Anda di halaman 1dari 8

Meresensi Karya Sastra Dari Sudut Pembaca

Made Bintang Daniswara (34/XII IPS 2)


Identitas Buku

Judul : Negeri 5 Menara


Penulis : Ahmad Fuadi
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tempat Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2009
Tebal Halaman : 423 Halaman
Harga : Rp 78.400

Biografi Penulis

Ahmad Fuadi adalah seorang penulis Novel Negeri 5 Menara. Beliau lahir tanggal
30 Desember 1972 di Nagari Bayur, Maninjau, Sumatra Barat. Nama penulis satu ini tak
asing di telinga netizen penggemar sastra Indonesia. Ia adalah penulis novel Negeri 5
Menara yang menjadi salah satu best seller novel Indonesia pada 2009. Tak hanya
menjadi best seller, novelnya diadaptasi ke layar lebar. Menyusul kesuksesan Negeri 5
Menara terbit berturut-turut Ranah 3 Warna, Rantau 1 Muara, dan terbaru Beasiswa 5
Benua. Selain itu, pada tahun 2010 Ahmad Fuadi pernah meraih Anugrah Pembaca Puisi
Indonesia dan pernah juga masuk pada nominasi Khatulisiwa Literary Award sehingga
ada salah satu penerbit di Negeri Jiran Malaysia, yaitu PTS Litera tertarik untuk
menerbitkan di negaranya dalam versi Bahasa yang berbeda, yaitu Bahasa melayu.

Sinopsis
Alif, seorang anak kelahiran Tanah Minang yang mempunyai keinginan
melanjutkan sekolahnya ke SMA. Ternyata keinginan Alif itu berbeda dengan ibunya. Ia
ingin melihat dunia luar dan ingin sukses seperti tokoh yang ia baca di buku atau
mendengar cerita temannya di desa. Namun, keinginan Alif tidaklah mudah untuk
diwujudkan. Kedua orangtuanya berkata lain, Beliau menginginkan agar Alif tetap
tinggal dan sekolah di kampung untuk menjadi guru agama. Alif mendapat saran dari
Pak Etek Gindo (Paman Alif) agar melanjutkan sekolahnya di Pondok Madani, Gontor,
Jawa Timur. Akhirnya Alif mengikuti saran dari pamannya. Disana Alif berkenalan
dengan 5 orang sahabat baru, yaitu Raja, Atang, Dulmajid, Baso, dan Said.
Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani , Alif terkesima dengan mantera
sakti “man jadda wajada”. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Di bawah
sebuah menara, Alif dan kelima sahabatnya menciptakan mimpi-mimpi mereka lewat
imajinasinya menatapi langit dan awan-awan menjadi negeri impian mereka. Mereka
yakin kelak impian itu akan terwujud.
Di tahun kedua dan seterusnya kehidupan Alif dan kelima sahabatnya lebih
berwarna dan penuh pengalaman menarik. Banyak masalah dan konflik yang tertuai di
dalam ceritanya, mulai dari konflik khas pondok, asmara, dan persahabatan. Sampai
pada suatu hari yang tak terduga, Baso, teman Alif yang paling pintar dan paling rajin
memutuskan keluar dari Pondok Madani karena suatu permasalahan. Penasaran apa
saja yang terjadi dengan Kehidupan di Pondok Ini? Baca bukunya segera.

Isi Resensi
a. Unsur-Unsur Intrinsik Karya Sastra
1. Tema : Pendidikan
Alasan : Karena dalam cerita novel Negeri 5 Menara memiliki Nilai pendidikan
berupa petunjuk, nasihat, motivasi, serta kesantunan dapat dilihat dalam peristiwa
yang terjadi pada saat Alif Fikri belajar di Pondok Madani.
2. Latar
2.1 Latar Tempat
2.1.1 Trafalgar Square (London)
Kutipan: “Tidak lama kemudian aku sampai di Trafalgar Square, sebuah
lapangan beton yang amat luas.” (Halaman 400)
2.1.2 Rumah Said (Surabaya)
Kutipan: “Mengajak kami keliling ke berbagai objek wisata di sekitar Surabaya”
(Halaman 226)
2.1.3 Pondok Madani
Kutipan: “Tidak terasa, hampir satu jam kami berkeliling Pondok Madani.”
(Halaman 35)

2.2. Latar Waktu


2.2.1 Pagi Hari
Kutipan: “Sejak dari pagi buta suasana Pondok Madani sudah heboh.” (halaman
214)
2.1.2 Dini Hari
Kutipan: “Dalam perjalananku dari Padang ke Jawa Timur, aku sempat sekilas
melewati Jakarta jam tiga dini hari.” (Halaman 47)
2.2.3 Malam Hari
Kutipan: “Malam ini adalah salah satu dari malam-malam inspiratif yang digubah
oleh Ustad Salman.” (Halaman 108)

2.3. Latar Suasana


2.3.1 Bahagia
Kutipan:”Dengan penuh kemenangan kami keluar dari gerbang Pondok Mandani”
(Halaman 127)
2.3.2 Sedih
Kutipan: “Di ujung kelopak matanya aku menangkap kilau air yang siap luruh.
Suaranya kini bergetar” (Halaman 360)
2.3.3 Takut
Kutipan: “Aku katupkan mataku rapat-rapat. Apa yang akan dilakukan Tyson
ini padaku” (Halaman 66)

3. Penokohan
3.1 Alif Fikri : Karakter Utama (Protagonis)
3.2 Baso Salahuddin : Protagonis
3.3 Raja Lubis : Protagonis
3.4 Atang : Protagonis
3.5 Dulmajid : Protagonis
3.6 Said Jufri : Protagonis
3.7 Kyai Rais : Karakter Pembantu
3.8 Ustadz Salman : Karakter Pembantu
3.9 Tyson : Karakter Pembantu
3.10 Amak : Karakter Pembantu
3.11 Ayah : Karakter Pembantu

4. Perwatakan
4.1 Alif : Penurut
Kutipan: “Selama ini aku anak penurut” (halaman 11)

4.2 Baso Salahuddin : Rajin


Kutipan: “Baso anak paling rajin diantara kami” {Halaman 92)

4.3 Raja Lubis : Pantang menyerah


Kutipan: “Jangan. Kita coba dulu. Aku saja yang maju duluan” (Halaman 124)

4.4 Atang : Tepat janji


Kutipan: “Sesuai Janji, Atang yang membayari ongkos” (Halaman 221)
4.5 Dulmajid : Mandiri
Kutipan: “Tentu saja saya datang sendiri” (halaman 11)

4.6 Said Jufri : Dewasa


Kutipan: “Perawakan yang seperti orang tua dan cara berpikirnya yang dewasa
membuat kami menerimanya sebagai yang terdepan” (Halaman 156)

4.7 Kyai Rais : Berbakat


Kutipan: “Kiai Rais adalah sosok yang bisa menjelma menjadi apa saja”
(Halaman 165)

4.8 Ustadz Salman : Kreatif


Kutipan: “Itulah gaya unik Ustad Salman, selalu mencari jalan kreatif untuk
terus memantik api potensi dan semangat kami” (Halaman 106)

4.9 Tyson : Tegas


Kutipan: “Terlambat adalah terlamabat. Ini pelanggaran!” (Halaman 66)

4.10 Amak : Ramah


Kutipan: “Mukanya selalu mengibarkan senyum ke siapa saja” (Halaman 6)

4.11 Ayah : Membela kebenaran


Kutipan: “Mungkin naluri kebapakannya tersengat untuk membela anak dan
sekaligus membela dirinya sendiri” (Halaman 20)

5. Alur
Alur yang dipakai dalam Negeri 5 Menara merupakan alur campuran. Pada awal cerita
pengarang mencerita dengan mengemukakan peristiwa yang runtut sehingga
melahirkan peristiwa lain, yaitu ketika sudah bekerja di Washington. Pada bagian
berikutnya pengarang menceritakan peristiwa dengan alur mundur, alur regresif tidak
bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal (yang benar-benar merupakan
awal cerita secara logika), tetapi mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir,
baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. masa lalu tokoh utama ketika masih di
bangku sekolah. Alur mundur dalam Negeri 5 Menara ketika pengarang menceritakan
kembali peristiwa yang terjadi pada masa lalu.

6. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel ini, yaitu sudut pandang orang
pertama tunggal dengan “Aku” sebagai tokoh utama. Hal ini dibuktikan oleh pengarang
yang selalu menyebut tokoh utama dengan kata “Aku” saat di narasi, di mana seakan-
akan pengarang adalah si tokoh utama.
Kutipan: “Iseng aja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya
dengan ujung telunjuk kananku” (Halaman 1)

7. Gaya Bahasa
7.1 Majas Personifikasi
Kutipan: “Hawa dingin segera menjalari wajah dan lengan kananku” (Halaman 1)

7.2 Majas hiperbola


Kutipan: “Muka dan kupingku bersemu merah tapi jantungku melonjak-lonjak
girang.” (Halaman 5)

7.3 Majas Metafora


Kutipan: “Matahari sore menggantung condong ke barat berbentuk piring putih
susu” (Halaman 1)

8. Amanat
Amanat yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara ini adalah bahwa dalam
mengejar semua cita-cita beserta impian, tidak semuanya berjalan sesuai dengan apa
yang telah kita rencanakan tapi semuanya berjalan seiring bagaimana kita
menyelesaikan rintangan yang datang menghadang dan untuk mendapatkan
menggapainya juga, kita harus mengorbankan sesuatu.
Evaluasi Isi
1. Kelebihan
Kelebihan yang ada pada novel Negeri 5 menara karya A. Fuadi ini salah satunya
terletak pada isi cerita yang memang diambil dari kisah nyata penulisnya sendiri.
Sehingga segala sesuatu yang dituangkan dalam cerita berasal dari kejujuran penulis
tanpa adanya dominasi imajinasi secara berlebihan. Selain itu novel ini sangat inspiratif
karena dapat mendongkrak semangat anak muda untuk menggapai cita-cita dan
bersikap patuh kepada orang tua. Novel ini juga mengajarkan kepada semua orang
untuk tidak meremehkan impian yang tinggi.

2. Kekurangan
Ada beberapa kata bahasa Arab yang tidak diterjemahkan sehingga mempersulit orang
awam dalam memahami maknanya. Gambaran akhir perjalanan hidup sebagian tokoh-
tokohnya kurang jelas.

3. Kesimpulan
Novel ini ceritanya sangat menarik dan cocok untuk semua usia. Cerita dalam novel pun
banyak mengandung nilai-nilai kehidupan yang sangat bermanfaat dan aspiratif. Selain
itu, novel ini memberikan sebuah pesan kepada pembaca. Pesan tersebut berbunyi man
jadda wajada, bahwa setinggi apapun impian kita dan cita-cita kita, bisa diraih dengan
kerja keras (usaha), disiplin tinggi, dan doa.

4. Saran
Buku ini sangat disarankan untuk dibaca bagi kalangan pelajar, anak-anak, dan orang
tua. Novel berjudul Negeri 5 Menara memuat nilai-nilai religius, kedisiplinan, tanggung
jawab, dan kerja keras dalam meraih impian. Karenanya novel ini sangat baik untuk
bahan bacaan bagi semua kalangan.

Anda mungkin juga menyukai