Anda di halaman 1dari 5

Analisis Novel Negeri 5 Menara

         UNSUR INTRINSIK

A. Tema

Tema dari novel Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi adalah pendidikan, dan sebuah kerja
keras yang menghasilkan kesuksesan. Hal ini dapat dilihat dari latar tempat yaitu
dipesantren dimana kegiatan utama yang dilakukan sehari-hari tokoh utama adalah
belajar. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan novel berikut:
Bagai sebuah konspirasi besar untuk mencuci otak, metode total immersion ini cocok
dengan lingkungan yang sangat mendukung. Tidak cukup dengan itu, entah siapa yang
menyuruh, banyak diantra kami yang membawa kamus. Kalau bukan kamus cetak, kami
pasti membawa buku mufradhat, buku tulis biasa yang dipotong kecil sehingga lebih
tipis dan gampang dibawah kemana-mana. Murid dengan buku mufradhat ditangan
gampang ditemukan sedang antri mandi, antri makan, berjalan, bahkan di antara
kegiatan olahraga sekalipun.( hal. 133-135 ). Dan juga Hal ini dapat dibuktikan dari
halaman awal, yaitu kutipan dari imam syafi'i dan kalimat "MAN JADDA WAJADA" , yang
di teriakan ustad salman pada awal pertemuan alif di PM, arti dari man jadda wajadda
sendiri adalah siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil [Hlm : 40-41}

B. Penokohan

1. Amak 
Ramah kepada siapa saja. ["Mukanya selalu mengibarkan senyum ke siapa saja" (hlm :
6)]
Peduli kepada peradaban islam di masa depan. ["Amak ingin memberikan anak yang
terbaik untuk     kepentingan agama. Ini tugas mulia untuk akhirat" (hlm : 9)] 
Penyayang ["kasih sayang amak...." (hlm : 11)]

2. Ayah
Peduli dan setia kepada anaknya. ["Saya mau mengantar anak..." (hlm : 19)]
Orang yang Amanah ["Amanat dai jamaah surau untuk membeli sapi..." (hlm : 91)]

3. Alif
(tokoh utama) dalam novel ini adalah tokoh yang protagonis. Alif digambarkan sebagai
sosok generasi muda yang penuh motivasi, bakat, semangat untuk maju, tidak kenal
menyerah, penurut dan patuh. ["selama ini aku anak penurut" (hlm : 11)}
Tidak konsisten terhadap pilihan [" aku sendiri belum yakin betul terhadap keputusan
ini" (hlm : 13)]

4. Dulmajid
Mandiri ["Tentu saja aku datang sendiri" (hlm : 27)]
Rajin belajar ["Animo belajarnya memang maut" (hlm : 46)] 
Setia kawan ["...paling setia kawan yang aku kenal" (hlm : 46)]
5. Raja Lubis
Percaya diri ["maju dengan penuh percaya diri" (hlm : 44)]
Rajin membaca["hobi utamanya membaca buku" (hlm : 45)]
Mau berbagi ["...dia tidak pelit dengan informasi" (hlm : 61)]

6. Said
Berpikiran dewasa ["dia yang paling dewasa di antara kami" (hlm : 45)]
kurang percaya diri ["dia memang tidak terlalu pede..." (hlm : 206)]

7. Baso
Baso adalah teman Alif merupakan anak yang paling rajin dan paling bersegera disuruh
ke mesjid.
Orang yang agamis ["saya ingin mendalami agama islam dan menjadi penghapal Al-
Quran" (hlm : 46)]
Orang yang sangat peduli ["....merawat nenek dan pulang, mungkin selamanya..." (hlm :
362)]
Berbakti kepada orangtua ["motivasi besar menghapal Al-Quran adalah pengabdian
kepada orangtua" (hlm : 363)] 

8. Atang
Orang yang menepati janji ["susuai janji, Atang yang membayari ongkos"(hlm : 221)]
Humoris ["memasukkan berbagai macam guyon sunda yang membuat hadirin
terpingkal-pingkal" (hlm : 220]

C. Latar

1. Tempat
Pondok Madani ["selamat datang di pondok madani" (hlm : 30)]
Aula ["murid-murid berbndong-bondong memenuhi aula" (hlm : 48)]
Lapangan ["masing-masing melintasi lapangan besar..." (hlm : 62)]
Kamar ["pintu kayu kamar bergetar-getar digedornya" (hlm : 84)]
Menara ["Di bawah bayangan menara ini kami lewatkan waktu...." (hlm : 94)]
Kelas ["Ustad Salman masuk kelas..." (hlm : 105)]
Bandung ["kami telah masuk Bandung..." (hlm : 218)] 

2. Waktu
Latar waktu adalah kapan terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita. Latar waktu bisa
berupa detik, menit, jam, jari, minggu, bulan, tahun, dan seterusnya. Tetapi juga sangat
mungkin pengarang tidak menentukan secara persis tahun, tanggal atau hari terjadinya
peristiwa, namun hanya menyebutkan saat Hari Raya, tahun baru dan sebagainya yang
pada akhirnya juga akan mengacu kepada waktu seperti tanggal dan bulan tergantung
latar tempat dalam cerita. Misalnya tahun baru di Indonesia identik dengan 1 Januari,
namun di Arab tahun baru lebih identik pada 1 Muharram.
Di dalam novel negeri 5 menara ini latar yang menunjukkan waktu cukup mendominasi.
Contoh dalam bab I ‘Desember 2003 jam 16.00, hal 1” dan bab 15 “ bagi kami, kemudian
hari jum’at ialah hari favoite nabi Muhammad”.

Sore hari ["matahari telah tergelincir di ufuk..." (hlm : 62)]


pagi hari ["rasanya udara pagi lebih segar...." (hlm : 127)]
Malam hari [malam ini untuk pertama kalinya kami..." (hlm : 238)]
Din hari ["sekitar jam dua pagi..." (hlm : 244)]

3. Suasana
Menegangkan ["kami mendengar suara orang berteriak dan bunyi kaki berlarimendekat
ke arah kami" (hlm : 246)]
Bahagia ["kami senang bisa menangkap pencuri dan lebih senang lagi lepas dari
kewajiban jadi jasus" (hlm : 249)]
Gelisah ["kegelisahanku yang naik turun..." (hlm : 369)]

D. Alur/Plot
Alur yang digunakan adalah alur campuran.

1. Eksposisi
Kisah berawal dari seorang wartawan VOA, yang sedang berada di Washington DC.
Wartawan itu bernama Alif Fikri. tanpa disengaja ia mengecek laptopnya dan tiba-tiba
ada pesan masuk dari seorang yang bernama Batutah. Setelah berbalas-balas esan,
teryata dia adalah teman lama Alif dari sekolah lamanya yaitu Pondok Madani.

2. Intrik
Alif tidak ingin bersekolah di sekolah madrastah ataupun pesantren, sedangkan
Amaknya tidak rela jika Alif masuk sekolah SMA umum, karena Amaknya ingin anak
laki-lakinya bersekolah agama, dan menjadikan anaknya menjadi pemmpin agama di
masa depan, seperti Buya Hamka. 

3. Komplikasi
Baso bercerita kepada teman-teman shahibul menara, bawa sepertinya ia harus
meninggalkan PM duluan dibandingkan dengan teman-teman yang lain, karena ia harus
merawat neneknya yang sedang sakit parah. Akhrnya paman Latimbang menjemput
Baso yang berada di PM, dan Baso pun harus meninggalkan PM untuk selamanya.

4. Klimaks
Ustadz Torik begitu marah ketika mendengar bahwa ada siswa yang pergi dari PM
tanpa izin terlebih dahulu. Mera itu adalah Said, Alif, dan Atang. sebelum itu, mereka
meminta izin ke Ponorogo untuk mencari barang, tetapi barang itu tidak ada, dan
mereka pun harus pergi ke Surabaya untuk mendapatkan barang tersebut. Akhirnya
mereka bertiga diberikan hukuman yang sangat berat, yaitu dicukur habis rambutnya.

5. Antiklimaks
Seluruh siswa PM kelas 6, telah berhasil menyelesaikan ulangan akhir, untuk
menentukan kelulusan meraka. Kemudian meraka semua pun berisah, begitu juga
dengan shahibul menara yang akan menempuh jalannya masing-masing untuk
mewujudkan impian meraka.

6. Resolusi
Shahibul menaratelah mencapai impiannya masing-masing dan berencana akan
melakukan reuinian setelah tidak bertemu selama bertahun-tahun.

E. Gaya Bahasa

1. Hiperbola
"Kami bisa makan bagai kesurupan" (hlm : 122)
"Kiai Rais telah menyetrum 3000 murid kesayangannya" (hlm : 190)

2. Personifikasi
"wajah dingin mencucuk tulang..." (hlm : 2)
"Jantungku melonjak-lonjak girang" (hlm : 5)
"Cerita Kiai Rais terus berputar di kepalaku" (hlm : 142)
"sejak dari pagi buta..." (hlm : 214) 

3. Asosiasi
"kami seperti sekawanan tentara yang terjebak..." (hlm : 64)
"Mukanya dingin seperti besi" (hlm : 124)

F. Sudut Pandang

Dalam novel ini penulis menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini
dikarenakan tokoh utama selalu menyebut dirinya dengan kata aku.
Kutipan Novel:
Aku baca suratnya sekali lagi. Senang membaca surat dari kawan lama. Tapi aku juga iri.
Rencana masuk SMA-nya juga rencanaku dulu. Aku menghela napas dan menatap
kosong kepuncak pohon kelapa. Aku tidak boleh terlambat lagi. Aku kapok jadi jasus.
Aku jera menjadi drakula. ( hal. 102-103).

G. Amanat

Cerita negeri 5 menara memberikan pesan moral pendidikan yang sangat dalam. Kita
harus bersungguh - sungguh dan bekerja keras untuk meraih impian kita dan mencapai
kesuksesan kita, tapi dibalik kesuksesan tersebut ada doa dari kedua orangtua kita, jadi
kita juga harus serta-merta menghormati dan berbakti kepada orangtua. Penulis
memberikan perenungan bagi pembaca untuk tidak putus asa dalam hidup dan
bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama.
Kutipan Novel:
Jangan pernah remehkan impian walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha
Mendengar.
Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. ( hal.405 ).

         UNSUR EKSTRINSIK

Nilai Agama
Novel ini menceritakan tentang kehidupan sekitar pesantren sehingga banyak
mengajarkan nilai agama yang tidak terdapat pada novel-novel lain. Salah satu bukti itu
adalah kalimat “Man Jadda Wa Jadda”, yang berarti siapapun dapat meraih cita-citanya
asal ia bersungguh-sungguh.

Nilai Moral
Kebersamaan Sahibul Menara dalam menghadapi kerasnya pendididkan di pesantren
mengajarkan bahwa sebagai penuntut ilmu, kita harus sabar dan tidka pantang
menyerah menuntaskan apa yang telah dimulai.

Anda mungkin juga menyukai