Anda di halaman 1dari 52

Judul Buku : Negeri 5 Menara

Nama Pengarang : Ahmad Fuadi


Nama Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2012
Jumlah Halaman : 425 halaman
A. Gambaran Umum
Negeri 5 Menara adalah novel pertama dari
sebuah trilogi karya A. Fuadi yang
diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta pada Juli 2009, merupakan
cetakan pertama dengan ketebalan 423
halaman. Terinspirasi dari kisah nyata
perjalanan hidupnya mulai dari masa kecil di
ranah Minang, lalu merantau ke tanah Jawa
untuk menuntut ilmu agama di Pondok
Modern Gontor, hingga belajar di luar
negeri. Karya fiksinya dinilai dapat
menumbuhkan semangat untuk berprestasi.
Walaupun tergolong masih baru terbit,
novelnya sudah masuk dalam jajaran Best
Seller tahun 2009. Kemudian meraih
Anugerah Pembaca Indonesia 2010 dan pada tahun yang sama juga
masuk nominasi Khatulistiwa Award, sehingga PTS Litera, salah satu
penerbit di Negeri Jiran Malaysia tertarik menerbitkan di negaranya dalam
versi bahasa Melayu. Novel keduanya yang merupakan trilogi dari Negeri 5
Menara adalah Ranah 3 Warna telah diterbitkan sejak 23 Januari 2011 dan
novel pamungkas dari trilogi ini adalah „Rantau 1 Muara‟, diluncurkan di
Washington DC secara simbolis bulan Mei 2013. Fuadi meniatkan
sebagian Royalti trilogi ini untuk mendirikan Komunitas Menara, sebuah
yayasan sosial untuk membantu pendidikan masyarakat yang kurang
mampu, khususnya untuk usia pra sekolah.
Selain itu, Negeri 5 Menara juga telah di filmkan dengan judul yang sama
dengan mengambil latar tempat langsung di Pondok Modern Gontor.
Diputar secara serentak di bioskop tanah air pada 1 Maret 2012 lalu, Film
Negeri 5 Menara pun telah mencuri perhatian masyarakat Indonesia
pecinta film, pujian dari berbagai kalangan membanjiri respon terhadap film
ini, dan telah menyedot lebih dari setengah juta penonton.

Novel ini menceritakan tentang tokoh utamanya yaitu Alif Fikri seorang
pemuda lulusan Madrasah Tsanawiyah (MTs), yang lahir di Bayur,
kampung kecil di pinggir Danau Maninjau, Bukittinggi, Sumatera Barat.
Seumur hidupnya Alif tidak pernah menginjak tanah di luar ranah
Tiba-tiba dia harus melintasi punggung Sumatera menuju sebuah desa di
pelosok Jawa Timur. Alif memiliki cita-cita suatu saat nanti bisa seperti
Habibie, sesungguhnya ingin melanjutkan sekolah ke SMA terbaik di
Bukittinggi. Sementara ibunya menginginkan Alif melanjutkan ke jalur
pendidikan agama, Madrasah Aliyah (MA) dan suatu saat nanti menjadi
seorang pemimpin agama yang hebat dengan pengetahuan yang luas,
seperti Buya Hamka.
Kondisi tersebut membuat Alif dilanda kekalutan, antara berbakti pada
orang tua dengan mengikuti keinginan ibunya atau melanjutkan mimpinya
untuk sekolah di SMA. Hingga suatu hari, atas saran dari salah seorang
pamannya; Pak Etek Gindo yang sedang berkuliah di Kairo, dengan berat
hati ia memilih untuk mendalami ilmu agama di Pondok Madani, sebuah
pesantren di Jawa Timur.
Besok paginya berangkatlah Alif dengan diantar ayahnya, menaiki bus
selama tiga hari tiga malam untuk sampai di Jawa Timur. Perjalanan hidup
Alif sebagai salah satu santri Pondok Madani pun dimulai. Di hari pertama
di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan mantera sakti
„man jadda wajada‟. “Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil”.
Kata mutiara singkat namun sarat akan makna, serta memiliki makna
sungguh dalam dan sangat menginspirasi. Man jadda wajada memang
bukan sumber acuan hidup untuk Alif dan para santri lainnya. Akan tetapi,
ia adalah sebuah kalimat penyemangat, yang memotivasi untuk selalu
bersungguh-sungguh dalam berusaha untuk mencapai keberhasilan.
Peraturan pondok yang sangat ketat, jadwal kegiatan yang padat,
kewajiban berbahasa Inggris dan Arab dalam setiap kegiatan komunikasi
setelah empat bulan pertama, serta hukuman yang siap menanti sekecil
apapun kesalahan yang diperbuat, membuat Alif tidak betah pada saat
menuntut ilmu di PM. Selain itu, gelombang emosi Alif yang naik turun juga
ikut menghiasi hari-harinya selama menuntut ilmu di PM. Ragu dan
menyesal sempat terbersit di benak Alif, apalagi ketika Alif menerima surat
dari sahabat dekat ketika sekolah di Madrasah Tsanawiyah dulu, yaitu
Randai, yang kini seolah sedang berjaya di sebuah SMA Favorit di
Bukittinggi, sebuah SMA yang juga merupakan impian Alif.
Seiring berjalannya waktu, lambat laun Alif dapat menyesuaikan diri
dengan kehidupan di PM. Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif
berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari
Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa. Teman senasib
seperjuangan yang kemudian dinamai “Sahibul Manara” atau yang
mempunyai menara, yaitu sahabat yang sering berkumpul di bawah
menara masjid, mereka menunggu adzan Maghrib sambil menatap awan
lembayung yang berarak ke ufuk. Awan-awan itu menjelma menjadi negara
dan benua impian masing-masing. Kemana impian membawa mereka?
Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah jangan pernah meremehkan
impian, walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Mereka saling menasehati, saling berbagi mimpi, dan saling membantu
satu sama lain. Kehidupan PM yang ketat dalam menerapkan disiplin
membuat mereka harus saling mendukung agar betah dalam
menyelesaikan empat tahun mondok. Banyak hal yang Alif dan kawan-
kawannya dapatkan dari PM, tidak hanya pelajaran biasa, tetapi juga
pelajaran tentang kehidupan, yang ia bawa sebagai bekal di kehidupan di
masa depan. Tekanan hidup tidak membuat Alif dan para santri lainnya
menjadi patah dan mengkerut, tetapi justru membuat mereka semakin kuat
mental dan tahan banting. Hasilnya, mereka menjadi pribadi-pribadi muda
yang tegar, optimistis, percaya diri, serta fasih berbahasa Arab dan Inggris.
Novel Negeri 5 Menara ini menyuguhkan suatu cerita yang membuka
pandangan pembaca tentang seluk-beluk pendidikan pesantren modern
yang selama ini hanya menjadi cerita dari mulut ke mulut. Pahit dan getir,
riang dan gamang kaum santri dengan humor khas pesantren diceritakan
dengan pengisahan yang menakjubkan. Pembentukan karakter benar-
benar ditanamkan secara kuat, nyata, dan konsisten sehingga mampu
melahirkan generasi yang benar-benar tangguh.
2. Analisis Tema, Tokoh dan Penokohan serta Latar Novel Negeri 5
Menara Karya A. Fuadi
a. Tema
Tema diartikan sebagai pokok pikiran atau dasar cerita yang
dipercakapkan dan dipakai sebagai dasar mengarang, menggubah sajak
dan sebagainya. Menurut, Stanton tema adalah makna yang dikandung
oleh sebuah cerita yang secara khusus didasarkan pada sebagian besar
unsur-unsurnya dengan cara paling sederhana.77
Tema tidak dapat disimpulkan hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu
cerita. Walau sulit ditentukan secara pasti, tema bukanlah makna yang
disembunyikan. Tema sebagai makna sebuah karya sastra tidak secara
sengaja disembunyikan karena justru hal tersebut yang ditawarkan kepada
pembaca. Tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita,
dengan sendirinya tema akan tersembunyi di balik cerita yang
mendukungnya. Untuk menentukan tema, Stanton menyarankan agar
dicari konflik sentralnya karena keduanya secara dekat berhubungan,
bahkan sering tidak dapat dipisahkan.
Lebih lanjut Panuti-Sudjiman mengatakan bahwa tema yang banyak
dijumpai di dalam karya sastra yang bersifat didaktis adalah pertentangan
antara buruk dan baik. Selain itu, Panuti-Sudjiman menegaskan adanya
kaitan erat antara tokoh dan penokohan dengan tema di samping kaitan
latar dengan tema. Menurutnya, tema kadang- kadang didukung oleh
pelukisan latar atau tersirat di dalam lakuan tokoh atau penokohan.78
Tema dalam novel Negeri 5 Menara adalah pendidikan, hal ini dapat dilihat
dari latar tempat yaitu di pesantren dimana kegiatan utama yang dilakukan
sehari-hari oleh tokoh utama adalah belajar. Hal ini dapat dibuktikan
melalui kutipan novel berikut.
“Belum pernah dalam hidupku melihat orang belajar bersama dalam jumlah
yang banyak di satu tempat. Di PM, orang belajar di setiap sudut dan
waktu. Kami sanggup membaca buku sambil berjalan, sambil bersepeda,
sambil antri mandi, sambil antri makan, sambil makan bahkan sambil
mengantuk. Animo belajar ini semakin menggilabegitu masa ujian datang.
Kami mendesak diri melampaui limit normal untuk menemukan limit baru
yang jauh lebih tinggi”.79
Dari kutipan di atas, terlihat dengan jelas bahwa kegiatan yang
berhubungan dengan pendidikan sangat dijunjung tinggi di PM. Semua
orang yang berada di PM dengan jumlah yang banyak, dapat belajar di
setiap sudut ruang dan waktu. Di mana pun mereka berada mereka selalu
belajar. Mereka sanggup membaca buku sambil berjalan, mengendarai
sepeda, antri mandi, antri makan, sambil makan bahkan sambil
mengantuk. Hal tersebut merupakan hal yang sangat langka dan sulit kita
temukan di lembaga pendidikan lainnya. Tema tentang pendidikan dengan
sendirinya akan melahirkan setting berupa sekolah yang dalam novel ini
berupa pesantren sebagai fasilitas untuk menjalani proses pendidikan.

b. Tokoh dan Penokohan


Tokoh, menurut Abrams adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu
karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas
moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspersikan dalam
ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Sementara itu, penokohan menurut Jones adalah pelukisan gambaran
yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Ahmad menggunakan istilah watak untuk individu rekaan yang mengalami
peristiwa/berkelakuan di dalam berbagai peristiwa cerita.
Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada
tokoh dan perwatakan sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh
cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan
pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan
gambaran yang jelas kepada pembaca. Tokoh cerita menempati posisi
strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau
sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca.80
Dalam kaitannya dengan keseluruhan cerita, peranan masing- masing
tokoh tidak sama, ada tokoh yang dapat digolongkan sebagai tokoh utama
dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan
penceritaannya dalam sebuah novel. Ia merupakan tokoh yang paling
banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai
kejadian. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya
dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin
dalam porsi penceritaan yang relatif pendek.81
Sementara itu, berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan
ke dalam tokoh sederhana dan tokoh bulat atau kompleks. Tokoh
sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu,
satu sifat-watak yang tertentu saja. Sehingga sifat dan tingkah laku
seorang tokoh sederhana cenderung datar, monoton, dan hanya
mencerminkan satu watak tertentu. Sementara, tokoh bulat atau kompleks
adalah tokoh yang diungkap dengan berbagai kemungkinan sisi
kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat saja memiliki
watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat pula
menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam, bahkan mungkin
seperti bertentangan dan sulit diduga.82
Dalam novel Negeri 5 Menara, para tokohnya memiliki peran yang
berbeda-beda. Pada sub bab ini, analisis tokoh dan penokohan dilakukan
pada tokoh utama dan tokoh tambahan yang berperan dalam novel Negeri
5 Menara. Tokoh utama terdiri dari satu tokoh saja, yaitu Alif Fikri.
Sementara untuk tokoh tambahan, penulis hanya mengambil beberapa
tokoh saja yang mempengaruhi jalan cerita novel dan kehidupan Alif ketika
belajar di PM. Adapun para tokoh tambahan yang berperan dalam novel ini
adalah Raja Lubis, Said Jufri, Dulmajid, Atang, Baso Salahuddin, Kiai Rais,
Ustad Salman, Tyson (Rajab Sujai) dan Ustad Torik.
Tokoh dan Penokohan dalam novel Negeri 5 Menara adalah sebagai
berikut:

1) Alif Fikri
Alif adalah tokoh utama dalam cerita, dia merupakan anggota dari Sahibul
Menara yang berasal dari Maninjau. Dia digambarkan sebagai seorang
pemuda kampung yang pandai dan berbakat meskipun dia sedikit pemalu.
Sebagaimana terlihat dalam kutipan berikut.
“...nilai ujianku termasuk sepuluh yang tertinggi di Kabupaten Agam.Tepuk
tangan murid, orang tua dan guru riuh mengepung aula. Muka dan
kupingku bersemu merah tapi jantungku melonjak-lonjak girang. Aku
tersenyum malu-malu ketika Pak Sikumbang menyorongkan mik ke
mukaku”.83
Keadaan tersebut memperlihatkan bahwa Alif adalah seorang anak yang
pandai dan berbakat di bidang akademis, dia mendapat nilai yang bagus
saat ujian bahkan termasuk sepuluh tertinggi di Kabupaten Agam. Ketika,
Kepala Sekolahnya meminta dia untuk berpidato di depan murid, orang tua
dan guru, dia tidak bisa berkata apapun kecuali hanya ucapan terima kasih
yang keluar dari mulutnya sambil menunduk karena malu.
Selain itu, Alif juga merupakan seorang anak yang penurut kepada orang
tuanya, terlebih kepada amaknya. Ini terlihat saat
Alif mengikuti keinginan amaknya untuk melanjutkan ke sekolah agama,
padahal dia ingin masuk SMA. Seperti yang terlihat dalam kutipan berikut.
”Amak, kalau memang harus sekolah agama, ambo ingin masuk pondok
saja di Jawa. Tidak mau di Bukittinggi atau Padang,” kataku di mulut pintu.
Suara cempreng pubertasku memecah keheningan Minggu pagi itu”.84
Alif rela mengesampingkan keinginan dan cita-citanya untuk masuk SMA
dan menjadi Habibie demi membahagiakan Amaknya yang ingin melihat
dia seperti Buya Hamka, dan melanjutkan sekolah agama dengan masuk
pondok di Jawa.
Sikap semangat dan pantang menyerah, mandiri serta bijaksana juga
terlihat pada tokoh Alif. Ketika dia mendapat, “Panggilan ke Mahkamah
Keamanan Pusat” untuk diadili atas kesalahannya karena terlambat 5
menit untuk pergi shalat maghrib berjamaah di masjid, dia mendapatkan
hukuman menjadi jasus (mata-mata) dan harus mencatat nama dua orang
santri lainnya yang melanggar aturan PM dalam 24 jam, demi penegakkan
hukum dan displin di PM. Pencarianpun dimulai, akan tetapi sampai 3 jam
terakhir sebelum penyerahan ke Tyson kartu jasus Alif belum terisi. Hal
tersebut lantas tidak membuat Alif menjadi terpuruk dan menyerah, tetapi
membuatnya
semakin bersemangat dan pantang menyerah. Bahkan ketika teman-
temannya menawarkan untuk membantu, dengan halus Alif menolaknya.
Sebagaimana terdapat dalam kutipan berikut.
“Aku semakin panik, azan Ashar berkumandang tapi kartuku masih
kosong. Aku hanya punya waktu 3 jam sebelum tenggat waktu penyerahan
ke Tyson. Kawan- kawanku ikut prihatin. Said dan Raja bahkan dengan
gagah berani menyatakan siap membantu untuk menjadi asisten jasus.
Tapi aku berpikir, tidak adil kalau mereka menjalankan bagian dari
hukuman yang aku terima. Kesalahan pribadi harus dibayar sendiri-sendiri.
Nafsi- nafsi...Aku menolak bantuan mereka dengan halus.” 85

Sementara itu, sebagai seorang Minang yang terkenal dengan


ketelitiannya, Alif juga mewariskan hal tersebut dia bahkan tidak hanya teliti
saja tapi dia juga sangat berhati-hati dalam segala hal dan terkenal sangat
hemat. Sebagaimana dalam kutipan berikut.
“Melihat uang di kantong terbatas, aku memutuskan untuk membeli lemari
bekas saja. Untuk itu aku harus memilih baik-baik lemari yang masih bisa
dipakai. Ada kuncinya yang rusak, engsel, ada yang semuanya bagus, tapi
baunya minta ampun, ada yang sempurna, tapi kakinya patah. Ada yang
semuanya bagus, tapi warnanya kuning membakar mata. Belum ada yang
pas.”
“Di antara tumpukan lemari tua tua berwarna hitam, aku menemukan
sebuah lemari hijau tua setinggi pinggang yang kokoh dan mulus. Aku
segera membayar kepada senior tadi sebanyak 15 ribu rupiah.”86

Dari dua kutipan di atas tokoh Alif terlihat begitu teliti dan sangat berhati-
hati dalam memilih barang yang ingin dia beli, hingga menghabiskan waktu
yang lumayan lama untuk sekedar memilih lemari yang akan dia beli,
sampai akhirnya kakak senior menegurnya dan memberitahu jika sebentar
lagi lonceng ke masjid berbunyi. Alif memutuskan untuk membeli sebuah
lemari hijau tua setinggi pinggang yang kokoh dan mulus di antara
tumpukan lemari tua berwarna hitam. Dia segera membayar dan berlalu
sambil menggotong lemarinya menuju asrama.
Dengan demikian, Alif merupakan tokoh bulat, karena dia memiliki watak
dan tingkah laku yang bermacam-macam, bahkan mungkin bertentangan
dan sulit diduga. Selama ini Alif adalah anak yang penurut akan tetapi, tiba-
tiba dia berubah menjadi pembangkang dan berani melawan amaknya
ketika keinginan dan cita-citanya ditentang. Selain itu, dia adalah anak
yang cerdas, pemalu, semangat dan pantang menyerah, mandiri dan
bijaksana, teliti dan hemat.

2) Raja Lubis
Raja adalah tokoh tambahan dalam cerita, dia anggota Sahibul Menara
yang berasal dari Medan. Dia memiliki badan yang kurus, berkulit bersih,
bermata dalam, dan bermuka petak. Raja adalah seorang pemuda yang
gemar membaca, sehingga dia

mempunyai pengetahuan yang luas walaupun begitu dia senang berbagi


ilmunya kepada siapa saja tanpa diminta. Sebagaimana terdapat dalam
kutipan berikut.
“Mulai hari ini aku akan membaca kamus ini halaman perhalaman, “kata
Raja sambil mengepalkan tangan. Hobi utamanya membaca buku, atau
tepatnya kamus tebal ini. Di kemudian hari, hobi ini terbayar tunai. Dia
paling lancar menjawab pertanyaan-pertanyaan guru bahasa Inggris. Kalau
bicara Inggris, suaranya sengau-sengau seperti orang salesma.”87
“Semua beres, kecuali lemari kecil. Apa istilahnya tadi? Suluk?” tanya Said
pada Raja, yang selalu memamerkan kehebatan kosa kata Arab dan
Inggrisnya.
“Bukan suluk, tapi shuduq, pakai shad,” jawab Raja dengan tajwid yang
sangat fasih.
“Arti harfiahnya kotak, bukan lemari. Ini tempat pakaian, buku, dan segala
macam yang kita punya. Lemari kayu kecil yang lebih menyerupai kotak,
“terang Raja dengan bersemangat. Dia selalau dengan senang hati
berbagai informasi apa saja, melebihi dari apa yang kami tanya. Dan
sepertinya dia sangat menikmati momen lebih tau dari kita semua.
Bagusnya, dia tidak pelit informasi.”88
Dari beberapa kutipan di atas Raja digambarkan sebagai seorang pemuda
yang rajin membaca, terutama kamus Bahasa Inggris sehingga dia lancar
berbahasa Inggris dan mempunyai perbendaharaan kosa kata yang sangat
luas dan banyak. Tidak tanggung-tanggung berkat hobi membacanya itu,
dia juga mempunyai pengetahuan yang luas dan lebih hebatnya lagi dia

tidak pernah pelit berbagi informasi kepada siapapun yang bertanya


dengan senang hati. Sehingga dia menjadi referensi tersendiri bagi tokoh
lainnya untuk masalah pelajaran, terutama Bahasa Inggris.
Selain itu, Raja juga mempunyai sikap percaya diri dan pantang menyerah.
Sebagaimana terdapat dalam kutipan berikut.
“Raja Lubis yang duduk di meja paling depan maju dengan penuh percaya
diri.”89

Hal tersebut terjadi ketika Raja maju di depan kelas untuk


memperkenalkan nama, asal, alasan ke pondok dan cita-cita. Dengan
percaya diri dia maju ke depan kelas tanpa diminta dan menjadi orang
pertama yang memperkenalkan diri, suaranya lantang dan iramanya lebih
mirip pidato daripada perkenalan.
Sedangkan sikap pantang menyerah, terlihat dalam kutipan berikut.
“Apa kita batalkan saja hari ini. Kita coba lagi minggu depan?‟ tanya Atang.
“Jangan. Kita coba dulu. Aku saja yang maju duluan,” usul Raja
memberanikan diri.”90

Disaat tokoh yang lainnya menyerah dan memutuskan untuk menunda


pergi ke Ponorogo minggu depan. Raja tetap bersikukuh untuk melanjutkan
perizinan dan pergi hari itu juga,

dia meyakinkan teman-temannya dengan cara; dia yang akan maju terlebih
dulu untuk meminta iizin, baru kemudian disusul oleh teman-temannya.
Dan dengan keberaniannya, akhirnya pada hari itu juga mereka mendapat
perizinan dan secara bersama- sama pergi ke Ponorogo.
Dengan demikian, Raja Lubis adalah tokoh bulat yang memiliki bermacam-
macam watak dan tingkah laku, mulai dari gemar membaca sehingga
berpengetahuan luas, suka berbagi ilmu pengetahuan tanpa diminta dan
dengan senang hati, percaya diri, dan pantang menyerah serta berani.

3) Said Jufri
Said adalah tokoh tambahan dalam cerita, dia anggota Sahibul Menara
yang berasal dari Surabaya. Dia seorang laki- laki keturunan Arab,
berambut hitam ikal, alis tebal, kumis melintang, fitur hidung dan tulang
pipinya tegas melengkapi wajah Arabnya. Said merupakan pribadi yang
dewasa, memiliki semangat yang tinggi dan selalu memberikan motivasi
kepada siapa saja terutama anggota Sahibul Menara. Sebagaimana
terdapat dalam kutipan berikut.
”Mari kita dekap penderitaan dan berjuang keras menuntut ilmu, supaya
kita semakin kuat lahir dan batin,” katanya memberikan motivasi di depan
kelas tanpa ada yang

meminta. Antara mengerti dan tidak, kami mengangguk- angguk takzim.”


“Tidak salah kalau dia yang paling dewasa di antara kami. Karena itu kami
secara aklamasi memilihnya jadi ketua kelas. Selama setahun ke depan,
dia selalu menjawab keluh kesah kami dengan senyum dan cerita yang
mengobarkan semangat.”91

Said adalah seorang motivator ulung, dia selalu memberi motivasi kepada
siapa saja terutama anggota Sahibul Menara tanpa diminta dengan penuh
semangat, sehingga dia dianggap paling dewasa di antara yang lainnya.
Karena kedewasaannya itu pada akhirnya dia diangkat menjadi ketua kelas
selama satu tahun ke depan. Sebagai ketua kelas dia sangat bertanggung
jawab kepada seluruh anggotanya, dia selalu menjawab semua keluh
kesah dengan senyum dan cerita yang dapat mengobarkan semangat. Hal
tersebut terus berlanjut hingga pada saat kelas enam, dia dianggap
sebagai pemimpin informal, selain itu dia juga diangkat menjadi ketua
„Class Six Show‟, pertunjukan di atas pertunjukkan di PM.
Selain itu, Said juga selalu berprasangka baik dalam segala hal dan
mengambil hikmah dari kejadian tersebut dengan mengabaikan sisi
negatifnya. Sebagaimana terlihat dalam kutipan berikut.

“Tapi yang paling mengherankan aku adalah Said. Di saat kami semua
merasa stres dengan jabatan jasus ini, dia malah dengan senang hati
menerima hukuman seakan-akan ini sebuah kado ulang tahun. Anak
keturunan Arab ini memang melihat segala sesuatu dari sisi putihnya, sisi
positifnya, dan dengan gampang melupakan sisi buruknya.”92

Karena kedewasaan sikapnya, Said selalu menganggap segala sesuatu


yang terjadi sebagai hal yang positif, dari sisi baiknya bukan dari sisi
buruknya. Hal tersebut terbukti ketika dia mendapatkan hukuman menjadi
jasus dan harus mencatat nama dua orang yang melanggur peraturan PM,
dia melakukannya dengan senang hati dan tanpa beban, yang semata-
mata demi pembelajaran dalam menjalani kehidupan untuk lebih baik lagi.
Dengan demikian, Said adalah tokoh bulat, dia menampilkan watak dan
tingkah laku bermacam-macam mulai dari pribadi yang dewasa, motivator
ulung yang selalu memberikan motivasi kepada siapa saja, selalu
berprasangka baik dalam segala hal, dan penuh semangat.

4) Dulmajid
Dulmajid adalah tokoh tambahan dalam cerita, dia anggota Sahibul Menara
yang berasal dari Sumenep, Madura. Dia adalah seorang anak laki-laki
berkulit gelap, wajahnya keras dan berkacamata tebal, sehingga tampak
terpelajar. Dulmajid adalah
seorang anak yang mandiri. Sebagaimana tercermin dalam perkataan
berikut.
“Tentu saja saya datang sendiri,” jawabnya sambil ketawa berderai
memamerkan giginya yang gingsul, ketika aku tanya siapa yang
mengantarnya.”93
Kutipan di atas menggambarkan tokoh Dulmajid sebagai sosok anak yang
mandiri. Ketika santri lain diantar orang tuanya ke PM, dia justru berangkat
sendiri dengan penuh semangat dan percaya diri. Selain itu, dia juga
mengurus semuanya sendiri tanpa bantuan orang tua ataupun kerabatnya.
Dulmajid juga merupakan anak yang mempunyai semangat belajar yang
tinggi. Hal tersebut diakui oleh tokoh Alif, sebagaimana terlihat dalam
kutipan berikut. “Animo belajarnya memang maut.” Selain itu, Dulmajid juga
dikenal sebagai teman yang paling jujur, tegas, dan setia kawan serta rela
berkorban demi mewujudkan keinginan teman-temannya. Sebagaimana
terlihat dalam kutipan berikut
“Aku menyadari dia orang paling jujur, paling keras, tapi juga paling setia
kawan yang aku kenal.”94
“Selama dua hari aku harus istirahat di Puskesmas PM, ditemani Dul yang
selalu setia kawan.”95
”Kini giliran Ustad Torik berbicara. Matanya menatap Dul dalam-dalam,
tangannya terangkat menunjuk-nunjuk aula.

Kami ikut merasakan ketegangan Dul. Kasihan dia telah berkorban


melakukan diplomasi melawan Ustad Torik hanya buat kami para umat
penggemar Icuk Sugiarto.” 96

Dari beberapa kutipan di atas terlihat dengan jelas bahwa Dulmajid adalah
seorang figur teman yang jujur dan sangat setia kawan, di saat temannya
sedang sakit di Puskesmas dia selalu menemani dan menjaganya. Selain
itu, dia rela berkorban untuk mewujudkan keinginan teman-temannya agar
dapat menonton siaran langsung Tim Piala Thomas Indonesia yang
bertarung di putaran final di Kuala Lumpur, Dikomandoi Icuk Sugiarto, yang
disiarkan secara nasional di TVRI. Padahal TV haram di PM, tetapi berkat
perjuangan dan usahanya untuk pertama kalinya seumur hidup PM, murid
boleh menonton televisi secara bebas, berjamaah, bahakan di bawah restu
petinggi Kantor Pengasuhan.
Dengan demikian, Dulmajid adalah tokoh bulat yang memiliki berbagai
macam karakter. Dia adalah seorang anak yang mandiri, percaya diri dan
mempunyai semangat belajar yang tinggi selain memiliki sifat jujur, tegas,
dan setia kawan.
5) Atang
Atang adalah tokoh tambahan dalam cerita, dia anggota Sahibul Menara
yang berasal dari Bandung, seorang anak yang

jangkung berambut pendek tegak, sebuah kacamata tebal membebani


batang hidungnya, dan wajahnya yang putih tampak serius dan agak
tegang. Dia mudah mengenal seseorang, patuh terhadap aturan dan baik.
Sebagaimana dalam kutipan berikut.
“Eh, kenalkan nama saya Atang,” katanya singkat sambil menyorongkan
tangannya, dan buru-buru dia menambahkan, “Saya dari Bandung. Urang
Sunda,”..97

Kutipan di atas menggambarkan tokoh Atang yang langsung


memperkenalkan dirinya kepada Alif, ketika mereka masuk kelas pertama
kali di PM dan Alif duduk sebangku disebelahnya. Sikap patuh terhadap
peraturan terlihat ketika Sahibul Menara izin pergi ke Ponorogo, disana
Said membuat ulah dengan berhenti dan turun dari sepeda untuk melihat
idolanya Arnold Schwarzenegger. Ketika itu Atang yang paling patuh
terhadap aturan merasa kaget, karena hal itu di luar rencana awal yang
hanya melihat sambil lewat. Ia kemudian menarik tubuh raksasa Said dan
memapahnya ke sepeda takut ada jasus yang
melintas. Sebagaimana terlihat dalam kutipan berikut.

“Said, ingat, jangan kita jadi jasus dua kali dalam dua bulan!” teriak Atang
kesal. Atang yang paling patuh aturan terpaksa menarik-narik tubuh
raksasa Said dan memapahnya ke sepedanya.”98
Sementara itu, karakter baik digambarkan tokoh Aku dalam kutipan berikut.
“Aku bersyukur sekali mempunyai teman-teman yang baik dan tersebar
dibeberapa kota seperti Atang dan Said.”99
Selain itu, Atang juga merupakan anak yang suka menepati janji.
Sebagaimana terlihat dalam kutipan berikut.
“Besoknya Atang mengajak kami keliling Bandung naik angkot. Sesuai
janji, Atang yang membayari ongkos.”100
Ketika Alif dan Baso ikut berlibur ke rumah Atang di Bandung, dia
mengajak jalan-jalan mereka keliling kota Bandung dan sesuai janji Atang
yang membayari ongkos mereka selama berlibur di Bandung.
Dengan demikian, Atang adalah tokoh bulat dengan berbagai kemungkinan
sisi kehidupannya, ia merupakan pribadi yang baik, selalu patuh terhadap
peraturan yang ada, menepati janji dan mudah mengenal orang lain.

6) Baso Salahuddin
Baso adalah tokoh tambahan dalam cerita, dia anggota Sahibul Menara
yang berasal dari Gowa, Sulawesi. Wajahnya seperti nenek moyangnya
yang pelaut ulung, rambut landak, kulit gelap, dan kalau berjalan seperti
terombang-ambing di atas

perahu, mengambang dan kurus lurus. Alasan dia masuk PM ingin


mendalami agama Islam dan menjadi hafiz Al-Quran, sehingga dia memiliki
karakter religius. Ini terlihat dari sikapnya yang paling bersegera kalau
disuruh pergi ke mesjid dan rajin mengaji untuk menghapal lebih dari enam
ribu ayat Al-Quran di luar kepala. Sebagaimana dalam kutipan berikut.
”Baso adalah anak paling rajin di antara kami dan paling bersegera kalau
disuruh ke mesjid. Sejak mendeklarasikan niat untuk menghapal lebih dari
enam ribu ayat Al-Quran di luar kepala, dia begitu disiplin menyediakan
waktu untuk membaca buku favoritnya: Al-Quran butut yang dibawa dari
kampung sendiri.”101
Berbekal Al-Qur‟an butut yang dibawa dari kampungnya sendiri, Baso
bertekad untuk menghapal lebih dari enam ribu ayat Al-Qur‟an di luar
kepala dengan berdisplin dalam menyediakan waktu untuk membacanya.
Selain itu, Baso juga merupakan anak yang disiplin, rajin dan pintar. Dia
selalu menyediakan waktu untuk membaca Al- Qur‟an dan buku pelajaran
dengan sungguh-sungguh, serta rajin belajar, mengaji dan melaksanakan
shalat. Bahkan dia merupakan anak yang paling rajin dan pintar di antara
anggota Sahibul Menara. Sebagaimana terdapat dalam kutipan berikut.

”Hampir setiap waktu kami melihat Baso membaca buku pelajaran dan Al-
Quran dengan sungguh-sungguh. Itulah yang membuat kami heran.
Dengan kesaktian photographic memory nya kami tahu pasti bahwa tanpa
belajar habis- habisan seperti ini dia akan tetap mudah menaklukkan ujian.
Tapi dia tetap saja menghabiskan waktu untuk belajar, mengaji, shalat lalu
belajar, mengaji, shalat.”102

Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa, walaupun Baso memiliki kesaktian


photographic memory yang kuat, dia tetap saja menghabiskan waktu untuk
belajar, mengaji, dan shalat.
Sikap pendiam, pemalu, serta tertutup juga merupakan sikap yang
ditonjolkan pada tokoh Baso. Sebagaimana terlihat dalam kutipan berikut.
“Selama ini memang Baso lah kawan kami yang paling pendiam, pemalu
dan tertutup”.103

Kutipan di atas menjelaskan tentang sikap Baso yang paling pendiam,


pemalu, dan tertutup diantara anggota Sahibul Menara. Dia memilih untuk
diam sehingga terkesan tertutup jika sedang ada masalah.
Dengan demikian, Baso adalah tokoh bulat yang memiliki berbagai macam
karakter yang meliputi sikap rajin shalat, belajar dan mengaji, disiplin,
rajin, pintar, gemar membaca Al-Qur‟an dan buku pelajaran, pendiam,
pemalu dan tertutup.
7) Kiai Rais
Kiai Rais adalah tokoh tambahan dalam cerita, seorang lelaki separuh
baya yang merupakan rais ma‟had-pimpinan pondok, menjadi panutan
bagi Alif dan semua orang selama berada di PM. Dia adalah seorang
pendidik dengan pengetahuan dan pengalaman lengkap. Ia pernah
sekolah di Al-Azhar, Madinah, dan Belanda. Kiai Rais disebut sebagai
renaissance man pribadi yang tercerahkan karena aneka ragam ilmu dan
kegiatannya. Petuahnya sering kali membangkitkan semangat para santri.
Sebagaimana terdapat dalam kutipan berikut.
”Raja mengangsurkan kepadaku sebuah buku berjudul, Biografi Kiai-kiai
Pendidik. Di buku ini ada biografi ringkas beliau. Menurut penulisnya, Kiai
Rais cocok disebut sebagai renaissance man, pribadi yang tercerahkan
karena aneka ragam ilmu dan kegiatannya.”
”Tenang bos. Kata buku ini Kiai Rais itu seperti ‟mata air ilmu‟. Mengalir
terus. Dalam seminggu ini pasti kita akan mendengar dia memberi petuah
berkali-kali,” jawab Raja penuh harap.”104

Sebagai pemimpin PM, tentunya beliau sangat bersahaja dan berwibawa


sehingga membuatnya terlihat lebih besar dari fisiknya. Beliau juga juga
seorang bapak penyabar dan ramah, senyumnya begitu lebar, seakan-
akan tidak ada yang lebih

membesarkan hatinya selain melihat lautan murid baru dan lama bersesak-
sesakkan di aula ketika Pekan Perkenalan Siswa PM.
Dengan demikian, Kiai Rais adalah tokoh bulat. Beliau memiliki bermacam-
macam watak dan tingkah laku dan sulit diduga. Kadang beliau menjadi
pribadi yang tenang, bersahaja dan berwibawa, tapi di lain kesempatan
beliau berubah menjadi motivator yang membakar semangat para
santrinya bahkan beliau adalah pemain bola yang handal.
8) Ustad Salman
Ustad Salman adalah tokoh tambahan dalam cerita. Beliau adalah wali
kelas Alif semasa di PM, dia seorang lelaki muda bertubuh kurus dan
bersuara lantang serta enerjik. Dari mulut beliaulah Alif mendengar mantra
sakti “man jadda waja” untuk pertama kalinya, yang kemudian
menginspirasi serta menguatkan tekad para Sahibul Menara dan santri
lainnya untuk menuntaskan belajar di PM.
Sebagai seorang pengajar, beliau adalah guru yang kreatif, yang mampu
menciptakan cara-cara tersendiri untuk membangkitkan kembali semangat
belajar muridnya yang mulai penat dan bosan karena sudah belajar selama
seharian penuh. Salah satunya dengan membacakan potongan berbagai
kisah

penuh inspirasi dari para tokoh dan mengulasnya untuk kemudian


dicocokkan dengan konteks muridnya. Sebagaimana diungkapkan pada
kutipan berikut.
“Selama sejam dia membuka buku-buku ini di halaman yang sudah dilipat,
membacakan potongan berbagai kisah penuh inspirasi dari para tokoh, dan
mengulasnya untuk mencocokkan dengan konteks kami. Hasilnya, malam
ini kami kehilangan kantuk dan hanyut dengan semangat yang meletup-
letup. Itulah gaya unik Ustad Salman, selalu mencari jalan kreatif untuk
terus memantik api potensi dan semangat kami.”105

Tidak hanya kreatif, Ustad Salman juga merupakan legenda hidup dalam
mempelajari bahasa. Dia menguasai bahasa Arab, Inggris, Perancis, dan
Belanda, yang semuanya dilakukan secara otodidak. Hobinya membaca
kamus. Ia menguasai dua kamus, pertama Oxford Advanced Learner‟s
Dictionary, dan kedua Al- Munjid, kamus bahasa Arab paling canggih dan
legendaris. Keduanya sudah dikhatamkan dua sampai tiga kali.
Dengan demikian, Ustad Salman adalah tokoh bulat. Sebagai seorang
pengajar beliau memiliki berbagai macam karakter. Beliau adalah seorang
guru yang kreatif dan penuh ide, cerdas, baik dan selalu memotivasi
muridnya untuk tetap selalu semangat dalam menuntut ilmu di PM.
9) Tyson (Rajab Sujai)
Tyson adalah tokoh tambahan dalam cerita, dia seorang laki- laki muda
yang perawakannya pendek gempal menyerupai sang juara tinju kelas
berat dunia Mike Tyson, tapi dengan ukuran lebih kecil. Sehingga dia diberi
gelar Tyson oleh tokoh Aku. Dia murid senior bernama lengkap Rajab Sujai
dan menjabat sebagai kepala Keamanan Pusat, pengendali penegakan
disiplin di PM. Kerjanya berkeliling pondok, pagi, siang, dan malam dengan
kereta angin.
Dia tahu segala penjuru PM seperti mengenal telapak tangannya. Begitu
ada pelanggaran ketertiban di sudut PM mana pun, dia melesat dengan
sepedanya ke tempat kejadian dan langsung menegakkan hukum di
tempat, saat itu juga, seperti layaknya superhero. Dia irit komunikasi
verbal, tapi tangannya cepat menjatuhkan hukuman. Keras tapi efisien,
sehingga semua murid menakutinya dan dinobatkan sebagai horor nomor
satu.
Sebagai kepala Keamanan Pusat, dia memiliki sikap yang tegas dan
disiplin yang tinggi. Sebagaimana kutipan berikut.
“Kalian sekarang di Madani, tidak ada istilah terlambat sedikit.1 menit atau
1 jam, terlambat adalah terlambat. Ini adalah pelanggaran.”106

Menurutnya terlambat adalah pelanggaran terhadap aturan walaupun


hanya 1 menit, dan pelanggaran harus mendapatkan hukuman. Karena di
PM tidak ada kesalahan yang berlangsung tanpa dapat ganjaran. Hal
tersebut demi penegakan disiplin dan kepastian hukum di PM supaya
pelanggarnya jera.
Walaupun terkenal sebagai seseorang yang sangat tegas dan disiplin,
Tyson mempunyai jiwa sportif. Di mana dia mau mengakui kesalahannya
bahkan meminta maaf secara langsung kepada Alif atas tackling ketika
pertandingan sepak bola yang menyebabkan dia celaka dan sempat
dirawat berapa hari di puskesmas.
Dengan demikian, Tyson adalah tokoh bulat. Siapa sangka dibalik
ketegasan dan kedisiplinannya dalam menegakkan hukum dia adalah
seorang pribadi yang sportif yang mau mengakui kesalahannya dengan
meminta maaf secara langsung kepada yang bersangkutan.

10) Ustad Torik


Ustad Torik adalah tokoh tambahan dalam cerita, yang merupakan kepala
Kantor Pengasuhan (KP), yaitu kantor keamanan teratas di PM, Dia adalah
ustad senior yang sangat disiplin dan selalu memegang teguh aturan
seperti hukum besi.

Di tangannyalah semua kebijakan yang berhubungan dengan


penghukuman, pengusiran sampai perizinan. Dia merekam semua yang
dilihatnya seperti memotret, tanpa ada yang terlewat Sama seperti halnya
Tyson, Ustad Torik adalah orang yang tegas dan disiplin. Ketika ada yang
melanggar aturan, beliau langsung memberikan hukuman. Ia tidak segan-
segan menjatuhi Alif, Said dan Atang hukuman botak begitu mengetahui
mereka
pergi ke Surabaya tanpa izin. Sebagaimana kutipan berikut.

“Dengan nada dan tatapan dinginnya, Ustad Torik memotong. “Itu bukan
alasan. Menunggu sampai pagi pun masih bisa. Kalian sudah tahu aturan
adalah aturan. Semua yang ikut ke Surabaya saya tunggu di kantor.
SEKARANG JUGA.”107

Akan tetapi, di balik semua itu Ustad Torik adalah pribadi yang
menyenangkan apabila sedang bermain bulutangkis. Sebagaimana
terdapat dalam kutipan berikut.
”Tapi, di lapangan bulutangkis, Ustad Torik adalah pribadi yang lain.
Badannya dibungkus kaos dan celana training bergaris kuning seperti
punya Bruce Lee. Mukanya animatik dan bahagia. Gerakannya lincah dan
agresif. Sesekali dia bercanda kalau pukulannya masuk atau menyangkut
net.”108
Dari kutipan di atas terlihat bahwa selain memiliki karakter tegas dan
disiplin, Ustad Torik juga memiliki pribadi yang

menyenangkan dan bahagia bahkan diselingi dengan guyonan kalau


pukulannya masuk atau menyangkut net ketika bermain bulutangkis.
Dengan demikian, Ustad Torik adalah tokoh bulat. Walaupun beliau Kepala
Kantor Pengasuhan yang dikenal sangat tegas dan disiplin dalam segala
hal, beliau adalah pribadi yang menyenangkan dan humoris ketika bermain
bulutangkis.

B Sinopsis Novel Negeri 5 Menara


Cerita berawal dari sebuah paksaan hati karena tak ingin menolak
permintaan orang tua, berangkatlah seorang pemuda Minang yang baru saja
memulai jalan hidupnya. Dengan sepotong doa dan sekepal semangat, Alif Fikri
akhirnya melangkahkan kaki ke Pondok Madani (PM) yang menjadi rumahnya
untuk beberapa tahun ke depan. Tak disangka dia bertemu dengan sahabat-
sahabat
yang sangat luar biasa, yang membuat keterpaksaannya menjadi lenyap, sebuah
persahabatan yang kokoh. Said Jufri dari Surabaya (Menara 1), Raja Lubis dari
Medan (Menara 2), Atang dari Bandung (Menara 4), Dulmajid dari Madura
(Menara 5), dan Baso Salahuddin dari Sulawesi (Menara 6), adalah kelima
sahabat Alif (Menara 3) di PM. Mereka berenam dipanggil Sahibul Menara oleh
teman-teman yang lain. Sahibul Menara berarti yang punya menara. Proses
pembelajaran terus berjalan, tak terasa sudah lama mereka hidup bersama.
Sahibul
Menara semakin erat persahabatannya. Banyak kejadian yang telah Alif lewati
bersama sahabat-sahabatnya.
Suatu hari saat Sahibul Menara sedang berkumpul, mereka memperhatikan
awan yang bergerak membentuk pola-pola tertentu, dan mereka mulai
berimajinasi tentang negara-negara yang ingin mereka jelajahi. Keenam sahabat
ini memiliki cita-cita masing-masing ada 5 negeri dengan 4 benua dan masing-
masing negeri ada menara yang menjadi simbol negeri tersebut. Cita-cita yang
ingin mereka capai yaitu menjelajahi: Arab Saudi, Mesir, Amerika, Inggris, dan
Indonesia. Kegudahan untuk menetap di PM masih sangat besar di hati Alif
walaupun dia telah menemukan keluarga baru di PM. Beberapa kali bahkan niat
untuk keluar dari PM sempat menjadi kawan dalam ia berpikir tentang cita-
citanya yang dulu. Alif terus berjuang ditengah kegundahan hatinya, bersama
sahabat-sahabatnya ia berhasil melewati itu semua. Adat di PM ada sebuah
pertunjukkan yang harus ditampilkan oleh santri-santri sebelum kelulusan.
Semua
santri ikut serta dalam pertunjukkan tersebut tak terkecuali Sahibul Menara.
Pertunjukkan yang sudah disiapkan matang-matang oleh santri kelas 6, sebuah
pertunjukkan yang telah dinanti oleh banyak orang. Pertunjukkan yang membuat
penonton takjub dan berdecak kagum. Pertunjukan yang menampilkan
perjalanan
Ibnu Batutah, semua sepakat menampilkan cerita ini. Berkat kerjasama yang
baik,
pertunjukkan yang mereka tampilkan berhasil membuat penonton merasakan
bagaimana angin berhembus di padang pasir, air hujan yang seakan benar-
benar
turun, dan merasakan ada di atas awan.
Kebersamaan Sahibul Menara tak bisa sampai di ujung pertempuran
sebenarnya. Di penghujung waktu pertempuran saat sebuah kepemimpinan
menjadi tugas mereka dan ketika ujian akhir benar-benar di depan mata Baso Si

cerdas harus lebih dahulu pergi dari PM untuk memberikan semangat hidup
kepada keluarga satu-satunya yaitu neneknya. Kepergian Baso dari PM tidak
membuat Sahibul Menara yang lain putus asa, mereka tetap berjuang untuk
mencapai menara mereka masing-masing. Saat kelulusan dari PM tiba semua
bergembira dan menjabat tangan dengan bersemangat, Sahibul Menara lulus
semua banyak jabat tangan terjadi saat itu. Akhir penceritaan ditutup dengan Alif,
Raja, dan Atang bertemu di London dan menelpon Said, Dulmajid, dan Baso
yang
telah berhasil mencapai menara mereka masing-masing, dan ternyata semua
Sahibul Menara telah memiliki pasangan masing-masing.

4.2 Inventarisasi Lima dalam Novel Negeri 5 Menara


Inventarisasi lima dalam novel Negeri 5 Menara yaitu:

4.2.1 Judul Novel Negeri 5 Menara


Objek dari tanda lima yang pertama adalah judul dari novel Negeri 5
Menara yaitu Negeri 5 Menara, yang memang sudah jelas judulnya
ada lima. Judul merupakan hal pertama yang akan dilihat pembaca
dan merupakan elemen terluar dari suatu karya sastra.

4.2.2Lima Negara Empat Benua


Lima Negara Empat Benua merupakan judul dari subbab yang ada di
dalam novel Negeri 5 Menara, subbab ke-24 dari novel Negeri 5
Menara, sekaligus menjadi objek yang kedua untuk tanda lima yang
ada di dalam Negeri 5 Menara.

4.2.3Lima Sahabat Baru


Alif memiliki lima sahabat baru yaitu Atang, Dulmajid, Said, Baso,
dan Raja. Kelima sahabat baru ini sering ditemukan di dalam novel
Negeri 5 Menara dan objek dari lima selanjutnya.

4.2.4Lima Kota yang Berbeda


Surabaya, Medan, Madura, Gowa, dan Bandung merupakan kota-kota
asal dari sahabat Alif. Kelima kota yang berbeda ini menjadi objek
dari tanda angka.

4.2.5Lima Impian yang Tercapai


Impian/Cita-cita/Mimpi apabila terus diperjuangkan pasti akan
tercapa. Kelima impian yang Sahibul Menara harapkan akhirnya
terwujud lewat perjuangan dan dorongan yang kuat dari diri sendiri,
keluarga, serta restu dari Allah SWT. Impian-impian yang tercapai
akan menjadi objek terakhir yang peneliti temukan di dalam novel
Negeri 5 Menara.

4.3 Makna Lima


Novel yang telah diangkat ke layar lebar ini memberikan suguhan bacaan
yang berbeda dengan novel lainnya. Latar belakang pesantren yang memang
jarang diangkat menjadi sebuah karya sastra. Menurut peneliti novel ini telah
berhasil menggambarkan pesona kehidupan pesantren, yang peneliti sendiri
awalnya belum mengetahuinya. Di dalam novel Negeri 5 Menara (N5M)-
seterusnya peneliti akan menggunakan N5M sebagai petunjuk judul novel
banyak
unsur yang menarik dan membangun untuk pemuda Indonesia di masa yang
akan
datang, sehingga tidaklah rugi kalau novel ini menjadi sebuah bacaan wajib.
29
Adanya gambar lima menara yang ada di sampul novel membuat novel
N5M menjadi lebih menarik lagi. Ternyata setelah dianalisis ada tanda lima yang
lain, di dalam novel N5M. Tanda lima ini muncul saat menjelaskan tentang
kehidupan Alif Fikri sebagai tokoh utama, kelima sahabat Alif yang datang dari
berbagai daerah di Indonesia, lima impian mereka yang berbeda-beda, lima
negara
yang mereka tuju, dan tentunya ada lima menara yang menjadi simbol dari
kelima
negara yang menjadi negara tujuan mereka.

4.3.1 Judul Novel Negeri 5 Menara


Judul adalah elemen yang pertama dilihat oleh pembaca karya sastra.
Seperti dikemukakan Sayuti (2000:147) judul merupakan elemen lapisan luar
suatu karya sastra. Oleh karena itu, judul merupakan elemen yang paling mudah
dikenali oleh pembaca. Judul sering kali dikaitkan dengan isi dari karya sastra itu
sendiri. Pembahasan pada penelitian ini akan di awali dari judul novel yaitu
Negeri 5 Menara.
Objek dari tanda lima yang pertama adalah judul novel N5M yang
memang sudah jelas judulnya ada lima. Negeri dari judul “Negeri 5 Menara”
menjadi objek sedangkan 5 Menara dari judul novel tersebut dapat dijadikan
objek
yang bersifat simbol dari masing-masing negeri yang ada di dalam novel. Jadi,
ada lima menara yang akan diinterpretasikan. Hal ini juga dihubungkan dengan
menara yang menjadi ciri khas di setiap negeri (Amerika, Inggris, Mesir, Arab
Saudi, dan Indonesia) yang ingin Alif dan sahabatnya taklukan. Menara adalah
simbol untuk menerangkan sebuah impian atau cita-cita yang tinggi, seperti pada
kutipan berikut ini:
“. . .Bagaikan menara, cita-cita kami tinggi menjulang. Kami ingin
sampai di puncak-puncak mimpi kelak.”(N5M, 2011: 94)
Kutipan di atas inilah yang menjadikan kata “Menara” untuk dipilih
sebagai judul novel. Perumpamanan menara dari novel tersebut menegaskan
bahwa ada cerita dan keinginan tersendiri yang berkesan bagi setiap penduduk
yang ada di negeri tersebut. Semua menara yang ada akan peneliti jadikan objek
yang tentu ada representemannya dan interpretasi dalam penelitian semiotik
sesuai
dengan teori segitiga yang telah dijelaskan Pierce pada landasan teori
sebelumnya.
Menara yang pertama adalah menara yang ingin ditaklukan oleh tokoh
utama, Alif. Alif ingin menaklukan negeri Amerika yang super power, dan tekad
Alif sudah bulat ingin ke Amerika, seperti ditunjukkan kutipan di bawah ini:
“Di kepalaku berkecamuk badai mimpi. Tekad sudah aku bulatkan: kelak
aku ingin menuntut ilmu keluar negeri, kalau perlu sampai ke Amerika.
...” (N5M, 2011: 212)
Kata “Amerika” jelas menunjukkan negeri yang bernama Amerika dan
terdapat menara yang dibangun di negeri tersebut. Bila dikaitkan dengan sampul
depan novel N5M, jelas yang dimaksud tokoh Alif adalah Menara Washington,
namun tidak hanya dilihat dari sampul novel di dalam novel pun ada tanda-tanda
yang menunjukkan bahwa menara yang ingin Alif taklukan adalah Menara
Washington yang memiliki cerita di balik pembangunan menara tersebut. Bisa
dilihat pada kutipan di bawah ini:
“ Washington DC, Desember 2003, jam 16.00”.(N5M, 2011: 1).
“...dia mengabarkan di Washington DC, ibukota negara superpower
ini,....” (N5M, 2011: 208).
Menara Washington dibangun untuk mengenang kepemimpinan presiden
pertama
Amerika yaitu George Washington yang berhasil merebut Amerika dari jajahan
Inggris (http://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Washington). Motivasi
pembangunan menara Washington karena untuk mengenang George
Washington
sebagai panglima Tentara Kontinental sejak 1775 yang berperang melawan
penjajah (Inggris), George Washington berhasil mengalahkan pasukan lawan
dengan jumlah pasukan dan peralatan yang lebih sedikit, dan membawa
Amerika
Serikat ke kemerdekaan pada tahun 1776. Pada 1787, sebagai Presiden
Konvensi
Konstitusional, Washington berperan besar dalam membentuk pemerintahan
yang
mampu bertahan lebih dari 200 tahun. Dua tahun kemudian, pada 1789,
Washington terpilih dengan suara bulat sebagai Presiden Amerika Serikat yang
pertama. Menara Washington inilah yang dimaksud dengan simbol sekaligus
interpretasi dari sebuah kemerdekaan bagi setiap manusia di dunia,
kemerdekaan
yang dimaksud adalah kebebasan untuk tidak bergantung pada orang lain sesuai
dengan kutipan di bawah ini, yang juga membuat Alif menjadi orang yang
mandiri seperti yang diajarkan di PM dari cerita novel N5M.
...“Mandirilah maka kamu akan jadi orang merdeka dan maju. I’timad
ala nafsi, bergantung pada diri sendiri, jangan dengan orang lain.
Cukuplah bantuan Tuhan yang menjadi anutanmu”...(N5M, 2011: 81-82)
Tokoh Alif juga terkesan mendengarkan informasi dari Amerika tersebut,
seperti hebatnya Amerika di balik keberhasilan bangsa tersebut lolos dari
kekhilafan sejarah Eropa dan juga perkembangan Islam di Amerika. Hal ini
dibuktikan dari kutipan berikut:
“Mungkin aku terpengaruh Ustad Salman yang bercerita panjang lebar
bagaimana orang kulit putih Amerika sebagai sebuah bangsa berhasil
meloloskan diri dari kekhilafan sejarah Eropa dan membuat dunia yang
baru. Yang lebih baik dari bangsa asal mereka sendiri.” (N5M, 2011:
207)
“Mungkin juga aku terpengaruh oleh siaran radio VOA yang diasuh oleh
penyiar Abdul Nur Adnan yang berjudul “Islam di Amerika”....” (N5M,
2011: 207-208)
“...Bagian Penerangan selalu mengudarakan acara Pak Nur yang selalu
melaporkan perkembangan Islam di Amerika Serikat Misalnya, dia
mengabarkan di Washington DC, ibukota negara superpower ini, telah
berdiri sebuah masjid raya yang besar di daerah elit pula. Di kampus- kampus
Amerika semakin banyak jurusan tentang kajian Islam dan
mahasiswa datang dari berbagai negara Islam untuk belajar ilmu dan
teknologi terkini...”(N5M, 2011: 208)
Menara yang kedua, yakni menara Big Ben yang merupakan tujuan dari
tokoh pemuda Batak yaitu Raja Lubis. Tokoh Raja terpesona dengan Menara Big
Ben yang cantik. Cantik yang dimaksud oleh tokoh Raja adalah di Menara Big
Ben (sekarang bernama Menara Elizabeth) tersebut terdapat empat jam besar
yang
ada di setiap sudut menara membuat setiap orang di London bisa melihat jam
tersebut. Jam ini terkenal karena ketepatannya dan jam bermuka empat ini telah
menjadi ikon Inggris dan keakurasiannya terkenal sampai ke seluruh dunia
(http://matahatiku.com/big-ben-menara-jam-raksasa-yang-menjadi-icon-
kotalondon/). Pendesainnya adalah seorang pengacara dan horologis amatir
Edmund
Beckett Denison, dan George Airy, seorang Astronom Kerajaan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Big_Ben). Makna adanya jam di Menara Big Ben
menunjukkan tentang pentingnya kedisiplinan yang dalam hal ini mengarah pada
ketepatan waktu, sehingga objeknya adalah menara itu sendiri, representasinya
yaitu Menara Big Ben (Menara Elizabeth), sedangkan interpretasi sekaligus
simbol dari kedisiplinan waktu, berikut buktinya:
“...Malah menurutku lebih mirip benua Eropa. Tuh, kan…,” tukas Raja
sambil menjalankan jarinya di udara,...” (N5M, 2011:208)
“...Lalu aku ingin melihat kehebatan kerajaan Inggris yang pernah
mengangkangi dunia. Aku penasaran dengan cerita dalam buku reading
kita, ada Big Ben yang cantik dan bagian rute jalan kaki dari
Buckingham Palace ke Trafalgar Square,” kata Raja menggebu-gebu
kepada kami....”(N5M, 2011: 208-209)
Raja lubis di awal penceritaan mengalami keterlambatan untuk mendaftar
di PM, sehingga membuat dia harus mengulang mendaftar pada tahun yang
sama
dengan Alif. Raja yang tidak ingin melakukan keterlambatan lagi memilih menara
Big Ben (sekarang menara Elizabeth) impiannya, kutipan Raja mengalami
keterlambatan yaitu,
“...Raja yang berasal dari pinggir Kota Medan ini tahun lalu gagal
masuk PM karena terlambat mendaftar....” (N5M, 2011: 44)
Menara ketiga, yaitu Menara Al-Azhar (dilihat dari sampul novel N5M)
yang berada di Kairo, Mesir yang menjadi tempat tujuan Atang setelah tamat dari
PM. Menara ini menjadi objek dari representamen Menara Al-Azhar yang
menginterpretasikan bahwa kita harus memiliki ilmu dan pengetahuan yang
cukup
luas untuk meraih cita-cita kita. Mesir juga terkenal dengan julukan “ibu”
peradaban dunia Dan Al-Azhar pun kini menjadi Universitas Islam yang tertua,
sebagai ibu bagi para penerus estafet perjuangannya baik di Timur maupun di
Barat. Ia merupakan benteng pertahanan keilmuan dan pemikiran dari hunjaman
dan serangan musuh-musuh Islam (http://firdauzwajdi.wordpress.com/sekilas-ttg-
al-azhar/). Keinginan Atang ingin ke Mesir disampaikan ketika para Sahibul
Menara sedang berimajinasi tentang awan-awan yang mereka ubah kebentuk
tempat-tempat yang ingin mereka taklukan, berikut kutipannya:
“...Apalagi Mesir yang disebut ibu peradaban dunia. Ada Laut Merah,
Kairo, Pira-mid, dan sampai kampus Al Azhar. Siapa tahu nanti aku bisa
kuliah ke sana,” tekad Atang.” (N5M, 2011: 209)
Kata-kata “Siapa tahu nanti aku bisa kuliah ke sana” merujuk pada
kampus Al-Azhar yang memang hingga saat ini menjadi kampus terpopuler
pilihan mahasiswa Indonesia khususnya untuk melanjutkan studinya. Seperti
pendapat berikut (http://cuenkx.wordpress.com/2010/10/19/al-azhar-memang-
tak- setua-sejarah-tetapi-masih-aktual-untuk-di-perbincangan/) sampai kini, Mesir
masih menjadi idola sebagian besar para peminat studi ilmu-ilmu keislaman.
Maklum, di negeri Lembah sungai Nil ini terdapat universitas tertua di dunia,
Universitas Al-Azhar. Dari data yang ada menunjukkan, minat para calon
mahasiswa asal Indonesia terus meningkat. Kebanyakan mereka mengambil
bidang studi ilmu-ilmu keislaman di Universitas Al-Azhar, karena sesuai dengan
objek tanda yaitu menara, yang representamennya yaitu menara Al-Azhar yang
diinterpretasikanoleh peneliti adalah tempat yang penuh ilmu pengetahuan.
Menara keempat, yaitu menara yang ada di Masjidil Haram, menara yang
ingin dituju oleh Baso adalah objek yang representamennya adalah menara dari
Masjidil Haram, dan interpretasi dari simbol keislaman yang kuat, karena di
Mekkah tempat umat Islam beribadah haji. Peneliti menyebutkan menara
keempat
ini adalah menara Masjidil Haram karena saat mendengar kata Mekkah langsung
tergambarkan Ka’bah yang berada di Masjidil Haram. Dan Masjidil Haram pun
memiliki menara yang berjumlah 9 (http://id.wikipedia.org/wiki/Masjidil_Haram)
menjadikan interpretasi peneliti tambah kuat bahwa menara yang dimaksud
adalah
Menara Masjidil Haram. Menurut Nasution (2004: 26) Masjidil Haram sangat
mulia dan sangat dihormati oleh seluruh umat Islam, karena di dalam Masjidil
Haram, Maqam Ibrahim, dan Zamzam.
“...Baso terus memegang teguh niatnya untuk sekolah ke Arab, seperti
yang kami mimpikan di bawah menara menjelang Maghrib....” (N5M, 2011: 363).
Mekkah adalah tempat yang membuat Baso selalu terobsesi untuk
melanjutkan sekolahnya tentu saja dengan modal hafalan Al-Quran yang ia
miliki.
Jadi, dalam meraih cita-cita kita harus tetap dekat dengan Allah SWT. karena
skenario-Nya akan lebih indah dan luar biasa. Mekkah tidak hanya tempat untuk
beribadah tetapi juga sebagai tempat untuk menimba ilmu, berikut buktinya:
““Selain itu, aku mendengar, orang yang hapal Al-Quran bisa
mendapatkan beasiswa penuh untuk kuliah di Madinah dan Mekkah,
tempat yang aku mimpikan untuk belajar nanti....”(N5M, 2011:363)
Menara terakhir, adalah menara yang dipilih oleh Said dan Dulmajid
adalah Menara Monas, yang berada di Jakarta, Indonesia. Menara kelima yang
ingin Dulmajid dan Said adalah objek dari tanda dan representamennya yaitu
Monas. Monas peneliti jadikan menara terakhir karena Said dan Dulmajid
memang ingin mengembangkan Indonesia, dan kalau berbicara Indonesia pasti
bersinggungan langsung dengan Jakarta, yang memliki ikon yaitu Monas. Monas
merupakan simbol dari interpretasi perjuangan tanpa mengenal putus asa,
sejalan
dengan pendapat berikut yang mengatakan bahwa tugu peringatan nasional
yang
satu ini merupakan salah satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk
mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat melawan penjajah Belanda (:
http://indocropcircles.wordpress.com/2011/10/11/misteri-relief-wanita-di-obor-
api-tugu-monas/).
Monas dibangun untuk menandakan perjuangan masyarakat Indonesia
yang terus berjuang melawan penjajah, memperjuangkan kemerdekaan.
Kobaran
semangat yang ada di puncak Monas adalah simbol perjuangan yang membakar
semangat. Dihubungkan dengan isi novel N5M bahwa dalam meraih cita-cita
tidak
boleh putus asa harus terus berjuang dan selalu semangat. Menurut Said dan
Dulmajid, Indonesia adalah tempat untuk berjuang yang ditunjukkan oleh kutipan
di bawah ini:
“...Mereka menganggap, awan ini ada di langit Indonesia, karena itu
apa pun imajinasi orang, itu tetaplah Indonesia. Berbicara tentang cita- cita,
mereka juga sepakat bahwa negara inilah tempat berjuang dan
tempat yang paling tepat untuk berbuat baik.”(N5M, 2011: 210)
Jadi, makna lima dari judul novel N5M, menunjukkan jumlah menara
yang menjadi tujuan (impian) dari Alif dan sahabat-sahabatnya. Simbol dari
menara yang disebutkan di atas memiliki interpretasi yaitu Menara Washington
interpretasi dari kebebasan untuk menjadi mandiri, Menara Big Ben mengacu
pada kedisiplinan/ketepatan waktu, Menara Al-Azhar menjelaskan tentang ilmu
pengetahuan, Menara Masjidil Haram interpretasi dari keislaman yang kuat, dan
Monas adalah cerminan dari perjuangan tanpa mengenal putus asa.

4.3.2 Lima Negara Empat Benua


Subbab pada novel N5M ada juga yang memiliki tanda lima yaitu pada
subbab yang diberi judul Lima Negara Empat Benua. Judul pada subbab ini
merupakan objek dari lima selanjutnya. Di dalam subbab ini menjelaskan tentang
lima tempat yang ingin ditaklukkan oleh Alif dan sahabatnya, seperti tertera di
bawah ini;
““Aku melihat dunia di awan-awan itu,” kataku sok puitis. Aku gerakkan
telunjukku menunjukkan garis-garis imajiner di awan kepada Raja yang
duduk di sampingku. Kami sama-sama menengadah. “Benua Amerika,”
kataku....”(N5M, 2011: 208)
“...Lalu aku ingin melihat kehebatan kerajaan Inggris yang pernah
mengangkangi dunia. Aku penasaran dengan cerita dalam buku reading
kita, ada Big Ben yang cantik dan bagian rute jalan kaki dari
Buckingham Palace ke Trafalgar Square,” kata Raja menggebu-gebu
kepada kami....”(N5M, 2011: 208-209)
“...Apalagi Mesir yang disebut ibu peradaban dunia. Ada Laut Merah,
Kairo, Pira-mid, dan sampai kampus Al Azhar. Siapa tahu nanti aku bisa
kuliah ke sana,” tekad Atang.” (N5M, 2011: 209)
“Jangan lupa dengan Iran, Iraq, India, dan negara lainnya. Semua
punya keunikan yang mengejutkan. Bagiku, wilayah Asia dan Afrika
lebih menarik untuk diselami,” kata Baso mendukung Atang.” (N5M,
2011: 209)
“...Mereka menganggap, awan ini ada di langit Indonesia, karena itu
apa pun imajinasi orang, itu tetaplah Indonesia. Berbicara tentang cita- cita,
mereka juga sepakat bahwa negara inilah tempat berjuang dan
tempat yang paling tepat untuk berbuat baik.”(N5M, 2011: 210)
Kutipan-kutipan di atas menunjukkan bahwa memang ada lima negara
yang ingin mereka jadikan tempat impian mereka, kelima tempat itu yaitu
Amerika, Inggris, Mesir, Arab Saudi, dan Indonesia, melihat negara tujuan
mereka peneliti juga bisa menginterpretasikan bahwa ada empat benua tujuan
yaitu Eropa, Amerika, Asia, dan Afrika. Kutipan pertama, menjelaskan tentang
tanda lima yang mengacu atau representamennya yaitu tempat yang ingin dituju,
yaitu Amerika. Seperti penjelasan sebelumnya bahwa Amerika menjadi tempat
yang dituju oleh Alif. Kutipan kedua menjelaskan mengenai negara Inggris
dengan segala pernak-perniknya, ini menjadi tempat Raja untuk menempuh
pendidikan. Kutipan ketiga dengan tekad Atang mengatakan bahwa tempat yang
ingin taklukan adalah Mesir. Keempat adalah kutipan yang menjelaskan bahwa
Baso ingin mengelilingi Asia dan Afrika. dan yang terakhir adalah penyataan
Said
dan Atang yang ingin tetap di Indonesia.
Interpretasi dari kelima negara yang telah disebutkan di atas menurut
peneliti adalah simbol bahwa manusia itu bisa bermimpi setinggi-tingginya dan
sejauh-jauhnya. Serta kelima negara ini juga memiliki khasnya masing-masing
sesuai dengan penjelasan sebelumnya tentang judul novel Negeri 5 Menara.
Negara Amerika yang memiliki menara Washington sebagai simbol kebebasan,
negara Inggris yang memiliki menara cantik yaitu, menara Big Ben yang menjadi
simbol ketepatan waktu, negara Mesir memiliki khas yaitu menara Al-Azhar
sebagai simbol keilmuan dan pengetahuan, negara Arab Saudi, dengan menara
Masjidil Haram yang mencerminkan keislaman, dan negara Indonesia yang
memiliki Monas yang menjadi simbol perjuangan.

4.3.3 Lima Sahabat Baru


Jalan hidup Alif berubah setelah bertemu dengan lima sahabatnya yang
berasal dari kota yang berbeda-beda dan tentu saja memiliki karakter yang
berbeda-beda juga. Kelima sahabatnya ini membuat Alif mengubah
keterpaksaannya menjadi sebuah keikhlasan dalam menerima kenyataannya dia
harus sekolah di PM (N5M, 2011: 399).
Wujud keakraban Alif dan sahabatnya juga tampak pada julukkan yang
diberi kepada mereka, yaitu Said Jufri dari Surabaya (Menara 1), Raja Lubis dari
Medan (Menara 2), Atang dari Bandung (Menara 4), Dulmajid dari Madura
(Menara 5), dan Baso Salahuddin dari Sulawesi (Menara 6), adalah kelima
sahabat Alif Fikri (Menara 3) di PM (N5M, 2011: 92-96).
Pemberian julukan yang Alif dan sahabatnya dapatkan, dilihat dari objek
yaitu persahabatan Alif dan sahabatnya, dan representamennya bahwa Said
Jufri
dari Surabaya (Menara 1), Raja Lubis dari Medan (Menara 2), Atang dari
Bandung (Menara 4), Dulmajid dari Madura (Menara 5), dan Baso Salahuddin
dari Sulawesi (Menara 6). Interpretasi dari kelima julukan sahabat Alif adalah,
yang pertama Said Jufri dari Surabaya yang dijuluki menara 1 karena Said Jufri
dianggap orang yang paling dewasa di antara Alif dan sahabatnya, selalu
optimis,
dan elalu berpikir positif. Terlihat dari kutipan di bawah ini.
“Tidak salah kalau dia yang paling dewasa di antara kami....” (N5M,
2011: 45)
“... Said dengan optimis memberi kami harapan.”(N5M, 2011: 65)
“...Anak keturunan Arab ini memang melihat segala sesuatu dari sisi
putihnya, sisi positifnya, dan dengan gampang melupakan sisi
buruknya.” (N5M, 2011: 7)
“...belajar dari Said, aku memilih optimis saja.” (N5M, 2011: 82)
“Demi menghormati sang ketua kelas dan ketua kamar yang paling
berumur,...” (N5M, 2011: 93)
“...Pelan-pelan aku merasa Said tumbuh menjadi pemimpin informal
kami. Perawakan yang seperti orangtua dan cara berpikirnya yang
dewasa membuat kami menerimanya sebagai yang terdepan. Dia kerap
jadi tempat kami bertanya kata akhir kalau ada masalah. Aku sendiri
mengagumi caranya melihat segala sesuatu dengan positif. Dalam hati
aku menganggap dia abang laki-laki yang aku tidak pernah
punya.”(N5M, 2011: 156)
Interpretasi yang kedua, Raja sebagai menara 2, Raja Lubis seorang
pemuda Batak, yang memiliki sifat percaya dri, kutu buku, bersemangat,
ekspresif, senang berbagi informasi, pintar berpidato, senang bercanda, dan
aktif.
“...Raja Lubis yang duduk di meja paling depan maju dengan penuh
percaya diri.” (N5M, 2011:44)
“...Raja dengan bangga berbisik kepadaku. Matanya nanar menatap
buku ini. Dasar si kutu buku....” (N5M, 2011: 59-60)
“...Raja dengan bersemangat. Dia selalu dengan senang hati berbagi
informasi apa saja, melebihi dari apa yang kami tanya.... “(N5M, 2011:
61)
“...Raja yang paling ekspresif, tampak mengayunayunkan tinjunya di
udara sambil berteriak “Allahu Akbar!”....”(N5M, 2011: 108)
“Raja yang paling pede maju selangkah ke depan dan membuka
pembicaraan.(N5M, 2011: 125)
“...Raja yang ahli pidato menjadi mentor.”(N5M, 2011: 150)
“...Raja sering bercanda,...” (N5M, 2011: 156)
“ Raja yang paling agresif dalam perkara kirim mengirim surat ini,
khususnya untuk penerbitan berbahasa Inggris....” (N5M, 2011: 175)
Sahabat Alif yang ketiga, Atang, berasal dari Bandung, yang paling patuh
dengan aturan, kreatif, selalu berpikir yang lurus, namun masih sering ragu-ragu.
Atang yang telah membawa Sahibul Menara keliling kota Bandung.
“...Tiba-tiba Atang yang berjalan paling depan berhenti dan surut
beberapa langkah. Dengan takut-takut dia melirik ke meja perizinan di
depan kantor pengasuhan.” (N5M, 2011: 123)
“Atang, dan Baso ragu-ragu....” (N5M, 2011: 128)
“...Atang yang paling patuh aturan....”(N5M, 2011: 129)
“...Atang yang pemain teater mengajarkanku agar menggunakan napas
perut supaya suara menjadi bulat dan lantang.” (N5M, 2011: 152)
“...Atang yang kreatif Membawa selimut “batang padi” yang bermotif
strip hitam putih dari kamarnya dan mengembangkannya di pinggir
lapangan....”(N5M, 2011: 278)
“Sementara Atang yang baik dan lurus,...”(N5M, 2011: 353)
Sahabat yang keempat, Dulmajid adalah pemuda asal Madura yang
memiliki sifat paling jujur, paling keras, setia kawan, dan nasionalis. Dulmajid
ingin sekali membuat taraf keluarganya meningkat, Dulmajid pemuda yang
paling
pekerja keras dibandingkan dengan Sahibul Menara yang lain. sifat-sfatnya
seperti
ditunjukkan pada kutipan di bawah ini:
“Kawanku yang lain adalah Dulmajid dari Madura... Di kemudian hari,
aku menyadari dia orang paling jujur, paling keras, tapi juga paling
setia kawan yang aku kenal.” (N5M, 2011: 46)
“Dulmajid, si anak Madura yang tidak pernah memperlihatkan rasa
takutnya, kali ini tampak serius....” (N5M, 2011: 241)
“...Dulmajid bertekad untuk belajar keras, kalau bisa juga meningkatkan
taraf hidup keluarganya yang telah beberapa generasi menjadi petani
garam.”(N5M, 2011: 242-243)
“...Dulmajid sangat nasionalis,...”(N5M, 2011: 405)
Sahabat yang kelima, berasal dar tmur Indonesia, Gowa, Sulawesi Selatan,
Baso Salahudin. Pemuda yang selalu terobsesi menghapalkan Al-Quran guna
memberika jubah kemuliaan kepada kedua orang tuanya yang telah menghadap
sang Ilahi. Baso memiliki sifat pelupa tapi cerdas, pendiam, pemalu, paling rajin
ke masjid, memiliki daya hapal yang tinggi, bisa menjadi guru yang baik untuk
Sahibul Menara yang lain dan pribadi yang tertutup. karakteristik Baso dapat
dilihat pada kutipan-kutipan di bawah ini:
“Baso —di tengah kecerdasannya—paling sering lupa memakainja
sehingga dia menjadi langganan mahkamah....” (N5M, 2011: 86)
“Baso adalah anak paling paling rajin di antara kami dan paling
bersegera kalau disuruh ke masjid....” (N5M, 2011: 92)
“...Semua tercetak paten di otaknya. Mungkin ini yang disebut
photographic memory, Dia bagai mutiara kampung di Gowa.” (N5M,
2011: 117)
“Baso si pemilik photographic memory ini telah bertekad bulat untuk
bisa menghapal tiga puluh juz Al-Quran selama di PM segera bergabung
dengan kelompok Thahfidzul Quran....” (N5M, 2011:163)
“Di tengah kecemerlangan otaknya, kekurangan Baso adalah sifat
pelupa....”(N5M, 2011: 306)
“...Selama ini memang Baso lah kawan kami yang paling pendiam,
pemalu dan tertutup....”(N5M, 2011:359)
“...Apalagi Baso yang selalu rajin belajar.” (N5M, 2011: 369)
“Baso selama ini adalah referensi terhebat kami untuk masalah
pelajaran selain Bahasa Inggris. Tidak itu saja, dia pintar untuk
menerangkan pelajaran dengan bahasa sederhana dan menyemangati
kita untuk memahami dan menghapalkan.” (N5M, 2011: 382)
Lima sahabat baru Alif ini adalah objek dan indeks dari hasil merantau,
karena kalau kita merantau ke daerah orang kita akan mendapatkan keluarga
dan
kawan yang baru sesuai dengan kutipan kata mutiara dari Imam Syafi’i yang
diajarkan di Pondok Modern Gontor, di bawah ini:
“Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halamannya
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup setelah lelah berjuang” (N5M, 2011:
xii)
Representamen dari Lima sahabat Alif yaitu Atang, Raja, Baso, Said, dan
Dulmajid. Melihat keakraban yang mereka jalin peneliti menginterpretasikan
sebuah keluarga baru yang membuat Alif menjadi tambah kuat pendiriannya
bahwa ia tidak salah masuk PM. Keterpaksaan yang berakhir menjadi sebuah
kesuksesan yang luar biasa, restu dari orang tua dan restu dari Allah telah
mengubah Alif menjadi ikhlas, dan pertemuannya dengan anggota Sahibul
Menara yang lain menambah keyakinannya untuk tetap berada di PM keikhlasan
Alif ini adalah indeks dari sebuah persahabatan dan kekeluargaan yang baru Alif
dapatkan di PM.
Persahabatan mereka yang dibalut dengan pertengkaran dan canda tawa,
bahkan ada air mata. Alif merasa menemukan keluarga baru di PM lewat
sahabat- sahabatnya. Kelima sahabat Alif yang mempunyai karakter yang
berbeda namun
tetap mempunyai tekad yang sama yaitu ingin menggapai cita-cita mereka yang
tinggi seperti halnya menara.
“. . .Bagaikan menara, cita-cita kami tinggi menjulang. Kami ingin
sampai di puncak-puncak mimpi kelak.”(N5M, 2011: 94)
Indeks yang terlihat dari lima sahabat baru Alif ini menjelaskan bahwa kita
tidak akan pernah kehilangan keluarga atau kawan kalau kita ingin merantau ke
negeri orang. Merantaulah supaya kita dapat memiliki lebih banyak keluarga dan
teman baru.

4.3.4 Lima Kota yang Berbeda


Pembahasan selanjutnya akan mengupas tanda yang ada pada kota asal
kelima sahabat Alif yang berbeda di Indonesia. Semua kota yang dipilih oleh
penulis merupakan kota-kota yang mayoritas penduduknya beragama Islam,
juga
memiliki latar belakang pendidikan yang cukup kuat. Kelima kota yang berbeda
ini merupakan simbol dari perkembangan Islam yang ada di Indonesia. Kelima
kota ini telah mewakili kota-kota yang ada di Indonesia.
Kota pertama, Kota Bandung yang menjadi asal Atang adalah kota yang
memiliki julukan “Paris van Java” yang diberikan oleh orang-orang Belanda
setelah merasakan kenyamanan hidup di Bandung, berdasarkan buku yang
berjudul Peta Kota & Index Bandung, Paris van Java kota Bandung mempunyai
5
fungsi yang disandangnya: pusat kegatan pemerintah, perdagangan, pendidikan,
kebudayaan, dan pariwsata. Serta memiliki penduduk mayoritas Islam ini
menurut
orang Minang (A. Fuadi) sendiri adalah kota yang strategis untuk menyekolahkan
anak-anak mereka, terlihat di dalam kutipan di bawah ini:
“...orang Minang lebih suka mengirim anaknya sekolah ke Bandung
daripada ke kota lain.Entah kebetulan, di Minang juga ada wilayah yang
disebut Periangan. Tapi alasan praktisnya mungkin karena Bandung
cukup dekat dan lebih murah. Yogya murah tapi jauh, Jakarta dekat, tapi
mahal.” (N5M, 2011: 310)
Kota Bandung juga dianggap A. Fuadi kota yang pendidikannya sudah
semakin maju. Ini membuat interpretasi terhadap kota Bandung semakin besar,
selain murah, ternyata Bandung juga memiliki pendidikan yang baik. Terlihat
pada kutipan di bawah ini:
“...Sepanjang perjalanan dia bercerita tentang kemajuan pendidikan di
Bandung....” (N5M, 2011: 218)
Kota kedua, yaitu Medan, kota asal dari Raja Lubis, seorang anak yang
cerdas senang membantu sesama. Apabila mendengar kata kota Medan, pasti
pikiran akan menjawab langsung kota yang mayoritas bukan berpenduduk Islam.
Padahal salah besar, ternyata penduduk di kota Medan mayoritas adalah Islam,
dan penduduknya memang taat dalam menjalankan perintah Allah SWT.
“Dengan gagah dia berkata, “Aku ingin menjadi ulama yang intelek,
Ustad. Dari sepuluh orang bersaudara, aku sendirilah yang diberi
amanat Ibu dan Bapak untuk belajar agama.””(N5M, 2011: 44)
Kutipan di atas cukup menjelaskan bahwa di Medan penduduknya masih
mengharapkan ulama yang memang bisa diandalkan, bukan hanya sekedar bisa
berbicara di atas mimbar. Di dalam sebuah skripsi dengan judul “Eksistensi
Masjid yang ada di Medan sekitarnya dalam tinjauan Historis” menjelaskan
bahwa di kota Medan banyak peninggalan-peninggalan kerajaan Islam yang
masih
dijaga.
Kota ketiga, Gowa, Sulawesi Selatan, asal dari tokoh Baso Salahudin yang
datang dari timur Indonesia, yang memiliki otak yang cerdas, dan penghapal Al-
Quran. Kota asal Baso ini, pada zaman penyebaran islam merupakan kota atau
daerah yang pertama didatangi oleh para penyebar agama Islam di bagian
Indonesia Timur. Peradaban Islam dipertahankan hingga sekarang, terbukti
dilihat
dari penduduk Gowa yang mayoritas Islam, dan adanya peninggalan yang
bersejerah di Gowa (http://id.wikipedia.org/wiki/Gowa,SulawesiSealatan) .
“...“Saya berasal dari Sulawesi,” kata Baso Salahuddin yang berlayar
dari Gowa....” (N5M, 2011: 46)
Kota keempat, yaitu Surabaya yang juga merupakan kota dengan
mayoritas berpenduduk Islam. Pesantren yang terbaik dan tertua ada di
Surabaya
tempat tinggal Said Jufri. Said tinggal bersama keluarganya di Surabaya.
Surabaya juga terkenal dengan Wali Songo yang menyebarkan Islam di pulau
Jawa (http://id.wikipedia.org/wiki/Surabaya). Kutipan di bawah ini menjelaskan
bahwa Said memang berasal dari kota Surabaya.
“Makhluk paling raksasa di kelas adalah Said Jufri yang berasal dari
Surabaya... Dia memang keturunan kelima dari saudagar Arab yang
mendarat dan menetap di kawasan Ampel, Surabaya....”(N5M, 2011: 45)
Kota kelima, dari derah asal Dulmajid yang berasal dari Madura, sebuah
kota yang juga berpenduduk mayoritas Islam. Di Madura dua Wali Songo yang
menyebarkan Islam, yaitu: Sunan Giri dan Sunan Pasudan, kedua sunan ini
memberikan dampak yang besar bagi umat Islam di Madura. Hingga saat ini
semua penduduk Madura memeluk agama Islam
(http://id.wikipedia.org/wiki/Madura).
“Kawanku yang lain adalah Dulmajid dari Madura....” (N5M, 2011: 46)
Lima kota yang berbeda yang menjadi simbol perkembangan islam saat ini
di Indonesia. Jelas terlihat di Indonesia, Islam tetap menjadi agama yang kuat
dan
mempunyai penerus yang kuat juga. Didukung dengan pendidikan mulai dari non
Islam hingga berbasis Islam, semuanya membuat kota-kota ini telah mewakili
negara Indonesia yang memang terkenal dengan penduduk yang mayoritas
Islam.
Objek yang ada yaitu lima kota yang berbeda dan representamennya yaitu
Bandung, Medan, Gowa, Surabaya, dan Madura. Peneliti menginterpretasikanya
sesuai dengan penjelasan-penjelasan di atas bahwa kelima kota ini simbol dari
keteguhan Islam di balik asal daerah sahabat-sahabat Alif.
4.3.5 Lima Impian yang jadi Nyata
Perjuangan yang panjang telah Sahibul Menara lalui, ada tangis, ada tawa,
dan ada amarah semua telah mereka lewat dengan baik. Berlomba-lomba di
dalam
ujian untuk mendapatkan hasil yang maksimal (N5M, 2011: 378-393). Banyak
sejarah yang telah mereka torehkan selama menjadi santri di PM. Impian-impian
yang mereka miliki, akhirnya menjadi sebuah kenyataan yang luar biasa. Impian
yang Alif dan sahabat-sahabatnya raih merupakan indeks yang terjadi karena
perjuangan, kedisiplinan, keislaman yang kuat, kepemimpinan, dan ilmu
pengetahuan yang mereka miliki benar-benar mereka aplikasikan. Lima impian
yang jadi nyata adalah objek terakhir dari tanda yang peneliti temukan yang
representamen yaitu Raja berhasil ke Inggris, Alif berhasil ke Amerika, Atang
berhasil ke Mesir, Baso tentu saja ke Mekkah, serta Dulmajid dan Said yang
berhasil di Indonesia.
Kedisiplinan yang diajarkan oleh PM sama halnya dengan kedisiplinan
yang identik dengan Menara Big Ben/Menara Elizabeth di London, yang telah
membawa Raja benar-benar terbang ke London untuk melanjutkan pendidikan
dan dakwahnya tentang Islam, keberhasilan Raja ini merupakan indeks dari
keinginannya meraih cita-cita yang terlihat di kutipan berikut ini,
“Sementara Raja berkisah kalau dia telah satu tahun tinggal di London,
setelah menyelesaikan kuliah hukum Islam dengan gelar “License” di
Madinah. Dia akan berada di London selama dua tahun memenuhi
undangan komunitas Muslim Indonesia di kota ini untuk menjadi
pembina agama. Raja, dengan dibantu Fatia, antara lain bertanggung
jawab menjalankan kegiatan masjid, madrasah akhir pekan dan
pengajian rutin. Dia juga mengambil kelas malam di London
Metropolitan University untuk bidang linguistik.” (N5M, 2011: 403-404)
Perjuangan yang gigih dan tak kenal lelah menjadikan Said dan Dulmajid
berhasil menjadi pemuda yang memperbaiki mutu pendidikan sesuai dengan
yang
dicita-citakan mereka, indeks ini juga sesuai dengan Monas sebagai simbol
perjuangan untuk merebut tanah tercinta ini. Lewat Said dan Dulmajid penulis
menceritakan bahwa Indonesia negera yang kaya akan pemuda yang
berkualitas.
Lewat kerja sama Said dan Dulmajid sebuah pesantren berhasil mereka dirikan
tentu dengan semangat PM yang mereka punyai. Penjelasan di atas terlihat
dalam
kutipan di bawah ini,
“Ah, aku tidak muluk-muluk. Aku akan mencoba kuliah dan lalu kembali
ke kampung dan membuka madrasah di kampungku,” kata Dulmajid.
Said mengangguk-angguk setuju, dan menambahkan.
“Aku juga. Setelah sekolah, aku balik ke Kampung Ampel, dan
memperbaiki mutu sekolah dan madrasah yang ada,” kata Said.(N5M,
2011: 210)
“Atang mendapat kabar kalau kini Said meneruskan bisnis batik
keluarga Jufri di Pasar Ampel, Surabaya. Sesuai cita-cita mereka dulu,
Said dan Dulmajid bekerja sama mendirikan sebuah pondok dengan
semangat PM di Surabaya.” (N5M, 2011: 403)
Cinta tanah air dan ingin memajukan negera sendiri masih menjadi
prioritas Sahibul Menara, semuanya hanya berniat untuk menimba ilmu di luar
untuk membuat negeri ini maju, seperti dikatakan Atang pada kutipan di bawah
ini:
“Negaraku surgaku, bila tiba waktunya, kita wajib pulang mengamalkan
ilmu, memajukan bangsa kita,” balas Atang. Aku yakin kami semua
sepakat dengan Atang.”(N5M, 2011: 405)
Agama yang kuat, menjadi salah satu ciri khas pemuda Gowa ini, Baso
Salahudin yang memiliki impian ingin bersekolah ke Mekkah dengan
bermodalkan hafalan Al-Quran telah membuktikan kepada banyak orang bahwa
uang bukanlah hal yang paling utama saat kita ingin mencapai cita-cita. Sesuai
dengan karakternya yang kuat dalam agamanya, Baso berhasil melanjutan
pendidikannya di Mekkah dengan modal hafal Al-Quran dan beasiswa pasti
sudah
ditangan. Berbanding lurus dengan pemahaman orang kebanyakan tentang
Mekkah yaitu tempat untuk beribadah umat Islam, dengan kecintaan kita dengan
Allah saja maka impian bisa jadi nyata. Keberhasilan Baso ini dapat dilihat dalam
kutipan:
“Atang bahkan punya kabar tentang Baso, si otak cemerlang yang
mengundurkan diri dari PM karena ingin merawat neneknya dan
menghapal Al-Quran untuk almarhum orang tuanya. Allah
memperjalankan Baso yang brilian ini kuliah di Mekkah. Dengan modal
hapal luar kepala segenap isi Al- Quran, dia mendapat beasiswa penuh
dari pemerintah Arab Saudi.” (N5M, 2011:403)
Menara dengan julukan menara Ilmu telah berhasil Atang taklukan. Kairo
yang menjadi tujuannya untuk menimba ilmu telah ia rasakan. Seperti kutipan di
bawah ini,
“Sedangkan Atang sendiri telah delapan tahun menuntut ilmu di Kairo
dan sekarang menjadi mahasiswa program doktoral untuk ilmu hadist di
Universitas Al-Azhar....” (N5M, 2011: 403)
Impian terakhir adalah impian Alif yang ingin menginjakkan kakinya ke
negara adikuasa yaitu Amerika. Kedisiplinan, perjuangan, keislaman, ilmu dan
pengetahuan, serta sifat kemandirian yang Alif dapatkan di PM membuat dia
tahan banting. Alif berhasil menaklukan Amerika. Di bawah ini kutipan yang
menjelaskan bahwa Alif telah sukses,
“Kantorku berada di Independence Avenue, jalan yang selalu riuh
dengan pejalan kaki dan lalu lintas mobil. Diapit dua tempat tujuan
wisata terkenal di ibukota Amerika Serikat, The Capitol and The Mall,
tempat berpusatnya aneka museum Smithsonian yang tidak bakal habis
dijalani sebulan....”(N5M, 2011: 2)
Lima impian yang awalnya seperti mimpi yang tidak mungkin jadi nyata
sekarang berubah menjadi nyata, berawal dari mimpi lalu didorong oleh
keinginan
yang kuat, akhirnya kelima impian Sahibul Menara tercapai. Alif bahkan sempat
tak percaya seperti yang ia katakan pada kutipan di bawah ini:
“...Belasan tahun lalu, di samping menara masjid PM, kami kerap
menengadah ke langit menjelang sore, berebut menceritakan impianimpian gila
kami yang setinggi langit: Arab Saudi, Mesir, Eropa,
Amerika dan Indonesia* Aku tergetar mengingat segala kebetulan- kebetulan
seperti ini....” (N5M, 2011: 402)
Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas
membumbung tinggi. Aku melihat awan yang seperti benua Amerika,
Raja bersikeras awan yang sama berbentuk Eropa, sementara Atang
tidak yakin dengan kami berdua, dan sangat percaya bahwa awan itu
berbentuk benua Afrika. Baso malah melihat semua ini dalam konteks
Asia, sedangkan Said dan Dulmajid sangat nasionalis, awan itu
berbentuk peta negara kesatuan Indonesia. Dulu kami tidak takut
bermimpi, walau sejujurnya juga tidak tahu bagaimana
merealisasikannya. Tapi lihatlah hari ini. Setelah kami mengerahkan
segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua
impian ke pelukan masing-masing. Kun fayakun, maka semula awan
impian, kini hidup yang nyata. Kami berenam telah berada di lima
negara yang berbeda. Di lima menara impian kami. Jangan pernah
remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha
Mendengar.
Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil…..
(N5M, 2011: 405)
Kelima impian yang berhasil dicapai oleh Sahibul Menara ini merupakan
indeks atas apa yang mereka lakukan di PM dan kehidupan setelah di PM.
Perjuangan yang pantang menyerah, kedisiplinan, keislaman yang kuat, ilmu
pengetahuan, dan sebuah kepemimpinan baik bagi diri sendiri atau untuk orang
lain menempa jiwa-jiwa yang luar biasa. Indeks ini juga merupakan interpretasi
karena menjadi nyatanya impian ini merupakan hadiah dari yang mereka lakukan
untuk meraih impian mereka.
Slogan yang menjadi khasnya N5M, Man Jadda Wajada benar-benar
diterapkan oleh Alif dan sahabat-sahabatnya untuk meraih impian mereka terlihat
dari kesungguhan yang mereka lakukan hingga impian mereka tercapai. Man
Jadda Wajada yang menurut Alif dan sahabat-sahabatnya merupakan kata-kata
motivasi yang sangat manjur untuk meraih impian mereka terlihat pada kutipan di
bawah ini,
“...Man jadda wajada: sepotong kata asing ini bak mantera ajaib yang
ampuh bekerja....”(N5M, 2011: 40)
“...man jadda wajada. Mantera ajaib berbahasa Arab ini bermakna
tegas: “Siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil!”.(N5M, 2011:
41)
“Rumus man jadda wajada terbukti mujarab. Kesungguhanku segera
dibalas kontan....” (N5M, 2011: 82)
“...Tapi sesuai kata sakti yang aku percayai itu, man jadda wajada, aku
berusaha tidak kendor....”(N5M, 2011: 160)
“Banyak keajaiban terjadi di dunia karena orang telah memasang tekad
dan niat, dan lalu mencoba merealisasikannya. Aku pun percaya dengan
man jadda wajada itu....”(N5M, 2011: 233)
“... Mulailah dengan bismiliah dan selalu amalkan man jadda
wajada”.(N5M, 2011: 292)
“Can it be done? Sure. Ini agak mission imposible, man jadda wajada ya
akhi. Insya Allah kita bisa.”(N5M, 2011: 333)
Kata-kata motivasi yang terus dibawa oleh Alif dan sahabat-sahabatnya
hingga mencapai impian mereka terbukti pada kutipan diakhir penceritaan (N5M,
2011: 405) Man Jadda Wajada masih tetap menjadi mantera mereka. Man Jadda
Wajada merupakan salah satu kata-kata motivasi yang diajarkan di PM, Zainudin
(2010: viii) mengatakan bahwa di Pondok Pesantren Modern Gontor, peran kata-
kata menjadi penting karena diajarkan sejak awal masuk pada tahun pertama.

5.1 Simpulan
Dari uraian pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa makna lima pada
novel N5M adalah tanda yang mengacu pada jumlah impian dari Alif dan
sahabat- sahabatnya, yang didukung oleh tanda-tanda lima yang lain yaitu
jumlah menara
(di setiap negara) yang ingin diraih oleh Alif dan sahabatnya, jumlah sahabat
baru
Alif yang juga lima orang, ada juga lima kota asal dari sahabat-sahabat Alif, dan
di akhir ada lima impian yang berhasil dicapai oleh Alif dan sahabat-sahabatnya.
Lima menara yang dimaksud adalah Menara Washington, Washington
DC, Amerika; Menara Big Ben/Elizabeth, London, Inggris; Menara Al-Azhar,
Kairo, Mesir; Menara Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi; dan Menara Monas,
Jakarta, Indonesia. Lima sahabat Alif yaitu Raja, Atang, Baso, Said, dan
Dulmajid. Lima kota asal sahabat-sahabat Alif yaitu dari kota Medan, Bandung,
Gowa, Madura, dan Surabaya. Serta lima impian yang berhasil mereka capai
yaitu
Alif berhasil bekerja di Washington DC, Amerika; Atang berhasil menimba ilmu
di Kairo, Mesir; Raja berhasil berdakwah di London; Baso berhasil mendapatkan
beasiswa ke Mekkah; dan Said serta Dulmajid berhasil mengembangkan mutu
pendidikan di Indonesia.

5.2 Saran
Setelah penelitian ini dilakukan, maka bagi pembaca dapat diberikan saran
sebagai berikut:
1. Mengingat penelitian ini hanya difokuskan pada makna lima yang ada
di dalam novel N5M saja, maka disarankan agar peneliti selanjutnya
dapat meneliti pada aspek yang lain, sehingga memperluas
pengetahuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Kepada pembaca untuk dapat memanfaatkan karya sastra khususnya
prosa-prosa yang mengangkat perjuangan untuk meraih impian atau
cita-cita untuk menjadikan motivasi di dalam diri agar meraih semua
impian yang diinginkan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Dewanto, Nirwan. 2011. Sastra Penting bagi Peradaban Bangsa.
(http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/24/03295420/Sastra.Penting.bag
i.Peradaban.Bangsa diakses 12 Maret 2014)
Djajasudarma, Fatimah. 2013. Semantik 2, Relasi Makna, Paradigmatik,
Sintagmatik, dan Derivasional. Bandung: Refika Aditama.
Eco, Umberto. 1996. Sebuah Pengantar Menuju Logika Kebudayaan. Panuti
Sudjiman dan Aart van Zoest (Eds). Serba-Serbi Semiotika. Hal 31.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama.
Fuadi, A. 2011. Negeri 5 Menara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hanifah, Mutya. 27 Juni 2012. Big Ben Kini Tinggal Sejarah.
(http://travel.okezone.com/read/2012/06/27/409/654531/big-ben-kinitinggal-
sejarah diakses 5 April 2014)
http://dasborpariwisata.blogspot.com/2013/02/menara-big-ben-yang-
terkenal.html
http://entertainment.kompas.com/read/2013/05/30/07220156/Dan.Petualang.Alif.
di.Washington.DC.Pun.Dimulai
http://firdauzwajdi.wordpress.com/sekilas-ttg-al-azhar/
http://id.wikipedia.org/wiki/Big_Ben
http://id.wikipedia.org/wiki/Gowa,SulawesiSealatan
http://id.wikipedia.org/wiki/Madura
http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Al-Azhar
http://id.wikipedia.org/wiki/Masjidil_Haram
http://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Washington
http://id.wikipedia.org/wiki/Surabaya
56
http://idrislaagaligo.blogspot.com/2012/01/blog-post.html
http://indocropcircles.wordpress.com/2011/10/11/misteri-relief-wanita-di-obor-
api-tugu-monas/
http://indonesiaindonesia.com/f/83928-sejarah-tugu-monas-monumen-
nasionaljakarta/
http://kumpulan.info/wisata/tempat-wisata/102-monas-monumen-
nasionaljakarta.html
http://mengakubackpacker.blogspot.com/2012/06/10-bangunan-tertinggi-dalam-
sejarah.html
http://tutinonka.wordpress.com/2008/03/18/menara-masjid-al-azhar-cairo/
http://yekih11.blogspot.com/
Jabrohim. 2012. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.
Master. 13 Maret 2013. BIG BEN… Menara jam raksasa yang menjadi icon Kota
London. (http://matahatiku.com/big-ben-menara-jam-raksasa-yang- menjadi-
icon-kota-london/ diakses 5 April 2014)
Nasution, Muslim. 2004. Tapak Sejarah Seputar Mekah-Madinah. Jakarta: Gema
Insani Press.
Pradotokusumo, Partini Sardjono. 2008. Pengkajian Sastra. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Purba, Antilan. 2012. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu
Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Santosa, Puji. 1993. Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra. Bandung:
Angkasa
Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama
Media.
Skripsi dengan judul “Eksistensi Masjid yang ada di Medan sekitarnya dalam
tinjauan Historis”.
57
Sumardjo, Jakob dan Saini. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Tanpa Penulis. 19 Oktober 2010. Al-Azhar Memang Tak Setua Sejarah tetapi
Masih Aktual untuk Diperbincangkan. (
http://cuenkx.wordpress.com/2010/10/19/al-azhar-memang-tak- setua-sejarah-
tetapi-masih-aktual-untuk-di-perbincangan/ diakses 5
April 2014)
Tanpa penulis. Tanpa tahun. Peta Kota & Index Bandung, Paris van Java.
Surabaya: Karya Pembina Swajaya.
Van Zoest, Aart. 1978. Semiotiek Overteken, hoe ze werken en wat we ermee
doen. Ani Soekowati (Penterjemah) 1993. Semiotika: Tentang Tanda,
Cara Kerjanya dan Apa yang Kita lakukan Dengannya. Jakarta: Yayasan
Sumber Agung.
. 1996. Interpretasi dan Semotika. Panuti Sudjiman dan Aart van
Zoest (Eds). Serba-Serbi Semiotika. Hal 5-6. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Yasa, I Nyoman. 2012. Teori Sastra dan Penerapannya. Bandung: Karya Putra
Darwati.
Zaimar, Okke K. S. 2008. Semiotik dan Penerapannya dalam Karya Sastra.
Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Zainudin, Akbar. 2010. Man Jadda Wajada, The Art of Excellent Life. Jakarta.
Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai