Salah satu contoh, Sejarah peristiwa 1965 versi Orde Baru, dituliskan
dalam buku Kesaktian Pancasila di Bumi Pertiwi terbitan BP
Alda/Penerbit Almanak RI. Pada halaman 150 terdapat sebuah foto
mayat-mayat bergelimpangan dalam keadaan terikat di tepi Bengawan
Solo. Dalam keterangan foto tertulis bahwa mereka korban keganasan
PKI. Padahal fakta yang sebenarnya, mayat-mayat itu adalah anggota
PKI yang dibantai dan mayatnya dibiarkan begitu saja di tepian
Bengawan Solo. Dalam hal ini, sejarawan memang harus bisa obyektif
dan bukan hanya mengejar keuntungan politis atau finansial.
Sejarawan tidak boleh tinggal diam ketika kemanusiaan dikorbankan
serta kebenaran dimanipulasi.