KAJIAN DRAMA
Dosen Pembimbing :
Hj. Endang Sulistyowati, M.Pd
Oleh :
M. Fahmi Nurroji NPM: ( 3061511141 )
1. Tema
Tema Film Negeri 5 Menara adalah Pendidikan. Hal ini dapat kita lihat sendiri,
bagaimana tokoh-tokoh di dalamnya mengenyam pendidikan di dunia pesantren.
Film ini juga bertemakan perjuangan dan kesungguhan untuk mencapai tujuan. Berbagai
kisah sederhana kehidupan di Pondok Madani, pesantren modern yang akhirnya menampung
Alif di dalamnya. Suka, duka, persahabatan, dan pengajaran-pengajaran Pondok Madani
yang sederhana namun mengenal. Pondok Madani berbeda dengan sekolah agama lainnya
karena di sini para murid dilatih untuk menjadi intelektual dan mampu menganalisa berbagai
ilmu dari sudut pandang Islam.
Selain itu, juga digambarkan bagaimana keikhlasan seorang guru untuk mendidik
muridnya tanpa menerima gaji sepeserpun, keikhlasan seorang murid untuk mau di
didik, keikhlasan seorang murid dalam berjuang menghadapi ujian-ujian dan keikhlasan
seseorang menjadi pemimpin dan dipimpin. Semuanya merujuk pada satu kata yaitu
IKHLAS.
2. Alur / Plot
Film Negeri 5 Menara memiliki alur maju. Studi analisis tahapan alur dalam film Negeri 5
Menara dapat dipaparkan sebagai berikut.
a. Tahap Exposition
Film Negeri 5 Menara diawali dengan menampilkan dua tokoh yaitu Alif dan
Randai yang mengendarai sepeda dengan kencang menuju danau untuk melampiaskan
kegembiraan atas kelulusannya dengan berteriak sekeras-kerasnya. Kedua anak ini juga
memiliki cita-cita untuk melanjutkan studinya ke SMA di Bandung lalu ke ITB.
Gambaran permasalahan yang muncul pada film Negeri 5 Menara, yaitu ketika
orang tua Alif menginginkan Alif untuk melanjutkan sekolahnya ke pondok pesantren
Madani di Ponorogo Jawa Timur. Tetapi alif menolak permintaan tersebut setelah baru
diberitahukan. Akhirnya Alif bersedia sekolah di pondok Madani walaupun hanya
setengah hati.
“Saya dengar setelah saya diterima di pondok ini, akan ada kelas persiapan dahulu?”
“Ya benar, karena sistem pengajaran di pesantren ini, dimulai dengan kelas adaptasi,
setelah itu dilanjutkan kelas dua, kelas tiga, dan kelas empat”.
d. Tahap Complication
Perkembangan masalah yang terjadi dalam film ini menjadi semakin ruwet ketika
kelas Alif akan menampilkan sebuah pentas seni drama. Enam sahabat yang selalu
bersama-sama harus terpisah karena salah satu sahabat Alif yaitu Baso harus pulang ke
kampung halamannya dikarenakan neneknya sakit. “Aku mengerti kekecewaan kalian.
Kalian pernah percaya padaku bahwa aku tidak pernah menerima surat dari saudara
maupun keluargaku. Ini satu-satunya foto keluargaku (sambil menunjukkan foto). Aku
harus pulang, nenekku sakit, sakitnya seemakin parah, tidak bisa bangun dari tempat
tidurnya”.
e. Tahap Klimaks
“Jadi ke Bandung ?”
“Aku bisa diterima sebagai murid pindahan, pondok bisa mengurusnya, tinggal
menunggu surat balasan dari amak”.
“Bagaimana kalau tidak bisa ?”
“Aku akan tetap pergi, pasti aka nada cara. Manjadda Wajadda”.
“Ambo yakin”.
“Woy, bikin dramatisnya buat pementasan saja lah, tinggal seminggu lagi nih.”
g. Tahap Denovement
Setelah cerita melalui proses pemecahan masalah dari semua peristiwa maka
mengarah pada penyelesaian. Dalam film ini Alif dan kawan-kawan satu kelas
melaksanakan pentas seni drama. Dalam drama tersebut menampilkan tentang seorang
laki-laki berkuda yang berkeliling dunia. Secara tidak langsung, drama tersebut
menceritakan cita-cita 6 sahabat yaitu dapat berfoto di depan 5 menara dari berbagai
Negara. Drama tersebut terlaksana dengan sukses dan mendapat tepuk tangan meriah dari
semua penonton.
“Demi Baso”.
“Bismillah”.
“Pada dasarnya kita telah merantau dan menjelajah dunia untuk membawa kebaikan
untuk bumi, langit dan semua makhluk”.
Pada akhir cerita di film Negeri 5 Menara menceritakan Alif dan sahabat-sahabatnya
yang sudah dewasa sedang berada di dekat menara salah satu negara yang Alif dan
sahabatnya cita-citakan.
Film Negeri lima menara ini menampilkan tokoh utama yaitu Alif, Baso, Said,
Atang, Raja, DulMajid. Nama tokoh kemudian berkembang dengan nama Sarah, Randai,
Ayah, Amak, KiyaiRais, Ust Salman, Fahmi.
Film Negeri Lima Menara menempatkan tokoh Alif sebagai pusat untuk
mengungkapkan ceritanya. Alif merupakan tokoh sentral yang mengalami banyak
peristiwa dalam film Negeri lima menara tersebut. Fakta tokoh Alif sebagai tokoh sentral
dapat dilihat dari banyaknya hubungan yang dimiliki dengan tokoh-tokoh lain dalam
cerita.
Tokoh Alif berhubungan dengan tokoh randai. Sebagai seorang pelajar tentu saja
Alif memiliki seorang teman yang sangat akrab dan sangat dekat dengannya. Hal tersebut
dapat dilihat dalam kutipan berikut :
Tokoh Alif juga berhubungan dengan tokoh Ayah. Secara fisik hubungan tokoh
Alif dengan tokoh Ayah sangat erat karena ayah adalah bapak dari Alif. Oleh karena itu
mereka memiliki kedekatan lahir dan batin. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
“Jangan kau pikirkan kerbau itu. Kalau ada rezeki nanti bisa beli lagi”
Tokoh Alif juga berhubungan dengan tokoh Amak. Secara fisik hubungan tokoh
Alif Dengan Tokoh Amak sangat erat karena amak adalah ibu dari Alif. Oleh karena itu
mereka memiliki kedekatan lahir danbatin. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
“Alif….Lif…Makan duren tapi ga makan nasi, nanti perut kamu sakit”
Tokoh Alif berhubungan dengan Tokoh Baso yaitu teman satu asrama Alif di
pondok pesantren Madani. Hal ini dibuktikan dengan kutipans ebagai berikut:
“Assalamualaikum…
“Indah ya menaraitu, bikin aku ingat dua hal, yang pertama ternyata kecil sekali ya aku
ini, yang kedua ada saja orang yang mau membangun menara seindah ini di tengah
kampung sekecil ini, Hebat to”
Dalam film tersebut tokoh Alif merupakan tokoh yang baik dan pandai. Hal
tersebut dapat dilihat sebagi berikut:
Dalam Film tersebut tokoh ayah adalah tokoh yang baik hati dan rela berkorban. Hal
itu dijelaskan dalam dialog berikut:
“Jangan kau pikirkan kerbau itu. Kalau ada rezeki nanti bisa beli lagi”
Dalam Film tersebut tokoh amak adalah tokoh yang penyayang, dibuktikan dalam
percakapan berikut:
Dalam film tersebut tokoh Baso merupakan tokoh yang pantang menyerah hal
tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
“Bagaimana kalau kita menampilkan kreasi kita, apa yang tidak mungkin untuk mannjada
wajadda, ayo…ayoo”
Dalam Film tersebut tokoh Said, Atang, Raja dan DulMajid adalah tokoh yang suka
menolong dan peduli, ”hal ini diperkuat pada saat Baso akan mengikuti lomba pidato
bahasa Inggris. Baso yang awalnya tidak percaya diri kemudian diberi semangat oleh
mereka, hal tersebut yang menjadikan baso menjadi percaya diri dan akhirnya baso
menjadi juara dalam lomba pidato bahasa Inggris tersebut.”
Dalam Film tersebut tokoh Sarah adalah wanita yang baik, ramah, dan mudah
bergaul, hal tersebut dikemukakan dalam dialog berikut :
Dalam Film Negeri Lima Menara tokoh Ustad Iskandar adalah ustad yang baik,
hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut:
“Jangan malu-malu disini, saya Iskandar kepala asrama Indonesia satu, kalian sudah
saling kenal belum? Tunggu apa lagi”.
Dalam Film tersebut tokoh ustad Salman adalah orang yang semangat, tegas, baik
hal tersebut dapat kita lihat dari kutipan berikut:
“Ingat bukan yang paling tajam, tapi yang paling bersungguh-sungguh, Manjadawajada”
Dalam Film tersebut Tokoh ustad saja adalah tokoh yang disiplin tapi galak, hal
ini dibuktikan dalam kutipan berikut :
“Semuanya baris, buat satu saf, kalian sudah pasti terlambat datang ke masjid, tidak
dengar bunyi jares berkali-kali, jewer telinga kawan sebelah, cepat…! Jewer sekeras saya
menjewer kuping kamu”
Dalam Film Negeri Lima Menara Tokoh Kiyai Rais adalah kyai yang bijaksana,
dan mau mendengarkan keluhan santrinya.
Jadi begini kita analogikan ibarat sebuah pemerintahan, saya ini sebagai penguasa atau
otoritas, tugas saya adalah memberikan fasilitas kepada kalian. Nah.. perkara masalah
dinamisasi pergerakan atau pertumbuhan itu yang namanya pemerintahan yang bottom up
dari bawah keatas, yang diatas ini kewajibannya tinggal memberikan semua kebutuhan
yang dirasakan yang dibawah”.
4. Latar
a. Latar Tempat
1) Di sungai
Bukti yang menunjukan latar tempat di sunagai yaitu pada saat Alif dan Rindai ditepi
sungai dan mereka berenang di sungai itu.
Bukti percakapan yang menunjukan latar tempat di Rumah Alif “sampai sekarang kami
masih tinggal di rumah kontrakan baratap seng, dinding dan atap kayu”
Bukti yang menunjukan latar di atas terdapat pada cuplikan filem dimana Allif dan
Rindai sedang bercakap-cakap di depan kandang ayam Rindai. Alif curhat kepada Rindai
soal dia yang dipaksa orang tuanya untuk bersekolah di Jawa
4) Pasar Hewan
5) Di tepi pantai
Bukti yang menunjuakan latar diatas yaitu terdapat pada cuplikan Alif dan ayah sedang
duduk bersam dan ayah menyakinkan Alif agar tidak ragu untuk sekolah agama di Jawa.
6) Ruang Makan Rumah Alif
Bukti yang menunjuka latar di atas terdapat pada cuplikan keluarga Alif sedang akan
makan bersamadan ayah menayakan siapa yang akan memimpin doa sebelum makan.
Ayah:”Siapa sekarang yang mau memimpin doa?”
7) Di termianal Bis
Bukti yang menunjukan latar di atas terdapat pada cuplikan saat amak dan adik-adik Alif
mengantar Alif dan Ayah ke terminal bis.
8) Di Bis
Bukti yang menunjukan latar diatas yaitu terdapat pada cuplikan saat alif mabuk karena
tidak terbiasa naik Bis dan ada salah satu penumpang yang menawarkan pelester untuk
Alif. Penumpang:”Tempelkan ini di pusarnya itu salah satu rahasia saya kalu masuk
angin.”
Bukti yang menunjukan latar diatas yaitu pada saat Alif dan calon-calon peserta didik di
pondok madani sedang mengerjakan ujia masuk Pondok Madani.
Bukti yang menunjukan latar di atas yaitu pada saat Alif bertemu dengan Baso.
11) Di mesjid PM
Bukti yang menunjukan latar diatas yaitu terdapat pada cuplikan saat Alif dan Ayah
sedang melaksanakan sholat berjamaah.
Bukti yang menujukan latar diatas yaitu terdapat pada cuplikan saat peserta didik baru
dikumpulkan jadi satu untuk berkenalan
Guru:” Kalian sudah saling kenal? Belum?....”
13) Lapangan PM
Bukti yang menunjukan latar di atas yaitu terdapat pada cuplikan saat alif dan sahabatnya
terlamabat masuk kelas dan bertemu salah satu pengajar dilapangan dan mereka dihukum
karena keterlambatan mereka.
Bukti yang menujukan latar di atas yaitu terdapat pada cuplikan saat Alif dan teman-
teman membaca lembar pengumuman perlombaan pidato bahasa Inggris dan di tempat
jemur pakaian Basa berlatih pidato bahasa Inggrisnya.
Bukti yang menunjulkan latar diatas yaitu terdapat pada cuplikan Baso yang maju
memnyampaikan pidatonya, alif dan kawan-kawan lainya menyemangati Baso agar tidak
gerogi.
Bukti yang menunjukan latar diatas terdapat pada cuplikan saat alif dan temannya
mengantarkan titipan dari kak Iskandar untuk penjaga generator dan terdapat dialog “
Lagi jaga generator” kata si penjaga generator
Bukti yang menunjukan latar tempat diatas yaitu pada cuplikan ketika alif dan kawan-
kawan pergi melapor tentang generator ke rumah pak ustad pada malam hari.
“ya udah lah aku latihan dulu, foto ya, yang kern lif!”
20) Ruang jurnalistik
Bukti percakapan yang menunjukan latar diatas “kaca depan rumahnya menempel sebuah
setiker dengan gambar matahari di tengahnya.”
Bukti yang menunjukan latar diatas terdapat pada cuplikan ketika Alif dan Rindai
mengunjungi kampus ITB dengan sepedah.
Bukti latar tempat di atas terdapat pada cuplikan saat Baso dengan telatenya merawat
neneknya yang sedang berbaring lemas di rumahnya.
“Tidak lama kemudian aku sampai di lapangan Tlafargar Square, sebuah lapangan beton
yang sangat luas.”
b. Latar Waktu
1) Dini Hari
Bukti yang menunjukan latar waktu di atas yaitu “dalam perjalananku dari padang ke
Jawa Timu, aku sempat melewati jakarta jam tiga dini hari.”
2) Pagi Hari
3) Sore hari
4) Malam Hari
Bukti latar waktu diatas terdapat pada cuplikan ketika alif dan kawan-kawan pergi
melapor tentang generator ke rumah pak ustad pada malam hari.
c. Latar Suasana
1) Sepi
Bukti suasana sepi terdapat pada cuplikan saat alif merenung sendiri diruang jurnalistik.
2) Emosi
(brukkk)...”bersama-sama kami bersama, setahun saja buat kau terlalu lama, Hahh...!”
Bukti suasana takut dan cemas terdapat pada cuplikan saat mobil truk buntung yang
dikendarai Alif dan kawan-kawan yang mengangkut es batu untuk pementasan drama
tiba-tiba mogok dan mengeluarkan asap.
“pak...pak..pak..stop..stop..minggir pak.. astagfirloh...”
4) Bahagia
Bukti suasanan bahagia terdapat pada salah satu cuplikan dimana Alif dan kawan-kawan
sukses mementaskan Drama kelas yang dirancang Baso.
5) Sedih
Bukti suasana sedih terdapat pada cuplikan Saat harus berpisah dengan Baso, karena
Baso harus pulang merawat neneknya yang sedang sakit.
6) Lesu
7) Murung
8) Penuh semangat
“Manjada wajada.....”
9) Kecewa
d. Latar Sosial
Latar sosial dalam film Negeri 5 Menara berupa konflik antar tokoh di mana keinginan
amak dengan Alif saling bertentangan. Amak menginginkan alif menjadi seperti Buya
Hamka yang ahli ilmu agama. Alif terpaksa mengikuti keinginan amaknya untuk masuk
pesantren. Saat itu berbagai gejolak perasaan dirasakan oleh alif, dia tidak terima harus
masuk sekolah agama karena cita-citanya ialah menjadi seperti BJ. Habibie. Hal tersebut
terbukti dari salah satu percakapan amak berikut ”Amak ingin anak laki-lakiku menjadi
seorang pemimpin agama yang hebat dengan pengetahuan yang luas. Seperti Buya Hamka
yang sekampung dengan kita itu.” Latar sosial dalam film Negeri 5 Menara ini lebih
menggambarkan tentang serentetan aturan yang ketat, lingkungan belajar yang kondusif,
dan keikhlasan yang selalu dipertontonkan di setiap sudut PM. Para murid bukan hanya
mendapatkan materi secara kering, tetapi mendapatkan ruh, spirit dalam berjuang
mewujudkan cita-cita. Hal tersebut terlihat dari percakapan-percakapan berikut:
”….ingat juga bahwa aturan di sini punya konsekuensi hukum yang berlaku tanpa pandang
bulu. Kalau tidak bisa mengikuti aturan, mungkin kalian tidak cocok di sini.” Dan
percakapan Pak ustad: ”Menuntut ilmu di PM bukan buat gagah-gagahan dan bukan biar
bisa bahasa asing. Tapi menuntut ilmu karena Tuhan semata. Karena itulah kalian tidak
akan kami beri ijazah, tidak akan kami beri ikan, tapi akan mendapat ilmu dan kail. Kami
para ustad, ikhlas mendidik kalian dan kalian ikhlaskan pula niat untuk mau dididik.”
Latar sosial juga terlihat dari cara berfikir para anggota Sahibul Menara yang
tidak pernah meremehkan impian walau setinggi apapun. Mereka tetap optimis dapat
mewujudkan impian mereka untuk menginjak negera impian mereka masing-masing. Cara
berfikir mereka yang menganggap tidak ada impian yang tidak bisa diraih dengan kerja
keras. Hal tersebut terlihat dari salah satu cuplikan film dimana mereka behasil
mewujudkan mimpi mereka masing-masing yang mereka angan-angankan, dilukiskan di
awan sewaktu di PM dulu.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam film tersebut, yaitu sudut pandang
orang pertama tunggal dengan “Aku” sebagai tokoh utama. Hal ini dibuktikan oleh
pengarang yang selalu menyebut tokoh utama dengan kata “Aku” atau “Saya”.
“Bagaimana untuk melengkapi tulisan saya pada waktu itu ? Biar lebih afdol saya mau
wawancara kyai Rais kak”.
6. Bahasa
a. Bahasa Maninjau
b. Bahasa Indonesia
“Saya dengar setelah saya diterima di pondok ini, akan ada kelas persiapan dahulu?”
“Ya benar, karena sistem pengajaran di pesantren ini, dimulai dengan kelas adaptasi,
setelah itu dilanjutkan kelas dua, kelas tiga, dan kelas empat”.
c. Bahasa Inggris
“ Good evening policeman cant you tell me would you do aquarius, I will to take picture
to my family the hiden”
d. Bahasa Jawa
“Kalau ini namanya mati lampu wajib Lif, tiap jam 9 peteng, gelap”.
7. Pesan Moral
Sikap tanggung jawab terhadap perbuatan adalah sikap moral yang wajib dilakukan.
Didalam film Negeri 5 Menara terdapat beberapa pesan moral, diantaranya yaitu :
a. Ketika amak membalas surat dari Alif yang ingin pindah dari pesantren ke ITB, amak
berpesan : “tempat belajar memang penting, namun kesungguhan hati lebih penting”.
Maksudnya yaitu dimanapun kita belajar, jika kita sungguh-sungguh maka akan berhasil.
Segala sesuatu jika dilandasi dengan kesungguhan hati maka akan berbuah baik.
b. Saat ayah Alif menasehati Alif di pinggir sungai setelah selesai menjual kerbau untuk
biaya sekolah Alif di Jawa. Nasehat ayah Alif yaitu: “Hidup itu jika kita benar-benar
menjalaninya, kita jabat dahulu, kita jalani, baru kita mengetahui mana yang paling baik
untuk hidup kita”.
c. Ketika Kyai Rais sedang menyampaikan ceramahnya di depan para santri ketika usai
sholat isya di masjid pesantren. “Apa itu orang besar ? Orang besar bukanlah pengusaha
besar, ketua partai, ketua ormas Islam ? Bukan itu yang saya maksud orang besar. Orang
besar adalah orang yang lulus dari pesantren ini dan mengajarkan ilmunya diluar sana, di
pelosok-pelosok desa, di kaki-kaki gunung, dimanapun mereka berada, di bukit-bukit
atau bahkan di kolong jembatan sekalipun. Itu yang saya maksud orang besar. Apakah
kalian termasuk orang besar itu ?”.
d. Man jadda wajada, siapa yang sungguh-sungguh akan berhasil.
e. Jangan pernah meremehkan impian walau setinggi apapun, Tuhan sesungguhnya Maha
Mendengar.
Amanat yang terkandung dalam film Negeri 5 Menara ini adalah bahwa dalam mengejar
semua cita-cita beserta impian, tidak semuanya berjalan sesuai dengan apa yang telah kita
rencanakan tapi semuanya berjalan seiring bagaimana kita menyelesaikan rintangan yang
datang menghadang dan untuk mendapatkan menggapainya juga, kita harus mengorbankan
sesuatu.
Film Negeri 5 Menara juga memberikan amanat lain, yaitu raihlah ilmu dan pendidikan
setinggi-tingginya. Karena orang berilmu memiliki derajat yang lebih tinggi dari pada orang
yang tidak berilmu. Menuntut ilmu karena tuhan memudahkan jalan kalian ke surga, malaikat
membentangkan sayap buat kalian, bahkan penghuni langit dan bumi sampai ikan paus di
lautan memintakan ampun bagi orang yang berilmu. Reguklah ilmu di sini dengan membuka
pikiran , mata dan hati kalian”.
Didalam film ini juga mengandung amanat yang tersirat, yaitu bahwa sesungguhnya doa
dan ridho orang tua adalah sesuatu yang harus diutamakan.