Anda di halaman 1dari 18

Reseach Based Learning (RBL) Fisika Statistika

“Aplikasi Distribusi Fermi-Dirac”


Dosen Pengampu : Ridwan Ramdani,M.Si

Kelompok 1

Disusun Oleh :
Adha Farhana Rahardian Dina Febiana

Aldi Nirwan Fauzan Elis Sabilil H

Anisa Fahmi Ali Putra

Asep Saepul Azziz Fahmi Fathun Nurrifqi

Ayu Asti Putri N Hamdani

Ayu Fuji Lestari Imam Muhammad S

Bella Laila R Iyas Yustira

Dandi Septiandi Pratama Marisa Variastuti

Dewi Novitriani Sona Maulana M

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
A. Fungsi Distribusi Fermi Dirac
Pada bab ini kita akan rampungkan pembahasan tentang aplikasi statistik dengan
memprediksi beberapa sifat fermion menggunakan statistik Fermi-Dirac. Ada satu cirri
yang menarik dari fungsi distribusi Fermi-Dirac yang tidak dijumpai pada distrubusi
Maxwell-Boltzmann atau Bose-Einstein. Pada suhu 0 K, fungsi distribusi Fermi-Dirac
tiba-tiba dikontinu pada energi tertentu (energi maksimum). Semua fermion terkumpul
pada tingkat energi di bawah energi maksimum tersebut dengan kerapatan yang persis
sama. Tiap keadaan energi diisi oleh dua fermion dengan arah spin berlawanan. Di atas
energi batas tersebut tidak ditemukan satu fermion pun. Artinya di atas energi tersebut,
keadaan energi kosong 𝑻 = 𝟎°𝑲 .

Sifat ini dapat ditunjukkan sebagai berikut. Kita dapat menulis ulang fungsi
distribusi Fermi Dirac :

𝑔𝑠
𝑛𝑠 = 𝐸
𝑒 −(𝛼−𝑘𝑡) + 1

Jika Ef adalah energi fermi dan 𝐸𝑓 = 𝛼𝑘𝑇 maka

𝛼𝑘𝑇 𝐸 𝐸 − 𝐸𝑓
− + =
𝑘𝑇 𝑘𝑇 𝑘𝑇

𝐸 = 𝐸𝑓

Maka
1
𝑓(𝐸) =
𝐸 − 𝐸𝐹
𝑒𝑥𝑝 ( 𝐾𝑇 ) + 1

1
𝑓(𝐸) =
𝐸 − 𝐸𝐹
𝑒𝑥𝑝 ( )+1
𝐾𝑇

1
𝑓(𝐸) =
𝐸 − 𝐸𝐹
𝑒0 ( 𝐾𝑇 ) + 1

Karena exponen nol adalah satu maka

1
𝑓(𝐸) =
1+1
1
𝑓(𝐸) =
2
Nilai setengah adalah untuk berapapun assembli. Dengan demikian kita dapat mendefinisikan
bahwa energi Fermi sama dengan energi ketika fungsi distribusi memiliki nilai tepat setengah.
Namun, ketika assembli pada suhu 0°𝐾 maka:

1. E > Ef
𝐸 − 𝐸𝐹
= ∞
0

1
𝑓(𝐸) > 𝐸𝑓 = =0
𝑒∞ +1

2. E < Ef
−(𝐸 − 𝐸𝑓)
= −∞
0
1
𝐹 (𝐸 < 𝐸𝑓 ) = −∞ =1
𝑒 +1
Ini berarti pada T = 0, fungsi distribusi Fermi-dirac berharga satu untuk semua energi dibawah
energi Fermi dan 0 untuk semua energy diatas energy Fermi. Jika digambar, maka bentuk
fungsi distribusi tersebut pada T = 0 terdapat pada gambar 11.

B. Energi Fermi
Kebergantungan energi Fermi terhadap besaran-besaran lain yang dimiliki assembli.
Jumlah totat fermion dapat dihitung dengan integral :

𝑁 = 𝑉 ∫0 𝑛(𝐸) 𝑑𝐸 , Dimana 𝑛(𝐸)𝑑𝐸 = 𝑔(𝐸) 𝑓(𝐸) 𝑑𝐸

𝑁 = 𝑉 ∫0 𝑔(𝐸) 𝑓(𝐸) 𝑑𝐸

Jumlah fermion tersebut dapat dihitung dengan mudah pada suhu 0 K, karena fungsi distribusi
Fermi-Dirac memiliki bentuk yang sederhana. Jika T = 0, Maka :
𝐸𝑓 ∞
𝑁 = 𝑉 [∫ 𝑔(𝐸) 𝑓(𝐸) 𝑑𝐸 + ∫ 𝑔(𝐸) 𝑓(𝐸) 𝑑𝐸 ]
0 𝐸𝑓

 Jika 𝐸 < 𝐸𝑓 → 𝑓(0) = 1


 Jika 𝐸 < 𝐸𝑓 → 𝑓(∞) = 0

𝐸𝑓 ∞
𝑁 = 𝑉 [∫ 𝑔(𝐸) 𝑓(0) 𝑑𝐸 + ∫ 𝑔(𝐸) 𝑓(∞) 𝑑𝐸 ]
0 𝐸𝑓

0
𝐸
𝑁 = 𝑉 ∫0 𝑓 𝑔(𝐸) 𝑑𝐸

Khusus untuk elektron, karena dalam satu keadaan dapat ditempati dua fermion dengan spin
yang berlawanan (spin up dan spin down). Maka rapat keadaan untuk fermion sama dengan dua
kali nilai persamaan.
𝐸
𝑁 = 𝑉 ∫0 𝑓 2 𝑥 𝑔(𝐸) 𝑑𝐸

Dalam ruang 3 dimensi, ukuran minimum ruang fasa yang diijinkan oleh ketidakpastian
Heisenberg

∆𝛾 min = ∆𝑥 ∆𝑝𝑥 ∆𝑦 ∆𝑝𝑦 ∆𝑧 ∆𝑝𝑧 ≅ ℎ × ℎ × ℎ

∆𝛾 min ≅ ℎ3

Jumlah keadaan dalam elemen ruang fasa

∆𝑝 𝐿𝑥 𝐿𝑦 𝐿𝑧
𝑑𝑁 = = 𝑑𝑝𝑥 𝑑𝑝𝑦 𝑑𝑝𝑧
∆𝛾𝑚𝑖𝑛 ℎ3

 Momentum total

𝑝2 = 𝑝𝑥 2 + 𝑝𝑦 2 + 𝑝𝑧 2

Elemen ruang momentum tersebut akan berupa kulit bola dengan jari-jari 𝑝 dan ketebalan 𝑑𝑝

- Luas kulit bola = 𝑆𝑝 = 4𝜋𝑝2


- Ketebalan = 𝑑𝑝
- Volume kulit bola = 𝑑𝑣𝑝 = 𝑆𝑝 𝑑𝑝, 𝑑𝑣𝑝 = 4𝜋𝑝2 𝑑𝑝

Volume tersebut disubtitusi ke jumlah keadaan, sehingga

𝐿𝑥 𝐿𝑦 𝑙𝑧
𝑑𝑁 = 4𝜋𝑝2 𝑑𝑝
ℎ3
Kerapatan keadaan persatuan volume adalah

𝑑𝑁
𝑔(𝑝)𝑑𝑝 =
𝐿𝑥𝐿𝑦𝐿𝑧

𝐿𝑥 𝐿𝑦 𝐿𝑧 1
𝑔(𝑝)𝑑𝑝 = 3
4𝜋𝑝2 𝑑𝑝
ℎ 𝐿𝑥𝐿𝑦𝑙𝑧

4𝜋𝑝2
𝑔(𝑝)𝑑𝑝 = 𝑑𝑝
ℎ3
Kerapatan keadaan dalam variabel energi

𝑝2
dimana, 𝐸 = → 𝑝 = √2𝑚 √𝐸
2𝑚

𝑚 1
𝑑𝑝 = √ 𝑑𝐸
2 √𝐸

4𝜋 𝑚 1
Sehingga, 𝑔(𝐸) = ℎ3
2𝑚𝐸 √ 2 𝑑𝐸
√𝐸

1 3⁄
𝑔(𝐸) = 4 𝜋√2𝐸(𝑚) 2 𝑑𝐸
ℎ3

𝐸𝑓
1 3 1
𝑁 = 𝑉∫ 2𝑥 4𝜋√2 𝑚 ⁄2 𝐸 ⁄2 𝑑𝐸
0 ℎ3

1 3⁄ 𝐸 1
𝑁 = 2𝑉 ℎ3 4𝜋√2 𝑚 2 ∫ 𝑓 𝐸 ⁄2 𝑑𝐸
0

𝑉 3 1 3
𝑁= 8𝜋√2 𝑚 ⁄2 ( 𝐸𝑓 ⁄2 𝑑𝐸 − 0)
ℎ 3 3⁄
2
𝑉 3⁄ 2 3
𝑁= 8𝜋√2 𝑚 2 𝐸𝑓 ⁄2 𝑑𝐸
ℎ3 3

𝑉 1 3 2 3
𝑁= 3
8𝜋2 ⁄2 𝑚 ⁄2 𝐸𝑓 ⁄2 𝑑𝐸
ℎ 3

𝑉8𝜋 3 3
𝑁= 3 (2𝑚) ⁄2 𝐸𝑓 ⁄2
3ℎ

𝑁3ℎ3 3⁄
3 = 𝐸𝑓 2
8𝜋𝑉(2𝑚) ⁄2
2⁄
𝑁3ℎ3 3⁄
3
( 3⁄ = 𝐸𝑓 2)
8𝜋𝑉(2𝑚) 2

2⁄
ℎ2 3𝑁 3
𝐸𝑓 = ( )
2𝑚 8𝜋𝑉

Energi dinamakan energi fermi, yaitu tingkat dimana energi tertinggi yang ditempati elektron
pada suhu T= 0 , hal ini terjadi, dalam keadaan dasar, dimana elektronnya terisi penuh.

𝐸𝑓
𝐸𝑓 = 𝑘𝑇𝑓 → 𝑇𝑓 = 𝑘

2⁄
ℎ2 3𝑁 3
𝑇𝑓 = ( )
2𝑚𝑘 8𝜋𝑉
Temperatur fermi sendiri merupakan skala yang didapat dari pengubahan energi fermi menjadi
suhu.

C. Distribusi Fermi Dirac Pada Suhu T > 0 K

Jika T > 0 maka sudah mulai ada fermion yang memiliki energi diatas energi fermi.
Sebagai konsekuensinya jumlah fermion yang memiliki energi dibawah energi fermi
mulai berkurang. Tetapi belum ada fermion yang memiliki energi jauh diatas energi
fermi dan belum ada elektron yang memiliki energi jauh dibawah energi fermi
meninggalkan tempat semula. Akibatnya terjadi distorsi fungsi fermi-dirac hanya
disekitar energi fermi saja. Distorsi tersebut hanya berada pada daerah yang orde nya
sekitar kT disekitar energi fermi.

D. Intergral yang mengandung Fungsi Fermi Dirac

Mencari bentuk umum integral yang berupa perkalian fungsi fermi dirak dengan fungsi
sembarang.

𝐼 = ∫0 𝜑(𝐸)𝑓(𝐸)𝑑𝐸 𝜑(𝐸) = 𝑓𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐸

𝐸
𝛹(𝐸) = ∫0 𝜑(𝐸)𝑑𝐸

𝑑𝛹(𝐸) = 𝜑(𝐸)𝑑𝐸


𝐼 = ∫0 𝑓(𝐸)𝑑𝛹

Misalkan:

∫ 𝑢𝑑𝑣 = 𝑢𝑣 − ∫ 𝑣𝑑𝑢

𝑢 = 𝑓(𝐸) 𝑑𝑣 = 𝑑𝛹
𝑑𝑢 𝑑𝑓
= 𝑑𝐸 𝑣 = ∫ 𝑑𝛹 = 𝛹
𝑑𝐸
𝑑𝑓
𝑑𝑢 = 𝑑𝐸 𝑑𝐸

∞ 𝑑𝑓
𝐼 = 𝑓(𝐸)𝛹(𝐸)|∞
0 − ∫0 𝛹 𝑑𝐸 𝑑𝐸

∞ 𝑑𝑓
= [𝑓(∞)𝛹(∞) − 𝑓(0)𝛹(0)] − ∫0 𝛹 𝑑𝐸 𝑑𝐸

Berdasarkan definisi fungsi dirac:



𝑓(∞) = 0 𝛹(∞) = ∫0 𝜑(𝐸)𝑑𝐸

𝑓(0) = 1 𝛹(∞) = 0

∞ ∞ 𝑑𝑓
𝐼 = [0 × ∫0 𝜑(𝐸)𝑑𝐸 − 1 × 0] − ∫0 𝛹 𝑑𝐸 𝑑𝐸

∞ 𝑑𝑓
= − ∫0 𝛹 𝑑𝐸 𝑑𝐸

Menguraikan 𝛹(𝐸) dalam deret taylor di sekitar 𝐸𝐹


1
𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑥0 ) + 𝑓 ′ (𝑥0 )(𝑥 − 𝑥0 ) + 2! 𝑓 ′′ (𝑥0 )(𝑥 − 𝑥0 )2

𝑑𝛹 1 𝑑2 𝛹
𝛹(𝐸) = 𝛹(𝐸𝐹 ) + 𝑑𝐸 | (𝐸 − 𝐸𝐹 ) + | (𝐸 − 𝐸𝐹 )2
𝐸𝐹 2 𝑑𝐸 2 𝐸𝐹

𝐸
𝛹(𝐸𝐹 ) = ∫0 𝐹 𝜑(𝐸)𝑑𝐸

𝑑𝛹 𝑑𝛹
= 𝜑(𝐸) 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 | = 𝜑(𝐸𝐹 )
𝑑𝐸 𝑑𝐸 𝐸𝐹

𝑑2 𝛹 𝑑𝜑 𝑑2 𝛹 𝑑𝜑
= 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 | = |
𝑑𝐸 2 𝑑𝐸 𝑑𝐸 2 𝐸𝐹 𝑑𝐸 𝐸𝐹

Dengan demikian persamaan diatas menjadi:


∞ 𝑑𝑓 ∞ 𝐸 𝑑𝛹 ∆𝐸 2 𝑑𝑓
− ∫0 𝛹(𝐸) 𝑑𝐸 𝑑𝐸 = − ∫0 [∫0 𝛹(𝐸)𝑑𝐸 + 𝛹(𝐸)∆𝐸 + 𝑑𝐸 ] 𝑑𝐸 𝑑𝐸
2!

∞ 𝐸 𝑑𝑓 𝑑𝑓 𝑑𝛹 ∆𝐸 2 𝑑𝑓
= − ∫0 [∫0 𝛹(𝐸)𝑑𝐸 𝑑𝐸 𝑑𝐸 + 𝛹(𝐸)∆𝐸 𝑑𝐸 𝑑𝐸 + 𝑑𝐸 𝑑𝐸 ]
2 𝑑𝐸

𝐸 ∞ 𝑑𝑓 𝐸 𝑑𝑓 𝐸 𝑑𝛹 ∆𝐸 2 𝑑𝑓
= − ∫0 𝛹(𝐸)𝑑𝐸 ∫0 𝑑𝐸 − ∫0 𝛹(𝐸)∆𝐸 𝑑𝐸 𝑑𝐸 − ∫0 𝛹(𝐸)𝑑𝐸
𝑑𝐸 𝑑𝐸 2 𝑑𝐸

𝐸 ∞ 𝐸 𝑑𝑓
=− ∫0 𝛹(𝐸)𝑑𝐸 − (𝐸) { − ∫0 𝛹(𝐸)∆𝐸 𝑑𝐸 𝑑𝐸 −
0
𝐸 𝑑𝛹 ∆𝐸 2 𝑑𝑓
∫0 𝛹(𝐸)𝑑𝐸
𝑑𝐸 2 𝑑𝐸
𝑓(∞) − 𝑓(0) = 0 − 1

𝐸 ∞ ∞
𝑑𝑓 𝑑𝜑 ∆𝐸 2 𝑑𝑓
∫ (𝐸)𝑑𝐸 − ∫ 𝜑(𝐸)∆𝐸 𝑑𝐸 − ∫ 𝑑𝐸
0 0 𝑑𝐸 0 𝑑𝐸 2 𝑑𝐸

𝑑𝑓
(𝐸 − 𝐸0 ) kita misalkan(𝐸 − 𝐸0 ) adalah fungsi ganji
𝑑𝐸

𝑑𝑓
Kita misalkan 𝑑𝐸 adalah fungsi genap

Maka f.ganjil dan f.genap jika di integral maka hasilnya 0


𝐸 ∞
𝑑𝜑 ∆𝐸 2 𝑑𝑓
∫ 𝜑(𝐸)𝑑𝐸 − ∫ . 𝑑𝐸
0 0 𝑑𝐸 2 𝑑𝐸

1 ∆𝐸⁄
𝑓(𝐸) = ∆𝐸
= (𝑒 𝑘𝑇 + 1)−1
𝑒 ⁄𝑘𝑇
+1
𝑑𝑓 ∆𝐸⁄ ∆𝐸 1
= (𝑒 𝑘𝑇 + 1)−2 . 𝑒 ⁄𝑘𝑇
𝑑𝐸 𝑘𝑇
∆𝐸
𝑑𝑓 𝑒 ⁄𝑘𝑇 1
= ∆𝐸 .
𝑑𝐸 (𝑒 ⁄𝑘𝑇 + 1)2 𝑘𝑇
∆𝐸 𝐸−𝐸0
𝑥=
𝑘𝑇 𝑘𝑇

𝐸−𝐸0
𝑑𝑥 = 𝑑( )
𝑘𝑇

𝑑𝐸
𝑑𝑥 = 𝑘𝑇

𝑘𝑇. 𝑑𝑥 = 𝑑𝐸

𝑘𝑇. 𝑥 = ∆𝐸

(𝑘𝑇)2 𝑥 2 = ∆𝐸 2

𝐸 𝑑𝜑 1 ∞ −𝑒 𝑥 1
∫0 𝜑(𝐸)𝑑𝐸 − 𝑑𝐸 2 ∫−𝐸0⁄ (𝑘𝑇)2 𝑥 2 (𝑒 𝑥 +1) 𝑘𝑇 𝑘𝑇 𝑑𝑥
𝑘𝑇

𝐸𝑓 𝑑𝜑 (𝑘𝑇)2 ∞ 𝑥2𝑒𝑥
∫0 𝜑(𝐸)𝑑𝐸 + 𝑑𝐸 2
∫𝐸𝑓⁄ 𝑥 2 𝑑𝑥
𝑘𝑇 (𝑒 +1)

Suhu kawat T 𝐸𝑓 ≫ 𝑘𝑇 ≈ ∞

𝐸𝑓 𝑑𝜑 (𝑘𝑇)2 ∞ 𝑥 2 𝑒 𝑥
= ∫0 𝜑(𝐸)𝑑𝐸 + 𝑑𝐸 2
∫−∞ (𝑒 𝑥 +1)2 𝑑𝑥

E. Energi Rata – Rata Elektron


Energi rata-rata elektron memenuhi

∫0 𝐸 𝑛(𝐸)𝑑(𝐸)
𝐸= ∞
∫0 𝑛(𝐸)𝑑(𝐸)
𝑛(𝐸) = 𝑔(𝐸)𝑓(𝐸)

∫0 𝐸 𝑔(𝐸) 𝑓(𝐸) 𝑑𝐸
𝐸= ∞
∫0 𝑔 (𝐸) 𝑓(𝐸)𝑑𝐸

Kerapatan keadaan elektron :


1 3⁄ 1⁄
𝑔(𝐸) = ℎ3
4 𝜋√2(𝑚) 2𝐸 2

karena memiliki dua arah spin (spin up dan spin down) maka rapat keadaan elektron memenuhi
3⁄
8𝜋√2𝑚 2 1
𝑔(𝐸) = 𝐸2
ℎ3
Kita tinjau bagian pembilang pada persamaan E rata-rata dengan mengganti g(E) dengan
persamaan diatas

∫ 𝐸 𝑔(𝐸)𝑓(𝐸)𝑑𝐸
0

3 3
8𝜋√2𝑚 ⁄2
𝑚𝑖𝑠𝑎𝑙 𝜑(𝐸) = 𝐸 𝑔(𝐸) = ℎ3
𝐸 2 , interalnya menjadi

∞ 𝐸𝑓 ∞

∫ 𝜑(𝐸)𝑓(𝐸)𝑑𝐸 = ∫ 𝜑(𝐸)𝑓(0)𝑑𝐸 + ∫ 𝜑(𝐸)𝑓(∞)𝑑𝐸


0 0 𝐸𝑓

𝐾𝑒𝑡𝑖𝑘𝑎 ∶ 𝑓(0) = 1 𝑑𝑎𝑛 𝑓(∞) = 0

Maka suku kedua akan bernilai 0, yang tersisa hanya bagian suku pertama saja.
𝐸𝑓

∫ 𝜑(𝐸)𝑑𝐸
0

Karena dalam integral diatas mengandung fungsi fermi dirac maka untuk menyelesaikan fungsi
integral ini kita dapat menggunakan persamaan
𝐸𝑓
𝑑𝜑 2
2𝜋
𝐸̅ = ∫ 𝜑(𝐸)𝑑𝐸 + | (𝑘𝑇)
𝑑𝐸 𝐸 6
0 𝐹

3⁄ 3⁄ 3⁄
𝑑𝜑 𝑑 8𝜋√2𝑚 2 3 8𝜋√2𝑚 2 3 1 12𝜋√2𝑚 2 1
= ( 𝐸2) = 𝐸2 = 𝐸2
𝑑𝐸 𝑑𝐸 ℎ3 ℎ3 2 ℎ3

𝐸𝑓 3⁄ 𝐸𝑓 3⁄
8𝜋√2𝑚 2 3 8𝜋√2𝑚 2 2 5⁄2
∫ 𝜑(𝐸)𝑑(𝐸) = ∫ 𝐸2 𝑑𝐸 = 𝑥 𝐸
0 ℎ3 0 ℎ3 5 𝐹

Dengan demikian
3⁄ 3⁄
8𝜋√2𝑚 2 2 5⁄2 12𝜋√2𝑚 2 1⁄
2
𝜋2
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 = 𝐸 + 𝐸𝐹 (𝑘𝑇)2
ℎ3 5 𝐹 ℎ3 6

Karena umumnya kT << 𝐸𝐹 maka suku keduajauh lebih kecil daripada suku pertama sehingga
kita dapat mengaproksimasi
3⁄
8𝜋√2𝑚 2 2 5⁄2
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 = 𝐸
ℎ3 5 𝐹

Selanjutnya kita selesaikan bagian penyebutnya


3⁄
8𝜋√2𝑚 2 1
𝜑(𝐸) = 𝐸2
ℎ3
3⁄ 3⁄ 3⁄
𝑑𝜑(𝐸) 𝑑 8𝜋√2𝑚 2 1 8𝜋√2𝑚 2 1 −1⁄2 4𝜋√2𝑚 2
= ( 𝐸2) = 𝐸 = 𝐸 −1⁄2
𝑑𝐸 𝑑𝐸 ℎ3 ℎ3 2 ℎ3

𝐸𝑓 3⁄ 𝐸𝑓 3⁄
8𝜋√2𝑚 2 1 8𝜋√2𝑚 2 2 3⁄
∫ 𝜑(𝐸)𝑑(𝐸) = ∫ 𝐸2 𝑑𝐸 = 𝑥 𝐸𝐹 2
0 ℎ3 0 ℎ3 3

Dengan demikian :
3⁄ 3⁄
8𝜋√2𝑚 2 2 3⁄ 4𝜋√2𝑚 2 −1⁄ 𝜋2
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑏𝑢𝑡 = 𝑥 𝐸𝐹 2 + 𝐸 2 (𝑘𝑇)2
ℎ3 3 ℎ3 6

Karena umumnya kT << 𝐸𝐹 maka suku keduajauh lebih kecil daripada suku pertama sehingga
kita dapat mengaproksimasi
3⁄
8𝜋√2𝑚 2 2 3⁄2
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑏𝑢𝑡 = 𝑥 𝐸
ℎ3 3 𝐹
Energi Rata-Rata menjadi :
3
8𝜋√2𝑚 ⁄2 2 5⁄2
𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝐸 2 3 5⁄ −3⁄ 3
𝐸̅ = = ℎ3 5 𝐹
= 𝑥 (𝐸𝐹 2 2 ) = 𝐸𝐹
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑏𝑢𝑡 3
8𝜋√2𝑚 ⁄2 2 3⁄2 5 2 5
𝑥 3 𝐸𝐹
ℎ3
Jika kita menghitung sampai orde 2 maka energi rata-rata yang diperoleh adalah
3 3
8𝜋√2𝑚 ⁄2 2 5⁄2 12𝜋√2𝑚 ⁄2 1⁄2 𝜋2
𝐸𝐹 + 𝐸𝐹 (𝑘𝑇)2 6
𝐸̅ = ℎ3 5 ℎ 3
3 3
8𝜋√2𝑚 ⁄2 2 ⁄2 4𝜋√2𝑚 ⁄2 −1⁄2
3
2𝜋
2
𝐸 + 𝐸 (𝑘𝑇)
ℎ3 3 𝐹 ℎ3 6
3⁄
8𝜋√2𝑚 2 2 5⁄ 3 1⁄ 𝜋2
( 𝐸𝐹 2 + 𝐸𝐹 2 (𝑘𝑇)2 )
ℎ3 5 2 6
𝐸̅ = 3⁄
8𝜋√2𝑚 2 2 3⁄ 1 −1⁄ 𝜋2
(3 𝐸𝐹 2 + 2 𝐸𝐹 2 (𝑘𝑇)2 6 )
ℎ3

2 5⁄2 3 1⁄2 𝜋2
𝐸𝐹 + 2 𝐸𝐹 (𝑘𝑇)2 6
𝐸̅ = 5 1
− ⁄ 2 1 𝜋2
𝐸𝐹 2 (3 𝐸𝐹2 + 2 (𝑘𝑇)2 6 )

1⁄ 2 5⁄ 3 1⁄ 𝜋2
𝐸𝐹 2 ( 𝐸𝐹 2 + 2 𝐸𝐹 2 (𝑘𝑇)2 6 )
5
𝐸̅ =
2 1 𝜋2
(3 𝐸𝐹2 + 2 (𝑘𝑇)2 6 )
1⁄ 1⁄ 2 3 𝜋2
𝐸𝐹 2 𝐸𝐹 2 ( 𝐸𝐹2 + 2 (𝑘𝑇)2 6 )
5
𝐸̅ =
2 1 𝜋2
(3 𝐸𝐹2 + 2 (𝑘𝑇)2 6 )

2 3 𝜋2
𝐸𝐹2 ( + 2 𝐸𝐹−2 (𝑘𝑇)2 6 )
5
𝐸̅ =
2 1 𝜋2
𝐸𝐹2 ( + 𝐸𝐹−2 (𝑘𝑇)2 )
3 2 6

2 3 𝜋𝐾𝑇 2 1
𝐸𝐹 ( + ( ) )
5 2 𝐸𝐹 6
𝐸̅ =
2 1 𝜋𝐾𝑇 2 1
( 3 + 2 ( 𝐸 ) 6)
𝐹

2 3 𝜋𝐾𝑇 2 1
𝐸𝐹 ( + ( ) )
5 2 𝐸𝐹 6
𝐸̅ =
2 1 3 𝜋𝐾𝑇 2 1
(1 + . ( ) )
3 2 2 𝐸𝐹 6

3 2 3 𝜋𝐾𝑇 2 1
𝐸𝐹 2 ( + 2 ( 𝐸 ) 6)
5 𝐹
𝐸̅ =
3 𝜋𝐾𝑇 2
(1 + 24 ( 𝐸 ) )
𝐹

2 1 𝜋𝐾𝑇 2
𝐸𝐹 3 ( + 8( 𝐸 ) )
2 .5 𝐹
𝐸̅ =
3 𝜋𝐾𝑇 2
(1 + 24 ( 𝐸 ) )
𝐹

3 5 1 𝜋𝐾𝑇 2
𝐸𝐹 (1 + 1 . 8 ( 𝐸 ) )
5 𝐹
𝐸̅ =
3 𝜋𝐾𝑇 2
(1 + 24 ( 𝐸 ) )
𝐹

3 5 𝜋𝐾𝑇 2
𝐸𝐹 (1 + 8 ( 𝐸 ) )
5 𝐹
𝐸̅ =
3 𝜋𝐾𝑇 2
(1 + 24 ( 𝐸 ) )
𝐹

15 𝜋𝐾𝑇 2
3 1 + 24 ( 𝐸 )
𝐹
𝐸̅ = 𝐸𝐹
5 3 𝜋𝐾𝑇 2
[ 1 + 24 ( 𝐸 ) ]
𝐹

Energi rata-rata elektron sebagai fungsi suhu pada perhitungan suhu fermi 50000 K digambarkan
berikut
Tampak bahwa energi rata-rata makin bertambah dengan bertambahnya suhu. Ini diakibatkan
makin banyaknya elektron yang menempati tingkat energi diatas energi fermi.

F. Kapasitas Kalor Logam

Jika terdapat N elektron dalam assembli maka energi total semua elektron ada
sembarang suhu dapat diperoleh dari persamaan

𝑈 = 𝑁𝐸̅ (E.1)

Energi rata – rata telah diperoleh dari penjelasan sebelumnya yaitu


2
15 2 𝑘𝑇
3 1+ 𝜋 ( )
24 𝐸𝐹
𝐸 = 5 𝐸𝐹 [ 3 2 𝑘𝑇
2 ] (E.2)
1+ 𝜋 ( )
24 𝐸𝐹

Sehingga jika disubstitusi ke persamaan (E.1) persamaan menjadi


2
15 2 𝑘𝑇
3 1+ 𝜋 ( )
24 𝐸𝐹
𝑈 = 5 𝑁𝐸𝐹 [ 3 2 𝑘𝑇
2 ] (E.3)
1+ 𝜋 ( )
24 𝐸𝐹

−1
3 15 𝑘𝑇 2 3 𝑘𝑇 2
𝑈 = 5 𝑁𝐸𝐹 [1 + 𝜋 2 (𝐸 ) ] [1 + 𝜋 2 (𝐸 ) ] (E.4)
24 𝐹 24 𝐹

Dengan menggunakan aturan binomial

(1 + 𝑥)−1 ≈ 1 − 𝑥

Sehingga persamaan (E.4) menjadi

3 15 𝑘𝑇 2 3 𝑘𝑇 2
𝑈 = 𝑁𝐸𝐹 [1 + 𝜋 2 ( ) ] [1 − 𝜋2 ( ) ] (E.5)
5 24 𝐸𝐹 24 𝐸𝐹

3 15 𝑘𝑇 2 3 𝑘𝑇 2 15 𝑘𝑇 2 3 𝑘𝑇 2
𝑈 = 5 𝑁𝐸𝐹 [1 + 𝜋 2 (𝐸 ) − 𝜋 2 (𝐸 ) − (24 𝜋 2 (𝐸 ) ) (24 𝜋 2 (𝐸 ) )] (E.6)
24 𝐹 24 𝐹 𝐹 𝐹

3 15 𝑘𝑇 2 3 𝑘𝑇 2 45 𝑘𝑇 4
𝑈 = 5 𝑁𝐸𝐹 [1 + 𝜋 2 (𝐸 ) − 𝜋 2 (𝐸 ) − 576 𝜋 4 (𝐸 ) ] (E.7)
24 𝐹 24 𝐹 𝐹

Karena kT << Ef maka perkalian yang dipertahankan hanya sampai suku yang
mengandung 𝑇 2 sehingga persamaan (E.7) menjadi

3 15 𝑘𝑇 2 3 𝑘𝑇 2
𝑈 = 5 𝑁𝐸𝐹 [1 + 𝜋 2 (𝐸 ) − 𝜋 2 (𝐸 ) ] (E.8)
24 𝐹 24 𝐹
3 12 𝑘𝑇 2
𝑈 = 5 𝑁𝐸𝐹 [1 + 𝜋 2 (𝐸 ) ] (E.9)
24 𝐹

3 1 𝑘𝑇 2
𝑈 = 5 𝑁𝐸𝐹 [1 + 𝜋 2 (𝐸 ) ] (E.10)
2 𝐹

Untuk menentukan kapastitas panas maka dengan persamaan kapasitas panas menurut
Termodinamika yaitu
𝑑𝑈
𝐶𝑣 = (E.11)
𝑑𝑇

Jika menggunakan U dari persamaan (E.9) maka dapat diperoleh nilai kapasitas panas
elektronik yaitu kapasitas panas yang diperoleh dari sumbangan energi elektron adalah

𝑑 3 1 𝑘𝑇 2
𝐶𝑣 = 𝑁𝐸𝐹 [1 + 𝜋 2 (𝐸 ) ] (E.12)
𝑑𝑇 5 2 𝐹

𝑑 3 3 1 𝑑 𝑘𝑇 2
𝐶𝑣 = 𝑁𝐸𝐹 (1) + 𝑁𝐸𝐹 𝜋 2 𝑑𝑇 (𝐸 ) (E.13)
𝑑𝑇 5 5 2 𝐹

Karena ruas pertama tidak terdapat variabel T maka

𝑑 3
𝑁𝐸 (1) = 0
𝑑𝑇 5 𝐹
Dan

3 1 2 𝑘2 𝑑 2 3 1 2 𝑘 2
𝑁𝐸 𝜋 𝑇 = 𝑁𝐸𝐹 𝜋 ( ) 2𝑇
5 𝐹 2 𝐸𝐹 2 𝑑𝑇 5 2 𝐸𝐹

Sehingga persamaan menjadi


3 𝑘2
𝐶𝑣 = 𝑁𝑇 𝜋 2 𝐸 (E.14)
5 𝐹

3𝑁𝑘 2 𝜋2
𝐶𝑣 = 𝑇 (E.15)
5𝐸𝐹

3𝑁𝑘 2 𝜋 2
Dengan 𝛾 = 5𝐸𝐹

Sehingga

𝐶𝑣 = 𝛾𝑇 (E.16)

Jika kita memiliki logam maka kita memiliki sekaligus assembli fonon (getaran atom)
serta assembli fermion (elektron bebas). Akibatnya, kapasitas kalor logam mendapat
kontribusi dari dua macam assembli tersebut. Dengan demikian, pada suhu di bawah
suhu Debye dan di bawah suhu Fermi maka kapasitas panas logam memenuhi persaman
umum

𝐶𝑣 = 𝛾𝑇 + 𝐴𝑇 3 (E.16)

G. Emisi Termionik
Pada suhu yang cukup tinggi elektron dapat keluar dari permukaan logam. Pada suhu
tersebut sebgaian elektron memiliki energi yang sangat besar yang sanggup melewati
potensial penghalang di dinding logam. Filamen di dalam tabung sinar katoda
dipanaskan agar elektron keluar dari logam filamen. Elektron yang keluar kemudian
ditarik dengan medan listrik yang cukup besar sehingga menumbuk material
luminisens pada layar untuk menghasilkan spot bercahaya. Pertanyaan selanjutnya
adalah bagaimana kebergantungan arus elektron yang keluar meninggalkan permukaan
logam terhadap suhu? Ini yang akan kita kaji sekarang.

Kita mulai dengan asumsi bahwa logam merupakan sumur potensial dengan ketinggian
dinding 𝐸0 . Sebagai ilustrasi, lihat Gbr. 11.6. Elektron menempati tingkat-tingkat
energi dalam sumur potensial tersebut. Pada suhu 𝑇 = 0, energi maksimum yang
dimiliki elektron adalah 𝐸𝐹 (0). Elektron yang sedang bergerak ke arah permukaan
logam akan meninggalkan logam jika energi kinetik dalam arah tersebut melebihi 𝐸0 .
Misalkan elektron sedang bergerak ke arah x. Elektron akan lepas dari permukaan
logam tersebut jika terpenuhi

Gambar 11.6: Elektron dalam logam dapat dipandang terperangkap dalam sumur

potensial dengan ketinggian dinding 𝐸0 .

1
𝑚𝑣𝑥2 > 𝐸0 (11.39)
2
Jumlah elektron per satuan volume yang memiliki komponen kecepatan arah

𝑥 antara 𝑣𝑥 sampai 𝑣𝑥 + 𝑑𝑣𝑥 adalah


∞ ∞
𝑛𝑥 (𝑣𝑥 )𝑑𝑣𝑥 = {∫ ∫ 𝑛(𝑣𝑥 , 𝑣𝑦 , 𝑣𝑧 )𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 } 𝑑𝑣𝑥 (11.40)
−∞ −∞

Untuk elektron, satu tingkat energi dapat ditempati oleh dua elektron dengan arah spin
berlawanan. Sehingga kita kerapatan elektron dapat ditulis

2𝑑𝛤
𝑛(𝑣𝑥 , 𝑣𝑦 , 𝑣𝑧 )𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 = 𝑓(𝐸)
ℎ3

2𝑚3
𝑓(𝐸)𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 (11.41)
ℎ3
2𝑚3 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧
ℎ3 𝑒 (𝐸−𝐸𝐹)𝑘𝑇 + 1

Karena kita tertarik pada elektron yang meninggalkan permukaan logam maka fokus perhatian
kita adalah pada elektron yang memiliki energi cukup jauh di atas energi Fermi. Dengan
pembatasan ini maka kita dapat mengaproksimasi (𝐸 − 𝐸𝐹 ) ≫ 𝑘𝑇 sehingga

1 1 −𝐸⁄
≈ = 𝑒 𝐸𝐹𝑘𝑇 𝑒 𝑘𝑇
𝑒 (𝐸−𝐸𝐹)𝑘𝑇 +1 𝑒 (𝐸−𝐸𝐹 )𝑘𝑇

dan persamaan (11.41) menjadi

2𝑚3 𝐸 𝑘𝑇 −𝐸⁄
𝑛(𝑣𝑥 , 𝑣𝑦 , 𝑣𝑧 )𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 ≈ 𝑒 𝐹 𝑒 𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 (11.42)
ℎ3

Substitusi persamaan (11.42) ke dalam persamaan (11.40) kita peroleh

2𝑚3 −𝐸𝐹⁄ ∞ ∞
−𝐸
𝑛𝑥 (𝑣𝑥 )𝑑𝑣𝑥 ≈ 𝑒 𝑘𝑇 {∫ ∫ 𝑒 ⁄𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 } 𝑑𝑣𝑥
ℎ 3
−∞ −∞

∞ −𝑚(𝑣𝑥2 +𝑣𝑦2 +𝑣𝑧2 )


2𝑚3 −𝐸𝐹⁄ ∞

= 3 𝑒 𝑘𝑇 {∫ ∫ 𝑒 2𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 } 𝑑𝑣𝑥 (11.43)
ℎ −∞ −∞

∞ −𝑚𝑣𝑦2 ∞ −𝑚𝑣𝑦2
2𝑚3 𝐸𝐹⁄ ⁄ ⁄ −𝑚𝑣𝑥2⁄
= 𝑒 𝑘𝑇 {∫ 𝑒 2𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑦 } {∫ 𝑒 2𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑧 } 𝑒 𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑥
ℎ3 −∞ −∞

Persamaan (11.43) dapat diselesaikan dengan menggunakan hubungan umum



2 𝜋
∫ 𝑒 −𝜆𝑥 𝑑𝑥 = √
−∞ 𝜆

Dengan menggunakan hubungan ini maka persaman (11.43) menjadi

2𝑚3 𝐸𝐹⁄ 𝜋 𝜋 −𝑚𝑣𝑥2⁄


𝑛𝑥 (𝑣𝑥 )𝑑𝑣𝑥 = 3
𝑒 𝑘𝑇 {√ } {√ }𝑒 𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑥
ℎ (𝑚⁄ ) (𝑚⁄ )
2𝑘𝑇 2𝑘𝑇

4𝜋𝑚2 𝑘𝑇 𝐸𝐹⁄ −𝑚𝑣𝑥2⁄


𝑒 𝑘𝑇 𝑒 𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑥 (11.44)
ℎ3
Jumlah elektron yang meninggalkan permukaan logam tiap satuan luas

permukaan tiap satuan waktu dengan jangkauan kecepatan antara 𝑣𝑥 sampai 𝑣𝑥 + 𝑑𝑣𝑥

𝑣𝑥 𝑛𝑥 (𝑣𝑥 )𝑑𝑣𝑥
asalkan terpenuhi
1
𝑚𝑣𝑥2 > 𝐸0
2
Jika q adalah muatan elektron maka rapat arus yang dihasilkan adalah

𝐽=∫ 𝑞𝑣𝑥 𝑛𝑥 (𝑣𝑥 )𝑑𝑣𝑥 (11.45)
𝑚𝑣𝑥2⁄
2=𝐸0

4𝜋𝑚2 𝑘𝑇 𝐸𝐹⁄ ∞ −𝑚𝑣𝑥2⁄


=𝑞 𝑒 𝑘𝑇 ∫ 𝑣𝑥 𝑒 𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑥
ℎ3 𝑚𝑣𝑥2⁄
2=𝐸0

Untuk menyelesaikan integral (11.45) mari kita misalkan

𝑚𝑣2𝑥⁄
𝑦= 𝑘𝑇
Dengan permisalan ini maka

𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑥 = 𝑘𝑇⁄𝑚 𝑑𝑦 (11.46)

Selanjutnya kita tentukan syarat batas untuk y, Syarat batas bawah


𝑚𝑣2𝑥⁄
2 = 𝐸0
ekivalen dengan
𝐸0⁄
𝑦= 𝑘𝑇
Syarat batas
𝑣𝑥 = ∞

ekivalen dengan

𝑦=∞

Dengan demikian persamaan (11.45) dapat ditulis menjadi

4𝜋𝑚2 𝑘𝑇 𝐸𝐹⁄ ∞
𝐽=𝑞 𝑒 𝑘𝑇 ∫ 𝑒 −𝑦 𝑘𝑇⁄𝑚 𝑑𝑦
ℎ3 𝐸0⁄
𝑘𝑇

4𝜋𝑚2 𝑘𝑇 𝐸𝐹⁄ ∞
𝐽=𝑞 𝑒 𝑘𝑇 ∫ 𝑒 −𝑦 𝑑𝑦 (11.47)
ℎ3 𝐸0⁄
𝑘𝑇

4𝜋𝑚2 𝑘𝑇 𝐸𝐹⁄ −𝐸0⁄


𝐽=𝑞 𝑒 𝑘𝑇 𝑒 𝑘𝑇
ℎ3

4𝜋𝑚2 𝑘𝑇 −(𝐸𝐹−𝐸0 )⁄
𝐽=𝑞 𝑒 𝑘𝑇
ℎ3
−𝜑
⁄𝑘𝑇
𝐽 = 𝐴𝑇 2 𝑒
dengan A konstanta dan
ɸ = 𝐸𝐹 −𝐸0

merupakan tinggi dinding potensial. Gambar 11.7 adalah contoh kebergantungan kerapatan
arus termionik terhadap suhu. Pada perhitungan digunakan ɸ = 2,5 eV.

Gambar 11.7: Rapat arus termionik sebagai fungsi suhu. Pada perhitungan digunakan φ = 2;
5eV .

Anda mungkin juga menyukai