Anda di halaman 1dari 8

RINGKASAN CERITA NOVEL NEGERI 5 MENARA

KARYA:AHMAD FUADI

NAMA:NURAIN REZKI ANGGUN MAULANA


KELAS:8A
MAPEL:BAHASA INDONESIA
SUMBER: SCRIBD
Menganalisis Novel
“ Negeri Lima Menara”

Identitas Buku
Judul Buku : Negeri 5 Menara
Penulis : Ahmad Fuadi
Bahasa : Indonesia
Penerbit : PT Gramedia Pusat Utama
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2009
Jumlah Halaman : XII + 423 Halaman
ISBN :  978-979-22-4861-6
Ukuran Buku : 19,7 x 13,7 cm
Harga Buku : Rp 50.000,00
SINOPSIS

Novel ini bercerita tentang perjalanan seorang anak bernama Alif Fikhri, anak desa yang
ditinggal di Bayur , kampung kecil di dekat Danau Maninjau Padang, Sumatera Barat. Alif dari kecil
sudah bercita-cita ingin menjadi B.J Habibie, maka dari itu selepas tamat SMP Alif sudah berencana
melanjutkan sekolah Ke SMA (Sekolah Menengah Pertama) di Bukittinggi yang akan memuluskan
langkahnya untuk ke Perguruan Tinggi. Namun amaknya yang berarti (ibunya dalam bahasa Minang
tidak setuju dengan keinginan Alif untuk masuk SMA,ibunya ingin Alif sekolah yang masih berkaitan
dengan agama seperti MAN ataupun pesantren.
Karena alif tidak ingin mengecewakan harapan orang tua khususnya ibu, alif pun menjalankan
keinginan ibunya dan masuk pondok pesantren Di Jawa Timur, Bernama Pondok Pesantren Madani.
Atas saran dari mak etek Gindo (pamannya) di Kairo.
Walaupun awalnya amak berat dengan keputusan Alif yang memilih pondok Pesanten di
Jawa bukan yang ada di dekat rumah mereka dengan pertimbangan amak takut tidak terbiasa
dengan kehidupan di sana, karena amak tahu tidak pernah pergi jauh dari rumah, namun akhirnya
ibunya merestuikeinginanAlif.
Awalnya Alif setengah hati menjalani pendidikan di pondok Pesantren Madani, karena dia
harus merelakan cita-citanya yang ingin kuliah di ITB harus pupus dan hanya bisa menjadi ustad di
kampungnya. Namun kalimat Bahasa Arab yang didengar Alif dihari pertama di PM (pondok
madani )mampu mengubah pandangan alif tentang melanjutkan pendidikan di Pesantren sama
baiknya dengan sekolah umum. " mantera" sakti yang diberikan kiai Rais (pimpinan pondok ) Man
Jadda Wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Dan Alif pun mulai menjalani hari-hari
dipondok dengan Ikhlas dan bersungguh-sungguh.
Di PM Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Madura,
Atang dari Bandung dan si jenius Baso dari Gowa, Sulawesi. Ternyata kehidupan di PM tidak
semudah dan sesantai menjalani sekolah biasa. Hari-hari Alif dipenuhi kegiatan hapalan Al-Qur'an,
belajar siang-malam, harus belajar berbicara bahasa Arab dan Inggris di 6 Bulan pertama. Karena
PM melarang keras murid-muridnya berbahasa Indonesia, PM mewajibkan semua murid berbahasa
Arab dan Inggris. Belum lagi peraturan ketat yang diterapkan PM pada murid yang apabila
melakukan sedikit saja kesalahan dan tidak taat peraturan yang berakhir pada hukuman yang tidak
dapat dibayangkan sebelumnya. Tahuntahun pertama Alif dan ke 5 temannya begitu berat karena
harus menyesuaikan diri dengan peraturan di PM.
Hal yang paling berat dijalani di PM adalah pada saat ujian, semua murid belajar 24 jam
nonstop dan hanya beberapa menit tidur. Mereka benar-benar harus mempersiapkan mental dan
fisik yang prima demi menjalani ujian lisan dan tulisan yang biasanya berjalan selama 15 hari.
Namun disela rutinitas di PM yang super padat dan ketat. Alif dan ke 5 selalu menyempatkan diri
untuk berkumpul dibawah menara mesjid , sambil menatap awan dan memikirkan cita-cita mereka
kedepan. Di tahun kedua dan seterusnya kehidupan Alif dan rekan-rekannya lebih berwarna dan
penuh pengalaman menarik. Di PM semua teman, guru, satpam, bahkan kakak kelas adalah
keluarga yang harus saling tolong menolong dan membantu. Semua terasa begitu kompak dan
bersahabat, sampai pada suatu hari yang tak terduga, Baso , teman alif yang paling pintar dan paling
rajin memutuskan keluar dari PM karena permasalahan ekonomi dan keluarga.
Kepergian Baso, membangkitkan semangat Alif, Atang, Dulmajid, Raja dan Said untuk menamatkan
PM dan menjadi orang sukses yang mampu mewujudkan cita-cita mereka menginjakkan kaki di
benua Eropa dan Amerika.
Novel ini benar-benar memberikan inspirasi bagi siapa saja yang ingin sukses dan berhasil,
bahwa dimana ada usaha disitu ada jalan. Dan ikhlaslah dalam menjalani apapun yang ada
dikehidupan kita, niscaya usaha dan keikhlasan hati akan diridhoi Tuhan Yang Maha Esa. Buku ini
juga mengajarkan kita untuk : jangan pernah meremehkan impian, walau setinggi apapun,Tuhan
sungguh Maha Mendengar.

1.Tema

Setelah membaca novel “Negeri Lima Menara” tema yang diangkat atau di kedepankan
dalam novel ini yaitu tentang perjuangan enam anak di pesantren dengan latar belakang sosial dan
budaya yang berbeda-beda untuk mencapai kesuksesan.

2.Alur

Alur dari Novel Negeri 5 Menara adalah alur maju-mundur. Dimana cerita adalah kilas balik
ingatan tokoh utama akan masa silam ketika menimbah ilmu di Pondok Madani hingga
membuahkan hasil yang menyenangkan dimasa kini.

1. Awal Cerita:

Iseng saja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya dengan ujung
telunjuk kananku. Tidak jauh, tampak The Capitol, gedung parlemen Amerika Serikat yang anggun
putih gading, bergaya klasik dengan tonggak-tonggak besar. Aku tersenyum. Pikiranku langsung
terbangun jauh ke masa lalu. Masa yang sangat kuat terpatri dalam hatiku.( hal.1 )
Aku tegak di atas aula madrasah negeri setingkat SMP. Sambil mengguncang-guncang telapak
tanganku, Pak Sikumbang, Kepala Sekolahku memberi selamat karena ujianku termasuk sepuluh
yang tertinggi di Kabupaten Agam.(hal. 5)

2.Konflik:
Konflik 1

“amak ingin anak laki-lakiku menadi seorang pemimpin agama yang hebat dengan pengetahuan
yang luas.”jadi amak minta dengat sangat waang,tidak masuk SMA .Bukan karena uang tapi supaya
ada bibit unggul yg masuk Madrasah Aliyah.”(hal. 8)

Konflik 2

“Qif ya akhi … berhenti semua!”.Suara keras mengguntur membuat kami terpaku kaget.
Rasanya darah surut dari wajah ku.Kami melihat laki-laki muda,berjas hitam,bekopiah,sebuah
sajadah merah tersampir di bahu kirinya.
“Apa salah kalian!?”,Kalian sekarang di madani,tidak ada istilah terlambat sedikit.1 menit
atau 1 jam, terlambat adalah terlambat .Ini pelanggaran.”(hal. 66) Konflik 3
“Afwan ya akhi,”Maafkan, tadi aku kesal. Aku pusing karena benar-benar sedang
muflis,bangkrut,gak punya uang”.
“Sudah dua bulan aku tidak bayar uang makan.”(hal. 359) Konflik 4
“Tapi bukan uang yang aku risaukan .Tanpa uang pun tidak apa,” katanya dengan nada
keras.Harga dirinya selalu tinggi kalau masalah pinjam meminjam.Dia selalu percaya tangan di atas
selalu yang terbaik.Walau,sesusah apa pun,tidak sekali pun dia mau meminjam.”(hal.359)

3.Klimaks:

“Dua hari kemudian , kami sahibul menara, berdiri di kaki menara, bukan untuk
bersenda gurau dan membagi mimpi kami.Tapi untuk mebebaskan sebuah mimpi dari kawan
kami.Baso tetap dengan keputusan besarnya:Merawat neneknya yang sakit dan mengikuti
mimpinya menjadi seorang hafiz.
Duka tampak menggayut di wajah baso ketika melayangkan pandangan ke sekeliling
PM.Baso tidak mau terlihat cengeng.Kami semua merasakan perpisahan yang berat.(hal. 367)

4.Anti Klimaks:

“Atang dan Dul memasang wajah melongo.Kenapa harus sekarang? Tidak sampai
setahun lagi kita lulus.Bertahan sedikit lagilah.”Aku sudah membuat keputusan.Bahkan aku sudah
sholat istikharah untuk meminta keputusan terbaik dari Allah.(hal. 366)

5.Ending:

Gigiku gemeletuk. London yang berangin terasa lebih menggigil dari Washington
DC. Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Tapi
lihatlah hari ini. Setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan do’a, Tuhan
mengirim benua impian kepelukan kami masing-masing.Kun fayakun,Maka semulah awan
impian,Kini hidup nyata kami berenam telah berada di lima negara yang berbeda.Di lima negara
impian kami.Jangan pernah remehkan impian,walau setinggi apapun,Tuhan sungguh maha
pendengar.( hal. 405 )
3.Tokoh dan Penokohan

a. Alif (tokoh utama) dalam novel ini, Alif digambarkan sebagai sosok generasi muda yang
penuh motivasi, bakat, semangat untuk maju dan tidak kenal menyerah,pintar,dan
pembimbang/ragu-ragu.
Bukti: “Aku tegak di atas panggung aula madrasah negeri setingkat SMP. Sambil mengguncangkan
telapak tanganku, Pak Sikumbang, Kepala sekolahku memberi selamat karena nilai ujianku
termasuk sekolah yang tertinggi di Kabupaten Agam.”

b. Baso Salahuddin dalam novel ini, Baso adalah anak yang paling rajin , pendiam, dan pemalu.
Bukti: -rajin : “Baso adalah anak paling rajin di antara kami dan bersegera kalau disuruh ke mesjid”

• Pendiam: “Selama ini memang Baso lah kawan kami yang paling pendiam, pemalu
dan tertutup.”
• Pemalu: “Selama ini memang Baso lah kawan kami yang paling pendiam, pemalu dan
tertutup.”

c. Raja Lubis dalam novel ini, Raja adalah anak yang Pintar dan punya kemauan yang kuat.

Bukti: -Pintar: “Dia paling lancar menjawab pertanyaan-pertanyaan guru Bahasa Inggris.”

 Punya Kemauan yang kuat: “Dia paling lancar menjawab pertanyaan-pertanyaan guru

Bahasa Inggris.”

d. Said dalam novel ini, Said adalah anak yang palin dewasa.
Bukti: “Tidak salah dia yang paling dewasa di antara kami. Karena itu kami secara aklamasi
memilihnya menjadi ketua kelas. Selama setahun ke depan, dia selalu menjawab keluh kesah kami
dengan senyum dan cerita yang mengorbankan semangat.”

e. Dulmajid dalam novel ini. Dulmajid adalah anak yang Jujur dan setia kawan.
Bukti:

• Jujur: “Di kemudian hari, aku menyadari dia orang yang paling jujur, tapi juga orang yang
paling stia kawan yang aku kenal”

• Setia kawan: “Di kemudian hari, aku menyadari dia orang yang paling jujur, tapi juga orang
yang paling stia kawan yang aku kenal

f. Atang dalam novel ini , Atang adalah anak yang baik.


Bukti: “Kami bertiga hanyut dalam pikiran masing-masing. Dalam hati, aku sebetulya bersorak
dengan tawaran Atang. Berlibur ke bandung kayaknya menyenangkan.
g. Kiai Rais dalam novel ini , Kiai Rais adalah pemimpin pondok pesantren yang Berahaja dan
Berwibawa.

Bukti: Penampilan laki-laki ini bersahaja, tapi aura wibawa yang membuat dia terlihat lebih besar
dari fisiknya, Aku mencolek raja yang duduk disebelah kiriku.

h. Ustad Salman dalam novel ini , Ustad Salman adalah Pengajar di Pondok Pesantren Madani
yang baik , Enerjik dan motivator.
Bukti:

• Baik: “Belajar malam dibimbing wali kelas di kelas. Kami bebas membaca buku pelajaran
apa saja”

• Enerjik dan motivator: “Masing-masing dikomandoi seorang kondaktur yang enerhik dan
menyalakkan “man jadda wajada”.

4. Latar

a. Waktu
Sekitar tahun 1980

Bukti :“ Yang punya tangan adalah presiden Soeharto yang datang meresmikan PLTA

Maninjau tahun 1983.”

b. Tempat
a. Maninjau, Sumatra Barat
Bukti :“Jalan mendaki dengan 44 kelok patah. Kawasan Danau Maninjau menyerupai kuali raksasa,
dan sekarang memanjat pinggir kuali untuk keluar.”

b. Pondok Madani
Bukti :”Terima kasih atas kepercayaannya, semoga kalian betah. Mulai sekarang kalian semua
adalah bagian dari keluarga besar Pondok Madani.”
c. Ponorogo
Bukti :”untuk menuju Ponorogo yang berjarak sekitar 20 kilometer, kami hanya menyewa sepeda
ontel dari rumah penduduk.”
c. Suasana

a. Mengharukan

Bukti :” Kami mendekat dan merangkul bahunya. Dalam hati aku berjanji akan membantunya sekuat
mungkin. Baso mengganguk0angguk nerterima kasih sambil meniup-niup hidungnya yang
tersumbat karena duka.
b. Menegangkan
Bukti:“Harapan yang terlalu indah. Tiba-tiba .....wusss...Sebuah bayangan hitam berkelibat kencang
dan berhenti mendadak di depan kami yang sedang ngos-ngosan. Jejak sepedanya
membentuk setengah lingkaran menghalangi jalan kami.”

“Qif...Akhi... BERHENTI SEMUA” suara keras mengguntur membuat kami terpaku kaget. Rasanya

darah surut dari wajahku. Gerimis semakin rapat. Langit senja semakin kelam.” c.

Menyenangkan

Bukti:“Kini, untuk satu minggu, kami akan bebas menggunakan waktu yang selama ini begitu mahal.
Tidak ada belajar, yang ada hanya rileks, bersantai, olah raga, membaca, jalan-jalan dan
tidur.

5. Sudut Pandang
Dalam novel ini penulis menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini dikarenakan tokoh
utama selalu menyebut dirinya dengan kata aku.
Bukti: Aku baca suratnya sekali lagi. Senang membaca surat dari kawan lama. Tapi aku juga iri.

Rencana masuk SMA-nya juga rencanaku dulu. Aku menghela napas dan menatap kosong kepuncak
pohon kelapa. Aku tidak boleh terlambat lagi. Aku kapok jadi jasus. Aku jera menjadi drakula. ( hal.
102-103).

6. Gaya Bahasa
a. Personifikasi

Bukti : -”walau angin mencucuk tulang”

- “ Jariku menari ligat di keyboard”

-“Wajah beliau meradang”

-“Mukakum merah dan mata terasa panas”

-“Semakin jauh bus berlari, semakin gelisah hatiku” -“Matanya


tidak lepas menusuk kami”

b. Simile (perumpamaan)Bukti :
-”jantungku seperti di tabuh cepat”

-“Kami tersengat menikmatinya seperti sumbu kecil terpercik api, mulai terbakar, membesar dan
terang”
-“Semua orang mengobrol seperti dengungan ribuan tawon tranmigrasi”
-“Badannya dibungkus kaos dan celana training bergaris kuning sepeti punya Brucee Lee” -“Sebuah
lampu yang redup terang seperti kunang-kunang raksasa tergantung di sebuah tiang bambu
disebelah meja”.
c. Metafora
Bukti :-” Awan putih ini semakin berarak-arak ke ufuk yang lembayung”

-“Matahari telah tergelincir di ufuk dan gerimis merebak ketika kami menggotong lemari masing-
masing melintasi lapangan besar menuju asrama kami.

7. Amanat

Adapun amanat dalam novel ini adalah sebuah perenungan yang diberikan penulis bagi pembaca
untuk tidak putus asa dalam hidup dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan
agama.

Bukti: Jangan pernah remehkan impian walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. ( hal.405 ).

Anda mungkin juga menyukai