Kata pengantar
Daftar isi
Bab I pendahuluan
A. Latar belakang.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
Bab II Materi
1.1.Peristiwa G3OS/PKI.
1.2.Tokoh atau dalang G30S/PKI.
1.3.Korban G30S/PKI.
1.4.Penyelesaian konflik G30S/PKI.
1.5.Dampak dari peristiwa G30S/PKI.
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar pustaka
Bab II Materi
1.1. Peristiwa G3OS PKI
Pahlawan Revolusi yang pertama adalah Jendral Ahmad Yani. Ahmad Yani lahir di
Purworejo, Jawa Tengah pada 19 Juni 1922 silam. Karier militernya dimulai
dengan mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan Pembela Tanah Air (PETA) di
Bogor. Ahmad Yani kemudian diangkat menjadi komandan Tentara Keamanan
Rakyat di Purwokerto. Ia terlibat dalam beberapa operasi penting pasca-Indonesia
merdeka. Sebut saja pemberontakan PKI di Madiun 1948, penumpasan DI/TII di
Jawa Tengah dan juga pemberontakan PRRI.
Letjen Raden Suprapto lahir di Purwokerto pada 20 Juni 1920 silam. Ia pernah
mengenyam pendidikan militer di Akademi Militer Kerajaan di Bandung. Pada
awal kemerdekaan, Suprapto turut aktif dalam perebutan senjata Jepang dan
menjadi ajudan dari Panglima Besar Jenderal Sudirman. Letjen Suprapto pernah
menjabat sebagai Deputi Kepala Staf AD di Sumatra, Kepala Staf Tentara dan
Teritorium IV Diponegoro di Semarang, dan pernah menjabat sebagai Deputi II
Menteri/Panglima Angkatan Darat.
c. Letjen S. Parman
Pemilik nama lengkap Siswondo Parman ini lahir di Wonosobo, Jawa Tengah,
pada 4 Agustus 1918 silam. Setelah Indonesia merdeka, S. Parman lantas turut
bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang menjadi cikal-bakal
Tentara Nasional Indonesia. Dalam menimba ilmu kemiliteran, S. Parman pernah
dikirim untuk mengikuti Sekolah Militer di Amerika Serikat pada 1951. Ia juga
pernah dikirim ke Inggris sebagai perwakilan Kedutaan Indonesia di sana.
Mayjen Mas Tirtodarmo Haryono atau yang lebih dikenal dengan nama M.T
Haryono merupakan pahlawan revolusi kelahiran Surabaya, Jawa Timur, pada 20
Januari 1924.
Sebelum bergabung dengan kemiliteran, M.T Haryono pernah mengenyam
pendidikan di Sekolah Kedokteran atau Ika Dai Gaku di Jakarta. Berkat
kelihaiannya dalam menguasai bahasa asing, pahlawan yang namanya juga
diabadikan sebagai nama jalan di kawasan Tebet, Jakarta Selatan ini kerap
mengikuti perundingan yang diadakan Indonesia dengan pihak Belanda maupun
Inggris.
Mayjen Donald Isaac Pandjaitan atau D.I Pandjaitan lahir pada 9 Juni 1925 di
Balige, Tapanuli, Sumatra Utara. D.I Pandjaitan juga menjadi salah satu sosok yang
membentuk Tentara Keamanan Rakyat dan diangkat menjadi Komandan
Batalyon. Sederet posisi penting pernah diembannya. Sebut saja Komandan
Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi, Kepala Staf Umum IV Komandan
Tentara Sumatera, dan pernah ditugaskan sebagai atase Militer RI di Bonn,
Jerman Barat.
f. Mayjen Sutoyo Siswomiharjo
Pahlawan revolusi yang terakhir adalah Kapten Pierre Tendean. Pierre Tendean
lahir di Jakarta, 21 Februari 1939. Setelah lulus dari Akademi Militer pada 1962, ia
lantas mendapatkan mandat untuk menjabat Komandan Peleton Batalyon Zeni
Tempur 2 Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan. Peristiwa kelam
G30S PKI yang turut menyeretnya terjadi pada saat ia menjadi ajudan Jenderal
Nasution yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan dan
Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata.
Sementara itu, Panglima TNI AH Nasution yang menjadi target utama berhasil
meloloskan diri. AH Nasution adalah satu-satunya jenderal yang selamat dari
G30S PKI. Namun, putrinya Ade Irma Nasution tewas tertembak dan ajudannya,
Lettu Pierre Andreas Tendean diculik dan ditembak di Lubang Buaya.
Keenam jenderal di atas beserta Lettu Pierre Tendean kemudian diberikan
penghargaan sebagai Pahlawan Revolusi. Dan sejak berlakunya UU No. 20 tahun
2009, gelar tersebut juga diakui sebagai Pahlawan Nasional.
Selain nama-nama di atas, beberapa orang lainnya juga menjadi korban
pembunuhan G30S PKI di Jakarta dan Jogja. Berikut ini daftarnya: