Anda di halaman 1dari 7

NAMA : ARIZAL DANIAR

KELAS : XII A1
NO.ABSEN : 07
SINOPSIS NOVEL NEGERI 5 MENARA

Alif merupakan tokoh utamanya, dia adalah seorang anak biasa serta sederhana yang
baru lulus SMP di Meninjau, dengan mendapat nilai masuk pada 10 besar. Alif sangat
bercita-cita seperti Habibie. sahabatnya bernama Randai. Alif sangat menginginkan
melanjutkan sekolah SMA di bandung kemudian melanjutkan kuliah di ITB. Akan tetapi
ibunya menyuruh alif untuk masuk ke pesantren Madani di Ponorogo, Jawa Timur. Dengan
setengah hati Alif menyetujui permintaan ibunya. Sesampainya dipondok hati Alif semakin
kacau dan merasa ragu karena di pondok Madani itu tempatnya lebih kampung. Akan tetapi
hari demi hari Alif jalani meskipun dengan berat hati, awalnya Alif itu seorang yang pendiam
akan tetapi setelah bertemu teman barunya yaitu Baso dari Gowa, Atang dari Bandung, Said
dari Surabaya, Raja dari Medan, dan Dulmajid dari Madura. Mereka berenam selalu
berkumpul di bawah munara mesjid sehingga mereka membuat julukan untuk mereka yaitu
sohibul munara atau para pemilik munara. Mereka masing-masing punya misi untuk
menaklukan Dunia, dengan bekal jargon yaitu man jadda wajadda (siapa yang bersungguh-
sungguh pasti akan berhasil).  Sohibul menara selalu berfikir visioner dan bercita-cita besar.
Akan tetapi Baso keluar di perjalanan dari pesantren itu karena neneknya sakit parah.
Kemudian Alif yang awalnya akan keluar dari pesantren itu tidak jadi dan akhirnya mereka
semua menjadi orang besar.
UNSUR INTRINSIK

A. Tema

Novel ini memiliki tema tentang pendidikan, dan sebuah kerja keras yang menghasilkan
kesuksesan.
Hal ini dapat dibuktikan dari halaman awal, yaitu kutipan dari imam syafi'i dan kalimat "MAN
JADDA WAJADA" , yang di teriakan ustad salman pada awal pertemuan alif di PM, arti dari man
jadda wajadda sendiri adalah siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil [Hlm : 40-41}

B. Penokohan

1. Amak 
 Ramah kepada siapa saja. ["Mukanya selalu mengibarkan senyum ke siapa saja" (hlm : 6)]
 Peduli kepada peradaban islam di masa depan. ["Amak ingin memberikan anak yang terbaik
untuk     kepentingan agama. Ini tugas mulia untuk akhirat" (hlm : 9)] 
 Penyayang ["kasih sayang amak...." (hlm : 11)]
2. Ayah
 Peduli dan setia kepada anaknya. ["Saya mau mengantar anak..." (hlm : 19)]
 Orang yang Amanah ["Amanat dai jamaah surau untuk membeli sapi..." (hlm : 91)]
3. Alif
 Penurut dan patuh ["selama ini aku anak penurut" (hlm : 11)}
 Tidak konsisten terhadap pilihan [" aku sendiri belum yakin betul terhadap keputusan ini"
(hlm : 13)]
4. Dulmajid
 Mandiri ["Tentu saja aku datang sendiri" (hlm : 27)]
 Rajin belajar ["Animo belajarnya memang maut" (hlm : 46)] 
 Setia kawan ["...paling setia kawan yang aku kenal" (hlm : 46)]
5. Raja Lubis
 Percaya diri ["maju dengan penuh percaya diri" (hlm : 44)]
 Rajin membaca["hobi utamanya membaca buku" (hlm : 45)]
 Mau berbagi ["...dia tidak pelit dengan informasi" (hlm : 61)]
6. Said
 Berpikiran dewasa ["dia yang paling dewasa di antara kami" (hlm : 45)]
 Kurang percaya diri ["dia memang tidak terlalu pede..." (hlm : 206)]
7. Baso
 Orang yang agamis ["saya ingin mendalami agama islam dan menjadi penghapal Al-Quran"
(hlm : 46)]
 Orang yang sangat peduli ["....merawat nenek dan pulang, mungkin selamanya..." (hlm :
362)]
 Berbakti kepada orangtua ["motivasi besar menghapal Al-Quran adalah pengabdian kepada
orangtua" (hlm : 363)] 
8. Atang
 Orang yang menepati janji ["susuai janji, Atang yang membayari ongkos"(hlm : 221)]
 Humoris ["memasukkan berbagai macam guyon sunda yang membuat hadirin terpingkal-
pingkal" (hlm : 220]
C. Alur/Plot

Alur yang digunakan adalah alur campuran.

1. Eksposisi

kisah berawal dari seorang wartawan VOA, yang sedang berada di Washington DC. Wartawan itu
bernama Alif Fikri. tanpa disengaja ia mengecek laptopnya dan tiba-tiba ada pesan masuk dari
seorang yang bernama Batutah. Setelah berbalas-balas esan, teryata dia adalah teman lama Alif dari
sekolah lamanya yaitu Pondok Madani.

2. Intrik
Alif tidak ingin bersekolah di sekolah madrastah ataupun pesantren, sedangkan Amaknya tidak rela
jika Alif masuk sekolah SMA umum, karena Amaknya ingin anak laki-lakinya bersekolah agama, dan
menjadikan anaknya menjadi pemmpin agama di masa depan, seperti Buya Hamka. 

3. Komplikasi

Baso bercerita kepada teman-teman shahibul menara, bawa sepertinya ia harus meninggalkan PM
duluan dibandingkan dengan teman-teman yang lain, karena ia harus merawat neneknya yang sedang
sakit parah. Akhrnya paman Latimbang menjemput Baso yang berada di PM, dan Baso pun harus
meninggalkan PM untuk selamanya.

4. Klimaks

Ustadz Torik begitu marah ketika mendengar bahwa ada siswa yang pergi dari PM tanpa izin terlebih
dahulu. Mera itu adalah Said, Alif, dan Atang. sebelum itu, mereka meminta izin ke Ponorogo untuk
mencari barang, tetapi barang itu tidak ada, dan mereka pun harus pergi ke Surabaya untuk
mendapatkan barang tersebut. Akhirnya mereka bertiga diberikan hukuman yang sangat berat, yaitu
dicukur habis rambutnya.

5. Antiklimaks

Seluruh siswa PM kelas 6, telah berhasil menyelesaikan ulangan akhir, untuk menentukan kelulusan
meraka. Kemudian meraka semua pun berisah, begitu juga dengan shahibul menara yang akan
menempuh jalannya masing-masing untuk mewujudkan impian meraka.

6. Resolusi

Shahibul menaratelah mencapai impiannya masing-masing dan berencana akan melakukan reuinian
setelah tidak bertemu selama bertahun-tahun.
D. Gaya Bahasa

1. Hiperbola
 "Kami bisa makan bagai kesurupan" (hlm : 122)
 "Kiai Rais telah menyetrum 3000 murid kesayangannya" (hlm : 190)
2. Personifikasi

 "wajah dingin mencucuk tulang..." (hlm : 2)


 "Jantungku melonjak-lonjak girang" (hlm : 5)
 "Cerita Kiai Rais terus berputar di kepalaku" (hlm : 142)
 "sejak dari pagi buta..." (hlm : 214) 
3. Asosiasi

 "kami seperti sekawanan tentara yang terjebak..." (hlm : 64)


 "Mukanya dingin seperti besi" (hlm : 124)
E. Latar/ setting

1. Tempat

 Pondok Madani ["selamat datang di pondok madani" (hlm : 30)]


 Aula ["murid-murid berbndong-bondong memenuhi aula" (hlm : 48)]
 Lapangan ["masing-masing melintasi lapangan besar..." (hlm : 62)]
 Kamar ["pintu kayu kamar bergetar-getar digedornya" (hlm : 84)]
 Menara ["Di bawah bayangan menara ini kami lewatkan waktu...." (hlm : 94)]
 Kelas ["Ustad Salman masuk kelas..." (hlm : 105)]
 Bandung ["kami telah masuk Bandung..." (hlm : 218)] 
2. Waktu

 Sore hari ["matahari telah tergelincir di ufuk..." (hlm : 62)]


 pagi hari ["rasanya udara pagi lebih segar...." (hlm : 127)]
 Malam hari [malam ini untuk pertama kalinya kami..." (hlm : 238)]
 Din hari ["sekitar jam dua pagi..." (hlm : 244)]
3. Suasana
 Menegangkan ["kami mendengar suara orang berteriak dan bunyi kaki berlarimendekat ke
arah kami" (hlm : 246)]
 Bahagia ["kami senang bisa menangkap pencuri dan lebih senang lagi lepas dari kewajiban
jadi jasus" (hlm : 249)]
 Gelisah ["kegelisahanku yang naik turun..." (hlm : 369)]

F. Sudut Pandang
 
Dalam novel Negeri 5 Menara, si penulis menggunakan orang pertama sebagai pelaku utama, karena
menggunakan kata ganti orang pertama yaitu "AKU".

G. Amanat

Cerita negeri 5 menara memberikan pesan moral pendidikan yang sangat dalam. Kita harus
bersungguh - sungguh dan bekerja keras untuk meraih impian kita dan mencapai kesuksesan kita, tapi
dibalik kesuksesan tersebut ada doa dari kedua orangtua kita, jadi kita juga harus serta-merta
menghormati dan berbakti kepada orangtua.

UNSUR EKSTRINSIK
  A.    Biografi Ahmad Fuadi

Ahmad Fuadi lahir di Maninjau, Sumatera Barat pada tanggal 30 Desember1972. Beliau
adalah seorang novelis, pekerja sosial dan mantan wartawan dari Indonesia. Novel petamanya adalah
Negeri 5 menara yang merupakan buku pertama dari trilogi novelnya. Karya fiksinya dinilai dapat
menumbuhkan semangat untuk berprestasi. Walaupun tergolong masih baru terbit, novelnya sudah
masuk dalam jajaran best seller tahun2009. Kemudian meraih Anugerah Pembaca Indonesia 2010 dan
tahun yang sama juga masuk Nominasi Khatulistiwa Literary Award, sehingga PTS litera, salah satu
penerbit di Negeri Jiran Malaysia trtarik menerbitkan di negaranya dalam bahasa melayu. Novel
keduanya yang merupakan trilogi dari Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna telah di terbitkan sejak 23
Januari 2011. Dan novel pamungkas dari trilogi ini Rantau 1 Muara diluncurkan di Washington DC
secara simbolis bulan Mei 2013.
Ahmad Fuadi memulai pendidikan menengahnya di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor
Ponorogo dan lulus pada tahun 1992. Kemudian melanjutkan kuliah Hubungan Internasional di
Universitas Padjadjaran, setelah lulus menjadi wartawan tempo. Tahun 1998 beliau mendapat
beasiswa di Fulbright untuk kuliah S2 di School of  Media and Public Affairs, George Washington
University. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya yang juga wartawan tempo,
merupakan mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan.

B. Nilai – Nilai
Nilai agama
Film negeri 5 menara  menceritakan tentang kehidupan psantren yang selalu mengajarkan nilai-nilai
agama, mulai dari keikhlasan, jujur, disiplin, qana’at, sabar dan mandiri. Dan yang paling penting
yaitu semakin mendekatkan diri dan hati kita pada sang khalik.
Nilai moral
Kebersamaan sohibul menara dalam menghadapi segala hal dengan kerja sama dan pantang
menyerah, Saling toleran antara satu sama lain. kekompakan yang diutamakan jika hidup dalam
pesantren.
Nilai sosial
Di kehidupan pesantren, kita tidak di ajarkan untuk egois, tapi saling membantu satu sama lain, dan
mengutamakan kesolidaritasan bukan keegoisan. Jika yang satu makan enak maka yang lain pun ikut
makan enak. Susah senang dijalani bersama.
Nilai ekonomi
Para pengajar di pondok Madani tidak meminta untuk dibayar, mereka ikhlas mendidik para santri
karena Allah SWT, serta santri di pondok madani yang banyak kekurangan secara ekonomi tetapi
masih bisa bersekolah di pondok Madani. Kehidupan pesantren itu semua yang dilakukan semata-
mata hanya mengharapkan Ridha Allah SWT.
Nilai budaya
Jika dilihat dari novelnya ada terdapat kutipan bahwa anak laki-laki dan seorang ayah masyarakat
minangkabau tidak pernah berangkulan (di kampungku memang tidak ada budaya anak laki-laki dan
seorang ayah). Akan tetapi jika kita lihat dalam filmnya terdapat adegan Alif dan ayahnya sedang
berangkulan.

Anda mungkin juga menyukai