Anda di halaman 1dari 9

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

KEBUDAYAAN SMA NEGERI 1 PATI


LEMBAR KERJA KELOMPOK
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jurusan/Kelas : XI IPS 1
Hari, Tanggal : Topik : Identifikasi sistematika
(isi) teks resensi
Guru : Ayu Asmarani, S.Pd. Lembar Kerja No. : 1
Tujuan : untuk mengetahui
pengetahuan siswa
Nama Siswa : 1. Muhammad Irvan Maulana (19) 4. Maharani Fadia Rhunnysa (17)

2. Dian Wulandari (08) 5. Nihlah Izzati Nashatra Alya (24)

3. Farip Saputra (12) 6. Yusron Aminudin (36)

Petunjuk:
1. Amati dan cermatilah kutipan isi berbagai resensi berikut!
2. Kerjakanlah perintah berikut secara tepat dan benar!

Tugas:
1. Analisislah isi resensi novel “Sang Pemimpi” dan resensi novel “Negeri 5 Menara” berikut!
Analisis Isi Resensi
Isi Resensi Resensi Novel “Sang Pemimpi” Resensi Novel “Negeri 5 Menara”
Identitas Buku Judul: Sang Pemimpi Judul: Negeri 5 Menara
Penulis: Andrea Hirata Penulis: A. Fuadi
Penerbit: PT Bentang Pustaka Bahasa: Indonesia
Halaman: x + 292 Halaman Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: ke-14, Januari 2008 Tahun Terbit: 2009
Kategori: Petualangan Halaman: xii +423 Halaman
Text: Bahasa Indonesia Kota Terbit: Jakarta
ISBN: 979-3062-92-4 Harga: Rp50.000,00
Sinopsis Novel ini mengisahkan tentang tiga orang Novel “Negeri 5 Menara” merupakan karya
pemuda yang berjuang meraih mimpi- fiksi berbentuk novel yang mengisahkan
mimpi dalam hidup mereka. Ketiga pemuda tentang kisah seorang anak laki-laki yang
tersebut adalah Ikal, Arai, and Jimbron. merantau dari Sumatera Barat daerah
Novel ini sesungguhnya menceritakan kisah Danau Maninjau menuju Ponorogo, Jawa
hidup Ikal (tokoh utama dalam novel Timur. Perantauan ini bermula ketika
Laskar Pelangi) sewaktu remaja yang usulan amak (Ibu Alif) yang berkeinginan
duduk di bangku SMA. Akan tetapi, dalam kuat agar Alif meneruskan pendidikannya
novel ini secara khusus penulisnya di Pondok Pesantren Madani di Jawa
menentukan tokoh-tokoh sentral yang Timur. Keinginan amak ini bertentangan
berbeda dari novel sebelumnya yang tokoh- dengan keinginan Alif yang memiliki cita-
tokohnya adalah 10 anak Laskar Pelangi. cita berkuliah di ITB. Jika ingin berkuliah
di perguruan tinggi negeri ternama, ia harus
menempuh pendidikan menengahnya di
SMA. Menurut Alif, jika ia meneruskan
pendidikannya di pondok pesantren, maka
cita-citanya menjadi seperti mantan
Presiden B.J. Habibie akan sirna. Memang
demikian jika keinginan amak dan Alif
bertentangan. Amak begitu menginginkan
anaknya menjadi ulama seperti Buya
Hamka. Sedangkan Alif ingin menjadi
ilmuan seperti Habibie. Alif menolak
keinginan amak dengan tegas. Namun,
dengan bujukan ayah, akhirnya Alif pun
luluh dan mengikuti kemauan amak dengan
setengah hati.
Analisis Isi Resensi
Isi Resensi Resensi Novel “Sang Pemimpi” Resensi Novel “Negeri 5 Menara”
Keunggulan Buku
Keunggulan yang ada pada novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata ini terletak Keunggulan yang terdapat dalam novel ini
pada penggunaan gaya bahasa penulis yang terletak pada gaya bahasa pengarang yang
khas seperti halnya pada novel sebelumnya lugas dan menarik. Mengingat latar
yakni “Laskar Pelangi”. Dalam novel ini belakang pengarang yang seorang jurnalis,
juga menyajikan tentang pesan moral yang maka tidak mengherankan jika
sangat kuat yakni beranilah bermimpi dan penggambaran cerita dilakukan dengan cara
berjuang untuk meraihnya. Mimpi, yang sangat baik. Penulis menggambarkan
harapan, kerja keras, dan doa yang berjalan tentang aspek kultural di pondok pesantren
beriringan akan menemui hasil yang yang kental dengan nilai-nilai religius dan
memuaskan. Dalam novel ini banyak menepis anggapan bahwa santri hanya bisa
mencontohkan tokoh-tokoh inspiratif di mengaji dan ceramah. Banyak hal yang bisa
antaranya adalah Arai yang selalu didapatkan dari belajar di pondok
menumbuhkan mimpi-mimpi, Ikal yang pesantren. Kisah dalam novel ini
setia terhadap sahabatnya, Jimbron yang terinspirasi dari pengalaman pribadi penulis
penuh perhatian, Pak Julian Balia seorang yang dituangkan pada tokoh Alif Fikri yang
guru inspiratif, dan masih banyak lagi. Di semula begitu terpaksa belajar di pondok
dalam novel juga menyajikan bumbu- pesantren. Namun, pada akhirnya ia
bumbu nuansa kisah cinta yakni antara Arai merasakan banyak manfaat yang
dan Zakiah Nurmala serta Jimbron dan didapatkannya
Laksmi. Sementara itu, Ikal masih saja
berharap pada gadis Tionghoa pujaannya
yang bernama A Ling.
Kelemahan Buku
Kekurangan yang ada pada novel ini Kekurangan pada novel ini terletak pada
terletak pada konflik cerita yang tidak konflik cerita yang hanya ditonjolkan pada
terlalu tajam,bisa dikatakan bahwa konflik pertentangan
yang terjadi dalam cerita yaitu ketika Ikal batin Alif Fikri. Konfliknya hanya terletak
memutuskan untuk berhenti bermimpi pada rasa terpaksanya Alif yang mengikuti
di tengah-tengah cerita karena berbagai kemauan amaknya
alasan. Namun, Arai berhasil untuk melanjutkan pendidikan di pondok
menyadarkannya kembali dan akhirnya Ikal pesantren. Sedangkan ia berkeinginan
kembali meneruskan mimpi-mimpinya. melanjutkan ke SMA.
Selain itu, pada alur cerita tiap bab terkesan Dinamika pada novel ini terasa sangat
seolah sengaja mengaburkan waktu dengan datar. Pembaca seperti melihat catatan
penataan subbab judul yang tidak harian yang dikemas menjadi
sistematis. Sehingga, membuat karya fiksi.
pembaca sedikit kebingungan setiap beralih
subbab dalam novel.
Penutup
Novel ini sangat baik dibaca oleh semua Buku ini sangat disarankan untuk dibaca
kalangan terutama pada segmentasi remaja. bagi kalangan pelajar, anak-anak, dan orang
Di dalam novel ini termuat nilai-nilai tua. Novel berjudul "Negeri 5 Menara"
positif di antaranya pantang menyerah, memuat nilai-nilai religius, kedisiplinan,
gigih, berani menetapkan target, berani tanggung jawab, dan kerja keras dalam
bermimpi, mengajarkan tentang dedikasi, meraih impian. Sehingga, novel ini sangat
dan lain sebagainya. baik untuk bahan bacaan bagi semua
kalangan.
2. Analisislah perbedaan resensi novel “Sang Pemimpi” dan resensi novel “Negeri 5 Menara” berikut!
Perbedaan Resensi Novel “Sang Pemimpi” dan Resensi Novel “Negeri 5 Menara”

1.     Identitas buku : dalam resensi novel yang berjudul “Sang Pemimpi”
kurang ditambahkan harga buku yang dijual, kota terbit, dan tahun
terbit.

2.     Sinopsis : perbedaan yang terdapat di dalam kedua cerita tersebut


adalah isi cerita yang diceritakan sangat berbeda antara satu sama lain.

3.     Keunggulan : perbedaan keunggulan yang terdapat pada novel 


Resensi Novel “Sang Pemimpin” adalah dalam segi penggunaan gaya bahasanya.
“Sang Pemimpi” Gaya bahasa yang digunakan di dalam novel ini sangat khsa, sama
halnya dengan novel Laskar Pelangi.

4.     Kelemahan : perbedaan kelemahan yang terdapat di novel   “ Negeri


5 Menara”  yakni meliputi segi pengambaran akhir dari perjalanan
akhir dari tokoh-tokoh yang diceritakan kurang jelas, serta
pengambaran konflik yang ada di dalam cerita tersebut hanya
ditonjolkan pada bagian pertentangan.

5.     Simpulan : perbedaan simpulan yang terletak di kedua novel tersebut


sangatlah berbeda. Karena alur cerita yang diceritakan juga berbeda,
dan makna cerita yang diceritakan juga berbeda.

1. Identitas buku : Sedangkan resensi novel yang berjudul “ Negeri 5


Menara” tidak tercantumkan generasi bacaan ke(…), jenis kategori
buku,ISBN, ukuran buku.

2. Sinopsis : perbedaan yang terdapat di dalam kedua cerita tersebut


adalah isi cerita yang diceritakan sangat berbeda antara satu sama lain.

3. Keunggulan : Sedangkan keunggulan pada novel “ Negeri 5 Menara”


adalah nilai-nilai yang didapat dari novel tersebut. Nilai-nilai yang
diperoleh dari penulisan novel tersebut adalah mengajarkan kepada
Resensi Novel sesame manusia untuk tidak meremehkan impian yang tinggi.
“Negeri 5 Menara”
4. Kelemahan : Sedangkan kelemahan yang terdapat di novel “Sang
Pemimpin” yakni meliputi konflik yang ditunjulkan di cerita tersebut
tidak terlalu tajam.

5. Simpulan : perbedaan simpulan yang terletak di kedua novel tersebut


sangatlah berbeda. Karena alur cerita yang diceritakan juga berbeda, dan
makna cerita yang diceritakan juga berbeda.
3. Analisislah persamaan resensi novel “Sang Pemimpi” dan resensi novel “Negeri 5 Menara” berikut!
Persamaan Resensi Novel “Sang Pemimpi” dan Resensi Novel “Negeri 5 Menara”

Persamaan pertama yang dapat ditemui dalam kedua resensi buku tersebut adalah pada identitas buku yang
mencakup judul, penulis dan penerbit.
Kemudian persamaan kedua yang dapat ditemui dalam penulisan resensi adalah pada bagian synopsis yang
sama-sama menuliskan mengenai garis besar kedua buku. Selain itu, pada keunggulan buku sama-sama
menitikberatkan pada gaya Bahasa dan nilai moral yang terdapat di dalam kedua buku. Persamaan juga
dapat ditemukan pada bagian kelemahan buku yang sama-sama mengkritik mengenai konflik yang kurang
tajam.
Terakhir, pada bagian penutup juga diungkapkan bahwa kedua buku tersebut yakni Sang Pemimpi dan
Negeri 5 Menara sama-sama sangat direkomendasikan bagi pembaca. _

4. Tentukanlah sistematika resensi dari hasil analisis isi, persamaan, dan perbedaan resensi novel “Sang
Pemimpi” dan resensi novel “Negeri 5 Menara” tersebut!
Sistematika Resensi

SISTEMATIKA RESENSI

Simpulan sistematika resensi sebagai berikut:


1. Identitas Buku
 Identitas buku merupakan bagian yang berisi judul, penulis, penerbit, halaman, cetakan,
kategori, teks Bahasa, dan ISBN.
2. Isi Resensi
 Isi resensi melingkupi synopsis buku, keunggulan buku, dan kelemahan buku.
3. Penutup
 Penutup resensi berisi kesimpulan mengenai buku.
Resensi Novel “Sang Pemimpi”
Judul : Sang Pemimpi
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Halaman : x + 292 Halaman
Cetakan : ke-14, Januari 2008
Kategori : Petualangan
Text : Bahasa Indonesia
ISBN : 979-3062-92-4

Novel berjudul “Sang Pemimpi” karya Andrea Hirata ini merupakan sekuel dari tetralogi novel
“Laskar Pelangi”. Novel ini mengisahkan tentang tiga orang pemuda yang berjuang meraih mimpi-mimpi
dalam hidup mereka. Ketiga pemuda tersebut adalah Ikal, Arai, and Jimbron. Novel ini sesungguhnya
menceritakan kisah hidup Ikal (tokoh utama dalam novel Laskar Pelangi) sewaktu remaja yang duduk di
bangku SMA. Akan tetapi, dalam novel ini secara khusus penulisnya menentukan tokoh-tokoh sentral yang
berbeda dari novel sebelumnya yang tokoh-tokohnya adalah 10 anak Laskar Pelangi.
Mimpi-mimpi itu bermula dari sebuah desa kecil yang ada di Pulau Belitung. Ketika itu, Ikal, Arai,
dan Jimbron sedang belajar di dalam kelas yang dibimbing oleh seorang guru bernama Julian Balia. Guru
inilah yang menumbuhkan bibit-bibit mimpi bagi Ikal, Arai, dan Jimbron untuk berani bermimpi setinggi-
tingginya. Ia berkata kepada anak-anak didiknya bahwa manusia harus berani bermimpi. “Bermimpilah
yang besar, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpumu!” begitulah nasihat inspiratif yang dilontarkan
dengan penuh semangat oleh guru kesayangan ketiga remaja itu.
Mendengar nasihat inspiratif yang dilontarkan oleh guru mereka, bibit-bibit mimpi dalam diri Ikal,
Jimbron, dan Arai pun mulai tumbuh. Arai memantik semangat kedua sahabatnya tersebut dengan kata-kata
inspiratif seperti yang telah dilontarkan oleh Pak Julian Balia. Arai bermimpi suatu saat nanti ia akan
berkeliling dunia dengan menjelajahi Eropa dan Afrika. Ikal pun terkesima dengan mimpi yang ditularkan
oleh Arai. Kemudian, Arai pun menjelaskan langkah-langkah yang harus mereka tapaki mulai saat ini demi
mimpi-mimpi tersebut. Pertama, mereka harus menyelesaikan sekolah, melanjutkan pendidikan perguruan
tinggi, dan mencari beasiswa S-2 di luar negeri. Mimpi Arai dan Ikal lantas tertuju pada Universitas
Sorbone Paris yang juga akan menjadi tujuan mereka berikutnya. Ikal terpengaruh oleh mimpi Arai dan
berniat untuk mengikuti sahabatnya itu. Sementara Jimbron masih menyembunyikan mimpi apa yang
hendak ia kejar.
Langkah pertama pun dimulai. Upaya untuk terus bersekolah sampai lulus SMA dilakukan oleh
ketiga remaja itu dengan kerja keras dan air mata. Arai, Jimbron, dan Ikal adalah anak-anak dari keluarga
miskin yang mengharuskan mereka untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan sekolah. Sepulang sekolah
ketiga sahabat itu bekerja serabutan di warung kopi dan tempat pelelangan ikan. Tak jarang mereka
menjadi kuli panggul di pelabuhan. Semua itu mereka lakukan demi mimpi-mimpi yang sedang mereka
kejar. Begitu seterusnya hingga pada saat kelulusan SMA pun tiba.
Arai dan Ikal sudah memantapkan hati untuk melanjutkan tahapan berikutnya demi meraih mimpi
yang akan mereka kejar. Mereka berencana untuk berlayar ke Jakarta dan mencari kerja sambilan sebagai
batu loncatan berkuliah di Universitas Indonesia. Ketika hendak berlayar dengan menggunakan kapal
tumpangan, perpisahan mengharukan antara Arai, ikal, dan Jimbron tak terelakkan lagi. Jimbron
memutuskan untuk tetap tinggal di Belitong dan meneruskan mimpinya di tempat asalnya tersebut. Ia
memberikan dua buah tabungan berbentuk kuda kepada Arai dan Ikal dengan mengatakan sesuatu hal yang
sangat mengharukan. “Kalian berdua akan pergi ke Paris dengan menggunakan kudaku,” begitu kata
Jimbron yang disambut dengan peluk dan tangis Arai dan Ikal.
Perjuangan dalam meraih mimpi-mimpi itu pada akhirnya membuahkan hasil. Beberapa tahun berlalu
setelah Ikal lulus dari Universitas Indonesia dan sekembalinya Arai dari Kalimantan, kedua sahabat itu
dipertemukan kembali di sebuah ruang wawancara penerima beasiswa S-2 di Universitas Sorebone.
Akhirnya kuda pemberian Jimbron benar-benar membawa mereka berdua pergi ke Paris. Petualangan Arai
dan Ikal berikutnya membawa mereka menjelajahi benua Eropa dan Afrika sebagaimana mimpi yang telah
mereka tetapkan beberapa tahun yang lalu.
Keunggulan yang ada pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata ini terletak pada penggunaan
gaya bahasa penulis yang khas seperti halnya pada novel sebelumnya yakni “Laskar Pelangi”. Dalam novel
ini juga menyajikan tentang pesan moral yang sangat kuat yakni beranilah bermimpi dan berjuang untuk
meraihnya. Mimpi, harapan, kerja keras, dan doa yang berjalan beriringan akan menemui hasil yang
memuaskan. Dalam novel ini banyak mencontohkan tokoh-tokoh inspiratif di antaranya adalah Arai yang
selalu menumbuhkan mimpi-mimpi, Ikal yang setia terhadap sahabatnya, Jimbron yang penuh perhatian,
Pak Julian Balia seorang guru inspiratif, dan masih banyak lagi. Di dalam novel juga menyajikan bumbu-
bumbu nuansa kisah cinta yakni antara Arai dan Zakiah Nurmala serta Jimbron dan Laksmi. Sementara itu,
Ikal masih saja berharap pada gadis Tionghoa pujaannya yang bernama A Ling.
Kekurangan yang ada pada novel ini terletak pada konflik cerita yang tidak terlalu tajam. Bisa
dikatakan bahwa konflik yang terjadi dalam cerita adalah ketika Ikal memutuskan untuk berhenti bermimpi
di tengah-tengah cerita karena berbagai alasan. Namun, Arai berhasil menyadarkannya kembali dan
akhirnya Ikal kembali meneruskan mimpi-mimpinya. Selain itu, pada alur cerita tiap bab terkesan seolah
sengaja mengaburkan waktu dengan penataan subbab judul yang tidak sistematis. Sehingga, membuat
pembaca sedikit kebingungan setiap beralih subbab dalam novel.
Setelah membaca novel "Sang Pemimpi" karya Andrea Hirata dapat disimpulkan bahwa novel terebut
merupakan salah satu novel yang baik karena memiliki banyak nilai yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari kita terutama nilai-nilai pendidikan. Nilai-nilai pendidikan yang berisi novel
termasuk dengan aspek sosial dan agama. Penulis melalui media novelnya ingin memberitahu betapa
pentingnya untuk belajar dari mantan, mengambil semua pengalaman sebagai sekolah kehidupan,
menghabiskan hidup kita untuk kebaikan dan menciptakan perdamaian, hidup harmonis dan saling
membantu. Dalam novel meminta pembaca untuk memperhatikan agama yang menjadi panduan hidup kita,
memberikan saran yang tidak pernah menyerah dengan takdir kita. Jadi, kita harus berusaha keras dan
bersabar untuk mendapatkan mimpi kita, dan percaya bahwa Allah Swt. selalu membantu kami apapun
yang kita inginkan.
Novel ini sangat baik dibaca oleh semua kalangan terutama pada segmentasi remaja. Di dalam novel
ini termuat nilai-nilai positif di antaranya pantang menyerah, gigih, berani menetapkan target, berani
bermimpi, mengajarkan tentang dedikasi, dan lain sebagainya.
Resensi Novel “Negeri 5 Menara”
Judul : Negeri 5 Menara
Penulis : A. Fuadi
Bahasa : Indonesia
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2009
Halaman : xii + 423 Halaman
Kota Terbit : Jakarta
Harga : Rp50.000,00

Novel berjudul “Negeri 5 Menara” karangan A. Fuadi merupakan novel pertama dari trilogi “Negeri
5 Menara”. Trilogi “Negeri 5 Menara” terdiri atas 3 novel yaitu novel “Negeri 5 Menara”, “Rantau 1
Muara”, dan “Ranah 3 Warna”. Novel “Negeri 5 Menara” merupakan karya fiksi berbentuk novel yang
mengisahkan tentang kisah seorang anak laki-laki yang merantau dari Sumatera Barat daerah Danau
Maninjau menuju Ponorogo, Jawa Timur. Perantauan ini bermula ketika usulan amak (Ibu Alif) yang
berkeinginan kuat agar Alif meneruskan pendidikannya di Pondok Pesantren Madani di Jawa Timur.
Keinginan amak ini bertentangan dengan keinginan Alif yang memiliki cita-cita berkuliah di ITB. Jika
ingin berkuliah di perguruan tinggi negeri ternama, ia harus menempuh pendidikan menengahnya di SMA.
Menurut Alif, jika ia meneruskan pendidikannya di pondok pesantren, maka cita-citanya menjadi seperti
mantan Presiden B.J. Habibie akan sirna. Memang demikian jika keinginan amak dan Alif bertentangan.
Amak begitu menginginkan anaknya menjadi ulama seperti Buya Hamka. Sedangkan Alif ingin menjadi
ilmuan seperti Habibie. Alif menolak keinginan amak dengan tegas. Namun, dengan bujukan ayah,
akhirnya Alif pun luluh dan mengikuti kemauan amak dengan setengah hati.
Keberangkatan Alif menuju Pondok Pesantren Madani di Jawa Timur ditemani oleh ayahnya.
Sepanjang perjalanan Alif berpikir seperti apa jika ia menjalani sesuatu yang bukanlah keinginannya.
Sesampainya di Pondok Madani, Alif terkejut dengan segala peraturan dan kegiatan di pondok. Semua
tertata dengan rapi dan penuh dengan kedisiplinan. Di sana, Alif bertemu teman-teman yang berasal dari
berbagai kalangan dan etnis. Alif semakin mengagumi sistem pendidikan di pondok tersebut. Namun,
dalam hati kecilnya, ia belum mampu mengubur keinginannya untuk melanjutkan pendidikannya di SMA
dan meneruskannya ke ITB Bandung.
Dalam perjalanan hidup Alif di Pondok Madani, terdapat beberapa orang sahabat yang
membersamainya. Mereka adalah Raja Lubis dari Medan, Sumatera Barat, Dulmajid dari Sumenep,
Madura, Baso Salahudin dari Gowa, Sulawesi, Atang Yunus dari Bandung, Jawa Barat, dan Said Jufri dari
Surabaya, Jawa Timur. Dalam keseharian, Alif ditemani oleh sahabat-sahabat yang amat menyayanginya.
Suatu ketika mereka duduk-duduk santai di bawah menara besar dekat komplek masjid. Tanpa sadar
mereka memandangi awan sejak tadi, dan awan-awan itu membentuk sebuah pola negara berdasarkan
perspektif mereka masing-masing. Berdasarkan perspektif itulah mereka berkeinginan kuat untuk menuju
tempat itu. Atang berkeinginan untuk pergi ke Mesir, Raja ingin ke London, Alif ingin ke Amerika dan
Said, Dulmajid, serta Baso ingin tetap di Indonesia. Mereka sering sekali duduk-duduk di bawah menara
besar masjid Madani. Begitu seringnya mereka melakukan aktivitas di bawah menara, mereka dijuluki
dengan sebutan sohibul Menara, yang berarti “yang punya menara “.
Pada suatu ketika menginjak tahun kedua kebersamaan 5 sahabat menara, tiba-tiba Baso Salahudin
memutuskan untuk pergi dan pulang ke kampung halamannya di Gowa. Alasan kepulangannya ialah karena
pertimbangan ekonomi dan neneknya yang tinggal sendiri di Gowa. Ia harus mengurus neneknya yang
sedang sakit. Alasan mengapa selama setahun ini tak ada seorangpun yang menengok Baso di Pondok
Madani ialah karena Baso sudah tidak memiliki orang tua kandung. Ia hanya hidup sebatang kara bersama
neneknya. Atang, Alif, Said, dan Dulmajid kaget mendengar hal ini. Mereka sama sekali tidak tahu kalau
Baso tidak memiliki orang tua. Alasan mengapa Baso terobsesi dengan hafalan 30 Juz-nya tidak lain adalah
karena ia menginginkan jubah kemuliaan disematkan oleh Allah kepada orang tuanya yang sudah tiada.
Sohibul menara berpelukan menahan haru yang luar biasa dan tak kuasa menahan tangis karena perpisahan
yang begitu mengejutkan.
Keunggulan yang terdapat dalam novel ini terletak pada gaya bahasa pengarang yang lugas dan
menarik. Mengingat latar belakang pengarang yang seorang jurnalis, maka tidak mengherankan jika
penggambaran cerita dilakukan dengan cara yang sangat baik. Penulis menggambarkan tentang aspek
kultural di pondok pesantren yang kental dengan nilai-nilai religius dan menepis anggapan bahwa santri
hanya bisa mengaji dan ceramah. Banyak hal yang bisa didapatkan dari belajar di pondok pesantren. Kisah
dalam novel ini terinspirasi dari pengalaman pribadi penulis yang dituangkan pada tokoh Alif Fikri yang
semula begitu terpaksa belajar di pondok pesantren. Namun, pada akhirnya ia merasakan banyak manfaat
yang didapatkannya.
Kekurangan pada novel ini terletak pada konflik cerita yang hanya ditonjolkan pada pertentangan
batin Alif Fikri. Konfliknya hanya terletak pada rasa terpaksanya Alif yang mengikuti kemauan amaknya
untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren. Sedangkan ia berkeinginan melanjutkan ke SMA.
Dinamika pada novel ini terasa sangat datar. Pembaca seperti melihat catatan harian yang dikemas menjadi
karya fiksi.
Setelah membaca novel “Negeri 5 Menara” ini, timbul rasa untuk lebih memperdalam ilmu, baik
agama maupun umum. Dari sini saya menyimpulkan bahwa apa yang kita pikirkan belum tentu akan baik
di masa yang akan datang karena Allah telah mengatur takdir kita. Semangat akan semua hal itu tumbuh
dari dalam diri setiap orang sejak ia melewati masa pubertas. Motivasi bisa datang dari mana saja, dan kita
harus menanggapinya. Novel “Negeri 5 Menara” merupakan cerminan dari aktivitas kehidupan sehari-hari
para santri pondok pesantren. Tentu hal-hal positif terutama aspek religius dapat diambil dalam buku ini.
Buku ini layak dibaca oleh para akademisi, orang tua, pelajar, dan para pengasuh pondok pesantren serta
para santri tentunya.
Buku ini sangat disarankan untuk dibaca bagi kalangan pelajar, anak-anak, dan orang tua. Novel
berjudul “Negeri 5 Menara” memuat nilai-nilai religius, kedisiplinan, tanggung jawab, dan kerja keras
dalam meraih impian. Sehingga, novel ini sangat baik untuk bahan bacaan bagi semua kalangan.

Anda mungkin juga menyukai