Anda di halaman 1dari 5

Felicia Ovelia Kurniawan – 12A

Pandangan Pengarang
The Devotion of Suspect X
Data Novel:
a. Judul: The Devotion of Suspect X (Kesetiaan Mr. X)
b. Penulis: Keigo Higashino
c. Tema: Misteri, pembunuhan
d. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
e. Tahun terbit: 2016
f. Tebal buku: 320 halaman

Sinopsis
Ketika si mantan suami muncul lagi untuk memeras Yasuko Hanaoka dan putrinya, keadaan
menjadi tak terkendali, hingga si mantan suami terbujur kaku di lantai apartemen. Yasuko
berniat menghubungi polisi, tetapi mengurungkan niatnya ketika Ishigami, tetangganya,
menawarkan bantuan untuk menyembunyikan mayat itu.

Saat mayat tersebut ditemukan, penyidikan Detektif Kusanagi mengarah kepada Yasuko.
Namun, sekuat apa pun insting detektifnya, alibi wanita itu sulit sekali dipatahkan. Kusanagi
berkonsultasi dengan sahabatnya, Dr. Manabu Yukawa sang Profesor Galileo, yang ternyata
teman kuliah Ishigami.

Diselingi nostalgia masa-masa kuliah, Yukawa sang pakar fisika beradu kecerdasan dengan
Ishigami, sang genius matematika. Ishigami berjuang melindungi Yasuko dengan berusaha
mengakali dan memperdaya Yukawa, yang baru kali ini menemukan lawan paling cerdas dan
bertekad baja.

Pandangan Pengarang
a. Bagaimanakah pengarang menggambarkan watak tokoh yang ada dalam novel tersebut?
Jelaskan dari masing-masing tokoh (minimal 3 tokoh utama).
Novel ini memiliki 4 tokoh utama, sebagai berikut:
1. Yasuko Hanaoka, seorang janda beranak 1 yang suatu hari didatangi kembali oleh
mantan suaminya yang bernama Togashi, dimana pertemuan tersebut berujung pada
pertengkaran besar dan tewasnya mantan suaminya itu di tangannya.
2. Tetsuya Ishigami, seorang guru matematika SMA sekaligus tetangga Yasuko Hanaoka
yang membantu Yasuko untuk menyembunyikan mayat mantan suaminya.
3. Kusanagi, seorang polisi detektif yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus
pembunuhan Togashi bersama rekannya Kishitani.
4. Yukawa Manabu, seorang asisten dosen dan pakar fisika di Universitas Teito yang
merupakan teman masa kuliah Ishigami serta mentor dari Kusanagi.
Pengarang novel ini menggambarkan watak dari tokoh-tokoh dalam novel ini dengan
menceritakan aktivitas sehari-hari mereka, serta mendeskripsikan bagaimana tokoh-tokoh
ini menghadapi berbagai situasi tidak terduga yang berada di luar kendali mereka. Keigo
Higashino menulis karakter seorang Yasuko Hanaoka sebagai wanita yang tangguh, yang
mampu menghadapi berbagai tekanan berat, entah itu tekanan dari membesarkan seorang
anak sendirian, atau tekanan ketika dicerca pertanyaan dan pengawasan ketat dari polisi
soal kematian mantan suaminya. Tetapi, karakter Yasuko hanya tampak seperti itu dari
sudut pandang pihak ketiga. Kenyataannya, Yasuko hanyalah seorang wanita biasa dengan
kondisi emosional yang rapuh, yang hanya bisa mempertahankan dirinya dari penyelidikan
polisi berkat bantuan Ishigami. Hal ini ditunjukkan dari tindakan Yasuko yang akan
langsung menyerahkan diri ke polisi ketika tidak sengaja membunuh mantan suaminya,
dimana tindakan tersebut langsung dihalau oleh Ishigami yang berjanji untuk
membantunya.
Karakter Ishigami digambarkan sebagai seseorang yang tertutup yang menjalani
keseharian datar nan membosankan yang sama setiap harinya. Namun, dibalik itu semua,
ia adalah seorang matematikawan yang handal, dan meskipun keterbatasan ekonomi
menghalaunya untuk bisa mengejar impiannya menjadi ilmuwan, kecerdasannya masih
melebihi para ilmuwan dengan pendidikan tinggi. Ia merupakan seorang pemikir logis, dan
atas dasar itulah ia merancang segala alibi dan penyamaran untuk mendorong penyelidikan
kepolisian menuju perangkap yang telah ia siapkan. Tetapi, untuk seseorang yang
menjunjung tinggi logika di atas perasaan, Ishigami nyatanya rela untuk mengorbankan
segala yang dimilikinya, termasuk hidupnya, demi melindungi Yasuko Hanaoka. Pada
penghujung novel ini, ia menyerahkan diri menggantikan Yasuko agar wanita pujaan
hatinya itu bisa hidup bahagia bersama putrinya, walaupun hal itu ujung-ujungnya sia-sia
karena Yasuko serta putrinya terbelit rasa bersalah yang besar kepada Ishigami, yang
mendorong mereka untuk ikut menyerahkan diri kepada polisi.
Sebagai seorang detektif polisi, Kusanagi merupakan seseorang yang tidak terlalu
cerdik. Ia mengambil kesimpulan dengan terlalu buru-buru dan memakan mentah-mentah
perangkap yang disiapkan oleh Ishigami. Usaha yang ia lakukan cukup mengkhianati
hasilnya. Penyelidikan intensif yang ia lakukan selama sebulan berkali-kali menemukan
ujung buntu dan ia terus masuk ke dalam perangkap Ishigami. Misalnya saja, ia
menyimpulkan bahwa lokasi penemuan mayat adalah tempat kejadian perkara, padahal
pembunuhan terjadi di tempat lain, dan hal itu adalah hal yang diinginkan Ishigami supaya
jalannya penyelidikan terganggu bukti-bukti yang saling berkontradiksi. Meskipun begitu,
ia sangat telaten dalam mengumpulkan informasi sehingga mentornya Yukawa dapat
menghubungkan poin demi poin dalam kasus tersebut demi mengetahui kebenarannya.
Manabu Yukawa adalah seorang ilmuwan dan pakar fisika yang digambarkan sebagai
karakter yang eksentrik, dimana keeksentrikannya itu kadang membuat pembaca bertanya-
tanya mengenai apa yang ia pikirkan dan cara berpikirnya. Kehadiran karakter ini yang
tiba-tiba membuat rencana Ishigami sedikit berantakan karena ia turut ikut campur dalam
penyelidikan polisi dan langkah-langkah yang ia ambil tidak dapat diprediksi oleh
Ishigami. Dalam cara berpikir, karakter Yukawa ini mirip dengan Ishigami, hanya saja ia
memiliki pembawaan yang lebih luwes dan santai ketimbang Ishigami yang terkesan kaku
dan dingin. Karena kemiripan cara berpikir itulah, Yukawa mampu mengungkap kebenaran
dari peristiwa pembunuhan tersebut dengan memposisikan diri sebagai Ishigami.

b. Bagaimanakah pengarang menggambarkan latar waktu dan tempat dalam novel tersebut?
Latar waktu dalam awalan novel ini disebutkan secara gamblang walau tidak bertahun,
yaitu tanggal 9 Maret, tanggal ketika Togashi terbunuh oleh Yasuko. Selanjutnya, latar
waktu tidak lagi disebutkan secara langsung, melainkan menggunakan kata-kata penunjuk
waktu seperti ‘keesokan harinya’, ‘seminggu yang lalu’, ‘sudah sebulan berlalu’, dan lain
sebagainya. Tetapi, berbeda halnya dengan latar waktu, latar tempat dalam novel ini tidak
langsung disebut secara jelas, namun, pengarang mengkorporasikan landmark kota Tokyo
seperti contohnya jembatan Shin-Ohashi, sungai Sumida, dan sungai Edo dalam cerita
tersebut sehingga pembaca tahu bahwa cerita dalam novel tersebut adalah kota Tokyo,
Jepang. Untuk latar tempat yang lebih spesifik, pengarang mendeskripsikannya ketika
menceritakan kehidupan para tokohnya, seperti bangunan apartemen tempat Yasuko dan
Ishigami tinggal bersebelahan, toko bento Benten-tei tempat Yasuko bekerja, laboratorium
nomor 13 tempat Yukawa melakukan kesehariannya sebagai peneliti, dan lain sebagainya.
c. Bagaimanakah pengarang menggambarkan gaya bahasa dalam novel tersebut?
Novel yang saya gunakan untuk menulis laporan ini merupakan novel terjemahan dari
novel aslinya, sehingga mungkin terdapat perbedaan gaya bahasa yang digunakan oleh
penerjemah dan pengarang. Dengan demikian, novel terjemahan ini menggunakan gaya
bahasa yang formal karena menggunakan kalimat-kalimat yang sesuai dengan kaidah tata
bahasa Indonesia yang benar.

d. Bagaimanakah pengarang menggambarkan sudut pandang dalam novel tersebut?


Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang ketiga yang
berpindah-pindah sebagai pengamat, dimana pengarang menempatkan pemeran utama
dengan kata ganti orang ketiga seperti kata “dia” dan sudut pandang tersebut akan berubah-
ubah dari satu tokoh ke tokoh lainnya tetapi hanya menceritakan apa yang dialami dan
dirasakan oleh sang tokoh tersebut saja.

e. Bagaimanakah pengarang menggambarkan nilai yang ada dalam novel tersebut?


Terdapat berbagai macam nilai dalam cerita novel ini, dimana salah satunya adalah nilai
sosial yang digambarkan dalam potongan cerita berikut ini:
Mereka membahas matematika sambil mengingat-ingat masa kuliah dulu. Pembicaraan
yang santai dan menyenangkan. Ishigami menyadari ia sudah lama kehilangan waktu-
waktu seperti ini. Boleh dibilang inilah obrolan pertamanya sejak meninggalkan
universitas. Mungkin dia satu-satunya orang yang bisa memahamiku dan
memperlakukanku layaknya manusia, pikir Ishigami sambil menatap Yukawa.
Nilai sosial tergambarkan dalam interaksi Ishigami dan Yukawa yang sama-sama senang
setelah akhirnya bertemu lagi dengan teman lama dan berbagi perasaan yang sama bahwa
hanya merekalah yang dapat memahami satu sama lain.
Selain nilai sosial, juga terdapat nilai pendidikan dalam cerita ini, yang digambarkan
sebagai berikut:
“Makanya kau harus lulus ujian perbaikan ini supaya aku tidak kerepotan. Materinya
tidak susah, hanya hitungan diferensial dan integral.”
Morioka menjulurkan lidah, lalu melipat kembali kakinya yang menjulur keluar dari
meja. “Apa sih gunanya hitungan diferensial dan integral? Buang-buang waktu saja!”
Potongan cerita di atas menggambarkan nilai pendidikan, dimana salah seorang murid
Ishigami yang bernama Morioka menanyakan guna hitungan diferensial dan integral
kepada Ishigami pada saat jam pelajaran sekolah.
f. Bagaimanakah pengarang menggambarkan amanat dari cerita dalam novel tersebut?
Amanat dalam cerita ini disampaikan secara tersirat, yang artinya amanatnya tidak
disebutkan secara langsung, melainkan melalui peristiwa yang terjadi pada penghujung
cerita novel tersebut. Pada novel ini, amanat yang ingin disampaikan pengarang adalah
jangan melakukan kejahatan dalam bentuk apapun, serta jangan menyia-nyiakan hidupmu
hanya demi seseorang. Kedua amanat ini tersirat pada akhir novel ini, dimana Ishigami
harus mendekam di penjara akibat kejahatan yang ia perbuat, dan Ishigami yang rela
mengorbankan seluruh hidupnya demi Yasuko yang ujung-ujungnya sia-sia.

Anda mungkin juga menyukai