Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

“AMPEREMETER DAN VOLTMETER DC”


UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Praktikum Fisika Dasar III
Yang dibina oleh Ibu Nuril Munfaridah, S.Pd., M.Pd., Ph.D.

Oleh :
Muhammad Thoriqun Najah
210322607307

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FISIKA
MARET 2022
I. Tujuan
Tujuan penulis melakukan praktikum ini adalah supaya penulis mampu menentukan hambat dalam
amperemeter, menentukan hambat dalam voltmeter, dan menggunakan alat ukur listrik dengan benar.

II. Dasar Teori


A. Pengukuran Arus dan Tegangan
Arus listrik didefinisikan sebagai banyaknya muatan listrik yang mengalir per satuan waktu. Arus listrik
dapat diukur menggunakan amperemeter dengan memperkirakan batas maksimum arus yang dapat diukur. Jika
arus yang diukur melebihi batas maksimum, maka amperemeter dapat menjadi rusak dan terbakar, sehingga
sebelum melakukan pengukuran, harus diperkirakan telebih dahulu nilai arus yang mengalir dalam rangkaian.
Pada pengukuran beda potensial atau tegangan antara dua titik dalam rangkaian digunakan sebuah alat yang
bernama voltmeter. Perbedaan potensial listrik pada titik yang berbeda dalam suatu rangkaian terjadi jika di dalam
rangkaian dipasang sumber potensial listrik yang dikenal juga dengan GGL (Gaya Gerak Listrik). Hasil
pengukuran perlu dikoreksi, di mana untuk mengoreksinya diperlukan nilai hambatan dalam dari alat (amperemeter
dan voltmeter) yang diketahui.
B. Mengukur Hambatan Dalam Amperemeter dan Voltmeter
Amperemeter dan Voltmeter memiliki hambatan yang disebut sebagai hambatan dalam, walaupun nilainya
sangat kecil. Ketika amperemeter dipasang untuk mengukur arus, maka hambatan total rangkaian menjadi lebih
besar, sehingga arus yang mengalir sedikit berkurang demikian pula dengan voltmeter. Untuk mengukur hambatan
dalam amperemeter dan voltmeter dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pengukuran Hambatan Dalam Amperemeter
Berdasarkan Gambar 2, pengukuran hambatan dilakukan dua kali, mula-mula ketika R B belum dipasang,
misalnya hasil penunjukan amperemeter I1. Setelah itu RB dipasang, maka skala yang ditunjukkan oleh
amperemeter akan berubah, misalnya menjadi I2, maka hambatan dalam amperemeter itu adalah:
I 1−I 2
RA= R B … … … … … … … … … … … … … … … …(1)
I2

2. Pengukuran Hambatan Dalam Voltmeter


Berdasarkan Gambar 3, pengukuran dilakukan dua kali, mula-mula ketika RB belum dipasang, misalnya
hasil penunjukan voltmeter V1. Setelah itu RB dipasang, maka skala yang ditunjukkan oleh voltmeter akan
berubah, misalnya menjadi V2, maka hambatan dalam amperemeter itu adalah:
V1
R❑V = R … … … … … … … … … … … … … … … … …¿
V 1−V 2 B

III. Alat dan Bahan


Pada praktikum amperemeter dan voltmeter DC ini, alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu: amperemeter
DC/miliamperemeter DC, voltmeter DC/milivoltmeter DC, sumber tegangan DC, hambatan bangku, hambatan
geser, dan kabel penghubung.
Diketahui juga fungsi-fungsi alat dan bahan tersebut. Amperemeter DC/miliamperemeter DC berfungsi
untuk mengukur besarnya kuat arus listrik yang melewati suatu rangkaian. Voltmeter DC/milivoltmeter DC
berfungsi untuk mengetahui beda potensial tegangan DC antara 2 titik pada suatu beban listrik atau suatu rangkaian
elektronika. Sumber tegangan DC berfungsi untuk memberi tegangan pada rangkaian. Sumber tegangan yang kami
gunakan pada praktikum ini yaitu dari baterai. Hambatan bangku berfungsi untuk menghambat arus listrik yang
hambatannya tidak dapat diubah-ubah dan membagi tegangan dalam suatu rangkaian, sehingga diperoleh tegangan
yang besarnya sesuai dengan yang dibutuhkan. Hambatan geser mengatur besar kecilnya tegangan atau sebagai
hambatan yang dapat diatur. Kabel penghubung berfungsi untuk menghubungkan rangkaian yang telah disusun
sebagai lintasan arus.

IV. Skema Gambar


Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3
V. Prosedur Percobaan

1. Penulis menyusun rangkaian seperti yang terlihat pada gambar 2, tetapi belum dihubungkan dengan R B
(dari bangku hambat), kemudian tutup switch S, lalu mengatur hambat geser. Kemudian mencatat
kedudukan amperemeter (I1), setelah itu dihubungkan dengan RB (tanpa mengubah yang lain), lalu mencatat
juga kedudukan amperemeter (I2), lalu mengukur dan mencatat harga hambatan bangku yang digunakan
(RB). Mengulangi percobaan ini beberapa kali dengan cara menggeser hambatan geser.
2. Penulis menyusun rangkaian seperti yang terlihat pada gambar 3, tetapi belum dihubungkan dengan R B
(dari bangku hambat), kemudian tutup switch S, lalu mengatur hambat geser. Kemudian mencatat
kedudukan voltmeter (V1), setelah itu dihubungkan dengan RB (tanpa mengubah yang lain), lalu mencatat
juga kedudukan voltmeter (V2), lalu mengukur dan mencatat harga hambatan bangku yang digunakan (R B).
Mengulangi percobaan ini beberapa kali dengan cara menggeser hambatan geser.

VI. Data Pengamatan

1. Pengukuran Hambatan Dalam Amperemeter


RB = 0,82 Ω J
No. I1 (ampere) I2 (ampere)
1. 0,19± 0,005 0,16± 0,005
2. 0,12± 0,005 0,11± 0,005
3. 0,10± 0,005 0,09± 0,005
4. 0,07± 0,005 0,06± 0,005
5. 0,18± 0,005 0,16± 0,005

2. Pengukuran Hambatan Dalam Voltmeter


RB = 270 Ω J
No. V1 (volt) V2 (volt)
1. 1,3± 0,05 1,2± 0,05
2. 1,1± 0,05 1,0± 0,05
3. 0,7± 0,05 0,6± 0,05
4. 0,5± 0,05 0,4± 0,05
5. 0,3± 0,05 0,2± 0,05

Variabel-variabel:
1. Variabel bebas : kuat arus 1 dan tegangan 1
2. Variabel kontrol : hambatan bangku
3. Variabel terikat : tegangan 2 dan kuat arus 2

Nst Amperemeter DC : 0,01 A


Nst Voltmeter DC : 0,1 V

VII. Analisis Data


A. Data Kuantitatif
Metode yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh adalah menggunakan ralat rambat dan
ralat relatif. Dalam percobaan praktikum digunakan ralat rambat dan ralat relatifkarena data yang kita peroleh
berasal dari pengukuran yang berulang.
Untuk mendapatkan dan menentukan hasil ukur menggunakan ralat rambat dan ralat relatif didapatkan dari
rumus :
I 1−I 2 V1
RA= R B atau Rv = ∙R
I2 V 1−V 2 B

Kemudian,
I 1−I 2 V1
ΔR A = . R B atau Δ Rv = ∙R
I2 V 1−V 2 B

Dan untuk mendapatkan ralatnya dengan menggunakan,


Δ RA Δ Rv
Rf= ×100 % atau Rf = ×100 %
RA Rv

1. Pengukuran Hambatan Dalam Amperemeter


RB = 0,82 Ω J
No. RA Δ RA Rf
1. 0,15375 Ω 0,0226315 15 % (2 AP)
2. 0,0745 Ω 0,0444954 60 % (2 AP )
3. 0,091 Ω 0,0367732 40 %(2 AP)
4. 0,136 Ω 0,0252001 19 % (2 AP)
5. 0,1025 Ω 0,0329137 32 %( 2 AP)

2. Pengukuran Hambatan Dalam Voltmeter


RB = 270 Ω J
No. RA Δ RA Rf
1. 3510 Ω 159,23 4,54% (3 AP)
2. 2970 Ω 133,79 4,50% (3 AP)
3. 1890 Ω 82,98 4,39% (3 AP)
4. 675 Ω 26,24 3,89% (3 AP)
5. 810 Ω 32,45 4,01% (3 AP)

a). Amperemeter
I 1−I 2 0,19−0,16
1. R A = . RB= .0,82=0,15375 Ω
I2 0,16

√| || |
2 2
∂ RB 2 −∂ R B 2
ΔR A = ∙ ∙ ∆ A1 + ∙ ∙ ∆ A2
∂ A1 3 ∂ A2 3

√| || |
2 2
−A 2 ∙ RB 2 A ∙R 2
¿ ∙ ∙ ∆ A2 + 1 B ∙ ∙ ∆ A2
A 1− A 2 3 A1 −A 2 3

√| || |
2 2
−0,16 ×0,82 2 0,19× 0,82 2
¿ ∙ ∙ 0,005 + ∙ ∙ 0,005
0,03 3 0,03 3
√| || |
2 2
−0,1558 2 0,1312 2
¿ ∙ ∙0,005 + ∙ ∙ 0,005
0,03 3 0,03 3

¿ √ 0,000299675+0,000212512=0,0226315
Δ RA 0,0226315
Rf= ×100 %= × 100 %=14,7197 %=15 %(2 AP)
RA 0,15375

Jadi, R A =( 0,15375 ± 0,0226315 ) Ω dengan ralat relatif sebesar 15 % (2 AP)

I 1−I 2 0,12−0,11
2. R A = . RB= .0,82=0,0745 Ω
I2 0,11

√| || |
2 2
∂ RB 2 −∂ R B 2
ΔR A = ∙ ∙ ∆ A1 + ∙ ∙ ∆ A2
∂ A1 3 ∂ A2 3

√| || |
2 2
−A 2 ∙ RB 2 A ∙R 2
¿ ∙ ∙ ∆ A2 + 1 B ∙ ∙ ∆ A2
A 1− A 2 3 A1 −A 2 3

√| || |
2 2
−0,11× 0,82 2 0,12 × 0,82 2
¿ ∙ ∙0,005 + ∙ ∙ 0,005
0,01 3 0,01 3
¿ 0,0444954
Δ RA 0,0444954
Rf= ×100 %= ×100 %=59,72537 %=60 % (2 AP)
RA 0,0745

Jadi, R A =( 0,0745 ± 0,0444954 ) Ω dengan ralat relatif sebesar 60 % (2 AP )

I 1−I 2 0,10−0,09
3. R A = . RB= .0,82=0,091 Ω
I2 0,09

√| || |
2 2
∂ RB 2 −∂ R B 2
ΔR A = ∙ ∙ ∆ A1 + ∙ ∙ ∆ A2
∂ A1 3 ∂ A2 3

√| || |
2 2
−A 2 ∙ RB 2 A ∙R 2
¿ ∙ ∙ ∆ A2 + 1 B ∙ ∙ ∆ A2
A 1− A 2 3 A1 −A 2 3

√| || |
2 2
−0,09× 0,82 2 0,10× 0,82 2
¿ ∙ ∙ 0,005 + ∙ ∙0,005
0,01 3 0,01 3
¿ 0,0367732
Δ RA 0,0367732
Rf= ×100 %= ×100 %=40,41%=40 % (2 AP)
RA 0,091

Jadi, R A =( 0,091 ±0,0367732 ) Ω dengan ralat relative sebesar 40 %(2 AP )


I 1−I 2 0,07−0,06
4. R A = . RB= .0,82=0,136 Ω
I2 0,06

√| || |
2 2
∂ RB 2 −∂ R B 2
ΔR A = ∙ ∙ ∆ A1 + ∙ ∙ ∆ A2
∂ A1 3 ∂ A2 3

√| || |
2 2
−A 2 ∙ RB 2 A1 ∙ R B 2
¿ ∙ ∙ ∆ A2 + ∙ ∙ ∆ A2
A 1− A 2 3 A1 −A 2 3

√| || |
2 2
−0,06 ×0,82 2 0,07 ×0,82 2
¿ ∙ ∙ 0,005 + ∙ ∙ 0,005
0,01 3 0,01 3
¿ 0,0252001
Δ RA 0,0252001
Rf= ×100 %= ×100 %=18,529=19 %(2 AP)
RA 0,136

Jadi, R A =( 0,0252001 ±0,136 ) Ω dengan ralat relative sebesar 19 % (2 AP)

I 1−I 2 0,18−0,16
5. R A = . RB= .0,82=0,1025 Ω
I2 0,16

√| || |
2 2
∂ RB 2 −∂ R B 2
ΔR A = ∙ ∙ ∆ A1 + ∙ ∙ ∆ A2
∂ A1 3 ∂ A2 3

√| || |
2 2
−A 2 ∙ RB 2 A1 ∙ R B 2
¿ ∙ ∙ ∆ A2 + ∙ ∙ ∆ A2
A 1− A 2 3 A1 −A 2 3

√| || |
2 2
−0,16 ×0,82 2 0,18 ×0,82 2
¿ ∙ ∙ 0,005 + ∙ ∙ 0,005
0,02 3 0,02 3
¿ 0,0329137
Δ RA 0,0329137
Rf= ×100 %= × 100 %=32,11%=32 % (2 AP )
RA 0,1025

Jadi, R A =( 0,0252001 ±0,136 ) Ω dengan ralat relative sebesar 32 %(2 AP)

b). Voltmeter
v1 1,3
1. R v = ∙R = ∙ 270=3510 Ω
v 1−v 2 B 1,3−1,2

√| || |
2 2
∂ RB 2 −∂ RB 2
Δ R v= ∙ ∙ ∆ v1 + ∙ ∙ ∆ v2
∂ v1 3 ∂ v2 3

√| || |
2 2
−v 2 ∙ R B 2 v 1 ∙ RB 2
¿ ∙ ∙ ∆ v2 + ∙ ∙ ∆ v2
v 1−v 2 3 v 1−v 2 3

√| || |
2 2
−1,2∙ 270 2 −1,3∙ 270 2
¿ ∙ ∙ 0,05 + ∙ ∙ 0,05
1,3−1,2 3 1,3−1,2 3

¿ √ 11664,00+13689,00=√ 25353=159,23
Δ Rv 159,23
Rf= ×100 %= ×100 %=4,54 %(3 AP)
Rv 3510

Jadi, R v =(3510 ± 159,23) Ω , dengan ralat relatifnya 4,54% (3 AP)

v1 1,1
2. R v = ∙ R B= ∙ 270=2970 Ω
v 1−v 2 1,1−1,0

√| || |
2 2
∂ RB 2 −∂ RB 2
Δ R v= ∙ ∙ ∆ v1 + ∙ ∙ ∆ v2
∂ v1 3 ∂ v2 3

√| || |
2 2
−v 2 ∙ R B 2 v 1 ∙ RB 2
¿ ∙ ∙ ∆ v2 + ∙ ∙ ∆ v2
v 1−v 2 3 v 1−v 2 3

√| || |
2 2
−1,0∙ 270 2 −1,1∙ 270 2
¿ ∙ ∙ 0,05 + ∙ ∙ 0,05
1,1−1,0 3 1,1−1,0 3

¿ √ 8100,00+9801,00=√17901=133,79
Δ Rv 133,79
Rf= ×100 %= ×100 %=4,50 %(3 AP)
Rv 4950

Jadi, R v =(2970 ± 133,79)Ω , dengan ralat relatifnya 4,50% (3 AP)

v1 0,7
3. R v = ∙ R B= ∙ 270=1890 Ω
v 1−v 2 0,7−0,6

√| || |
2 2
∂ RB 2 −∂ RB 2
Δ R v= ∙ ∙ ∆ v1 + ∙ ∙ ∆ v2
∂ v1 3 ∂ v2 3

√| || |
2 2
−v 2 ∙ R B 2 v ∙R 2
¿ ∙ ∙ ∆ v2 + 1 B ∙ ∙ ∆ v2
v 1−v 2 3 v 1−v 2 3

√| || |
2 2
−0,6 ∙270 2 −0,7 ∙ 270 2
¿ ∙ ∙ 0,05 + ∙ ∙ 0,05
0,7−0,6 3 0,7−0,6 3

¿ √ 2916,00+3969,00= √6885=82,98
Δ Rv 82,98
Rf= ×100 %= ×100 %=4,39 %(3 AP)
Rv 1890

Jadi, R v =(1890 ± 82,98)Ω , dengan ralat relatifnya 4,39% (3 AP)

v1 0,5
4. R v = ∙ R B= ∙270=675 Ω
v 1−v 2 0,5−0,3

√| || |
2 2
∂ RB 2 −∂ RB 2
Δ R v= ∙ ∙ ∆ v1 + ∙ ∙ ∆ v2
∂ v1 3 ∂ v2 3
√| || |
2 2
−v 2 ∙ R B 2 v 1 ∙ RB 2
¿ ∙ ∙ ∆ v2 + ∙ ∙ ∆ v2
v 1−v 2 3 v 1−v 2 3

√| || |
2 2
−0,3 ∙270 2 −0,5 ∙ 270 2
¿ ∙ ∙ 0,05 + ∙ ∙ 0,05
0,5−0,3 3 0,5−0,3 3

¿ √ 182,25+506,25=√ 689=26,24
Δ Rv 26,24
Rf= ×100 %= × 100 %=3,89% (3 AP)
Rv 675

Jadi, R v =(675 ± 26,24) Ω, dengan ralat relatifnya 3,89% (3 AP)

v1 0,3
5. R v = ∙ R B= ∙270=810 Ω
v 1−v 2 0,3−0,2

√| || |
2 2
∂ RB 2 −∂ RB 2
Δ R v= ∙ ∙ ∆ v1 + ∙ ∙ ∆ v2
∂ v1 3 ∂ v2 3

√| || |
2 2
−v 2 ∙ R B 2 v ∙R 2
¿ ∙ ∙ ∆ v2 + 1 B ∙ ∙ ∆ v2
v 1−v 2 3 v 1−v 2 3

√| || |
2 2
−0,2∙ 270 2 −0,3 ∙270 2
¿ ∙ ∙ 0,05 + ∙ ∙ 0,05
0,3−0,2 3 0,3−0,2 3

¿ √ 324,00+729,00= √1053=32,45
Δ Rv 32,45
Rf= ×100 %= ×100 %=4,01% (3 AP)
Rv 810

Jadi, R v =(810 ± 32,45)Ω , dengan ralat relatifnya 4,01% (3 AP)


B. Data Kualitatif
Berdasarkan pengamatan dan analisis data dapat diperoleh hal sebagai berikut :
1. Besaran hambatan dalam amperemeter ( R A ¿ yang didapatkan yaitu pada praktikum amperemeter secara tidak
langsung yang lebih presisi, karena dari data yang didapat nilai praktikum secara tidak langsung ( A2 ¿ lebih kecil
daripada nilai praktikum yang secara langsung ( A1 ¿.

2. Besaran hambatan dalam Voltmeter ( RV )yang didapatkan yaitu pada praktikum voltmeter secara tidak langung
yang lebih presisi, karena dari data yang didapat nilai praktikum secara tidak langsung ( V 2 ¿ lebih kecil daripada
nilai praktikum yang secara langsung (V 1 ¿.
3. Dapat dilihat dari tabel hasil pengamatan diatas dapat diketahui nilai hambatan dalam ampermeter pada setiap 5
kali percobaan adalah berbanding lurus dengan Tegangan. Dan berbanding terbalik dengan arus.
Dari percobaan Amperemeter dan Voltmeter DC diperoleh nilai ralat yang terlalu tinggi, hal ini dapat
terjadi karena:
1. Kurang terampil dalam merangkai dan mempraktikan maupun mengoprasikan alat,
2. Kurang teliti dalam membaca skala pada amperemeter dan voltmeter DC,
3. Kurangnya berhati-hati dalam menggeser hambatan geser.

VIII. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum percobaan mengukur hambatan dalam amperemeter dan voltmeter DC, kami
dapat mengetahui cara menggunakan alat amperemeter/miliamperemeter DC dan juga voltmeter/millivoltmeter DC
yang digunakan untuk mengukur besarnya tegangan dan arus yang mengalir.
Berdasarkan laporan kami juga dapat menghitung ralat dengan benar. Ralat yang digunakan yaitu ralat
relatif dan ralat rambat. Kami menggunakan ralat relatif dan ralat rambat karena data yang kami ambil adalah
pengukuran berulang-ulang.

IX. Saran
1. Menyiapkan alat dan bahan dengan benar serta memahami secara mendalam prosedur praktikum.
2. Lebih teliti dalam melihat jarum yang ditunjukkan oleh alat amperemeter dan voltmeter
3. Teliti dalam menghitung ralat relatifdan ralat rambat yang digunakan.
4. adanya pendampingan dari dosen maupun pembimbing agar tidak terjadi kesalahan
X. Daftar Pustaka
- Sutrisno. 1979. Fisika Dasar Seri Listrik Magnet. Bandung: ITB
- Serway, R.A. and Jewett, J.W. 2014. Physics for Scientists and Engineers 9th Edition. California: Thomson
Brooks/Cole
- Tim Fisika UM. 2019. Modul Praktikum FISDAS 2. Malang: Universitas Negeri Malang

XI. Lampiran
Jurusan : Fisika
Kelompok : 2
Hari/Tanggal Percobaan : Senin, 14 Februari 2022
Nama / NIM :
1. Allos Mamaroh
2. Anan maulana
3. Frilia Dwi Motik
4. Lia fibriyanti
5. Muhammad Thoriqun Najah

I. Tujuan

Mahasiswa secara umum diharapkan mampu: (1) Menentukan hambat dalam amperemeter, (2) Menentukan
hambat dalam voltmeter, dan (3) Menggunakan alat ukur listrik dengan benar.

II. Alat dan Bahan

Pada praktikum amperemeter dan voltmeter DC ini, alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu: amperemeter
DC/miliamperemeter DC, voltmeter DC/milivoltmeter DC, sumber tegangan DC, hambatan bangku, hambatan
geser, dan kabel penghubung.

III. Prosedur Percobaan

1. Menyusun rangkaian seperti yang terlihat pada gambar 2b, tetapi belum dihubungkan dengan RB (dari
bangku hambat), kemudian tutup switch S, lalu mengatur hambat geser. Kemudian mencatat kedudukan
amperemeter (I1), setelah itu dihubungkan dengan RB (tanpa mengubah yang lain), lalu mencatat juga
kedudukan amperemeter (I2), lalu mengukur dan mencatat harga hambatan bangku yang digunakan (R B).
Mengulangi percobaan ini beberapa kali dengan cara menggeser hambatan geser.
2. Menyusun rangkaian seperti yang terlihat pada gambar 3b, tetapi belum dihubungkan dengan RB (dari
bangku hambat), kemudian tutup switch S, lalu mengatur hambat geser. Kemudian mencatat kedudukan
voltmeter (V1), setelah itu dihubungkan dengan RB (tanpa mengubah yang lain), lalu mencatat juga kedudukan
voltmeter (V2), lalu mengukur dan mencatat harga hambatan bangku yang digunakan (R B). Mengulangi
percobaan ini beberapa kali dengan cara menggeser hambatan geser.
IV. Data Pengamatan

3. Pengukuran Hambatan Dalam Amperemeter


RB = 0,82 Ω J
No. I1 (Ampere) I2 (Ampere)
1. 0,19± 0,005 0,16± 0,005
2. 0,12± 0,005 0,11± 0,005
3. 0,10± 0,005 0,09± 0,005
4. 0,07± 0,005 0,06± 0,005
5. 0,18± 0,005 0,16± 0,005

4. Pengukuran Hambatan Dalam Voltmeter


RB = 270 Ω J
No. V1 (Volt) V2 (volt)
1,3± 0,05 1,26± 0,05
1,1± 0,05 1,04± 0,05
0,7± 0,05 0,6± 0,05
0,5± 0,05 0,38± 0,05
0,3± 0,05 0,24± 0,05

Variabel-variabel :
4. Variabel bebas : hambatan geser
5. Variabel kontrol : sumber tegangan
6. Variabel terikat : voltmeter dan amperemeter

Nst Amperemeter DC : 0,01


Nsst Voltmeter DC : 0,1
Date: March, 25 2022

Plagiarism Scan Report Words Statistics

Words 271 / 1000

Characters 2079

0% 100%
Plagiarised Unique Exclude URL None

Content Checked For Plagiarism

Pengukuran Arus dan Tegangan Arus listrik didefinisikan sebagai banyaknya muatan listrik
yang mengalir per satuan waktu. Arus listrik dapat diukur menggunakan amperemeter
dengan memperkirakan batas maksimum arus yang dapat diukur. Jika arus yang diukur
melebihi batas maksimum, maka amperemeter dapat menjadi rusak dan terbakar, sehingga
sebelum melakukan pengukuran, harus diperkirakan telebih dahulu nilai arus yang mengalir
dalam rangkaian. Pada pengukuran beda potensial atau tegangan antara dua titik dalam
rangkaian digunakan sebuah alat yang bernama voltmeter. Perbedaan potensial listrik pada
titik yang berbeda dalam suatu rangkaian terjadi jika di dalam rangkaian dipasang sumber
potensial listrik yang dikenal juga dengan GGL (Gaya Gerak Listrik). Hasil pengukuran perlu
dikoreksi, di mana untuk mengoreksinya diperlukan nilai hambatan dalam dari alat
(amperemeter dan voltmeter) yang diketahui. Mengukur Hambatan Dalam Amperemeter dan
Voltmeter Amperemeter dan Voltmeter memiliki hambatan yang disebut sebagai hambatan
dalam, walaupun nilainya sangat kecil. Ketika amperemeter dipasang untuk mengukur arus,
maka hambatan total rangkaian menjadi lebih besar, sehingga arus yang mengalir sedikit
berkurang demikian pula dengan voltmeter. Untuk mengukur hambatan dalam amperemeter
dan voltmeter dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Pengukuran Hambatan Dalam
Amperemeter Berdasarkan Gambar 2, pengukuran hambatan dilakukan dua kali, mula-mula
ketika RB belum dipasang, misalnya hasil penunjukan amperemeter I1. Setelah itu RB dipasang,
maka skala yang ditunjukkan oleh amperemeter akan berubah, misalnya menjadi I2, maka
hambatan dalam amperemeter itu adalah: R_A=(I_1-I_2)/I_2 R_B…………………………………………(1) 2.
Pengukuran Hambatan Dalam Voltmeter Berdasarkan Gambar 3, pengukuran dilakukan dua
kali, mula-mula ketika RB belum dipasang, misalnya hasil penunjukan voltmeter V1. Setelah itu
RB dipasang, maka skala yang ditunjukkan oleh voltmeter akan berubah, misalnya menjadi V2,
maka hambatan dalam amperemeter itu adalah: R¬¬_V= V_1/(V_1-V_2 )
R_B…………………………………
…………(2

Page1of2
Home Blog Testimonials About Us Privacy

Copyright © 2022 Plagiarism Detector. All right reserved

Page2of2
Date: March, 25 2022

Plagiarism Scan Report Words Statistics

Words 161 / 1000

Characters 1156

0% 100%
Plagiarised Unique Exclude URL None

Content Checked For Plagiarism

Berdasarkan pengamatan dan analisis data dapat diperoleh hal sebagai berikut : 1. Besaran
hambatan dalam amperemeter (R_A) yang didapatkan yaitu pada praktikum amperemeter
secara tidak langsung yang lebih presisi, karena dari data yang didapat nilai praktikum secara
tidak langsung (A_2) lebih kecil daripada nilai praktikum yang secara langsung (A_1). 2.
Besaran hambatan dalam Voltmeter (R_V)yang didapatkan yaitu pada praktikum voltmeter
secara tidak langung yang lebih presisi, karena dari data yang didapat nilai praktikum secara
tidak langsung (V_2) lebih kecil daripada nilai praktikum yang secara langsung (V_1). 3. Dapat
dilihat dari tabel hasil pengamatan diatas dapat diketahui nilai hambatan dalam
ampermeter pada setiap 5 kali percobaan adalah berbanding lurus dengan Tegangan. Dan
berbanding terbalik dengan arus. Dari percobaan Amperemeter dan Voltmeter DC diperoleh
nilai ralat yang terlalu tinggi, hal ini dapat terjadi karena: 1. Kurang terampil dalam merangkai
dan mempraktikan maupun mengoprasikan alat, 2. Kurang teliti dalam membaca skala pada
amperemeter dan voltmeter DC, 3. Kurangnya berhati-hati dalam menggeser hambatan
geser.

Home Blog Testimonials About Us Privacy

Copyright © 2022 Plagiarism Detector. All right reserved

Page1of1

Anda mungkin juga menyukai