Pengarang : A.fuadi
Utama
Kategori : Novel/Fiksi
Harga : Rp 50.000,00,_
Ukuran Novel : 19,7 x 13,7 cm
1.2 Kepengarangan
1.3 Sinopsis
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah
di luar ranah Minangkabau. Alif dari kecil sudah bercita-cita ingin
menjadi B.J Habibie, maka dari itu selepas tamat SMP Alif sudah
berencana melanjutkan sekolah Ke SMU negeri di Padang yang akan
memuluskan langkahnya untuk kuliah dijurusan yang sesuai. Namun,
Amak menginginkan Alif jadi penerus Buya Hamka, membuat mimpi Alif
kandas.
2. BAHASA PENGARANG
3. KEUNGGULAN
3.1 TEMA
3.2 ALUR
Dimana tokoh utama (Alif Fikri) kilas balik dari ingatannya akan masa
silam ketika menimbah ilmu di Pondok Madani hingga membuahkan
hasil yang menyenangkan dimasa kini. Sangat bagus dan menarik,
sehingga membuat pembaca sulit menebak peristiwa yang terjadi
selanjutnya. Dan juga bisa membuat pembaca penasaran serta
mengundang antusias pembaca untuk membaca novel ini. Dan,
berkesinambungan. Tidak terpecah berantakan. Disini, pengarang
menggunakan alur sorot balik. Pembaca tidak akan bosan membaca
kehidupan di pondok karena penulis menggunakan alur campuran. Ia
memulai cerita dengan mengambil setting Alif yang sudah bekerja lalu
mulai masuk ke dalam ingatan-ingatan Alif akan kehidupannya dulu di
Pondok Madani. Setelah cukup panjang menceritakan tentang pondok,
ia mulai beralih lagi ke kehidupan Alif masa sekarang.
3.3 LATAR
3.4 PENOKOHAN/WATAK
Atang Yunus : Dari Bandung. Seorang yang mencintai seni dan teater
pendiam, tidak berani aneh – aneh (“aku sangat tidak bilang kepada
ketua jasus itu, karena aku takut di hukum lagi” ).
Pak Sikumbang, Pak Etek Muncak , Pak Etek Gindo Marajo, Pak Sutan,
Ismail Hamzah , Burhan, Ustadz Salman , Kiai Amin Rais , Kak Iskandar
Matrufi, Rajab Sujai / Tyson , Ustadz Torik , Raymond Jeffry / Randai ,
Ustadz Surur , Ustadz Faris , Ustadz Jamil , Ustadz Badil , Ustadz Karim
, Kak Jalal , Amir Tsani , Pak Yunus , Kurdi, Ustadz Khalid , Shaliha ,
Sarah, Mbok Warsi , Zamzam.
3.5 AMANAT
Tidak ada kebetulan di dunia ini. Semua atas izin Allah dan usaha
manusia. Buku ini telah menjadi bukti yang inspiratif. Ditulis dalam
bahasa yang ringan. Terkadang serius, lebih sering kocak. Kesimpulanya
“man jadda wa jadda” artinya “yang penting usaha”. Maka Allah akan
membukakan jalan ke jendela dunia.
Pelaku utama Orang pertama (“Aku yang dulunya egois dan cepat
marah, sekarang menjadi Alif yang bijaksana dan selalu berfikir panjang
sebelum melakukan sesuatu”)
4. KELEMAHAN
5. KESIMPULAN
5.1 Kelebihan :
Novel ini berkisah tentang generasi muda bangsa yang penuh motivasi,
bakat, semangat, dan optimisme untuk maju dan tidaknkenal menyerah,
merupakan pelajaran yang amat berharga bukan saja sebagai karya
seni, tetapi juga tentang psoses pendidikan dan pembudayaan untuk
terciptanya sumberdaya insani yang handal. A. Fuandi mengelola
nostalgia menjadi novel yang menyentuh sekaligus menjadi diskusi kritis
yang bersimpatik tentang pendidikan kehidupan.
5.2 Kekurangan :
PENUTUP