Keadaan ekonomi Indonesia pada akhir kekuasaan Jepang dan pada awal berdirinya Republik Indonesia
sangat kacau dan sulit. Latar belakang keadaan yang kacau tersebut disebabkan karena :
1) Indonesia yang baru saja merdeka belum memiliki pemerintahan yang baik, dimana belum ada
pejabat khusus yang bertugas untuk menangani perekonomian Indonesia.
2) Sebagai negara baru Indonesia belum mempunyai pola dan cara untuk mengatur ekonomi
keuangan yang mantap.
3) Tinggalan pemerintah pendudukan Jepang dimana ekonomi saat pendudukan Jepang memang
sudah buruk akibat pengeluaran pembiayaan perang Jepang. Membuat pemerintah baru Indonesia agak
sulit untuk bangkit dari keterpurukan.
4) Kondisi keamanan dalam negeri sendiri tidak stabil akibat sering terjadinya pergantian kabinet,
dimana hal tersebut mendukung ketidakstabilan ekonomi.
5) Politik keuangan yang berlaku di Indonesia dibuat di negara Belanda guna menekan pertumbuhan
ekonomi Indonesia bahkan untuk menghancurkan ekonomi nasional.
6) Belanda masih tetap tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia dan masih terus melakukan
pergolakan politik yang menghambat langkah kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi.
Faktor- faktor penyebab kacaunya perekonomian Indonesia 1945-1950 adalah sebagai berikut :
– Beredarnya mata uang Jepang di masyarakat dalam jumlah yang tak terkendali (pada bulan
Agustus 1945 mencapai 1,6 Milyar yang beredar di Jawa sedangkan secara umum uang yang beredar di
masyarakat mencapai 4 milyar).
– Beredarnya mata uang cadangan yang dikeluarkan oleh pasukan Sekutu dari bank-bank yang
berhasil dikuasainya untuk biaya operasi dan gaji pegawai yang jumlahnya mencapai 2,3 milyar.
– Repubik Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri sehingga pemerintah tidak dapat
menyatakan bahwa mata uang pendudukan Jepang tidak berlaku.
Inflasi terjadi karena di satu sisi tidak terkendalinya peredaran uang yang dikeluarkan pemerintah
Jepang di sisi lain ketersediaan barang menipis bahkan langka di beberapa daerah. Kelangkaan ini terjadi
akibat adanya blokade ekonomi oleh Belanda. Uang Jepang yang beredar sangat tinggi sedangkan
kemampuan ekonomi untuk menyerap uang tersebut masih sangat rendah.
Karena inflasi ini kelompok yang paling menderita adalah para petani sebab pada masa pendudukan
Jepang petani merupakan produsen yang paling banyak menyimpan mata uang Jepang. Hasil pertanian
mereka tidak dapat dijual, sementara nilai tukar mata uang yang mereka miliki sangat rendah.
Pemerintah Indonesia yang baru saja berdiri tidak mampu mengendalikan dan menghentikan peredaran
mata uang Jepang tersebut sebab Indonesia belum memiliki mata uang baru sebagai penggantinya.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk sementara waktu menyatakan ada 3 mata uang yang berlaku
di wilayah RI, yaitu:
Keadaan tersebut diperparah dengan diberlakukannya uang NICA di daerah yang diduduki sekutu pada
tanggal 6 Maret 1946 oleh Panglima AFNEI yang baru (Letnan Jenderal Sir Montagu Stopford). Uang
NICA ini dimaksudkan untuk menggantikan uang Jepang yang nilainya sudah sangat turun saat itu.
Upaya sekutu tersebut merupakan salah satu bentuk pelangaran kesepakatan yaitu bahwa selama
belum ada penyelesaian politik mengenai status Indonesia, maka tidak ada mata uang baru.
Karena tindakan sekutu tersebut maka pemerintah Indonesia pun mengeluarkan uang kertas baru yaitu
Oeang Republik Indonesia (ORI) sebagai pengganti uang Jepang.
Blokade oleh Belanda ini dilakukan dengan menutup (memblokir) pintu keluar-masuk perdagangan RI
terutama melalui jalur laut dan pelabuhan-pelabuhan penting. Blokade ini dilakukan mulai bulan
November 1945. Adapun alasan dari pemerintah Belanda melakukan blokade ini adalah :
– Mencegah keluarnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya.
– Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh bangsa lain.
– Barang-barang dagangan milik Indonesia tidak dapat di ekspor bahkan banyak barang-barang
ekspor Indonesia yang dibumi hanguskan.
– Agar terjadi kerusuhan sosial karena rakyat tidak percaya kepada pemerintah Indonesia, sehingga
pemerintah Belanda dapat dengan mudah mengembalikan eksistensinya.
– Untuk menekan Indonesia dengan harapan bisa dikuasai kembali oleh Belanda.
Kas Negara mengalami kekosongan karena pajak dan bea masuk lainnya belum ada sementara
pengeluaran negara semakin bertambah. Penghasilan pemerintah hanya bergantung kepada produksi
pertanian. Karena dukungan dari bidang pertanian inilah pemerintah Indonesia masih bertahan,
sekalipun keadaan ekonomi sangat buruk.
Upaya pemerintah untuk keluar dari masalah blokade tersebut adalah sebagai berikut.
Pemerintah Indonesia bersedia untuk membantu pemerintah India yang sedang ditimpa bahaya
kelaparan dengan mengirimkan 500.000 ton beras dengan harga sangat rendah. Pemerintah melakukan
hal ini sebab akibat blokade oleh Belanda maka hasil panen Indonesia yang melimpah tidak dapat dijual
keluar negeri sehingga pemerintah berani memperkirakan bahwa pada pada musim panen 1946 akan
diperoleh suplai hasil panen sebesar 200.000 sampai 400.000 ton. Sebagai imbalannya pemerintah India
bersedia mengirimkan bahan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia pada saat itu. Saat
itu Indonesia tidak memikirkan harga karena yang penting adalah dukungan dari negara lain yang sangat
diperlukan dalam perjuangan diplomatik dalam forum internasional. Adapun keuntungan politis yang
diperoleh Indonesia dengan adanya kerjasama dengan India ini adalah Indonesia mendapatkan
dukungan aktif dari India secara diplomatik atas perjuangan Indonesia di forum internasional.
Membuka hubungan dagang langsung ke luar negeri dilakukan oleh pihak pemerintah maupun pihak
swasta. Usaha tersebut antara lain :
Mengadakan kontak dagang dengan perusahaan swasta Amerika (Isbrantsen Inc.). Tujuan dari kontak
ini adalah membuka jalur diplomatis ke berbagai negara. Dimana usaha tersebut dirintis oleh BTC
(Banking and Trading Corporation) atau Perseroan Bank dan Perdagangan, suatu badan perdagangan
semi-pemerintah yang membantu usaha ekonomi pemerintah, dipimpin oleh Sumitro Djojohadikusumo
dan Ong Eng Die. Hasil transaksi pertama dari kerjasama tersebut adalah Amerika bersedia membeli
barang-barang ekspor Indonesia seperti gula, karet, teh, dan lain-lain. Tetapi selanjutnya kapal Amerika
yang mengangkut barang pesanan RI dan akan memuat barang ekspor dari RI dicegat dan seluruh
muatannya disita oleh kapal Angkatan Laut Belanda.
Karena blokade Belanda di Jawa terlalu kuat maka usaha diarahkan untuk menembus blokade ekonomi
Belanda di Sumatera dengan tujuan Malaysia dan Singapura. Usaha tersebut dilakukan sejak 1946
sampai akhir masa perang kemerdekaan. Pelaksanaan ini dibantu oleh Angkatan laut RI serta
pemerintah daerah penghasil barang-barang ekspor. Karena perairan di Sumatra sangatlah luas, maka
pihak Belanda tidak mampu melakukan pengawasan secara ketat. Hasilnya Indonesia berhasil
menyelundupkan karet yang mencapai puluhan ribu ton dari Sumatera ke luar negeri, terutama ke
Singapura. Dan Indonesia berhasil memperoleh senjata, obat-obatan dan barang-barang lain yang
dibutuhkan.
Pemerintah RI pada 1947 membentuk perwakilan resmi di Singapura yang diberi nama Indonesian
Office (Indoff). Secra resmi badan ini merupakan badan yang memperjuangkan kepentingan politik di
luar negeri, namun secara rahasia berusaha menembus blokade ekonomi Belanda dengan melakukan
perdagangan barter. Diharapkan dengan upaya ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Selain itu juga berperan sebagai perantara dengan pedagang Singapura dan mengusahakan pengadaan
kapal-kapal yang diperlukan.
Dibentuk perwakilan kemetrian pertahanan di luar negeri yaitu Kementrian Pertahanan Urusan Luar
Negeri (KPULN) yang dipimpin oleh Ali Jayengprawiro. Tugas pokok badan ini adalah membeli senjata
dan perlengkapan angkatan perang.
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kondisi ekonominya mulai dilakukan sejak Februari
1946, adalah sebagai berikut.
Konferensi ini dihadiri oleh para cendekiawan, gubernur, dan pejabat lainnya yang bertanggungjawab
langsung mengenai masalah ekonomi di Jawa, yang dipimpin oleh Menteri Kemakmuran (Darmawan
Mangunkusumo). Tujuan Konferensi ini adalah untuk memperoleh kesepakatan dalam menanggulangi
masalah-masalah ekonomi yang mendesak, seperti :
Masalah produksi dan distribusi makanan
Tercapai kesepakatan bahwa sistem autarki lokal sebagai kelanjutan dari sistem ekonomi perang Jepang,
secara berangsur-angsur akan dihapukan dan diganti dengan sistem desentralisasi.
Masalah sandang
Disepakati bahwa Badan Pengawasan Makanan Rakyat diganti dengan Badan Persediaan dan Pembagian
Makanan (BPPM) yang bertujuan untuk mengatasi kesengsaraan rakyat Indonesia. Badan ini dipimpin
oleh Sudarsono dibawah pengawasan Kementrian Kemakmuran. BPPM dapat dianggap sebagai awal
dari terbentuknya Badan Urusan Logistik (Bulog). Sementara itu tujuan dibentuk Bulog (Februari 1946)
untuk melarang pengiriman bahan makanan antar karisidenan.
Keputusannya adalah semua perkebunan dikuasai oleh negara dengan sistem sentralisasi di bawah
kementrian Kemakmuran. Sehingga diharapkan pendapatan negara dapat bertambah secara signifikan
dengan nasionalisasi pabrik gula dan perkebunan tebu.
Konferensi kedua di Solo, 6 Mei 1946 membahas mengenai masalah program ekonomi pemerintah,
masalah keuangan negara, pengendalian harga, distribusi, dan alokasi tenaga manusia. Wapres Moh.
Hatta mengusulkan mengenai rehabilitasi pabrik gula, dimana gula merupakan bahan ekspor penting
sehingga harus dikuasai oleh negara. Untuk merealisasikan keinginan tersebut maka pada 6 Juni 1946
dibentuk Perusahaan Perkebunan Negara (PPN).
2) Pinjaman Nasional
Program ini dilaksanakan oleh Menteri Keuangan (Surachman) dengan persetujuan BP-KNIP. Untuk
mendukung program tersebut maka dibuat Bank Tabungan Pos, bank ini berguna untuk penyaluran
pinjaman nasional untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia kepada pemerintahan.
Selain itu, pemerintah juga menunjuk rumah gadai untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat
dengan jangka waktu pengembalian selama 40 tahun. Tujuannya untuk mengumpulkan dana
masyarakat bagi kepentingan perjuangan, sekaligus untuk menanamkan kepercayaan rakyat pada
pemerintah RI.
Rakyat dapat meminjam jika rakyat mau menyetor uang ke Bank Tabungan Pos dan rumah-rumah
pegadaian. Usaha ini mendapat respon yang besar dari rakyat terbukti dengan besar pinjaman yang
ditawarkan pada bulan Juli 1946 sebesar Rp. 1.000.000.000,00 , pada tahun pertama berhasil
dikumpulkan uang sejumlah Rp. 500.000.000,00. Kesuksesan yang dicapai menunjukkan besarnya
dukungan dan kepercayaan rakyat kepada Pemerintah RI.
Badan ini dibentuk atas usul dari menteri kemakmuran AK. Gani. Badan ini merupakan badan tetap yang
bertugas membuat rencana pembangunan ekonomi untuk jangka waktu 2 sampai 3 tahun yang akhirnya
disepakati Rencana Pembangunan Sepuluh Tahun.
– Semua bangunan umum, perkebunan, dan industri yang telah ada sebelum perang menjadi milik
negara, yang baru terlaksana tahun 1957.
– Bangunan umum vital milik asing dinasionalisasikan dengan pembayaran ganti rugi
– Perusahaan milik Jepang akan disita sebagai ganti rugi terhadap RI.
– Perusahaan modal asing lainnya dikembalikan kepada yang berhak sesudah diadakan perjanjian
Republik Indonesia dengan Belanda.
Badan ini bertujuan untuk menasionalisasikan semua cabang produksi yang telah ada dengan mengubah
ke dalam bentuk badan hukum. Hal ini dilakukan dengan harapan agar Indonesia dapat menggunakan
semua cabang produksi secara maksimal dan kuat di mata hukum internasional. Pendanaan untuk
Rencana Pembangunan ini terbuka baik bagi pemodal dalam negeri maupun pemodal asing.
Inti rencana ini adalah agar Indonesia membuka diri terhadap penanaman modal asing dan melakukan
pinjaman baik ke dalam maupun ke luar negeri.
Untuk membiayai rencana pembangunan ekonomi tersebut pemerintah membuka diri terhadap
penanaman modal asing, mengerahkan dana masyarakat melalui pinjaman nasional, melalui tabungan
masyarakat, serta melibatkan badan-badan swasta dalam pembangunan ekonomi. Dan untuk
menampung dana tersebut dibentuk Bank Pembangunan. Perusahaan patungan (merger)
diperkenankan berdiri sementara itu tanah partikelir dihapuskan.
Perkembangannya April 1947 badan ini diperluas menjadi Panitia Pemikir Siasat Ekonomi yang bertugas
mempelajari, mengumpulkan data, dan memberikan saran kepada pemerintah dalam merencanakan
pembangunan ekonomi dan dalam rangka melakukan perundingan dengan pihak Belanda. Rencana
tersebut belum berhasil dilaksanakan dengan baik karena situasi politik dan militer yang tidak
memungkinkan, yaitu Agresi Militer Belanda I dan Perjanjian Linggarjati yang menyebabkan sebagian
besar wilayah Indonesia yang memiliki potensi ekonomi jatuh ke tangan Belanda dan yang tersisa
sebagian besar tergolong sebagai daerah miskin dan berpenduduk padat (Sumatera dan Jawa). Hal
tersebut ditambah dengan adanya Pemberontakan PKI dan Agresi mIliter Belanda II yang mengakibatkan
kesulitan ekonomi semakin memuncak.
Program ini bertujuan untuk mengurangi beban negara dalam bidang ekonomi, selain meningkatkan
efisiensi. Rasionalisasi meliputi penyempurnaan administrasi negara, angkatan perang, dan aparat
ekonomi. Sejumlah angkatan perang dikurangi secara drastis untuk mengurangi beban negara di bidang
ekonomi dan meningkatkan effisiensi angkatan perang dengan menyalurkan para bekas prajurit pada
bidang-bidang produktif dan diurus oleh kementrian Pembangunan dan Pemuda. Rasionalisasi yang
diusulkan oleh Mohammad Hatta diikuti dengan intensifikasi pertanian, penanaman bibit unggul, dan
peningkatan peternakan.
Program ini disusun oleh Menteri Urusan Bahan Makanan I.J.Kasimo. Program ini berupa Rencana
Produksi Tiga tahun (1948-1950) mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa petunjuk
pelaksanaan yang praktis. Inti dari Kasimo Plan adalah untuk meningkatkan kehidupan rakyat dengan
meningkatkan produksi bahan pangan. Rencana Kasimo ini adalah :
– Transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera dalam jangka waktu 10-
15 tahun.
6) Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE)
Meskipun usaha PTE didukung pemerintah dan melibatkan dukungan dari pemerintah daerah namun
perkembangannya PTE tidak dapat berjalan baik dan hanya mampu didirikan Bank PTE di Yogyakarta
dengan modal awal Rp. 5.000.000,00. Kegiatan ini semakin mengalami kemunduran akibat Agresi Militer
Belanda.
Selain PTE, perdagangan swasta lainnya juga membantu usaha ekonomi pemerintah adalah Banking and
Trading Corporation (Perseroan Bank dan Perdagangan).
Mengaktifkan kembali Gabungan Perusahaan Perindustrian dan Perusahaan Penting, Pusat Tembakau
Indonesia, Gabungan Saudagar Indonesia Daerah Aceh (GASIDA) dalam rangka memperbaiki ekonomi
Indonesia.
Melarang digunakan mata uang NICA dan yang lainnya serta hanya boleh menggunakan Oeang
Repoeblik Indonesia (ORI) dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan UU No. 17
tahun 1946 yang dikeluarkan pada tanggal 1 Oktober 1946. Mengenai pertukaran uang Rupiah Jepang
diatur berdasarkan UU No. 19 tahun 1946 tanggal 25 Oktober 1946. Tanggal 25 Oktober selanjutnya
dijadikan sebagai hari keuangan. Adapun kebijakan penyetaraan mata uang adalah sebagai berikut:
Di Jawa, Lima puluh rupiah (Rp. 50,00) uang Jepang disamakan dengan satu rupiah (Rp. 100,00) ORI
dengan perbandingan 1:5.
Di Luar Jawa dan Madura, Seratus rupiah (Rp. 100,00) uang Jepang sama dengan satu rupiah (Rp. 1,00)
ORI dengan perbandingan 1:10.
Setiap sepuluh rupiah (Rp. 10,00) ORI bernilai sama dengan emas murni seberat 5 gram.
Mengenai pengaturan nilai tukar uang ORI dengan valuta asing (nilai kurs mata uang ORI di pasar valuta
asing) sebenarnya dipegang oleh Bank Negara yang sebelumnya telah dirintis bentuk prototipenya yaitu
dengan pembentukan Bank Rakyat Indonesia (Shomin Ginko). Namun tugas tersebut pada akhirnya
dijalankan oleh Bank Negara Indonesia (Bank Negara Indonesia 1946) yang dipimpin oleh Margono
Djojohadikusumo. Bank ini merupakan bank umum milik pemerintah yang tujuan awal didirikannya
adalah untuk melaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi dan keuangan. BNI didirikan
pada 1 November 1946.
Meskipun begitu usaha pemerintah untuk menjadikan ORI sebagai satu-satunya mata uang nasional
tidak tercapai karena terpecah-pecahnya wilayah RI akibat perundingan Indonesia- Belanda. Sehingga di
beberapa daerah mengeluarkan mata uang sendiri, yang berbeda dengan ORI, seperti URIPS (Uang
Republik Propinsi Sumatera) di Sumatera, URIBA (Uang Republik Indonesia Baru) di Aceh, URIDAB (Uang
Republik Indonesia Banten) di Banten dan Palembang. Upaya-upaya pemerintah Indonesia tersebut
dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia meskipun Belanda masih
belum pergi dari Indonesia.
Perkembangan Politik Ekonomi Pada Masa Awal Kemerdekaan Sampai Masa Demokrasi Liberal (Part-2)
Materi 12
B. SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI PARLEMENTER (1950-1959)
1. Perkembangan politik
Setelah dibubarkannya RIS pada Tahun 1950, sistem pemerintahan Indonesia menurut UUDS 1950
adalah Parlementer, Ciri demokrasi Liberal ini adalah sering berganti-ganti kabinet. Indonesia
melaksanakan demokrasi parlementer yang liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat.
Demokrasi Parlementer adalah Sistem Demokrasi dimana Parlemen (dewan perwakilan rakyat) memiliki
peran penting dalam pemerintahan.
Pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh seorang perdana
menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).
Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai – partai politik,
karena dalam sistem kepartaian menganut sistem multi partai.
Konsekuensi logis dari pelaksanaan sistem politik demokrasi liberal parlementer gaya barat dengan
sistem multi partai yang dianut, maka partai –partai inilah yang menjalankan pemerintahan melalui
perimbangan kekuasaan dalam parlemen dalam tahun 1950 – 1959.
Periode 1950 -1959 merupakan masa berkiprahnya partai-partai politik pada pemerintahan Indonesia.
Pada masa ini terjadi pergantian kabinet, partai-partai politik terkuat mengambil alih kekuasaan. Dua
partai terkuat pada masa itu (PNI dan Masyumi) silih berganti memimpin kabinet. Hampir setiap tahun
terjadi pergantian kabinet. Masa pemerintahan kabinet tidak ada yang berumur panjang, sehingga
masing-masing kabinet yang berkuasa tidak dapat melaksanakan seluruh programnya.
2. Sistem Pemerintahan
Indonesia sampai tahun 1950 telah menggunakan dua sistem pemerintahan yaitu sistem presidensial
dan sistem parlementer. Belum genap satu tahun kemerdekaan sistem presidensial digantikan dengan
sistem parlementer yang didirikan pertama pada november 1945 dengan Syahrir sebagai menteri. Pada
masa demokrasi liberal, pelaksanaan sistem parlementer dilandasi oleh UUD Sementara 1950 (konstitusi
liberal). Dan begitu pula indonesia ketika telah menjadi negara kesatuan.
Kabinet demokrasi liberal disusun menurut pertimbangan kekuatan kepartaian dalam parlemen yang
sewaktu waktu dapat dijatuhkan. Sementara presiden sebagai lambang kesatuan. Kabinet ini berbeda
dengan sistem RIS yang dikenal Zaken Kabinet. Adanya perbedaan kepentingan antar partai
menyebabkan banyak mengalami pergantian kabinet.
Berikut kabinet yang pernah berkuasa setelah penyerahan kedaulatan :
a) Membentuk Dewan,
d) Perjuangan Irian,
e) Mempergiat pembangunan.
Kabinet Djuanda juga mendeklarasikan hukum teritorial kelautan Indonesia yang disebut juga Deklarasi
Djuanda. Dimaksudkan agar dapat menyatuakan wilayah-wilayah Indonesia dan sumber daya alam dari
laut dapat dimanfaatkan dengan maksimal.
Dalam deklarasi tersebut mengubah batas kontinen laut dari 3 mil batas air terendah menjadi 12 mil dari
batas pulau terluar. Deklarasi baru bisa diterima dunia internasional setelah ditetapkan dalam konvensi
hukum laut PBB ke-3. Kemudian Pemerintah meratifikasinya dalam UU. No. 17/1985 tentang
pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan.
3. Sistem Kepartaian
Sistem kepartaian adalah “pola kompetisi terus-menerus dan bersifat stabil, yang selalu tampak di setiap
proses pemilu tiap negara.” Sistem kepartaian bergantung pada jenis sistem politik yang ada di dalam
suatu negara. Masa Demokrasi Parlementer merupakan masa yang diwarnai dengan berdirinya banyak
partai, dengan dasar ideologi yang beragam.
Partai-partai yang tokohnya pernah menjadi perdana menteri, pada masa Demokrasi parlementer
adalah :
Parlementer dengan Sistem Kepartaian pada masa Sekarang Sistem kepartaian di Indonesia
menggunakan sistem kepartaian multipartai. Pada Pemilu era reformasi tahun 1999 diikuti oleh
48Partai. Sedangkan pada pemilu selanjutnya yaitu tahun 24, jumlah partai politik menurun dari 48
Partai menjadi 24 Partai. Hal ini disebabkan diberlakukannya ambang batas sesuai dengan UU Pemilu
dimana partai Politik yang berhak mengikuti pemilihan adalah partai yang memiliki sekurang-kurangnya
2% dari jumlah kursi DPR, sedangkan pada masa demokrasi parlementer jumlah partai yang dapat
mengikuti pemilu jumlahnya tidak terikat ambang batas atau peraturan UU
4. Pemilihan Umum 1955
Pelaksanaan tujuan umum 1955 bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk dakam
parlemen dan dewan konstituante. Pemilihan umum untuk anggota DPR dilaksanakan pada tanggal 29
September 1955. Hasilnya diumumkan pada 1 Maret 1956. Urutan perolehan suara terbanyak adalah
PNI, Masyumi, Nahdatul Ulama dan PKI.
Adapula sistem Pemilu yang digunakan dalam Pemilu 1955 merupakan sistem perwakilan proporsional.
Dengan menggunakan sistem ini, wilayah negara Republik Indonesia dibagi ke dalam sebanyak 16
daerah pemilihan (yang mana Irian Barat dimasukkan sebagai daerah pemilihan yang ke-16, padahal,
Irian Barat tersebut masih dikuasai oleh Belanda, sehingga Pemilu sama sekali tak bisa dilangsungkan di
wilayah tersebut). Dalam sistem perwakilan proporsional, untuk setiap daerah pemilihan tersebut
memperoleh sejumlah kursi, berdasar dari jumlah penduduk, dengan ketentuan untuk setiap daerah
memiliki hak untuk memperoleh jatah minimal sebanyak 6 kursi di Konstituante dan sebanyak 3 kursi
untuk Parlemen.
Kelebihan :
Tingkat partisipasi rakyat sangat besar, ada sekitar 90% dari semua warga yang punya hak pilih ikut
berpartisipasi. Lebih dari 39 juta orang memberikan hak suaranya dan mewakili 91,5% dari para pemilih
terdaftar Prosentase suara sah yang besar, ada 80% dari suara yang masuk. Padahal 70%+ penduduk
Indonesia masih buta huruf Pemilu berjalan aman, tertib dan disiplin serta jauh dari unsur kekerasan
dan kecurangan.
Kekurangan :
Adanya krisis Ketatanegaraan. Hal tersebut memicu lahirnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959,
kenapa? Karena akibat dari kegagalan Dewan Konstituante dalam menghasilkan konstitusi baru.
Tidak ada parpol yang memperoleh suara mayoritas mutlak. Tidak adanya pemenang mayoritas pada
saat itu mengakibatkan sistem pemerintahan tak stabil karena kekuasaan terbagi bagi ke dalam berbagai
aliran politik. Kekecewaan di Partai Politik. Jumlah partai lebih bertambah banyak dari pada berkurang,
dengan dua puluh delapan partai mendapat kursi, padahal sebelumnya hanya dua puluh partai yang
mendapat kursi. Beberapa pemimpin Masyumi merasa bahwa kemajuan Islam menuju kekuasaan
nasional kini terhalang dan bahwa perhatian mereka seharusnya dialihkan untuk mengintensifkan Islam
ditingkat rakyat jelata.
Dekrit Presiden
Pemilu 1955 tidak dilanjutkan sesuai jadwal pada lima tahun berikutnya, 1960. Hal ini dikarenakan pada
5 Juli 1959, dikeluarkan Dekret Presiden yang membubarkan Konstituante dan pernyataan kembali ke
UUD 945. Kemudian pada 4 Juni 1960, Soekarno membubarkan DPR hasil Pemilu 1955, setelah
sebelumnya dewan legislatif itu menolak RAPBN yang diajukan pemerintah. Presiden Soekarno secara
sepihak melalui Dekrit 5 Juli 1959 membentuk DPR-Gotong Royong (DPR-GR) dan MPR Sementara
(MPRS) yang semua anggotanya diangkat presiden.
HOME GREATPEDIA
Halo Greaters, pada kesempatan kali ini kita akan membahas materi tentang perkembangan kehidupan
politik dan ekonomi pada masa demokrasi liberal. Apakah kamu pernah membayangkan bagaimana
kehidupan politik dan ekonomi Indonesia pada masa-masa awal kemerdekaan? Pastinya, nggak
semudah waktu sekarang, yah!
Sebagai “negara baru”, Indonesia masih harus banyak belajar dalam berbagai hal agar negaranya
semakin kuat. Salah satunya adalah dalam bidang ekonomi. Pada masa demokrasi liberal, sering terjadi
perubahan kabinet yang berdampak pada kehidupan ekonomi Indonesia saat itu. Untuk lebih
lengkapnya, simak penjelasan lengkap materinya berikut ini, ya!
1. Sistem pemerintahan
Presiden hanya bertugas menjadi kepala negara bukan menjadi kepala pemeritahan.
2. Kabinet
a. Kabinet Natsir
Sumber : Tirto.id
Gabungan antara Masyumi dengan Partai Indonesia Raya/ Parindra, Partai Katolik, Parkindo dan PSII.
Moh. Natsir, perdana Menteri pertama kali di Indonesia yang berasal dari Partai Masyumi.
Didukung oleh Moh. Roem, Assaat, Djuanda, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Soemitro
Djojohadikusumo.
Kabinet Natsir mulai runtuh saat Hadikusumo dari PNI mengajukan mosi tuntutan supaya pemerintah
mencabut PP No. 39 Tahun 1950 mengenai pemilihan anggota lembaga perwakilan daerah.
b. Kabinet Sukiman
1.) Gabungan antara PNI dan Masyumi. Soekarno mendeklarasikan Sukiman dari Masyumi dan Suwirjo
dari PNI.
Menciptakan dan melakukan rencana kemakmuran nasional dalam jangka waktu yang pendek dan
jangka yang panjang.
4.) Sunario dari PNI berasumsi bahwa Ahmad Soebardjo melanggar politik luar negeri bebas aktif.
Akibatnya, Ahmad Soebardjo mengundurkan dirinya.
c. Kabinet Wilopo
2.) Berlakunya sistem Zaken Kabinet terdiri dari menteri-menteri ahli dalam bidangnya.
Timbul gerakan separatisme dan sikap provinsialisme yang membahayakan keutuhan bangsa.
Terjadi Peristiwa 17 Oktober 1952, yakni peristiwa perselisihan internal dalam lingkungan TNI karena
tidak kompaknya TNI.
4.) Kedudukan Kabinet Wilopo semakin tidak seimbang/stabil ketika terjadi peristiwa tanjung Morawa.
1.) Gabungan antara PNI dan NU, Masyumi memilih menjadi bagian oposisi.
2.) Soekarno menyuruh Ali Sastroamidjojo PNI dan Wongsonegoro dari Partai Indonesia Raya menjadi
perdana menteri dan wakil perdana menteri.
4.) Dalam mengatasi masalah perekonomian, Kabinet Ali meninjau kembali utang pemerintah dan
cadangan devisa negara. Caranya, membatalkan hasil Konferensi Meja Bundar/ KMB.
Program utamanya, memberantas korupsi yang didukung oleh rakyat dan TNI.
Prestasinya, sukses menyelenggarakan pemilu pertama tahun 1955 yang dilaksanakan dalam 2 tahap
untuk memilih anggota DPR dan anggota Konstituante.
Memulihkan kembali keamanan dan ketertiban serta pembangunan ekonomi, keuangan, industri,
perhubungan, pendidikan, dan pertanian.
Perselisihan antara pengusaha Tionghoa dan pengusaha nasional dampak dari pembatalan hasil KMB.
4.) Akhir masa Kabinet Ali II dikarenakan oleh mundurnya sejumlah menteri.
g. Kabinet Djuanda
a.) Menyusun Dewan Nasional, yakni badan yang bertujuan meneru dan menyalurkan aspirasi dari
berbagai kekuatan non partai yang ada dalam masyarakat.
4.) Dalam memimpin sistem pemerintahan, Djuanda ditolong oleh Hardi, K.H. idham Chalid, dan J.
Leimena.
Memutuskan garis kontinental batas wilayah laut Indonesia melewati Deklarasi Djuanda.
Masih banyak yang hal yang harus kamu ketahui dalam materi perkembangan kehidupan politik dan
ekonomi pada masa demokrasi liberal. Jadi, jangan cepat bosan ya! Yuk simak simak lanjutan
pembahasannya di bawah ini :
3. Sistem kepartaian
Dimulai dengan Presiden Soekarno membangu PNI pada tanggal 23 Agustus 1945.
Wapres Moh. Hatta menyatakan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 dan terciptalah 10
parpol yaitu, Masyumi, PNI, PSI, PKI, PBI, PRJ, Parkindo, PRS, Permai dan PKR.
4. Pemilu 1955
Sumber : Tirto.id
b. 5 partai terbesar dalam pemilu 1955 adalah PNI, Masyumi, PKI, PSII dan NU.
e. Pada tanggal 30 Mei 1959, Konstituante menyelenggarakan pemungutan suara dan hasilnya
mayoritas ingin kembali pada UUD 1945.
f. Posisi Konstituante terdesak saat A. H. Nasution menyatakan PEPERPU/040/1959 yang isinya, larangan
terjadinya kegiatan politik.
g. Konstituante dibubarkan pada tanggal 5 Juli 1959 melewati Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Permasalahan dalam jangka pendek, yakni pemerintah wajib mengurangi jumlah uang yang beredar dan
memperbaiki kenaikan biaya hidup.
Permasalahan dalam jangka panjang, yakni pertambahan penduduk yang tak terkendali dan tingkat
kesejahteraan penduduk yang relatif rendah.
a. Gerakan Benteng
b. Gunting Syafruddin
Sumber : Boombastis.com
Kebijakan yang berlaku adalah perubahan status De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia sebagai Bank
Sentral dan Bank Sirkulasi. Diumumkan pada tanggal 15 Desember 1951 menurut UU no. 24 Tahun 1951.
Bertugas merancang pembangunan jangka pendek sehingga hasilnya belum bisa dinikmati langsung oleh
masyarakat.
Dampak tidak adanya stabilitas/keseimbangan politik karena masa kabinet yang terlalu singkat
menyebabkan penurunan drastis ekonomi, inflasi dan lambatnya pelaksanaan pembangunan.
e. Sistem Ekonomi Ali Baba
1.) Diprakarsai langsung oleh Iskak Tjokroadisurjo, seorang Menteri Perekonomian pada masa Kabinet
Ali Sastroamidjojo I.
2.) Kebijakan yang dilaksanakan, yaitu mendorong berkembangnya pengusaha swasta nasional pribumi
dalam berusaha merombak ekonomi kolonial berubah menjadi ekonomi nasional.
Mewajibkan pengusaha asing yang beroperasi di Indonesia untuk memberikan pelatihan dan tanggung
jawab kepada TKI supaya bisa menduduki jabatan staf.
Halo Greaters, pada kesempatan kali ini kita akan membahas materi tentang perkembangan kehidupan
politik dan ekonomi pada masa demokrasi terpimpin. Pernahkah kamu berpikir bagaimana gambaran
masa-masa politik serta ekonomi sebelum UUD 1945? Sebagai negara baru, Indonesia pernah beberapa
kali berganti sistem pemerintahan. Setelah sebelumnya menggunakan demokrasi liberal, Indonesia
mengubah haluan sistem pemerintahannya ke sistem demokrasi terpimpin. Hal ini dimaksudkan agar
seluruh keputusan serta pemikiran yang berkaitan dengan negara berpusat pada pemimpin negara saat
itu, yaitu Soekarno. Masa demokrasi terpimpin berawal dari lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Nah,
jika kamu penasaran. Yuk, simak artikel di bawah ini ya!
Sumber : Ceknricek.com
Merupakan jembatan politik dari era Demokrasi liberal menuju era Demokrasi terpimpin.
Pemberlakuan Sistem Demokrasi Terpimpin yang bertujuan untuk memperbaharui struktur politik
Indonesia.
Dibubarkannya Konstituante.
b. Presiden berposisi sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan serta tidak bertanggung jawab
kepada parlemen/DPR.
c. Dalam melakukan pemerintahan, Presiden mendapat dukungan dari 3 kekuatan besar, yakni
Nasionalis, Agama, Komunis/ NASAKOM. Hal ini menciptakan peluang bagi berkembangnya ideologi
komunis.
Ketua PKI D. N. Aidit berusaha menyebarluaskan beberapa cuplikan pidato Presiden Soekarno sehingga
seolah searah dengan gagasan dan cita-cita politik PKI.
2.) Ajaran RESOPIM yakni, resolusi, sosialisme Indonesia, dan pimpinan nasional.
Tujuannya adalah memperkuat kedudukan Soekarno.
Pokok poin ajarannya adalah semua unsur kehidupan berbangsa dan bernegara harus didapat melewati
resolusi, dijiwai oleh sosialisme dan diambil kendali oleh satu pimpinan nasional PBR atau panglima
besar resolusi yakni Presiden Soekarno.
Dampaknya adalah, kedudukan lembaga tinggi dan tertinggi negara ditentukan di bawah Presiden.
Jejak proklamasi kemerdekaan politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Namun, dalam demokrasi
terpimpin, politik luar negeri Indonesia terjadi penyimpangan. Pada Manipol USDEK ditegaskan bahwa,
politik luar negeri, Indonesia mempunyai tujuan untuk menghilangkan imperialisme dan mencapai
dasar-dasar bagi perdamaian dunia yang utuh dan abadi.
Presiden Soekarno memperkenalkan doktrin politik baru yang memberi bagian dunia menjadi 2 blok,
yakni New Emerging Forces/NEFO dan Old Established Forces/Oldefo. Nefo merupakan kumpulan
negara sosialis yang dianggap progresif dan negara yang sedang berkembang, termasuk juga negara
yang baru merdeka atau sedang memperjuangkan kemerdekaannya.
2. Politik mercusuar
Merupakan politik untuk mendapatkan kemegahan, keindahan dalam pergaulan antarbangsa di dunia.
Politik mercusuar dilaksanakan oleh Presiden Soekarno karena berasumsi Indonesia sebagai mercusuar
yang mampu menerangi jalan negara-negara Nefo. Hal ini ditegaskan dengan:
Sumber : Asumsi.co
1.) Mempublikasikan Dwi Komando Rakyat/Dwikora pada 3 Mei 1964, yang berisi:
Karena, telah menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB dan PBB tidak
mengganti struktur organisasi PBB.
Bagaimana Greaters? Sudah mulai paham kan? Setelah mengetahui kehidupan politik pada materi
perkembangan kehidupan politik dan ekonomi pada masa demokrasi terpimpin, selanjutnya kita akan
mengetahui kehidupan ekonomi pada masa demokrasi terpimpin di bawah ini.
Sumber : Nusantaranews.co
Kekacauan politik ditandai dengan adanya Inflasi. Kehidupan ekonomi semakin merosot. Maka dari itu,
Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi masalah perekonomian, yaitu:
Pada tahun 1963 berganti nama menjadi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas
yang dipimpin oleh Presiden Soekarno.
2. Menjalankan kebijakan devaluasi mata uang rupiah.