Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS

A.    SINOPSIS
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah
Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain
bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau.
Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera
dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka
walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya:
belajar di pondok.
Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera”
sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses.
Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak
menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu
Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.
Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai,  Alif berteman dekat dengan Raja dari
Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari
Gowa.  Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib
sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-
awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa
muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah
remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Negeri Lima Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogi.

B.     HASIL ANALISIS
  
Unsur-Unsur Intrinsik
1.      Tema
Tema bacaan Negeri 5 Menara adalah Pendidikan, hal ini dapat kita lihat sendiri dari
lembaran-lembaran novel ini yang menceritakan bagaimana tokoh-tokoh utama di dalamnya
mengenyam pendidikan di dunia pesantren.

2.      Penokohan
Analisis Penokohan
Tokoh Protagonis
Tokoh Protagonis yaitu Tokoh berprilaku baik didalam suatu cerita. Didalam novel yang
berjudul “NEGERI 5 MENARA“ ini tokoh- tokoh yang termasuk tokoh  protagonis yaitu :

1. Alif Fikri
Dia adalah pemeran utama dalam novel ini, dia berasal dari Maninjau BUKIT TINGGI,
Dia anak yang baik, selalu usaha dalam melakukan sesuatu.
Seperti pada kutipan ceritanya :“ kalau begitu,kalau kita mau berhasil ujian ini, kita belajar
sedikit lebih lama dari kebanyakan teman –teman di Kamp konsentrasi ,“Simpulku.
“ Bismillah ya Tuhan, sudah aku kerahkan segala usaha, sekarang aku serahkan penampilanku
kepadamu dengan segala ikhlas,”gumamku.

2. Raja Lubis
Dia merupakan teman Alif pada waktu di PM,dia anak yang pintar dan memiliki
pengetahuan yang luas.
Seperti pada kutipan ceritanya : “Untuk menarik perhatian pendengar, selain menggunakan
suara yang lantang, ikat meraka dengan matakau, pandang mata mereka dengan lekat,” saran
Raja sambil mengarahkan 2 jari kemataku.
“Arti harfiahya Kotak, bukan lemari (tempat pakaian buku dan segala macam yang kita
punya.Lemari kecil yang lebih menyerupai kotak,” terang raja yang memiliki banyak
informasi dan dengan senang hati berbagi.

3. Baso Salahuddin
Dia adalah teman alif di PM, dia anaknya pendiam , sangat taat terhadap aturan dan
mempunyai keinginan untuk menghafal Al-Qur’an .
Seperti pada kutipan ceritanya : “melihat yang bukan mukhrim bisa menghilangkan hapalan
Al-Qur’an ku”, kata baso dengan suara rendah.

4. Said Jufri
Dia adalah teman alif di PM, dia anak yang selalu optimis memberikan saran –sarannya .
berikut kutipan ceritanya : “tenang akhi , sebentar lagi kita akan selamat . asrama tinggal
100 m lagi insyaallah tidak akan kena hukum”, kata said dengan sangat optimis.
Said , ”Ya akhi , sebelum keasrama ,kita ke studio foto dulu yuk . kapan lagi tiga orang
berkepala shaolin berfoto pakai sarung.” , said memang selalu tau bagaimana mengambil sisi
positif dari setiap bencana .

5. Atang
Dia adalah teman Alif pada waktu di PM, dia anak yang memiliki wajah serius, mudah
mengenal seseorang, patuh terhadap aturan dan juga baik.
Berikut kutipan ceritanya : “Eh......kenalkan nama saya Atang,” sambil menyorongkan
tangannya, dan buru – buru dia menambahkan , “saya dari Bandung urang sunda,”
“Said, ingat jangan kita menjadi Jasus 2x dalam 2 bulan,” sahut Atang disaat hendak
melakukan kesalahan.
“Aku juga tidak punya duit sekarang, tapi aku bisa menjamin tinggal kalian selama
diBandung. Pergi ke Bandung jelas tidak bayar karena naik mobil bapakku, untuk ongkos
kembali dari Bandung ke PM aku bisa meminjamkan nanti,” bujuk Atang pada saat ingin
mengajak Alif dan Baso.
6. Dulmajid
Dia adalah teman Alif juga pada waktu di PM, dia anak yang baik, suka bercanda, setia
kawan.
Berikut kutipan ceritanya :“ Lif, aku akan menunggumu sampai kamu selesai mengerjakan
tugas itu ,” kata Dulmajid

7. Amak
Beliau merupakan Ibu Alif , yang memiliki sifat jujur, adil sekaligus baik hati. Berikut
kutipan ceritanya : “Bang Ambo ingin berlaku adil , dan keadilan hrus dimulai dari diri
sendiri, bahkan anak sendiri. Aturannya siapa yang tak mau praktek menyanyi dapat angka
merah,” kata Amak ketika Ayah bertanya, “kok tega memberi angka buruk pada anak.
“Kita disini adalah pendidik. Kalau kayak begini ini bukan mendidik, kemana muka kita
disembunyikan dari Allah yang maha melihat. Ambo tak mau ikut bersokongkol dalam ke
tidak jujuran ini,” frontal dan pas di ulu hati.

8. Ayah Alif
Beliau adalah orang yang baik, tidak banyak bicara tapi sekali bicara langsung
merasuk di hati. Berikut kutipa ceritanya : “ Pak anak ambo kelakuanya baik dan NEMnya
termasuk paling tinggi di Agama, kami kirim untuk mendalami agama,” ucap ayah pada saat
berbicara dengan pak Sutan yang menjengkelkan.

9. Kyai Rais
Beliau adalah guru besar Alif  pada waktu di PM, Beliau orang yang sangat sabar,
berwibawa, dan setiap kata – katanya enak didengar, merasuk dalm hati dan selalu benar
terjadi jika dilaksanakan dengan sungguh – sungguh.                        
Berikut kutipan ceritanya : “Mandirilah maka kamu akan jadi orang merdeka dan maju.
I’timad Ala Nafsi, bergantung pada diri sendiri, jangan dengan orang lain, cukuplah bantuan
Tuhan yang menjdi panutanmu,” Nasihat Kyai Rais.

10. Kak Iskandar


Dia adalah ketua asrama Al-barq, tempat Alif dengan Sahibul yang lain tidur, dia
orang yang tegas dan baik.
Berikut kutipannya : “ Sebelum tidur, kami akan bacakan Qonun, aturan tidak tertulis yng
tidak boleh dilanggar. Pelanggaran pasti akan diganjar sesuai dengan kesalahannya dan
ganjaran paling berat adalah dipulangkan dari PM selama – lamanya,” katanya dengan serius
dan tegas.

11. Randai
Dia adalah teman kecil (teman akrab) Alif di Maninjau (dikampungnya), dia anaknya
sedikit sombong, tapi dia juga baik.
Berikut kutipannya : “Kamu belum pernah lihat Komputer kan ? nah disini semua murid ikut
belajar komputer karena sekolahku baru membuat Lab komputer yang paling modern di kota
kita.” katanya dengan bangga hati.

12.  Ust Faris


Dia adalah Guru Alif di PM, beliau mengajar Al- Qur’an Hadist,orangnya baik dan
selalu memberi nasihat yang baik pula.
Berikut kutipannya : “Bacalah Al – Qur’an dan Al Hadist dengan mata hati kalian, resapi dan
lihatlah mereka secara menyeluruh, saling berkait menjadi pelita bagi kehidupan kita,”
katanya dengan suara Bariton yang sangat terjaga vibranya.

13.   Ust Kholid


  Beliau adalah ustad yang sangat berpengalaman, dia juga pernah menuntut ilmu di
Kairo, orangnya baik.
Berikut kutipannya : “ Iya sederhana, kalau kita mewaqafkan tanah kesekolah maka tanah
itu berpindah  ketangan sekolah itu selamanya untuk kepentingan sekolah dan umat. Dan
saya, karena tidak punya tanah, yang saya waqafkan diri saya sendiri,” kata Ust Khalid.

14.   Ust Salman


Beliau adalah Wali Kelas Alif di PM, orangnya baik, dan beliau mengajar pelajaran
sejarah di PM.
 Berikut kutipannya : “ Sejarah bukan seni bernostalgia, tapi sejarah adalah ibrah pelajran
yang bisa kita tarik ke masa sekarang, untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik,”
jelasnya.
“ Jadi pilihlah suasana hati kalian, dalam situasi paling kacau sekalipun, karena kalianlah
master dan penguasa hati kalian. Dan hati yang selalu bisa dikuasai pemiliknya adalah hati
orang sukses,” tandasnya dengan mata berkila - kilat.
    
Tokoh Antagonis
Tokoh Antagonis yaitu tokoh yang biasanya memiliki prilaku yang jelek atau jahat,
dalam Novel ini tokoh yang bertidak sebagai tokoh antagonis yakni :
1.      Tyson ( Rajab Suja’i)
Dia merupakan orang terhoror (paling di takuti) Alif selama di PM,wajahnya sangat
menyeramkan dan mudah marah begitu saja.
Berikut kutipannya : “Hei...... nanti dulu, kalian tetap dihukum, di PM tidak ada kesalahan
yang berlangsung tanpa dapat ganjaran ,” hardik si Tyson.

2.      Ust Torik


Dia adalah orang kedua yang paling ditakuti setelah Tyson, dia tidak banyak bicara
tapi sekali bicara menakutkan.
Berikut kutipannya : “Kamu ngomong apa ??? bicara yang jelas, lihat mata saya,” potongnya ,
matanya yang dalam mencorong tajam
Tokoh-tokoh dan watak dalam novel “Negeri 5 Menara”, yaitu:
a)      Amak
- Seorang wanita separuh baya yang ramah : [“Mukanya selalu mengibarkan senyum ke siapa
saja”]
- Rela Berkorban : [“Amak terpaksa menjadi guru sukarela yang hanya dibayar dengan beras
selama 7 tahun”]
- Peduli akan nasib umat Islam : [“…Bagaimana nasib umat Islam nanti?” ]
- Seorang ibu yang konsisten terhadap keputusannya : [“Pokoknya Amak tidak rela waang masuk
SMA!”]
-         Adil : [“…Keadilan harus dimulai dari diri sendiri, bahkan dari anak sendiri. Aturannya
adalah siapa yang tidak mau menyanyi dapat angka merah”)]
b)      Ayah
-         Seorang pria separuh baya yang membela kebenaran : [“Mungkin naluri kebapakannya
tersengat untuk membela anak dan sekaligus membela dirinya sendiri” ]
-         Dapat dipercaya : [“Amanat dari jamaah surau kami untuk membeli seekor sapi untuk
kurban idul adha minggu depan telah ditunaikan Ayah”]

d)     Alif
-         Seorang lelaki yang penurut : [“Selama ini aku anak penurut” ]
-         Ragu-ragu : [“Bahkan sesungguhnya aku sendiri belum yakin betul dengan keputusan ini”]
-         Teliti : [“Sejenak, aku cek lagi kalau semuanya telah rapi dan licin, tidak ada gombak dan
kusut”]
e)      Dulmajid
-         Seorang lelaki yang Mandiri : [“Tentu saja saya datang sendiri,”]
-         Semangat : [“Animo belajarnya memang maut”]
-         Jujur, tegas serta setia kawan : [“Aku menyadari dia orang paling jujur, paling keras,
tapi juga paling setia kawan yang aku kenal.”]
f)       Raja
-         Seorang lelaki yang Percaya diri : [“Raja Lubis yang duduk di meja paling depan maju”]
-         Ekspresif : [“…Tampak mengayun-ayunkan tinjunya diudara sambil berteriak “Allahu
Akbar!”]
-         Pantang menyerah : [“Jangan. Kita coba dulu. Aku saja yang maju duluan,” ]
g)      Atang
-         Menepati Janji : [“Sesuai Janji, Atang yang membayari ongkos”]
-         Baik : [Aku bersyukur sekali mempunyai teman-teman yang baik dan tersebar dibeberapa
kota seperti Atang dan Said.”]
h)      Said
-         Seorang lelaki yang memberi motivasi : [“…senyum dan cerita yang mengobarkan
semangat”]
-         Berfikir dewasa  : [“Perawakan yang seperti orang tua dan cara berpikirnya yang dewasa
membuat kami menerimanya sebagai yang terdepan”]
-         Seorang lelaki yang mengambil kebaikan dari suatu kejadian : [“Aku sendiri mengagumi
caranya melihat segala sesuatu dengan positif”]
-         Baik : [Aku bersyukur sekali mempunyai teman-teman yang baik dan tersebar dibeberapa
kota seperti Atang dan Said.”]
i)        Baso
-         Seorang lelaki yang Disiplin : [“Dia begitu disiplin menyediakan waktu untuk membaca
buku favoritnya” ]
-         Rajin : [“Baso anak paling rajin diantara kami”]
-         Sunguh-sungguh : [“Hampir setiap waktu kami melihat Baso membaca buku pelajaran dan
Al-Quran dengan sungguh-sungguh”]
-         Pendiam, Pemalu serta Tertutup : [“Selama ini memang Baso lah kawan kami yang paling
Pendiam, Pemalu dan tertutup”]
j)        Ustad Salman
-         Seorang lelaki yang Kreatif : [“Itulah gaya unik Ustad Salman, selalu mencari jalan
kreatif untuk terus memantik api potensi dan semangat kami”]
k)      Kiyai Rais
-         Seorang lelaki separuh baya yang menjadi contoh di PM : [“…yang menjadi panutan kita
dan semua orang selama di PM ini”]
-         Berbakat : [“Kiai Rais adalah sosok yang bisa menjelma menjadi apa saja” ]
l)        Tyson
-         Seorang lelaki yang Tegas : [“…Terlambat adalah terlamabat. Ini pelanggaran” ]
m)    Ustad Torik
-        Seorang lelaki yang Tegas : [“Kalian sudah tahu aturan adalah aturan. Semua yang ikut ke
Surabaya saya tunggu di kantor. SEKARANG JUGA.”]

3. Latar
a)      Latar tempat
-         Kantor Alif (Washington DC)
[“Dari balik kerai tipis di lantai empat ini..”]
-         Rumah Alif (Maninjau, Bukittinggi)
[“Sampai sekarang kami masih tinggal di rumah kontrakan beratap seng dengan dinding dan
lantai kayu” ]
-         Trafalgar Square (London)
[“Tidak lama kemudian aku sampai di Trafalgar Square, sebuah lapangan beton yang amat
luas.” ]
-           Pondok Madani
[“Tidak terasa, hampir satu jam kami berkeliling PM.” ]
-         Rumah Atang (Bandung)
[“Kaca depan rumahnya menempel sebuah stiker hijau dengan gambar matahari di
tengahnya”]
-         Rumah Said (Surabaya)
[“...Mengajak kami keliling ke berbagai objek wisata di sekitar Surabaya...” ]
-       Apartemen Raja (London)
[“Malam itu kami menginap di apartemen Raja di dekat Stadion Wembley...” ]

b)      Latar waktu
-         Dini hari
      [“Dalam perjalananku dari Padang ke Jawa Timur, aku sempat sekilas melewati Jakarta jam
tiga dini hari.” ]
-         Pagi hari
[“Sejak dari pagi buta suasana PM sudah heboh.”]
-         Sore hari
      [“Tidak siap menjawab pertanyaan interogatif di senja bergerimis dalam keadaan
kepayahan ini.”]
-         Malam hari
[“Malam ini adalah salah satu dari malam-malam inspiratif yang digubah oleh Ustad
Salman.”]

c)      Latar Suasana
-         Sepi
[“Diam sejenak. Sebuah pesan baru muncul lagi” ]
-         Emosi
[“Sebelum mereka menyahut, aku telah membanting pintu dan menguncinya”
   -     Takut
[“Aku katupkan mataku rapat-rapat. Apa yang akan dilakukan Tyson ini padaku” ]
-            Gugup
[“Kalimat yang sudah aku bayangkan tadi berantakan di bawah sorot mata Ustad Torik yang
bikin ngilu.”]
-            Bahagia
[“Dengan penuh kemenangan kami keluar dari gerbang PM” ]
-            Sedih
[“Di ujung kelopak matanya aku menangkap kilau air yang siap luruh. Suaranya kini
bergetar”]

4. Alur
Alur yang ada dalam novel “Negeri 5 Menara”, yaitu alur maju-mundur. Hal ini
dibuktikan oleh beberapa tahapan sebagai berikut:

a.         Pengenalan / Awal cerita


Awal cerita dalam novel ini dibuka oleh Alif yang telah tinggal di Washington DC, Amerika
Serikat dengan pekerjaannya sebagai Wartawan VOA, lalu setelah itu ia kembali mengingat
masa lalunya saat konflik dimulai ["Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbang jauh ke masa
lalu. Masa yang sangat kuat terpatri dalam hatiku"]
b.         Timbulnya konflik / Titik awal pertikaian
Awal Pertikaian dimulai saat Amak menyuruh Alif untuk tidak melanjutkan sekolahnya ke
SMA tetapi ke Pesantren dan Alif menolak permintaan Amak pada saat baru diberitahukan.
Tetapi akhirnya, Alif pun bersedia bersekolah di pesantren yang terletak di luar pulau
Sumatera walaupun hanya setengah hati : [“Jadi Amak minta dengan sangat waang tidak
masuk SMA. Bukan karena uang tapi supaya ada bibit unggul yang masuk madrasah aliyah.”]
c.         Puncak konflik / Titik puncak cerita
Titik puncak cerita dimulai saat Alif sudah naik kelas 6 di Pondok Madani (PM) dan menjadi
puncak rantai makanan alias kelas tertinggi di Pondok Madani : [“Seketika rasa ini melempar
ingatanku kembali ke PM, ketika kami naik kelas enam, kelas pemuncak di PM.” ]
d.         Antiklimaks
Antiklimaks dalam novel ini dimulai pada saat Alif serta santri PM lainnya akan mengadakan
ujian akhir yang dilaksanakan oleh siswa tahun terakhir PM. [“Inilah ujian yang paling berat
yang paling berat yang anak-anak temui di PM”]
e.         Penyelesaian masalah
Pada akhirnya, setelah alif menyelesaikan ujian pamungkas di PM serta lulus dari PM,
cerita berbalik ke Alif yang telah sampai di London untuk bertemu dengan Atang dan Raja
yang merupakan anggota Sahibul Menara .

5.      Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel tersebut, yaitu sudut pandang
orang pertama tunggal dengan “Aku” sebagai tokoh utama. Hal ini dibuktikan oleh pengarang
yang selalu menyebut tokoh utama dengan kata “Aku” saat di narasi, di mana seakan-akan
pengarang adalah si tokoh utama : [“Iseng aja, aku mendekat ke jendela kaca dan
menyentuh permukaannya dengan ujung telunjuk kananku”]

6.      Gaya Bahasa
-         Majas Personifikasi
[“Hawa dingin segera menjalari wajah dan lengan kananku”]
-         Majas hiperbola
[“Muka dan kupingku bersemu merah tapi jantungku melonjak-lonjak girang.” ]
-         Majas Metafora
[“Matahari sore menggantung condong ke barat berbentuk piring putih susu” ]

7.      Amanat
Amanat yang terkandung dalam novel “Negeri 5 Menara” ini adalah bahwa dalam
mengejar semua cita-cita beserta impian, tidak semuanya berjalan sesuai dengan apa yang
telah kita rencanakan tapi semuanya berjalan seiring bagaimana kita menyelesaikan
rintangan yang datang menghadang dan untuk mendapatkan menggapainya juga, kita harus
mengorbankan sesuatu.
Adapun amanat dari novel ini adalah sebuah perenungan yang diberikan penulis bagi
penbaca untuk tidak putus asa dalam hidup dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat,
bangsa dan agama.
Kutipan :
Jangan pernah meremehkan impian walau setinggi apapun, tuhan sesungguh maha
mendengar. Man jadda wajada, siapa yang sungguh-sungguh akan berhasil.Amanat bagi
pembaca berikutnya adalah pentingnya kedinamaisan.
Berikut terdapat di   novel “Negeri 5 menara” tentang pentingnya kedinamisan dalam hidup
bagi orang-orang yang berilmu
“orang yang berilmu dan beradab tidak akan diam dikampung halaman. Tinggalkan
negerimu dan mernataulah ke negeri orang. Merantaulah, kaua kan mendapatkan pengganti
dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang ..
singa jika tak tinggalkan sarang tidak akan mendapatkan mangsa. Bijih emas bagaikan panah
biasa sebelum digali dari tambang. Jika matahari diorbitnya tidak bergerak dan terus diam
tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang.
Selain amanat yang telah dijelaskan diatas oleh Novel “negeri 5 menara” juga
member pesan agar meraih ilmu dan pendidikan setinggi-tingginya. Karena orang berilmu
memiliki derajat yang lebih tinggi dari pada orang yang tidak berilmu. Menuntut ilmu karena
tuhan memudahkan jalan kalian ke surga, malaikat membentangkan sayap buat kalian,
bahkan penghuni langit dan bumi sampai ikan paus di lautan memintakan ampun bagi orang
yang berilmu. Reguklah ilmu di sini dengan membuka pikiran , mata dan hati kalian”.
Pondok Pesantren Madani adalah salah satu sarana bagi siswa dalam menimba ilmu.
Dari kutipan ceramah Kiai Rais dapat dipahami bahwa para pencari ilmu adalah orang-orang
yang dimudahkan dalam meraih surga. Dari itu, dapat dimaknai bahwa penulis ingin
menyampaikan pesan kepada pembaca bahwa supaya masyarakat  mencari ilmu setinggi-
tingginya karena sesuai dengan kutipan tersebut bahwa pencari ilmu diberi kedudukan yang
lebih istimewa yakni dimudahkan jalan menuju surga. Pesan yang disampaikan penulis dapat
diartikan bahwa salah satu jalan menuju surga adalah mencari ilmu sebanyak-banyaknya .
jadi pesan penulis bagi pembaca yakni menganjurkan pembaca agar meraih ilmu yang
setinggi-tingginya meskipun harus keluar kampong dan jauh dari keluarga.
Disamping itu, terdapat amanat-amanat yang tersurat terdapat pula pesan singkat
yang tersirat. Pesan yang tersirat adalah pesan yang terkandung dalam sebuah karya sastra
meskipun tidak ada bukti konkrit dari naskah suatu karya sastra tersebut.  Pesan tersirat 
tersebut  yakni mengenai keutamaan doa dan ridho orang tua dalam kehidupan Alif sang
pemeran utama adalah seorang anak yang datang dari keluarga sederhana dan masih
memiliki keturunan darah  ulama . cita-cita Alif sebenarnya inginmenjadi seorang insinyur.
Tokoh idolanya adalah Habibie. Setelah ia lulus dari Madrasah Tsanawiyah , sebenatnya ia
ingin melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi yakni SMA. Karena ia menganggap tiga tajun
menempuh pendidikan di Tsanawiyah telah cukup bekal dasar ilmu agamanya. Ia ingin
mempelajari ilmu non agama dan melanjutkan kuliah di UI tai ITB. Namun keinginan dan
cita-citanya tersebut terhalang denagn keinginan orang  tuanya ingin menjadikan putranya
seperti Buya Hamka.
Pada awalnya Alif berontak tapi akhirnya ia berfikir bahwa tidak ada gunanya
melawan keinginan ibunya yang mulia itu. Hingga ia memutuskan untuk menempuh pendidikan
menengahnya di pesantren madani jawa. Banyak kisah yang ia hadapi bersama teman-
temannya yang datang dari berbagai daerah. Hingga akhirnya ia meraih kesuksesan di
Ameriak. Hal tersebut pada dasarnya tak luptu dari doa dan ridho yang diberikan oleh
orang tuanya.  Penulis memberikan pesan kepada pembaca, bahwa doa dan ridho orang tua
adalah sesuatu yang harus diutamakan. Meskipun pesan tersebut tidak tersurat. Namun
dapat dipahami oleh pembaca yang telah selesai membaca keseluruhan cerita.

 Unsur-Unsur Ekstrinsik
a.       Nilai Ketuhanan
-         Sangat banyak nilai ketuhanan yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara,
diantaranya kita sebagai manusia sama di sisi ALLAH.
b.      Nilai Moral
-         Kebersamaan Sahibul Menara dalam menghadapi segala hal dengan kerja sama dan
pantang menyerah
c.       Nilai Sosial
-         Di kehidupan pesantren, kita tidak diajarkan untuk egois, tapi saling membantu satu
sama lain, mengutamakan kesolidaritasan.
d.      Nilai Ekonomi
-         Para pengajar di Pondok Madani tidak meminta untuk dibyar, mereka ikhlas mendidik
santri karen ALLAH SWT, serta santri di Pondok Madani yang banyak kekurangan secara
ekonomi tetapi masih bisa bersekolah di Pondok Madani.
e.      Nilai Budaya
-         Anak laki-laki dan seorang ayah masyarakat Minangkabau tidak pernah berangkulan : [“Di
kampungku memang tidak ada budaya berangkulan anak laki-laki dan seorang ayah”
f.        Nilai Agama
-         Novel ini menceritakan tentang kehidupan pesantren yang selalu mengajarkan nilai-nilai
agama, mulai dari keikhlasan, bersikap jujur, disiplin dan lain sebagainya : [“Bacalah Al-
Quran dan hadits dengan mata hati kalian....”]

C. HASIL TEMUAN
Temuan yang didapatkan dalam Novel “Negeri 5 Menara”
a.       Disini penulis menemukan bahwa, anak-anak yang disekolahkan di pesantren identik
dengan anak-anak yang nakal, kekurangan baik secara ekonomi maupun akademik.
[“Akibatnya, madrasah menjadi tempat murid warga kelas dua, sisa-sisa...”].
b.      Hal-hal yang harus kita hadapi dalam kehidupan pesantren yang keras, kita tidak boleh
berleha-leha, harus bisa mengatur waktu.
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Banyak kelebihan atau nilai-nilai positif yang terkandung dalam Novel Negeri 5
Menara ini, diantaranya adalah:

-Berbakti kepada orang tua & visi hidup


Alif menunjukkan sosok yang taat kepada keinginan orang tuanya, walaupun ia harus
mengorbankan cita-citanya untuk bersekolah di Bandung. Orang tua pasti ingin memberikan
yang terbaik untuk anaknya. Amak Alif menginginkan ada bibit unggul yang masuk ke dalam
pesantren, karena selama ini pesantren dianggap sebagai ‘bengkel’ untuk merenovasi akhlak
dan perbuatan anak yang dimasukkan ke sana. Keinginan Amak Alif agar Alif menjadi ulama
seperti Buya Hamka, agar Alif bermanfaat untuk umat merupakan ide yang sungguh mulia.
Banyak di sekitar kita yang berlomba-lomba menyekolahkan anaknya di sekolah yang popular
secara akademis atau fasilitas, tanpa mempertimbangkan kebermanfaatannya ke depan. Visi
seorang Amak mampu menggiring penonton untuk berpikir bahwa kita membutuhkan sosok-
sosok yang bisa memikirkan dan bermanfat untuk sesama, bukan sosok-sosok yang sibuk
memikirkan dirinya sendiri. Keinginan Baso untuk menghafal Al Quran juga didorong
keinginannya untuk mempersembahkan jubah kemuliaan untuk orangtuanya yang telah
meninggal. Penonton akan diajak untuk merenungkan hal apa yang sudah diberikan pada
orang tua tercinta. Adegan ini mestinya mampu mengajak penonton untuk berbakti pada
orang tua.

-Pola asuh demokratis


Walaupun Alif pada awalnya tidak setuju dengan keinginan orangtuanya untuk
melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren, orang tua Alif tidak menunjukkan kesan
memaksa, tetapi tetap bersikap biasa seperti tidak terjadi masalah setelah Alif lari dari
rumah dan mengurung diri di kamar. Hal ini terlihat dari Amak yang membawakan makanan
ke kamar Alif. Ketika menemui perbedaan pendapat, orang tua sebaiknya tidak berkata
keras kepada anak agar anak tidak semakin membangkang. Dalam novel ini terlihat orang tua
Alif yang tetap bijak menanggapi ketidaksetujuan Alif.

-Keikhlasan                     
Tampak keikhlasan Alif ketika akhirnya menuruti keinginan orang tuanya untuk
melanjutkan sekolah di Pondok Madani. Ayah Alif juga terlihat ikhlas merelakan harta
mereka yang berupa kerbau untuk biaya sekolah Alif. Keikhlasan juga tampak setelah Alif
membatalkan rencana menjawab asal tes masuk pondok Madani. Para ustad yang menurut
Kyai Rais tidak dibayar pun mampu membuat kita membandingkan dengan banyak kalangan
pegawai dewasa ini yang masih suka menuntut gaji yang lebih tinggi. Segala sesuatu kalau
ikhlas dilakukan InsyaAllah akan menjadikan jalan yang ditempuh serasa ringan, bebas dari
beban. Bayangkan kalau semua anak didik di Indonesia tidak ikhlas bersekolah, apa yang
akan mereka dapat di sekolah? Di novel ini, keikhlasan tergambarkan dengan cukup baik.
-Motivasi
  Ayah Alif memotivasi Alif melalui transaksi jual beli kerbau. Proses tawar-menawar
kerbau dilakukan di dalam sarung, dengan kode-kode tertentu. Ayah Alif memberikan
pemahaman kepada Alif agar kita harus berani mencoba rasanya dulu sebelum tahu baik
atau buruknya sesuatu, jadi Alif dianjurkan untuk tidak cepat menilai.
  Kyai Rais dalam pidatonya mengatakan bahwa para santri akan dididik menjadi orang
besar, tetapi bukan orang besar seperti pengusaha besar, menteri, ketua partai, ketua
DPR/MPR, atau ketua ormas Islam. Orang besar yang dimaksud Kyai Rais adalah menjadi
orang yang akan menyebarkan ilmunya sampai ke pelosok negeri. Beberapa kali juga
ditampilkan tulisan “Ke Madani, Apa Yang Kau Cari”, sehingga tulisan ini seolah
mengingatkan para santri untuk terus meluruskan niat selama belajar di pondok pesantren.
Pada hari pertama masuk kelas, Ustad Salman membawa batang kayu dan pedang yang sudah
berkarat. Di depan kelas ustad Salman terus berusaha menebas batang kayu itu dengan
pedang tadi. Setelah ditebas terus-menerus, akhirnya batang kayunya dapat terbelah juga.
Kemudian Ustad Salman berseru “Man Jadda Wajada, ingat, bukan yang paling tajam, siapa
yang bersungguh-sungguh, dia yang akan berhasil, Man Jadda Wajada!!!”, akhirnya pepatah
alias mantra berbahasa arab ini terus-menerus didengungkan oleh para santri. Mantra ini
mampu menyihir keadaan yang pesimis menjadi optimis. Siapa sangka pedang tumpul
berkarat mampu menebas batang kayu yang kuat? Man Jadda Wajada, Siapa yang
bersungguh-sungguh akan berhasil, sebuah mantra ajaib yang senantiasa menyemangati
setiap usaha. Metode yang dipakai oleh ustad Salman itu patut dicontoh oleh para pendidik.
Kita membutuhkan ilustrasi yang tepat untuk dapat memotivasi anak didik agar tujuannya
tecapai. Saya rasa, adegan membelah kayu itu merupakan hal luar biasa, akan susah
dilupakan.

-Persahabatan
Ada pesahabatan yang kokoh diantara Alif, Baso, Raja, Atang, Said, dan Dulmajid,
yang dijuluki Sahibul Menara. Kekokohannya tergambarkan dalam awal pesahabatan mereka
di pondok Madani sampai bertahun- tehun kemudian setelah mereka melalang buana ke
negeri-negeri impian mereka. Biasanya, seiring berjalannya waktu, jalinan persahabatan
dengan teman-teman sekolah semakin mengendor tergerus persahabatan baru yang terjalin,
tetapi di novel ini digambarkan kebalikannya, ini menunjukkan ikatan silaturahmi yang
dengan kuatnya tetap terjaga. Dalam persahabatan itu mereka juga saling menguatkan,
terlihat ketika Alif mulai patah semangat, ingin meninggalkan pondok Madani dan
meneruskan SMA di Bandung. Setelah dikucilkan karena impiannya ini, ada temannya yang
menguatkan Alif untuk tetap meneruskan pendidikannya di pondok Madani.

-Kerja sama
Di hari pertama, tampak sahibul menara saling bekerja sama mangangkat lemari yang
baru di beli. Kerja sama lainnya juga terlihat ketika sahibul menara membantu memperbaiki
diesel yang sering macet.
Hal lain terlihat pula ketika Alif, Said, Atang, Raja, dan Dulmajid saling bekerja
sama membantu latihan lomba pidato bahasa Ingrisnya Baso dengan membuat orang-orangan
memakai kayu dan sarung. Pun ketika Baso mengalami ‘kemacetan’ ketika lomba, para sahibul
menara langsung membantunya dengan menghadirkan orang-orangan itu ke ruang lomba
sehingga Baso pun akhirnya meraih juara. Ketika sahibul menara berkeinginan menonton
final piala Thomas, mereka mengajak ustad Salman untuk membujuk Ustad Thorik
menyetujui usul itu. Dengan kerja sama melalui strategi bermain bulu tangkis bersama
sambil mengobrol tentang pentingnya menyaksikan pertandingan final piala Thomas di
televisi, akhirnya keinginan itu bisa terwujud. Kerja sama yang sangat bagus juga
ditunjukkan dalam persiapan dan pelaksanaan pentas teater Ibnu Batutah. Dengan semangat
sahibul menara mesti jauh-jauh menuju perkotaan Ponorogo untuk membeli es. Digambarkan
akhirnya sahibul menara kembali ke pondok Madani dengan mengendarai beberapa becak,
dengan becak terakhir berisi para tukang becak. Pementasan Ibnu Babtutah sendiri
akhirnya berjalan dengan memuaskan.
Kerjasama mutlak diperlukan karena setiap orang tidak mungkin bisa hidup sendiri.
Kerja sama yang baik ditunjukkan dalam novel ini melalui pembagian tugas.

-Tanggung jawab
Adegan tentang tangung jawab terlihat dalam adegan Alif yang mengerjakan soal tes
masuk pondok Madani menggunakan pena warisan kakeknya, setelah melihat dukungan
ayahnya dari luar jendela. Alif merevisi jawaban asalnya menjadi jawaban yang benar karena
Alif merasa bertanggung jawab kepada pilihannya akhirnya, yaitu belajar di pondok
pesantren. Kyai Rais juga meminta sahibul menara untuk bertanggung jawab memikirkan
solusi dari keluhan masalah diesel yang disampaikan sahibul menara. Manusia yang baik
adalah manusia yang bisa bertanggung jawab terhadap segala hal yang berasal dari dirinya.
Di novel ini tergambarkan tanggung jawab terhadap pilihan dan tanggung jawab terhadap
perbuatan.

-Disiplin terhadap waktu


Ketika lonceng sudah dibunyikan, tanda bahwa para santri sudah harus ke masjid
untuk salat maghrib, sahibul menara masih berurusan dengan angkut-mengangkut lemari,
sehingga akhirnya mereka dihukum oleh penjaga ketertiban dengan hukuman jewer satu
sama lain. Visualisasi ini mengajarkan pada kita bahwa kalau kita tidak bisa memanfaatkan
waktu dengan baik, kerugian akan didapat.

-Berani bermimpi
Kebiasaan sahibul menara memandang awan di bawah menara sambil menyatakan
impian-impiannya pergi menuju berbagai negara merupakan hal yang patut diacungi jempol.
Banyak generasi muda kita yang bermimpi saja takut. Padahal, mimpi yang berani kita
utarakan akan mendorong kita melakukan langkah-langkah untuk mencapainya. Dan Tuhan
adalah maha mendengar dan maha menjadikan. Terbukti di akhir bacaan, mimpi-mimpi
sahibul menara terwujud semua. Karena itu, kita diajari untuk tidak meremehkan mimpi.
-Kerja keras
Kerja keras Alif terlihat ketika di tengah malam Alif masih mengerjakan laporan
berita untuk diberikan kepada Kak Fahmi sebagai syarat bergabung dalam majalah Syams,
padahal teman-teman sekamarnya sudah tidur semua. Alif juga berjuang untuk
memenangkan taruhan dari temannya untuk mendapatkan foto Sarah. Piala didapatkan Baso
setelah dia berlatih keras dalam lomba pidato bahasa Inggris. Apa yang kita inginkan
menuntut kerja keras kita untuk meraihnya. Jarang ada sesuatu yang instan yang bisa kita
raih, semuanya membutuhkan usaha, dan novel ini menggambarkannya dengan baik.

-Kreativitas
Adegan lucu Baso yang hampir terlambat menuju masjid dan terpaksa memakai
selimut yang sedang dijemur sebagai sarung merupakan sisi kreativitas yang coba
dihadirkan di novel ini. Terkadang kita dituntut cepat untuk menyelesaikan masalah.
Berpikir out of the box sering menjadi jawaban atas banyak masalah.

-Sikap jujur
Kyai Rais menolak mentah-mentah suap-an seorang tentara yang menginginkan anak
pimpinannya diloloskan untuk masuk ke pondok Madani, pasca ketidaklulusannya. Sikap Kyai
Rais ini memberikan keteladanan sosok pemimpin yang jujur, yang mana negeri kita sekarang
benar-benar haus akan sosok seperti ini.

-Menetapkan prioritas
Baso akhirnya harus meninggalkan sekolahnya karena neneknya sakit keras. Segala
bujukan teman-temannya untuk tetap tinggal di pesantren ditolaknya secara halus. Ia
mengatakan bahwa yang datang menjemputnya jauh-jauh adalah tetangganya. Jika
tetangganya saja sudah berkorban sejauh itu untuk neneknya, maka memang Baso sebaiknya
meninggalkan pondok Madani. Hal yang hampir sama juga terjadi pada ustad Salman yang
akhirnya harus meninggalkan pondok Madani untuk berumah tangga. Dukungan untuk pergi
dari pesantren didapatkannya dari Kyai Rais. Hidup itu diwarnai dengan pilihan-pilihan. Maka
menetapkan hati dengan melihat baik-buruknya merupakan hal utama yang harus dilakukan
dalam menetapkan prioritas. Kita sebagai manusia berakal dituntut pintar dalam hal yang
satu ini.

-Sistem pendidikan modern pesantren


Dalam novel ini tergambar dengan jelas bahwa pesantren itu tidak selalu identik
dengan ngaji. Tetapi di pesantren pun kegiatan-kegiatan yang merupakan penyaluran hobi
juga digiatkan. Taruhlah kegiatan olah raga, kesenian, ataupun jurnalistik. Semua keinginan
santri terwadahi. Bahkan di novel ini diperlihatkan sosok Kyai Rais, yang notabene adalah
pimpinan pondok pesantren, jago memainkan gitar.
Kurang rasanya kalau saya banyak membicarakan tentang nilai-nilai negatif dari novel
“Negeri 5 Menara” tetapi tidak membicarakan kekurangannya.

-Nilai negatif
Melawan terhadap orang tua, ketika ama menyuruh alif untuk meneruskan sekolah di
pesantren alif menghardik ibunya.
Kutipannya adalah “aku tidak ingin”,
Nilai negatif lainnya ketika alif meremehkan orang yang bersekolah di pesantren,
dialog ini terjadi saat  Alif dan ibunya berdebat untuk masuk ke madrasah atau pesantren
“tapi bukan salah ambo orang tua lain mengirim anak yang kurang cadiak masuk madrasah”
 Kutipan negative lainnya dalah ketika Alif mulai pesimis akan kemajuan hidupnya di
madrasah “ Tuhan mungkin kah aku bisa menginjakkan kaki di benua lainnya, dan akan kah
dengan bersekolah dimadrasah ini kehidupan ku akan berubah?”
“Ya Tuhan aku tidak punya tenaga untuk menhafal Al-Quran ini”
Menjadi nilai negatif karena alif pesimis dan belum berusah untuk mengerahkan
kemampuannya.

B.     SARAN
Adapun saran yang penulis berikan ialah :
1. Diharapkan para pembaca makalah ini dapat lebih mengenal dan mengetahui akan   penokohan
yang ada dalam makalah ini.
2. Hendaknya mengambil hikmah dari isi novel ini sebagai salah satu acuan hidup para  pemuda
Indonesia untuk kehidupan masa depan kelak.
3. Hendaknya dapat meneladani sifat tokoh utama dalam kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai