Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nadifah auliah latief

Kelas : XII MIPA 5

No. Urut : 21

Proyek Mercusuar adalah proyek pembangunan monumen dan gedung besar, serta
penyelenggaraan kegiatan internasional, yang dilakukan di Indonesia pada masa pemerintahan
Presiden Soekarno dalam periode Demokrasi Terpimpin (1959-1966).

Tujuan dari dilakukannya Proyek Mercusuar ini adalah untuk menunjukkan kemajuan Indonesia ke
dunia. Namun pembangunan ini hanya mengejar gengsi saja dan tidak efektif sebagai kebijakan
diplomasi. Malah, proyek ini menghabiskan banyak anggaran negara.

Dilakukannya proyek-proyek Mercusuar oleh Presiden Sukarno, misalnya adalah:

- Pembangunan Gelanggang Olahraga Senayan untuk penyelenggaraan Asian Games 1962 dan
untuk penyelenggaraan Games of the New Emerging Forces (Ganefo) 1963,
- Pembangunan Monas (Monumen Nasional)
- Pembangunan Monumen Patung Dirgantara (Patung Pancoran)
- Pembangunan Monumen Patung Selamat Datang (di Bundaran HI)
- Pembangunan gedung DPR/MPR

Pembangunan besar-besaran Proyek Mercusuar ini membuat beban anggaran yang sangat berat.
Proyek ini membuat kondisi ekonomi menjadi semakin berat, karena tidak mengatasi kebutuhan
mendasar rakyat yang memerlukan infrastruktur dan sarana perekonomian seperti jalan dan pasar.

Akibatnya terjadi krisis ekonomi di Masa Demokrasi terpimpin. Kebutuhan sehari-hari seperti minyak
tanah sulit didapatkan. Inflasi juga meningkat tajam yang menyebabkan harga-harga menjadi
melambung. Kondisi krisis ini memudarkan kepercayaan rakyat terhadap Presiden Soekarno.

Beberapa kebijakan yang cukup dikenal yakni:

-Pembentukan Badan Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas)

-Penurunan nilai uang (devaluasi)

-Deklarasi Ekonomi (Dekon)

-Meningkatkan perdagangan dan perkreditan luar negeri

-Peleburan bank

1. Pembentukan Bappenas

Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi, pada 15 Agustus 1959 pemerintanh membentuk


Dewan Perancang Nasional (Depernas).
Ketianya Moh Yamin dengan anggota sebanyak 50 orang. Pada tahun 1963, Presiden Soekarno
mengganti namanya menjadi Bappenas.

Tugas Bappenas yakni:

Menyusun rencana jangka panjang dan rencana tahunan bagi pembangunan di tingkat nasional dan
daerah

Mengawasi dan menilai pelaksanaan pembangunan

Menyiapkan serta menilai hasil kerja mandataris untuk MPRS

2. Penurunan nilai uang (devaluasi)

Pada 25 Agustus 1959, pemerintah mengumumkan keputusan mengenai devaluasi dengan nilai

-Uang kertas Rp 500 menjadi Rp 50

-Uang kertas Rp 1.000 menjadi Rp 100

-Pembekuan semua simpanan di bank yang melebihi Rp 25.000

-Kebijakan ini diambil untuk membendung tingginya inflasi.

Dengan devaluasi, diharapkan uang yang beredar di masyarakat berkurang. Selain itu, nilai rupiah
meningkat.

Namun usaha tersebut tidak dapat mengatasi kemerosotan ekonomi. Para pengusaha di daerah
tidak sepenuhnya mematuhi ketentuan tersebut. Harga barang menjadi murah. Namun tetap saja
rakyat kesusahan karena tidak memiliki uang.Kas negara sendiri defisit akibat proyek politik yang
menghabiskan anggaran.

Untuk menyetop defisit, pemerintah justru mencetak uang baru tanpa perhitungan matang.

3. Deklarasi Ekonomi ( Dekon)

Untuk memperbaiki ekonomi secara menyeluruh, pada 28 Maret 1963, pemerintah mengeluarkan
Deklarasi Ekonomi (Dekon) yang berisi 14 peraturan pokok.

Dekon dikeluarkan sebagai strategi untuk menyukseskan pembangunan yang dirancang Bappenas.

Pemerintah menyatakan bahwa sistem ekonomi Indonesia adalah Berdikari atau berdiri di atas kaki
sendiri. Tujuan Dekon yakni untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan
bebas dari sisa-sisa imperialisme.
4. Meningkatkan perdagangan dan perkreditan luar negeri

Sebagai langkah dari ekonomi berdikari, pemerintah berusaha membangkitkan sektor agraris yang
menjadi ciri khas perekonomian Indonesia.

Harapannya, hasil pertanian mampu diekspor untuk memperoleh devisa dan menyeimbangkan
neraca perdagangan. Untuk mendukung rencana ini, pemerintah juga membentuk Komando
Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE) dan Kesatuan Operasi (KESOP).

5. Peleburan Bank

Presiden berusaha menyatukan semua bank negara dalam bank sentral. Lewat Perpres No 7/1965,
didirikan Bank Tunggal Milik Negara.

Bank Tunggal Milik Negara berfungsi sebagai bank sirkulasi, bank sentral, sekaligus bank umum.

Bank Indonesia, adalah hasil peleburan dari bank-bank negara seperti Bank Koperasi dan Nelayan,
Bank Umum Negara, dan Bank Tabungan Negara.

Tapi langkah ini memicu spekulasi dan penyelewengan dalam penggunaan uang negara. Sebab saat
itu belum ada lembaga pengawas.

Anda mungkin juga menyukai