1
Petunjuk utama yang diperoleh Kaze adalah anak panah yang digunakan unuk
membunuh samurai tak dikenal itu. Anak panah tersebut memiliki keistimewaan yang
menunjukkan bahwa pemiliknya pastilah bukan orang kebanyakan. Semula Kaze
melakukan pnyelidikan bersama Magistrat Nagato bersama anak buahnya (tentu saja atas
perintah Lord Manase), namun setelah Kaze mendapati dirinya diserang oleh kawanan
Kuemon (bandit) yang ternyata diketahui diam-diam bekerja sama dengan Magistrat, hal
itu membuktikan kecurigaan Kaze sejak awal akan kebobrokan sistem peradilan di wilayah
itu. Maka Kaze memutuskan menempuh jalur yang berbeda karena ia harus segera
menuntaskan penyelidikan kasus ini agar dapat segera melanjutkan misinya semula –
terutama saat kemunculan Obake-hantu dari mendiang istri tuannya, yang mengingatkan
akan janjinya untuk menemukan putri mereka yang hilang.
Dari Jiro, Kaze mendapat saran agar mengikuti jejak Aoi-seorang pelacur Desa
Suzaka yang kerap bertandang ke sarang para penyamun. Pada akhirnya Kaze
menemukan persembunyian kawanan Kuemon dan melihat jumlah mereka yang sangat
banyak, sungguh tak maungkin ia melawan seorang diri sehebat apapun permainan
pedangnya. Maka menggunakan kecerdasan otak serta taktik perang, Kaze mulai
menyusun siasat memanfaatkan Aoi guna menyebarkan ketakutan di antara kawanan
tersebut.
Matsuyama Kaze, sebagai seorang samurai memperoleh banyak pembelajaran dari
pertemuannya dengan orang-orang yang sebelumnya tak pernah dipandang sebelah
mata. Sebagaimana kehidupan samurai yang mengabdi pada Shogun, maka ia pun
dituntut membela serta membantu penguasa lain dalam pemerintahan karena posisi serta
status mereka sebagai tuan bagi para samurai. Namun seiring dengan waktu, dalam
sepanjang perjalanan petualangannya, Kaze justru banyak melihat ketidak-adilan yang
menimpa rakyat jelata jstru akibat kesewenang-wenangan para penguasa setempat.
Maka Kaze-sang Samurai menjadi sosok yang lebih manusiawi & lebih ber-empati
pada beberapa orang, contohnya bagaimana ia bahkan mengampuni nyawa Hachiro-
salah satu anggota Kuemon yang menjadi pengikut alih-alih sebagai akibat korban perang
(Hachiro kecil menyaksikan keluarganya tewas dibantai oleh tentara Tokugawa dalam
perebutan kekuasaan), bagaimana pada akhirnya ia menuntut keadilan atas pembunuhan
Hachiro oleh seorang penguasa dan mengapa ia menemukan kesamaan dirinya dengan
Jiro-sang penjual arang yang tak pernah dipandang sebelah mata oleh kalangan dimana
dulu ia berada (kasih sayang & cinta kasih Jiro terhadap mendiang istrinya mampu
mengalahkan perasaan Kaze yang juga ditinggal oleh istri beserta putra-putrinya yang
tewas bunuh diri/hara-kiri demi membela kehormatan saat kejatuhan pemerintahan
2
Hideyoshi). Bahkan Kaze membantu menyembunyikan pembunuhan sang Magistrat yang
dilakukan oleh Ichiro-Kepala Desa demi membela putrinya yang hendak diperkosa (hal
tersebut bertolak belakang dengan aturan sistem peradilan pada waktu itu dimana rakyat
biasa tak memiliki hak untuk bebas memilih bahkan demi keadilan sekali pun).
Dengan menumpas akar kejahatan serta keserakahan di wilayah Desa Suzaka,
Kaze melanjutkan perjalanan mengikuti petunjuk yang tanpa sengaja diperolehnya yang
akan membawa dirinya pada sang Putri. Kaze belajar ketabahan hati serta keuletan justru
dari orang-orang kecil / rakyat jelata serta lebih menghargai nilai-nilai kehidupan diatas
martabat, kehormatan maupun status sosial sekaligus bahwa balas dendam justru hanya
akan membawa kesengsaraan baru bagi orang lain.
Kelebihan Novel:
Buku ini merupakan bagian pertama dari trilogi yang ditulis oleh Dale Furutani-
seorang keturunan Jepang-Amerika, di mana suatu hari ia terinspirasi untuk membuat
kisah tentang kehidupan masyarakat Jepang terutama dalam masa peralihan sekitar
tahun 1603, suatu masa dimana selama 250 tahun kemudian Jepang di bawah kendali
Shogun Tokugawa.
Yang membuat kisah ini agak berbeda karena penulis memilih pendekatan dengan
menulis fiksi berbau misteri, mengingat masyarakat pada waktu itu juga masih memegang
kepercayaan akan adanya roh-roh jahat serta pemujaan dewa-dewa. Walaupun tema
yang disajikan dapat dikatakan cukup sederhana, namun cara penulisan dengan dialog-
dialog yang menyisipkan istilah serta kata-kata Jepang, mampu membuat pembaca
seakan menonton sandiwara Jepang (dengan bahasa yang lebih mudah dipahami).
Selain menampilkan tokoh utama seorang Samurai bernama Matsuyama Kaze,
penulis juga menyelipkan berbagai karakter yang mewarnai kisah ini – mereka terutama
adalah korban-korban peperangan tiada henti yakni rakyat jelata. Kisah kehidupan
mereka dituturkan dengan manis, walaupun hanya sedikit namun mampu memberikan
gambaran sekilas tentang keadaan pada jaman tersebut.
Paling tidak buku ini cukup memberikan hiburan bagi pembacanya & tidak termasuk
kategori bacaan berat, dan akhirnya hanya berharap semoga kelanjutan seri ini mampu
pula disajikan oleh penerbit dengan kualitas yang lebih baik lagi.
Kekurangan Novel:
Setelah membaca novel ini, penulis merasa belum menemukan kekurangan dari
novel ini mungkin karena alur cerita yang menarik. Namun dari penulis sendiri ingin
3
mengkritisi sampul dari novel ini. Sampul novel yang terkesan terlalu modern dan berbeda
dengan jalan cerita yang bersetting zaman Jepang era keshogunan.
4
Tugas Kesusastraan Jepang
SINOPSIS “KAZE”
KARYA DALE FURUTANI FLANAGAN
ATIEK KARLINA
F91109272
2010