Anda di halaman 1dari 2

Identitas Buku

Judul Buku : Negeri 5 Menara


Penulis : Ahmad Fuadi
Jenis Buku : Fiksi
Penerbit : Gramedia pustaka utama
Kota terbit : Jakarta
Tahun Terbit : Cetakan Pertama (July 2009)
Jumlah Halm : 404 halaman
ISBN: 978-979-22-4861-9

Sinopsis
Seumur hidupnya, Alif tidak pernah menginjak di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya dilalui dengan berburu
durian runtuh di rimba Bukit Barisan, main bola di sawah dan mandi di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba dia harus
melintasi punggung Sumatera menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau
Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah ibunya, belajar di pondok.
Di hari pertama di Pondok Madani(PM), Alif terkagum dengan “mantera” sakti man jadda wajada. Siapa yang
bersungguh-sungguh pasti sukses. Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dengan Raja dari Medan,
Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Goa. Di bawah Menara masjid, mereka
menunggu Maghrib sambil menatap awan yang bergerak. Awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian
masing-masing. Kemana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah, jangan pernah
remehkan impian walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Analisis Buku
Novel ‘Negeri 5 Menara’ ini merupakan cerita yang terinspirasi dari kisah nyata sang penulis itu sendiri. Genre
dari buku tersebut adalah edukasi, religi, dan roman. Genre ini bisa terlihat dari isi cerita yang terkandung. Bagaimana
Alif dan teman-temannya yang merupakan seorang santri bisa meraih impian mereka.

Sudut Pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama, dilihat dari penggunaan kata
aku untuk menyatakan Alif yang merupakan tokoh utama dari cerita tersebut.

Ragam Bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa informal. Alif menggunakan bahasa sehari-hari/bahasa gaul
di dalam novel ini. Namun, ada berbagai kiasan yang mungkin sulit dipahami pembaca.
Tema yang disampaikan mengenai persahabatan dan edukasi. Alur dalam cerita ini maju- mundur terlihat saat
Alif bertemu dengan lamanya Atang kemudian cerita berganti ke masa lalunya saat SMP. Latar terdapat di Washington
DC, SMP Alif dan teman-temannya, pesantren putri Ar-Rasyidah,dll.

Amanat pada novel ini adalah jangan pernah menyerah meraih impian dan bersungguh-sungguhlah karena man
jadda wajada, barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka keinginannya pasti akan tercapai.

Kelebihan novel ini adalah dapat menginspirasi pembaca, terutama anak muda zaman sekarang untuk lebih
bersemangat dalam meraih cita-cita dan rasa patuh kepada orang tua.

Novel ini juga dapat mengubah pola pikir kita tentang kehidupan pondok pesantren yang tidak hanya berfokus
kepada ilmu-ilmu agama saja. karena dalam novel ini selain belajar ilmu agama, ternyata juga belajar ilmu pengetahuan
umum seperti bahasa inggris, bahasa arab, kesenian dan lain sebagainya.

Kekurangan novel ini adalah adanya ketidak jelasan gambaran beberapa tokoh yang pada akhir cerita perjalanan
hidupnya seperti apa? bagaimana keadaan orang tersebut?

Anda mungkin juga menyukai