Anda di halaman 1dari 6

RESUME FILM G30S/PKI

Oleh:
Rio Adika Putra (22013010307)

Dosen Pengampu:
Dita Megasari, S.P., M.Si./ 20219901001237

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

Istilah G30S PKI merujuk pada gerakan yang dilakukan Partai Komunis Indonesia
(PKI) pada 30 September 1965. Gerakan ini menyebabkan korban di kalangan petinggi
militer dan sipil. Sebanyak 10 perwira tewas dalam peristiwa tersebut, yakni Letjen
Ahmad Yani, Mayjen R Suprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjen S Parman, Brigjen DI
Panjaitan, Brigjen Sutoyo Siswomiharjo, Lettu Piere Tendean, Brigadir Polisi KS
Tubun, Kolonel Katamso, dan Letkol Sugiono. Sementara satu korban tewas dari warga
sipil adalah adalah Ade Irma Suryani, putri Jenderal AH Nasution yang berhasil selamat
dari penculikan yang dilakukan PKI. PKI merupakan salah satu partai resmi di
Indonesia. Partai berpaham komunis ini telah berdiri jauh sebelum Indonesia merdeka.
Berdasarkan buku berjudul Kehancuran Golongan Komunis di Indonesia (Abdul
Syukur, 2008), cikal bakal PKI adalah serikat buruh bernama Indische Sociaal
Democratische Vereeniging (ISDV) yang dibentuk oleh Hendricus Josephus Fransiscus
Marie Sneevliet dan koleganya. Anggotanya adalah 85 orang Belanda yang bekerja di
pelabuhan-pelabuhan Hindia Belanda.

Belanda melihat organisasi ini sebagai ancaman, sehingga memulangkan para pentolan
ISDV ke Belanda, termasuk Sneevliet pada 1918. Sneevliet meninggalkan 400 anggota
ISDV di Hindia Belanda yang mayoritas adalah orang pribumi.
Meski berpaham komunitas, nyatanya PKI cukup diterima oleh masyarakat Indonesia.
Berdasarkan buku Sejarah Indonesia Modern (MC Ricklefs, 2004), pada Pemilu 1955,
dari 39 juta pemilih, PKI meraih 6.176.914 suara. PKI berada di urutan keempat setelah
PNI (8.434.653 suara), Masyumi (7.903.886 suara), NU (6.955.141 suara). Dengan
perolehan suara itu, PKI berhasil menempatkan 39 wakilnya duduk di Parlemen.
BAB II

PEMBAHASAN

Bola panas beredar sejak Gerakan 30 September terjadi. Banyak orang menghubungkan
peristiwa tersebut sebagai ulah PKI. Meskipun sampai sekarang belum terjadi pelurusan
sejarah, PKI dianggap pihak paling bertanggung jawab. Salah satu alasannya adalah
keberadaan PKI di belakang pemerintahan Demokrasi Terpimpin. Soekarno
mengeluarkan mandat untuk membubarkan parlemen di tahun 1959. Mandat tersebut
diikuti perintah bahwa konstitusi berada langsung dibawah dekrit presiden. Tak berhenti
sampai disini, beberapa jenderal militer terpilih menempati posisi penting. Bahkan
jabatan mereka setara dengan menteri pada saat itu.

Berbagai masalah ekonomi dan politik mendesak semakin sulit dibendung. Pendapatan
ekonomi dari jalur ekspor juga terus menurun. Gabungan berbagai masalah tersebut
disinyalir mewarnai sejarah G30SPKI. Korupsi yang terjadi di lingkungan birokrat dan
pejabat pemerintahan menambah daftar panjang sengkurat di pemerintahan Demokrasi
Terpimpin.

Pemberontakan G30SPKI dimulai pada 30 September malam dan berakhir 1 Oktober. 


Aksi pemberontakan tak hanya terjadi di Jakarta, namun beberapa daerah lain, termasuk
Yogyakarta. Di Jakarta sendiri, pemberontakan diawali pada 1 Oktober dini hari.
Pasukan PKI bergerak ke seluruh wilayah dari kawasan Lubang Buaya. Mereka
menyatroni beberapa gedung penting, termasuk RRI.

Studio vital milik pemerintah dikudeta oleh petinggi PKI. Menurut berbagai sumber,
aksi ini dipimpin langsung oleh D.N Aidit selaku ketua PKI. Berhasil menduduki objek
vital, ketua PKI mengeluarkan Dekrit No. 1 pada 1 Oktober 1965. Dalam Dekrit
disebutkan akan dibentuk Dewan Revolusi Indonesia yang dipimpin langsung oleh
Letkol Untung.

Menyusul perilisan Dekrit No. 1, Dekrit No. 2 pun menjelaskan tentang penurunan dan
kenaikan pangkat. Seluruh perwira tinggi berpangkat setara Letkol akan mengalami
penurunan pangkat 1 tingkat. Hal sebaliknya terjadi pada para simpatisan dan anggota
PKI. Para anggota akan mendapat kenaikan pangkat 1 tingkat atas keberanian ikut serta
dalam pemberontakan.

Peristiwa G30SPKI telah berlalu 55 tahun, namun kepiluan masih terasa. Kematian 7
pahlawan revolusi menjadi pukulan telak bagi rakyat Indonesia. Hasutan melahirkan
pemberontakan dan kesalahpahaman antar warga negara. Memori kekerasan pun
mengendap selama puluhan tahun dan mengkristal di benak generasi penerus.

Beragam isu muncul sebelum kejadian berdarah meletus di Jakarta. Keterlibatan


Soeharto pun digadang-gadang menjadi penyebab pemberontakan PKI dan lengsernya
Soekarno. Isu tersebut bukan tanpa alasan, sebab ditemukannya memo sejarah.
Meskipun bukti-bukti yang dikumpulkan terkesan lemah, Soeharto menjadi pihak
paling diuntungkan dari peristiwa tersebut.

Hubungan antara Soeharto dengan CIA pun mulai merebak ke tengah masyarakat.
Pertemuannya dengan Abdul Latief pun menjadi salah satu bukti nyata. Elaborasi bukti
yang ditemukan di lapangan memang belum berhasil merapikan benang kusut.
Walaupun begitu, banyak pihak yang merasa adanya keterlibatan pejabat terhadap aksi
pemberontakan 30 September.

Gerakan G30SPKI memiliki sebutan lain, yakni Gestapu (Gerakan September Tiga
Puluh) dan Gestok (Gerakan Satu Oktober). Apapun sebutan yang disematkan,
semuanya mengarah pada gerakan yang sama, yakni kudeta di 30 September malam.
Kejadian yang berlangsung sekelebat malam atau hitungan jam ini menewaskan 7
pahlawan nasional dan beberapa orang lainnya.

Berawal dari pembentukan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia, D.N Aidit
memerintahkan berbagai gerakan. Tak jarang, manuver yang diambil oleh PKI memicu
gesekan dengan golongan lain, termasuk golongan beragama. Beberapa tahun sebelum
Gerakan 30 September meletus, PKI lebih dulu berseteru dengan NU, Muhammadiyah,
hingga Persis.

Usai membunuh 7 jenderal, Gerakan 30 September dilanjutkan dengan menguasai objek


vital milik pemerintah. Sepak terjang PKI yang cukup panjang harus berakhir beberapa
bulan kemudian. Ini ditandai dengan kematian D.N Aidit di tangan militer pada 24
November 1966. Kursi kepemimpinan PKI lantas digantikan oleh ketua kedua, yakni
Nyoto.
BAB III

KESIMPULAN

Setelah melihat film peristiwa memilukan pada 30 September 1965, rangkuman


G30SPKI akan sangat membantu. Dari sini, Anda bisa mengambil kesimpulan serta
memahami makna 30 September lebih mendalam. Tak sekedar mengingat jasa
pahlawan yang telah gugur demi mempertahankan sakralitas Pancasila, ada momentum
lain yang terlewatkan.

Dibalik kisah tragis kematian dan pemberontakan, PKI menunjukkan lemahnya ideologi
negara. Ketidakstabilan ideologi dan sistem politik ternyata dapat memicu bentrokan
antar warga. Coba lihat kembali, siapa saja yang menjadi korban PKI? Bukan hanya
para jenderal semata, namun beberapa warga sipil tak bersalah.

Aksi penumpasan PKI pun tak sepenuhnya dibenarkan, mengingat ada memori
kekerasan yang tertinggal. Seperti yang kita tahu, sejarah dicatat oleh rezim yang
berkuasa. Ketika rezim berganti, tentu catatan sejarah yang dituliskan pun akan berbeda.
Inilah perlunya rekonsiliasi demi mendengarkan kebenaran dari kedua belah pihak.

Dampak pemberontakan PKI pun ternyata dapat dirasakan dari segi ekonomi. Rakyat
harus mengalami kelaparan dan kemiskinan berkepanjangan akibat carut-marut di tubuh
pemerintahan. Kondisi tak kondusif di dalam negeri rupanya menuntut Soekarno untuk
mengambil langkah cepat. Terhitung pada 11 Maret 1966, Soekarno mengeluarkan
Surat Perintah Sebelas Maret.

Surat ini berisikan perintah dan pemberian wewenang tanpa batas dari Soekarno kepada
Soeharto. Dengan surat ini, Soeharto mengupayakan penumpasan PKI di seluruh daerah
di tanah air. Penumpasan dipusatkan di Jakarta dan Yogyakarta. Di Jakarta sendiri,
penumpasan dimulai pada 1 Oktober 1965 sore, dibawah komando Presiden Soekarno.
LAMPIRAN

https://youtu.be/1iWeNtvN7_c

Anda mungkin juga menyukai