Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN EKONOMI

MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

BAB III - B
VALERINA FEBRIANTI JAOGA (32)
D400160023
KONDISI EKONOMI

Kondisi ekonomi pada masa awal Demokrasi Terpimpin


sangat terpuruk akibat pemberontakan-pemberontakan
yang terjadi. Untuk mengatasi keadaan ekonomi pada
masa ini, sistem ekonomi berjalan dengan sistem
komando, di mana alat-alat produksi dan distribusi
yang vital harus dimiliki dan dikuasai negara atau
minimal di bawah pengawasan negara.
1. Pembentukan Dewan Perancang Nasional
Pada tanggal 15 Agustus 1959 didirikan Dewan Perancang Nasional atau
Depernas untuk melakukan pembangunan ekonomi dengan kekuasaan Kabinet
Karya. Depernas memiliki anggota sebanyak 50 orang dengan ketuanya ialah
Moh. Yamin.

Dapernas kemudian menyusun program kerjanya berupa pola pembangunan


nasional yang disebut sebagai Pola Pembangunan Semesta Berencana dengan
mempertimbangkan faktor pembiayaan dan waktu pelaksanaan pembangunan. Pola
Pembangunan Semesta dan Berencana terdiri atas Blueprint tripola yaitu proyek
pembangunan, pola penjelasan pembangunan dan pola pembiayaan pembangunan.

Pada tahun 1963, juga dibentuk Badan Perancangan Pembangunan Nasional


(Bappenas) yang dipimpin Presiden Soekarno sebagai pengganti Depernas.
Tugas Bappenas adalah menyusun rencana pembangunan jangka panjang maupun
pendek.
2. Penurunan Nilai Uang
Untuk membendung inflasi dan mengurangi jumlah uang yang beredar
di masyarakat, pada tanggal 25 Agustus 1950 pemerintah mengumumkan
penurunan nilai uang. Sebagai contoh, untuk uang kertas pecahan
Rp500 nilainya akan berubah menjadi Rp50 begitu seterusnya. Selain
itu, semua simpanan di bank yang melebihi Rp25.000 akan dibekukan.

Kebijakan keuangan kemudian diakhiri dengan Peraturan Pemerintah


Pengganti Undang-undang No. 6/1959 yang isi pokoknya ialah ketentuan
bahwa bagian uang lembaran Rp1000 dan Rp500 yang masih berlaku
harus ditukar dengan uang kertas bank baru yang bernilai Rp100 dan
Rp50 sebelum tanggal 1 Januari 1960.
3. Konsep Djuanda
Setelah keamanan nasional berhasil dipulihkan, kasus
DI Jawa Barat dan pembebasan Irian Barat, pemerintah mulai
memikirkan penderitaan rakyatnya dengan melakukan
rehabilitasi ekonomi.

Konsep rehabilitasi ekonomi disusun oleh tim yang dipimpin


oleh Menteri Pertama Ir Djuanda dan hasilnya dikenal dengan
sebutan Konsep Djuanda. Namun konsep ini mati sebelum lahir
karena mendapat kritikan yang tajam dari PKI karena dianggap
bekerja sama dengan negara revisionis, Amerika Serikat dan
Yugoslavia.
4. Deklarasi Ekonomi

Pada tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan landasan baru bagi perbaikan


ekonomi secara menyeluruh yaitu Deklarasi Ekonomi (Dekon). Tujuan
dibentuknya Dekon adalah untuk menciptakan ekonomi yang bersifat
nasional, demokratis, dan bebas dari imperialisme. Meski begitu, dalam
pelaksanaannya Dekon tidak mampu mengatasi kesulitan ekonomi dan
masalah inflasi, Dekon justru mengakibatkan perekonomian Indonesia
stagnan. Masalah perekonomian diatur atau dipegang oleh pemerintah
sedangkan prinsip-prinsip dasar ekonomi banyak diabaikan.
5. Pembangunan Proyek Mercusuar
Keadaan perekonomian semakin buruk karena
pembengkakan biaya proyek mercusuar. Proyek
Mercusuar Soekarno adalah proyek pembangun
an ibukota agar mendapat perhatian dari luar
negeri. Untuk memfasilitasi Ganefo (Games of
the New Emerging Forces) sebagai tandingan
dari Olimpiade, pemerintah membangun proyek
besar seperti gedung CONEFO yang sekarang
dikenal sebagai DPR, MPR, DPD DKI Jakarta,
Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, Jembatan
Semanggi, pembangunan Monumen Nasional
(Monas), dan pusat pertokoan Sarinah.
6. Kenaikan Laju Inflasi
Kondisi ekonomi semakin memburuk karena anggaran
belanja negara setiap tahunnya terus meningkat tanpa
diimbangi dengan pendapatan negara yang memadai.
Walaupun cadangan devisa menipis, Presiden Soekarno
tetap pada pendiriannya untuk menghimpun dana revolusi,
karena dana ini digunakan untuk membiayai proyek-proyek
yang bersifat prestise politik atau mercusuar, dengan
mengorbankan ekonomi dalam negeri.
Latar Belakang meningkatnya laju inflasi :

 Penghasilan negara berupa devisa dan penghasilan lainnya mengalami kemerosotan.


 Nilai mata uang rupiah mengalami kemerosotan
 Anggaran belanja mengalami defisit yang semakin besar.
 Pinjaman luar negeri tidak mampu mengatasi masalah yang ada
 Upaya likuidasi semua sektor pemerintah maupun swasta guna penghematan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran belanja tidak berhasil.
 Penertiban administrasi dan manajemen perusahaan guna mencapai keseimbangan
keuangan tak memberikan banyak pengaruh
 Penyaluran kredit baru pada usaha-usaha yang dianggap penting bagi kesejahteraan
rakyat dan pembangunan mengalami kegagalan..
Dampaknya:
 Inflasi semakin bertambah tinggi
 Harga-harga semakin bertambah tinggi, kenaikan barang mencapai
200-300% pada tahun 1965
 Kehidupan masyarakat semakin terjepit
 Indonesia pada tahun 1961 secara terus menerus harus membiayai
kekurangan neraca pembayaran dari cadangan emas dan devisa
 Ekspor semakin buruk dan pembatasan Impor karena lemahnya
devisa.
 Tahun 1965, cadangan emas dan devisa telah habis bahkan
menunjukkan saldo negatif sebesar US$ 3 juta sebagai dampak
politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara barat.
Kebijakan Pemerintah :
 Keadaan defisit negara yang semakin meningkat ini diakhiri pemerintah dengan
pencetakan uang baru tanpa perhitungan matang. Sehingga menambah berat
angka inflasi.
 Pada tanggal 13 Desember 1965 pemerintah mengambil langkah devaluasi
dengan menjadikan uang senilai Rp. 1000 menjadi Rp. 1

Dampaknya dari kebijakan pemerintah tersebut :


 Uang rupiah baru yang seharusnya bernilai 1000 kali lipat uang rupiah lama
akan tetapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai sekitar 10 kali lipat
lebih tinggi dari uang rupiah baru.
 Tindakan moneter pemerintah untuk menekan angka inflasi malahan
menyebabkan meningkatnya angka inflasi.
Sekian Dan Terimakasih…

Anda mungkin juga menyukai