Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Fisika Dasar III yang
diampu oleh Nuril Munfaridah, S.Pd, M.Pd, Ph.
Disusun oleh :
NIM : 210321606834
Kelas/Offering : ABB
Kelompok :3
SEPTEMBER 2022
A. TUJUAN
1. Menentukan hambat dalam amperemeter.
2. Menentukan hambat dalam voltmeter.
3. Mampu menggunakan alat ukur listrik dengan baik.
B. DASAR TEORI
Alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus adalah amperemeter dan alat
yang digunakan untuk mengukur tegangan adalah voltmeter. Biasanya amperemeter
itu dipasang seri dan voltmeter dipasang paralel seperti gambar berikut.
E. PROSEDUR KEGIATAN
Sebelum memulai percobaan pastikan semua alat siap dan tidak ada yang rusak,
periksa kabel-kabel yang ingin digunakan dapat berfungsi dengan cara
menyambungkan kedua ujung kabel pada multimeter yang diset untuk menunjukkan
hambatan. Perlu diperhatikan juga hambatan geser yang digunakan untuk perhitungan
pada amperemeter adalah hambatan geser yang berskala kecil dan untuk pengukuran
voltmeter adalah hambatan geser yang berskala besar.
Adapun prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :
a. Menyusun rangkaian seperti yang terlihat pada Gambar 2b, tetapi belum
dihubungkan dengan RB (dari bangku hambat), mengatur hambat geser.
Mencatat kedudukan amperemeter (I1), sesudah itu hubungkan RB (tanpa
mengubah yang lain), mencatat lagi kedudukan amperemeter ( I2). Mengukur
dan mecatat harga hambatan bangku yang digunakan (RB). Serta mengulangi
percobaan ini beberapa kali dengan cara menggeser hambatan geser.
b. Menyusun rangkaian seperti yang terlihat pada Gambar 3b, tetapi belum
dihubungkan dengan RB, mengatur hambat geser. Mencatat kedudukan
voltmeter (V1), sesudah itu sambungkan RB, mencatat lagi kedudukan
voltmeter (V2). Mengukur dan mencatat harga hambatan bangku yang
digunakan (RB). Mengulangi percobaan ini beberapa kali dengan cara
menggeser hambatan geser.
F. DATA PENGAMATAN
Nst Amperemeter = 10 mA = 0,01 A
Nst Voltmeter = 0,1 V
No 𝐼1 𝐼2
1 0,34 A 0,32 A
2 0,32 A 0,30 A
3 0,29 A 0,27 A
4 0,25 A 0,23 A
5 0,22 A 0,20 A
No 𝑉1 𝑉2
1 1,0 V 0,80 V
2 0,9 V 0,70 V
3 0,8 V 0,65 V
4 0,7 V 0,60 V
5 0,6 V 0,50 V
G. ANALISIS DATA
1. Metode Analisis
Dalam percobaan amperemeter DC dan voltmeter DC ini, kita dapat menggunakan
Hukum Ohm untuk mencari hambatan yang berada dalam amperemeter dan voltmeter,
serta metode ralat rambat untuk mencari ketidakpastiaanya.
1. Rumus yang kita gunakan untuk menentukan nilai hambatan dalam
amperemeter serta grafik sebagai berikut :
𝑉
𝑅𝐴 =
𝐼
Rumus hambatan dalam amperemeter untuk pengukuran bertahab :
𝐼1 − 𝐼2
𝑅𝐴 = 𝑅𝐵
𝐼2
Rumus ketidakpastian untuk hambatan dalam amperemeter
2 2
𝜕𝑅𝐴 2 𝜕𝑅𝐴 2
√
∆𝑅𝐴 = | . . ∆𝐼 | + | . . ∆𝐼 |
𝜕𝐼1 3 1 𝜕𝐼2 3 2
∆𝑅𝐴
𝑅𝑓 = × 100%
𝑅𝐴
∑ 𝑥2
𝑆𝑎 = 𝑆𝑦√
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
𝑛
𝑆𝑎 = 𝑆𝑦√
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
2 2
1 ∑ 𝑥 2 (∑ 𝑦) − 2 ∑ 𝑥 (∑ 𝑦) (∑ 𝑥𝑦) + 𝑛(∑ 𝑥𝑦)
𝑆𝑦 = √ [∑ 𝑦 2 − ]
𝑛−2 𝑛(∑ 𝑥 2 ) − (∑ 𝑥)2
2. Rumus yang kita gunakan untuk mencari nilai hambatan dalam voltmeter
adalah:
𝑉
𝑅𝑉 =
𝐼
Σ𝑥 2
𝑆𝑎 = 𝑆𝑦√
𝑛Σ 𝑥 2 − (Σ𝑥)2
n
𝑆𝑏 = 𝑆𝑦√
𝑛Σ 𝑥2 − (Σ𝑥)2
1 2
Σ 𝑥 2 (Σ𝑦)2 − 2Σ𝑥(Σ𝑦)(Σ𝑥𝑦) + 𝑛(Σ𝑥𝑦)2
𝑆𝑦 = √ [Σ 𝑦 − ]
𝑛−2 𝑛(Σ 𝑥 2 ) − (Σ𝑥)2
Sajian Hasil
1. Data pengukuran hambatan secara langsung dengan amperemeter.
No X y 𝑥2 𝑦2 Xy
1 0,34 0,32 0,12 0,10 0,11
2 0,32 0,30 0,10 0,09 0,10
3 0,29 0,27 0,08 0,07 0,08
4 0,25 0,23 0,06 0,05 0,06
5 0,22 0,20 0,05 0,04 0,04
∑ 1,42 1,32 0,41 0,36 0,38
∑2 2,02 1,74 0,17 0,13 0,15
6. Data ralat kuadrat terkecil pengukuran dengan voltmeter.
No X y 𝑥2 𝑦2 xy
1 1 0,80 1,00 0,64 0,80
2 0,9 0,70 0,81 0,49 0,63
3 0,8 0,65 0,64 0,42 0,52
4 0,7 0,60 0,49 0,36 0,42
5 0,6 0,50 0,36 0,25 0,30
∑ 4,00 3,25 3,30 2,16 2,67
∑2 16,00 10,56 10,89 4,68 7,13
H. PEMBAHASAN
Pertama, hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan percobaan yaitu
bahwa variabel kontrol pada percobaan ini yaitu hambatan bangku (𝑅𝑏 ), variabel bebas
yaitu 𝐼1 dan 𝑉1, dan variabel terikatnya yaitu 𝐼2 dan 𝑉2. Jadi nilai yang akan kita ubah-
ubah adalah 𝐼1 dan 𝑉1. Nilai 𝐼2 dan 𝑉2 selalu lebih kecil daripada nilai 𝐼1 dan 𝑉1 karena
hambatan bangku terpasang.
Pada percobaan amperemeter DC dan voltmeter DC ini ada dua cara yang kami
gunakan untuk menghitung hambatan dalam amperemeter dan voltmeter, yaitu
pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung atau pengukuran bertahap. Untuk
pengukuan hambataan dalam amperemeter, pengukuran langsung dilakukan dengan
cara menghubungan amperemeter secara paralel dengan voltmeter seperti yang
𝑉
ditunjukkan pada gambar 2a. Rumus yang digunakan adalah 𝑅𝐴 = 𝐼 .
Dari perhitungan bertahap ini kami mendapatkan nilai hambatan dalam amperemeter
sebagai berikut: 𝑅𝐴 = (0,00,051 ± 0,0249)Ω dengan ralat relatif sebesar 48,8% pada
percobaan pertama. 𝑅𝐴 = (0,054 ± 0,0266)Ω dengan ralat relatif sebesar 49,2% pada
percobaan keduan. 𝑅𝐴 = (0,061 ± 0,0297)Ω dengan ralat relatif sebesar 48,6% pada
percobaan ketiga. 𝑅𝐴 = (0,071 ± 0,0351)Ω dengan ralat relatif sebesar 49,4% pada
percobaan keempat. 𝑅𝐴 = (0,082 ± 0,0406)Ω dengan ralat relatif sebesar 49,5% pada
percobaan kelima. Perhitungan ini sesuai dengan teori bawha amperemeter
membutuhkan hambatan dalam yang kecil, semakin kecil semakin baik amperemeter
berfungsi. Jika hambatan dalam amperemeter mendekati nol atau sama dengan nol
maka amperemeter akan bekerja sangat optimal.
Namun pada pengukuran hambatan dalam amperemeter ini kami mendapatkan
ralat yang cukup besar yang sampai mendekati 50%. Hal ini pasti timbul karena ada
beberapa kesalahan yang terjadi. Jika kami amati kesalahan yang mungkin terjadi
ketika praktikum yakni, data yang diambil ketika berada di tengah skala terkecil yang
bisa dibaca oleh amperemeter atau voltmeter, kami mungkin salah membulatkannya ke
skala atasnya atau skala bawahnya yang seharusnya diselesaikan dengan teori ralat.
Beberapa alat praktikum yang tersedia juga kurang optimal fungsinya.
Untuk pengukuran hambatan dalam voltmeter, pengukuran langsung dilakukan
dengan menghubungkan seri voltmeter dan amperemeter seperti pada gambar 3a.
𝑉
Rumus yang digunakan adalah 𝑅𝑉 = 𝐼 .
I. KESIMPULAN
1. Hambatan dalam amperemeter terhitung sebagai berikut :
- 𝑅𝐴 = (0,00,051 ± 0,0249)Ω dengan ralat relatif sebesar 48,8% pada
percobaan pertama.
- 𝑅𝐴 = (0,054 ± 0,0266)Ω dengan ralat relatif sebesar 49,2% pada percobaan
keduan.
- 𝑅𝐴 = (0,061 ± 0,0297)Ω dengan ralat relatif sebesar 48,6% pada percobaan
ketiga.
- 𝑅𝐴 = (0,071 ± 0,0351)Ω dengan ralat relatif sebesar 49,4% pada percobaan
keempat.
- 𝑅𝐴 = (0,082 ± 0,0406)Ω dengan ralat relatif sebesar 49,5% pada percobaan
kelima.
2. Hambatan dalam voltmeter terhitung sebagai berikut :
- 𝑅𝑉 = (50,0 ± 2,13437)𝑘Ω dengan ralat relatif sebesar 4,2% pada percobaan
pertama.
- 𝑅𝑉 = (45,0 ± 1,90029)𝑘Ω dengan ralat relatif sebesar 4,2% pada percobaan
kedua.
- 𝑅𝑉 = (53,3 ± 3,05415)𝑘Ω dengan ralat relatif sebesar 6,6% pada percobaan
ketiga.
- 𝑅𝑉 = (70,0 ± 6,14636)𝑘Ω dengan ralat relatif sebesar 8,8 % pada percobaan
keempat.
- 𝑅𝑉 = (60,0±5,73488)𝑘Ω dengan ralat relatif sebesar 9,6% pada percobaan
kelima.
3. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan alat ukur berhati-hati
agar tidak terjadi kerusakan. Contohnya untuk amperemeter dipasang seri dalam
penggunaannya dan hambatan geser yang digunakan haruslah berskala kecil agar
tidak terbakar, dan voltmeter dipasang paralel dalam penggunaannya dan harus
menggunakan hambatan geser yang berskala besar agar data yang dihasilkan bagus.
J. DAFTAR PUSTAKA
Tim Praktikum Fisika Dasar 3. 2021. Modul Praktikum Fisika Dasar III.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Serway, Raymond dan Jewett, John W. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik.
Jakarta: Salemba Teknika.
Halliday, David and Resnick, Robert. 2007. Fundamentals of Physics 10th
Edition. United States of America: Wiley.
K. LAMPIRAN
1. Menentukan Hambatan dalam Amperemeter Menggunakan Ralat Rambat
• Percobaan 1
𝐼1 − 𝐼2
𝑅𝐴1 = 𝑅𝐵
𝐼2
0,34 − 0,32
𝑅𝐴1 = 0,82
0,32
𝑅𝐴1 = 0,051𝛺
Ketidakpastian hambatan dalam amperemeter:
2 2
𝜕𝑅𝐴 2 𝜕𝑅𝐴 2
∆𝑅𝐴1 = √| . . ∆𝐼1 | + | . . ∆𝐼2 |
𝜕𝐼1 3 𝜕𝐼2 3
2 2
𝑅𝐵 2 𝐼1 2
∆𝑅𝐴1 √
= | . . ∆𝐼1 | + |− 2 . . ∆𝐼2 |
𝐼2 3 𝐼2 3
2 2
0,82 2 0,34 2
∆𝑅𝐴1 = √| . . 0,01| + |− . . 0,01|
0,32 3 0,322 3
∆𝑅𝐴1 = 0,025 𝛺
Ralat relatif
∆𝑅𝐴
𝑅𝑓 = × 100%
𝑅𝐴
0,025
𝑅𝑓 = × 100%
0,051
𝑅𝑓 = 48,8% (2𝐴𝑃)
• Percobaan 2
𝐼1 − 𝐼2
𝑅𝐴2 = 𝑅𝐵
𝐼2
0,32 − 0,30
𝑅𝐴2 = 0,82
0,30
𝑅𝐴2 = 0,054𝛺
Ketidakpastian hambatan dalam amperemeter:
2 2
𝜕𝑅𝐴 2 𝜕𝑅𝐴 2
∆𝑅𝐴2 √
= | . . ∆𝐼 | + | . . ∆𝐼 |
𝜕𝐼1 3 1 𝜕𝐼2 3 2
2 2
𝑅𝐵 2 𝐼1 2
∆𝑅𝐴2 = √| . . ∆𝐼1 | + |− 2 . . ∆𝐼2 |
𝐼2 3 𝐼2 3
2 2
0,82 2 0,32 2
∆𝑅𝐴2 = √| . . 0,01| + |− . . 0,01|
0,30 3 0,302 3
∆𝑅𝐴2 = 0,027 𝛺
Ralat relatif
∆𝑅𝐴
𝑅𝑓 = × 100%
𝑅𝐴
0,027
𝑅𝑓 = × 100%
0,054
𝑅𝑓 = 49,2% (2𝐴𝑃)
• Percobaan 3
𝐼1 − 𝐼2
𝑅𝐴3 = 𝑅𝐵
𝐼2
0,29 − 0,27
𝑅𝐴3 = 0,82
0,27
𝑅𝐴3 = 0,061𝛺
Ketidakpastian hambatan dalam amperemeter:
2 2
𝜕𝑅𝐴 2 𝜕𝑅𝐴 2
∆𝑅𝐴3 = √| . . ∆𝐼1 | + | . . ∆𝐼2 |
𝜕𝐼1 3 𝜕𝐼2 3
2 2
𝑅𝐵 2 𝐼1 2
∆𝑅𝐴3 √
= | . . ∆𝐼1 | + |− 2 . . ∆𝐼2 |
𝐼2 3 𝐼2 3
2 2
0,82 2 0,29 2
∆𝑅𝐴3 √
= | . . 0,01| + |− . . 0,01|
0,27 3 0,272 3
∆𝑅𝐴3 = 0,029 𝛺
Ralat relatif
∆𝑅𝐴
𝑅𝑓 = × 100%
𝑅𝐴
0,029
𝑅𝑓 = × 100%
0,061
𝑅𝑓 = 48,6% (2𝐴𝑃)
• Percobaan 4
𝐼1 − 𝐼2
𝑅𝐴4 = 𝑅𝐵
𝐼2
0,25 − 0,23
𝑅𝐴4 = 0,82
0,23
𝑅𝐴4 = 0,071𝛺
Ketidakpastian hambatan dalam amperemeter:
2 2
𝜕𝑅𝐴 2 𝜕𝑅𝐴 2
∆𝑅𝐴4 √
= | . . ∆𝐼 | + | . . ∆𝐼 |
𝜕𝐼1 3 1 𝜕𝐼2 3 2
2 2
𝑅𝐵 2 𝐼1 2
∆𝑅𝐴4 √
= | . . ∆𝐼1 | + |− 2 . . ∆𝐼2 |
𝐼2 3 𝐼2 3
2 2
0,82 2 0,25 2
∆𝑅𝐴4 = √| . . 0,01| + |− . . 0,01|
0,23 3 0,232 3
∆𝑅𝐴4 = 0,035 𝛺
Ralat relatif
∆𝑅𝐴
𝑅𝑓 = × 100%
𝑅𝐴
0,035
𝑅𝑓 = × 100%
0,071
𝑅𝑓 = 49,4% (2𝐴𝑃)
• Percobaan 5
𝐼1 − 𝐼2
𝑅𝐴5 = 𝑅𝐵
𝐼2
0,22 − 0,20
𝑅𝐴5 = 0,82
0,20
𝑅𝐴5 = 0,082𝛺
Ketidakpastian hambatan dalam amperemeter:
2 2
𝜕𝑅𝐴 2 𝜕𝑅𝐴 2
∆𝑅𝐴5 √
= | . . ∆𝐼 | + | . . ∆𝐼 |
𝜕𝐼1 3 1 𝜕𝐼2 3 2
2 2
𝑅𝐵 2 𝐼1 2
∆𝑅𝐴5 = √| . . ∆𝐼1 | + |− 2 . . ∆𝐼2 |
𝐼2 3 𝐼2 3
2 2
0,82 2 0,22 2
∆𝑅𝐴5 = √| . . 0,01| + |− . . 0,01|
0,20 3 0,202 3
∆𝑅𝐴5 = 0,041 𝛺
Ralat relatif
∆𝑅𝐴
𝑅𝑓 = × 100%
𝑅𝐴
0,041
𝑅𝑓 = × 100%
0,082
𝑅𝑓 = 49,4% (2𝐴𝑃)
𝑉1
𝑅𝑉1 = 𝑅
𝑉1 − 𝑉2 𝐵
1,00
𝑅𝑉1 = 10𝑘
1,00 − 0,80
𝑅𝑉1 = 50,0𝑘𝛺
2 2
𝜕𝑅𝑉 2 𝜕𝑅𝑉 2
∆𝑅𝑉1 = √| . . ∆𝑉1 | + | . . ∆𝑉2 |
𝜕𝑉1 3 𝜕𝑉2 3
2 2
𝑉2 2 𝑉2 2
∆𝑅𝑉1 = √|− . 𝑅 . . ∆𝑉1 | + | . 𝑅 . . ∆𝑉2 |
(𝑉1 − 𝑉2 )2 𝐵 3 (𝑉1 − 𝑉2 )2 𝐵 3
∆𝑅𝑉1
2 2
0,80 2 0,80 2
= √|− . 10𝑘. . 0,01| + | . 10𝑘. . 0,01|
(1,00 − 0,80)2 3 (1,00 − 0,80)2 3
∆𝑅𝑉1 = 2,13437𝑘𝛺
Ralat relatif
∆𝑅𝑉
𝑅𝑓 = × 100%
𝑅𝑉
2,13437
𝑅𝑓 = × 100%
50,0
𝑅𝑓 = 4,2% (3𝐴𝑃)
• Percobaan 2
𝑉1
𝑅𝑉2 = 𝑅
𝑉1 − 𝑉2 𝐵
0,90
𝑅𝑉2 = 10𝑘
0,90 − 0,70
𝑅𝑉2 = 45,0𝑘𝛺
2 2
𝜕𝑅𝑉 2 𝜕𝑅𝑉 2
∆𝑅𝑉2 √
= | . . ∆𝑉1 | + | . . ∆𝑉2 |
𝜕𝑉1 3 𝜕𝑉2 3
2 2
𝑉2 2 𝑉2 2
∆𝑅𝑉2 = √|− . 𝑅 . . ∆𝑉 | + | . 𝑅 . . ∆𝑉 |
(𝑉1 − 𝑉2 )2 𝐵 3 1
(𝑉1 − 𝑉2 )2 𝐵 3 2
∆𝑅𝑉2
2 2
0,70 2 0,70 2
= √|− . 10𝑘. . 0,01| + | . 10𝑘. . 0,01|
(0,90 − 0,70)2 3 (0,90 − 0,70)2 3
∆𝑅𝑉2 = 1,90029𝑘𝛺
Ralat relatif
∆𝑅𝑉
𝑅𝑓 = × 100%
𝑅𝑉
1,90029
𝑅𝑓 = × 100%
45,0
𝑅𝑓 = 4,2% (3𝐴𝑃)
• Percobaan 3
𝑉1
𝑅𝑉3 = 𝑅
𝑉1 − 𝑉2 𝐵
0,80
𝑅𝑉3 = 10𝑘
0,80 − 0,65
𝑅𝑉3 = 53,3𝑘𝛺
2 2
𝑉2 2 𝑉2 2
∆𝑅𝑉3 = √|− . 𝑅 . . ∆𝑉1 | + | . 𝑅 . . ∆𝑉2 |
(𝑉1 − 𝑉2 )2 𝐵 3 (𝑉1 − 𝑉2 )2 𝐵 3
∆𝑅𝑉3
2 2
0,65 2 0,65 2
= √|− . 10𝑘. . 0,01| + | . 10𝑘. . 0,01|
(0,80 − 0,65)2 3 (0,80 − 0,65)2 3
∆𝑅𝑉3 = 3,05415𝑘𝛺
Ralat relatif
∆𝑅𝑉
𝑅𝑓 = × 100%
𝑅𝑉
3,05415
𝑅𝑓 = × 100%
53,3
𝑅𝑓 = 6,6% (3𝐴𝑃)
• Percobaan 4
𝑉1
𝑅𝑉4 = 𝑅
𝑉1 − 𝑉2 𝐵
0,70
𝑅𝑉4 = 10𝑘
0,70 − 0,60
𝑅𝑉4 = 70,0𝑘𝛺
2 2
𝜕𝑅𝑉 2 𝜕𝑅𝑉 2
∆𝑅𝑉4 √
= | . . ∆𝑉1 | + | . . ∆𝑉2 |
𝜕𝑉1 3 𝜕𝑉2 3
2 2
𝑉2 2 𝑉2 2
∆𝑅𝑉4 = √|− . 𝑅 . . ∆𝑉1 | + | . 𝑅 . . ∆𝑉2 |
(𝑉1 − 𝑉2 )2 𝐵 3 (𝑉1 − 𝑉2 )2 𝐵 3
∆𝑅𝑉4
2 2
0,60 2 0,60 2
= √|− . 10𝑘. . 0,01| + | . 10𝑘. . 0,01|
(0,70 − 0,60)2 3 (0,70 − 0,60)2 3
∆𝑅𝑉4 = 6,14636𝑘𝛺
Ralat relatif
∆𝑅𝑉
𝑅𝑓 = × 100%
𝑅𝑉
6,14636
𝑅𝑓 = × 100%
70,0
𝑅𝑓 = 8,8% (3𝐴𝑃)
• Percobaan 5
𝑉1
𝑅𝑉5 = 𝑅
𝑉1 − 𝑉2 𝐵
0,60
𝑅𝑉5 = 10𝑘
0,60 − 0,50
𝑅𝑉5 = 60,0𝑘𝛺
2 2
𝜕𝑅𝑉 2 𝜕𝑅𝑉 2
∆𝑅𝑉5 √
= | . . ∆𝑉1 | + | . . ∆𝑉2 |
𝜕𝑉1 3 𝜕𝑉2 3
2 2
𝑉2 2 𝑉2 2
∆𝑅𝑉5 = √|− . 𝑅 . . ∆𝑉1 | + | . 𝑅 . . ∆𝑉2 |
(𝑉1 − 𝑉2 )2 𝐵 3 (𝑉1 − 𝑉2 )2 𝐵 3
∆𝑅𝑉5
2 2
0,60 2 0,60 2
= √|− . 10𝑘. . 0,01| + | . 10𝑘. . 0,01|
(0,60 − 0,50)2 3 (0,60 − 0,50)2 3
∆𝑅𝑉5 = 5,73488𝑘𝛺
Ralat relatif
∆𝑅𝑉
𝑅𝑓 = × 100%
𝑅𝑉
5,73488
𝑅𝑓 = × 100%
60,0
𝑅𝑓 = 9,6% (3𝐴𝑃)
No. 𝑥 𝑦 𝑥2 𝑦2 𝑥𝑦
1. 0,34 0,32 0,12 0,10 0,11
2. 0,32 0,30 0,10 0,09 0,10
3. 0,29 0,27 0,08 0,07 0,08
4. 0,25 0,23 0,06 0,05 0,06
5. 0,22 0,20 0,05 0,04 0,04
∑ 1,42 1,32 0,41 0,36 0,38
∑2 2,02 1,74 0,17 0,13 0,15
(∑ 𝑦)(∑ 𝑥 2 ) − (∑ 𝑥)(∑ 𝑥𝑦)
𝑎̅ = 2
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)
(1,32)(0,41) − (1,42)(0,38)
𝑎̅ =
5(0,41) − (2,02)
𝑎̅ = 0,053
𝑛 ∑(𝑥𝑦) − ∑ 𝑥 ∑ 𝑦
𝑏̅ = 2
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)
5(0,38) − (1,42)(1,32)
𝑏̅ =
5(0,41) − (2,02)
𝑏̅ = 0,853
2 2
1 ∑ 𝑥 2 (∑ 𝑦) − 2 ∑ 𝑥 (∑ 𝑦) (∑ 𝑥𝑦) + 𝑛(∑ 𝑥𝑦)
𝑆𝑦 = √ [∑ 𝑦 2 − ]
𝑛−2 𝑛(∑ 𝑥 2 ) − (∑ 𝑥)2
1 (0,41)(1,74) − 2(1,42)(1,32)(0,38) + 5(0,15)
𝑆𝑦 = √ [(0,36) − ]
5−2 5(0,41) − (2,02)
𝑆𝑦 = 0,55677
∑ 𝑥2
𝑆𝑎 = 𝑆𝑦√
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
0,41
𝑆𝑎 = 0,55677√
5(0,41) − (2,02)
𝑆𝑎 = 2,058
𝑛
𝑆𝑏 = 𝑆𝑦√
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
5
𝑆𝑏 = 0,55677√
5(0,41) − (2,02)
𝑆𝑏 = 7,1878
Ralat relatif
𝑆𝑎
𝑅𝑎 = | 𝑥100%|
𝑎
2,058
𝑅𝑎 = | 𝑥100%|
0,053
𝑅𝑎 = 38,8% (2𝐴𝑃)
Ralat relatif
𝑆𝑏
𝑅𝑏 = | 𝑥100%|
𝑏
7,1878
𝑅𝑏 = | 𝑥100%|
0,853
𝑅𝑏 = 8,4% (3𝐴𝑃)
Jadi, nilai 𝑏 adalah (0,853 ± 7,188) dengan ralat relatif sebesar 8,4% (3𝐴𝑃)
No. 𝑥 𝑦 𝑥2 𝑦2 𝑥𝑦
1. 1 0,80 1,00 0,64 0,80
2. 0,9 0,70 0,81 0,49 0,63
3. 0,8 0,65 0,64 0,42 0,52
4. 0,7 0,60 0,49 0,36 0,42
5. 0,6 0,50 0,36 0,25 0,30
∑ 4,00 3,25 3,30 2,16 2,67
∑2 16,00 10,56 10,89 4,68 7,13
(3,25)(3,30) − (4,00)(2,67)
𝑎̅ =
5(3,30) − (16,00)
𝑎̅ = 0,09
𝑛 ∑(𝑥𝑦) − ∑ 𝑥 ∑ 𝑦
𝑏̅ = 2
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)
5(2,67) − (4,00)(3,25)
𝑏̅ =
5(3,30) − (16,00)
𝑏̅ = 0,70
2 2
1 ∑ 𝑥 2 (∑ 𝑦) − 2 ∑ 𝑥 (∑ 𝑦) (∑ 𝑥𝑦) + 𝑛(∑ 𝑥𝑦)
𝑆𝑦 = √ 2
[∑ 𝑦 − ]
𝑛−2 𝑛(∑ 𝑥 2 ) − (∑ 𝑥)2
𝑆𝑦 = 0,0365
∑ 𝑥2
𝑆𝑎 = 𝑆𝑦√
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
3,30
𝑆𝑎 = 0,0365√
5(3,30) − (16,00)
𝑆𝑎 = 0,0937
𝑛
𝑆𝑏 = 𝑆𝑦√
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
5
𝑆𝑏 = 0,0365√
5(3,30) − (16,00)
𝑆𝑏 = 0,1154
Ralat relatif
𝑆𝑎
𝑅𝑎 = | 𝑥100%|
𝑎
0,0937
𝑅𝑎 = | 𝑥100%|
0,09
𝑅𝑎 = 1,04% (3𝐴𝑃)
Jadi, nilai 𝑎 adalah (0,09 ± 0,09) dengan ralat relatif sebesar 1,04% (3𝐴𝑃).
Ralat relatif
𝑆𝑏
𝑅𝑏 = | 𝑥100%|
𝑏
0,1154
𝑅𝑏 = | 𝑥100%|
0,70
𝑅𝑏 = 16,48% (2𝐴𝑃)
Jadi, nilai 𝑏 adalah (0,70 ± 0,11) dengan ralat relatif sebesar 16,48% (2𝐴𝑃).
Rangkaian 2b
Rangkaian 3a
Rangkaian 3b