Anda di halaman 1dari 4

Menaklukkan Menara-Menara Dunia

(Ulasan novel Negeri 5 Menara)

Oleh:

Sabella Clara Yandinata

Kelas XI MIPA 5

SMAK 5 PENABUR Jakarta

2019

Ketentuan Umum
Judul : Negeri 5 Menara
Penulis : Ahmad Fuadi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 416 Halaman

Negeri 5 Menara adalah novel karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan melalui
penerbit PT Gramedia Pustaka Utama pada Juli 2009. Ahmad Fuadi adalah seorang
novelis, pekerja sosial, dan mantan wartawan dari Indonesia. Negeri 5 Menara adalah
novel pertama yang ditulisnya. Novel ini merupakan bagian pertama dari sebuah
trilogi yang masuk ke dalam jajaran buku best seller pada tahun 2009. Selain itu,
novel ini juga memenangkan berbagai penghargaan diantaranya Longlist
Khatulistiwa Literary Award 2010, Penulis dan Fiksi Terfavorit dari Anugerah
Pembaca Indonesia pada tahun 2010, dan Buku Fiksi Terbaik dari Perpustakaan
Nasional Indonesia pada tahun 2011.
Novel ini bercerita tentang kehidupan 6 murid yang bersekolah di Pondok
Madani serta impian yang ingin mereka capai. Mereka semua berasal dari daerah
yang berbeda-beda dari seluruh Indonesia dan berkumpul di Ponorogo, Jawa Tengah
untuk menuntut ilmu keagamaan. Keenam tokoh tersebut adalah Alif Fikri yang
berasal dari Padang, Atang yang berasal dari Bandung, Raja dari Medan, Dulmajid
yang datang dari daerah Sumenep, Said dari kota Mojokerto, dan terkahir Baso yang
berasal dari sebuah daerah di Sulawesi Selatan bernama Gowa.
Pada awal cerita, Alif yang merupakan tokoh utama, telah berhasil menjadi
reporter di Washington DC ketika dia menerima surat dari teman lamanya di Kairo.
Setelah membaca surat, Alif teringat dengan masa-masa ketika dia masih bersekolah
di Pondok Madani, yang awalnya tidak dia inginkan. Sebenarnya, menempuh
pendidikan agama adalah kehendak orang tuanya. Alif sendiri bersikeras melanjutkan
pendidikan ke SMA terkenal di Bukittinggi. Namun, pada akhirnya, setelah
dinasehati oleh pamannya, dia pun membulatkan tekad untuk pergi ke Pondok
Madani.
Sesampainya di Pondok Madani, Alif bertemu dengan keenam calon
sahabatnya. Mereka sama-sama terpesona dengan ungkapan “Man Jadda Wa Jadda”
yang memiliki arti siapapun yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Kehidupan Alif
dan sahabat-sahabatnya selama empat tahun di pesantren penuh dengan suka dan
duka. Mereka termasuk santri yang paling dikenal karena banyak menyebabkan
masalah. Tempat favorit mereka untuk berkumpul adalah di menara sehingga mereka
menamai persahabatan mereka Sahibul Menara.
Selama berada di pesantren, Alif menekuni ketertarikannya di dunia
jurnalistik dengan menjadi wartawan di majalah sekolah yang bernama Majalah
Syams. Dia sempat goyah dengan pilihannya bersekolah di Pondok Madani karena
salah seorang temannya menerima surat yang menyatakan bahwa dia diterima di ITB.
Namun, karena dukungan dari sahabat-sahabatnya dia pun menyelesaikan
pendidikannya di Pondok Madani. Lalu dia menempuh pendidikan hubungan
internasional di Universitas Padjajaran, Bandung dan berhasil menjadi wartawan
Tempo. Karena kesuksesannya, dia berhasil mendapatkan beasiswa ke Washington
DC dimana dia melanjutkan karirnya sebagai reporter.
Tema dari novel ini adalah pendidikan. Hal ini dapat dilihat di awal novel,
dimana sumber konflik yang terjadi pada tokoh utama didasari oleh perbedaan
keinginan tokoh dengan orang tuanya yang menginginkan jalur pendidikan yang
berbeda untuknya. Novel “Negeri 5 Menara” mengambil alur campuran karena mulai
dari bab kedua tokoh utama mengalami flashback, dimana dia mengingat kejadian-
kejadian yang ada di masa lalu.
Tokoh utama dari novel ini, Alif, memiliki watak yang taat dan penurut, bisa
dilihat di awal cerita bahwa dia menuruti keinginan orang tuanya untuk menempuh
pendidikan agama. Namun dia juga memiliki sifat yang tidak konsisten dalam
menemtukan pilihannya, dia mudah goyah dan terpengaruh dengan kesuksesan orang
lain seperti saat dia melihat Raindai diterima di ITB Bandung.
Novel ini sebagian besar bertempat di Pondok Madani tempat Alif bersekolah
selama empat tahun. Ada juga latar tempat lain berupa rumah Alif, Washington DC,
dan di Bandung. Beberapa latar suasana yang mengesankan adalah suasana
menegangkan ketika keenam sahabat tertangkap membuat ulah dan akhirnya terkena
hukuman. Ada juga suasana menyedihkan ketika Baso harus meninggalkan Pondok
Madani dan suasana mengharukan saat perpisahan murid. Novel ini menggunakan
sudut pandang orang pertama dimana tokoh “Aku” adalah tokoh utama.
Nilai yang paling menonjol adalah nilai agama karena menceritakan tentang
kehidupan para santri di pesantren sehingga ada banyak nilai islami yang jarang ada
di novel lain. Ada juga nilai moral pantang menyerah dimana tokoh utama
menghadapi banyak masalah dan tantangan di sekolah namun akhirnya memutuskan
untuk tetap menjalankan pendidikan di Pondok Madani.
Kekurangan dari novel ini adalah penggunaan alur campuran yang agak
membingungkan pembaca pada bab-bab awal. Namun seiring membaca novel,
pembaca bisa lebih mengerti jalan cerita yang dimaksudkan penulis. Juga ada
beberapa bahasa daerah yang kurang bisa dimengerti pembaca. Kelebihan dari novel
ini adalah memiliki nilai moral dan pembawaan cerita yang baik sehingga pembaca
bisa merasakan perasaan tokoh yang ada di novel.
Negeri 5 Menara adalah novel yang cocok untuk remaja Indonesia. Nilai
ketaatan dan pantang menyerah patut dicontoh oleh generasi muda. Dalam novel ini
juga diceritakan bahwa keberagaman bukanlah halangan untuk berelasi dengan orang
lain. Kita tidak boleh eksklusif, terutama di Indonesia dimana banyak terdapat
perbedaan.

Anda mungkin juga menyukai