang ketiga. Bersamaan dengan naskahnya
yang mendapatkan penghargaan, pada tahun 2009 dia debut dengan kumpulan cerpen
berjudul ‘Yuki no Hana’.
Sampai saat ini novel yang telah ia buat antara lain :
1. Ankoku Joshi
2. Houkaga Ni Shisha Ha Modoru
3. Seibo
4. Jisatsu Yoteibi
5. Silence
Novelnya yang berjudul ‘Ankoku Joshi’ sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia dengan judul ‘Girls in The Dark’ pada tahun 2014 oleh Penerbit Haru. Tahun 2015,
novelnya yang berjudul Houkaga Ni Shisha Ha Modoru diterjamahkan ke dalam Bahasa
Indonesia dengan judul ‘The Dead Returns’. Tahun 2016, novel ‘Seibo’ diterjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia dengan judul ‘Holy Mother’. Tahun 2017, bukunya yang berjudul
‘Jisatsu Yoteibi’ diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul ‘Scheduled Suicide
Day’. Untuk buku yang terakhir Silence, akan segara diterbitkan oleh penerbit yang sama.
Novel pertamanya bahkan telah difilmkan dengan judul yang sama yaitu ‘Ankoku Joshi’ yang
dirilis pada tahun 2017.

Kelemahan dan Kelebihan


Kelebihan :
Kelebihan dari novel ini adalah dari cover bukunya yang menarik, lalu dalam buku ini
tidak ditemukan kesalahan penulisan. Karena ini novel terjemahan, yaitu Jepang, ada
beberapa kata yang merupakan Bahasa Jepang, tapi novel ini menyajikan keterangan atau
terjemahan dan kata tersebut, hal ini membuat kita menjadi mengerti dan tidak bingung.
Kelebihan lainnya adalah novel ini membuat orang yang membacanya penasaran, sehingga
pembaca terus dan terus ingin membacanya.
Kekurangan :
Kekurangan dari novel ini hanya dari segi bahasa yang sulit dimengerti dikarenakan
novel ini adalah novel terjemahan.

Penutup
Secara keseluruhan saya sangat menyukai novel ini. Cerita yang diangkat sangat
menarik dan membuat saya ingin terus membacanya. Sang penulis pun sukses membuat saya
menebak-nebak sang pelaku di sepanjang jalan cerita. Lalu, saat terungkap pelaku
sebenarnya, saya sungguh terkejut. Benar-benar tidak disangka, karena saya kira selama ini
Murayama masih hidup, dialog Murayama dan Koyama selama ini terlihat biasa saja dan
tidak aneh sama sekali, kemudian saat diungkap dibagian akhir buku saya baru menyadari
keanehannya. Novel ini pun sangat cocok bagi remaja, dan memiliki pesan moral yang cukup
membuat kita tertohok. Jangan menilai seseorang hanya dari luar saja! Atau Jangan takut
untuk berubah menjadi lebih baik!
Penulis pun sukses membuat saya ikut hanyut dalam cerita, saya merasakan kesal,
penasaran, senang, bahkan sedih, dan ikut menangis. Terutama bagian akhir buku saat adegan
Murayama dan Koyama. Dua kali saya baca buku ini dan dua kali pula saya menangis. Ada
satu kalimat dibagian akhir buku yang saya ingat dengan jelas sampai saat ini dan begitu
membekas di pikiran saya,

Karena dunia yang kulihat dengan rambut depan tersisir rapi ke belakang ini, ternyata
begitu menyilaukan.

-Koyama Nobuo-

Saya sangat menyukai kalimat itu, entah mengapa membacanya selalu membuat saya
tersenyum sendiri.
Walaupun di dalam novel ini ada unsur pembunuhan, itu hanya sekadar mendorong
seseorang dari atas jurang, tidak ada adegan berdarah. Harganya pun terjangkau. Melalui
novel ini kita juga dapat belajar bahasa dan budaya negeri matahari terbit, Jepang. Meskipun
saya mengungkapkan kelemahannya dari segi bahasa yang sulit dimengerti, nyatanya saya
mampu memahaminya, bagi saya novel ini mendekati sempurna. Pokoknya saya sangat
menyarankan kalian untuk membaca novel ini, pasti tidak akan menyesal.

Anda mungkin juga menyukai