: Amelia
: Tere Liye
Penerbit
: Republika, Jakarta
Tebal
Terbit
ISBN
: 978-602-8997-73-7
Harga
: Rp 60.000,-
Bagi Anda yang hobi membaca novel tentu tidak asing lagi penulis yang
satu ini, Tere Liye. Mengapa? Karena puluhan buku telah ditulis olehnya.
Bahasa yang sederhana namun sarat makna menjadi satu ciri tulisan Tere
Liye. Maka tidak salah bila beberapa bukunya telah berpredikat best seller.
Novel Amelia merupakan novel Serial Anak-Anak Mamak yang terbit
terakhir. Ada empat serial novel yang masing-masing diberi judul sesuai
nama tokoh utamanya. Urutan novelnya dari Amelia, lalu Burlian, Pukat, dan
Eliana. Novel Amelia, sesuai judulnya, lebih banyak bercerita kisah hidup
Amelia meski tidak menutup kemungkinan ada satu-dua bab tentang hidup
kakak Amelia. Amelia, gadis bungsu empat bersaudara dari keluarga bapak
Syahdan dan mamak Nurmas. Anak-anak Mamak memiliki julukan sendiri
sesuai dengan karakter mereka. Kakak pertama, Eliana adalah si sulung
pemberani. Kakak kedua, Pukat si Jenius. Anak mamak yang ketiga adalah
Burlian si Anak Spesial, sedangkan Amelia menyandang julukan Si Anak
Kuat. Mereka hidup di sebuah perkampungan lembah Bukit Barisan,
pedalaman Sumatra (hal 2-3).
Amelia, namanya. Namun dia sering dipanggil Amel oleh siapapun dan
di manapun. Hanya di situasi tertentu Amelia akan terucapkan lengkap.
Akan tetapi Amelia ingin sekali dipanggil Eli, seperti nama panggilan
kakaknya, Eliana, karena Amelia ingin seperti si sulung Eliana (hal 4).
Amelia
sangat
sayang
pada
keluarganya.
Kebiasaan
mengamati
mendekati dan berusaha menjadi teman yang baik bagi Norris, meski Amelia
sering dibuat dongkol dan mengkal hatinya oleh kelakuan Norris (hal 110).
Amelia juga cinta kampungnya, lembah yang sangat asri dengan sungai
tiada tercemar dan hutan tiada terusak tangan setan. Namun ada dua tradisi
kampung yang meresahkan hati Amelia. Cara bercocok tanam, salah
satunya. Menurut Ameliadari penjelasan yang diberikan pak Bin, satusatunya guru SD Amelia, dan arahan paman Unustradisi itu akan semakin
mengungkung masyarakat dalam kemiskinan dan keterbatasan (hal 195).
Keyakinan sistem cocok tanam dimana bibit tanaman hanya diambil dari
tanaman kecil yang tumbuh liar, tanpa tahu kondisi dan kualitas bibit
tersebut itu harus diubah. Bersama ketiga teman sekolahnya, Amelia
berusaha memecah gelombang besar dan menebas batu karang keyakinan
masyarakat kampungnya. Rencananya, akan dilakukan uji coba dengan
menanam bibit kopi pada salah satu ladang milik warga. Sayangnya, belum
sempat ide itu disampaikan ke seluruh warga, banyak kepala sudah
memutuskan tidak setuju terhadap rencana tersebut (hal 357). Alasannya,
banyak dana akan dihabiskan untuk memulai uji coba tanpa tahu bagaimana
hasil penanaman yang asing bagi mereka. Bahkan beberapa orang
menganggap rencana tersebut hanya menguntungkan keluarga Syahdan
saja. Namun, Amelia dan ketiga temannya yang telah bekerja keras
melakukan pembibitan kopi terbaik dan berkeliling kampung menyebarkan
informasi untung-rugi cocok tanam yang baik, tetap berharap dapat melihat
seluruh kampung setuju dengan rencana mereka pada pertemuan besar
kampung (hal 366). Karena pada saat itulah, keputusan benar-benar akan
diambil.
Selain
cocok
kampungnya
yang
tanam,
Amelia
mewajibkan
juga
anak
sangat
bungsu
sedih
menetap
dengan
di
tradisi
kampung,
dalam