Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ahmad Sulaiman

Kelas : XII MIPA 1


Mapel : Seni Budaya

Mengamati teater tradisional makyong khas Riau

Judul : Raja bungsu sakti.


Pada cerita makyong yang berjudul “Raja bungsu sakti”. Pembukaannya diawali dengan tarian
dan musik khas Riau yang diiringi oleh bunyi gamelan
 Latar yang digunakan menggunakan latar berwarna hitam.
 Kostum :
1. Untuk raja bungsu sakti menggunakan pakaian khas seorang raja/ lelaki khas daerah
Riau, menggunakan topi khas daerah Sumatra.
2. Untuk raksasa menggunakan toper berwarna merah dengan hidung mancung besar,
dan mata melotot, menggunakan pakaian putih dan celana panjang hitam serta kain
yang diikatkan sebagai penutup celana sampai lutut, membawa golok yang di taruh
disamping kiri dan diselipkan diantara kain.
3. Tuan putri rencana muda menggunakan kostum berwarna hijau khas daerah Riau/
Sumatra, dengan hiasan diatas kepala.
4. Inang menggunakan kostum khas seorang nenek dengan baju dan celana yang dilapisi
oleh kain ditambah topeng berwaarna putih.
5. Dayang-dayang menggunakan kostum pelayan berwarna merah.
 Musik yang digunakan musik-musik khas Riau, dengan iringan gamelan.
 Alur cerita makyong “Raja bungsu sakti” menceritakan seorang raja yang bertemu oleh
seorang raksasa untuk menanyakan tentang keberadaan pedang sakti, agar bisa mendapat
kesaktian dari pedang itu.
 Penokohan :
1. Raja bungsu sakti, protagonis
2. Raksasa, antagonis
3. Tuan putri rencana muda, tritagonis
4. Inang, tritagonis
5. Dayang-dayang, tritagonis
Mengamati teater modern

Judul : dan siapa nama aslimu

Dan siapa nama aslimu adalah lakon tentang krisis identitas seorang anak laki-laki yang
kehilangan silsilah, asal muasal, dan jati dirinya akibat ketidaktuhanan sebuah keluarga.
 Latar yang digunakan menggunakan kain berwarna hitam.
 Kostum yang digunakan menggunakan baju sehari-hari disesuaikan dengan para
tokoh.
 Musik yang digunakan menggunakan musik yang menggambarkan kesedihan.
 Penokohan :
1. Protagonis: anak laki-laki, ibu
2. Antagonis : ayah
3. Tritagonis : saudara laki-laki dan perempuan

Mengamati teater kontemporer

Judul : perempuan dari titik nol

 Latar yang digunakan menggunakan latar berwarna hitam


 Kostum
1. Laki-laki pertama mengunakan kaos lengan pendek
2. Laki-laki kedua mengunakan kaos lengan pendek dan sarung
3. Perempuan pertama mengunakan baju putih dengan blezer hitam
4. Perempuan kedua menggunakan kebaya putih dan rok batik
 Musik yang digunakan menggambarkan suasana yang menyedihkan
 Alur yang digunakan alur maju
 Penokohan, pemeran utama dimainkan oleh laki-laki pertama yang lainnya sebagai
pemeran pembantu.
Judul: Kepedulian Seorang Sahabat

Tema: Sosial & Persahabatan

Alur: Pendek

Pemeran: 4 orang

Penokohan:

Dina: Patuh pada perintah orangtua

Winda: Sosok sahabat yang baik

Astrid: Sosok sahabat yang peduli terhadap teman

Hesti: Adik Astrid

Sinopsis Drama

Dina diminta ibunya untuk mengantarkan barang titipan tantenya. Dina meminta Winda untuk
menemaninya kerumah tantenya. Ditengah perjalanan, motor Dina bannya kempes dan tidak ada
bengkel disekitar jalan yang mereka lewati. Secara kebetulan, Astrid dan Hesti melihat mereka saat
sedang mendorong motor. Astrid pun memberikan pertolongan kepada Winda dan Dina dengan cara
mendorong motor secara bergantian hingga sampai disebuah bengkel.

Dialog Drama

Dina: Win, besok pagi kan libur sekolah.. kamu ada waktu nggak untuk nemenin aku ke rumah
tanteku?

Winda: Besok? aku belum tahu ya.. emangnya kamu ada perlu apa kerumah tante kamu?

Dina: Aku disuruh ibuku nganterin barang titipan tanteku.

Winda: Emangnya barang apa?

Dina: Aku belum tahu. Entah apa barangnya. Gimana, kamu besok bisa apa nggak?

Winda sebenarnya ada acara sendiri, namun dia sulit menolak permintaan Dina.

Winda: Ya sudah deh, besok aku anterin kamu. Jam berapa besok? aku kerumah kamu atau kamu
yang kerumahku?

Dina: Terserah kamu deh, jam 8 atau jam 9 gitu.. kalau kamu mau mending kamu aja yang kerumah
aku.

Winda: Ya sudah, besok jam 8.30 aku kerumah kamu, terus kita langsung kerumah tante kamu.

Keesokan harinya Winda dan Dina berangkat menuju rumah tante si Dina yang jaraknya sekitar 20
km dari rumah Dina. Pas ditengah-tengah jalan moto yang dikendarai Dina bannya bocor, dan tidak
ada tempat penambalan ban disekitar situ.

Dhussss… bunyi ban motor Dina


Dina: Aduh.. gimana nih, bannya bocor? kayaknya pecah nih ban!

Winda: Gimana ya.. nggak ada bengkel tambal ban lagi disini.

Mereka bedua pun mendorong motor tersebut sambil keringat membasahi tubuh mereka. Setelah
hampir 30 menit mendorong motor, tiba-tiba ada sebuah mobil box yang menghampiri mereka.
Pengendara mobil box itu menawarkan jasa pengangkutan motor hingag ke bengkel tedekat kepada
Dina.

Sopir mobil box: Kenapa non? bannya bocor ya?

Dina: Iya. bisa minta tolong angkutin motor aku sampai bengkel nggak?

Sopir mobil box: bisa saja, tapi kasih ongkos 100 ribu ya?

Dina: Kok mahal amat, bang? 50 ribu ya?

Sopir mobil box itu menolak, alhasil Dina dan Winda harus meneruskan mendorong motor mereka.

Sopir mobil box: Murah amat non.. ya sudah kalau nggak mau.

Setelah mendorong moto selama 45 menit, tiba-tiba ada salah seorang sahabat Winda, yaitu Astrid
yang kebetulan lewat di jalan itu. Astrid bersama adiknya bernama Hesti.

Astrid: Stop.. stop, hes…

Hesti: Kenapa kak? ada apa?

Astrid: Itu kayknya Winda deh.. Win… Win…

Winda: Eh itu Astrid..

Astrid: Motor kamu bocor bannya? kasihan sekali.. kamu mau kemana nih?

Winda: Nih aku mau nganterin Dina kerumah tantenya. Nggak tahu nih, bengkel kayaknya masih
jauh.. aku udah capek banget dorong motor dari tadi.

Astrid berusaha memberi pertolongan kepada sahabatnya itu, namun dia juga tidak bisa berbuat
banyak karena disekitar itu memang cukup sepi.

Astrid: Aduh.. gimana ya.. ok, gini aja.. kalian kan sudah capek banget nih. Sekarang biar aku yang
dorong moto kamu, terus kamu bawa motor aku sambil ngikutin dari belakang.

Winda: Emang kamu nggak kecapekan entar? berat lo dorong motor ini..

Astrid: Ya tentu saja kau bakal capek, makanya kita gantian gitu..

Motor tersebut didorong oleh mereka berempat secara bergantian hingga akhirnya mereka tiba
diasalah satu bengkel tambal ban.

Anda mungkin juga menyukai