Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH PERISTIWA G30/S PKI

PADA PEMERINTAHAN REZIM Ir.Soekarno

Disusun Oleh:
1. Adinda Dwi Agustin
2. Anita Nur Hasan
3. Firmansyah Nurrochman Hardhianto
4. Gusti Ayu Aulia Anandha Jyothi
5. Nurina Mariana Simbolon

Tahun Ajaran 2018/2019


BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

PKI merupakan partai Stalinis yang terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Sovyet.
Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya. PKI juga
mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani
Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani),
organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota
dan pendukung.

Komunisme di Indonesia di perkenalkan oleh seorang sosialis radikal berkebangsaan Belanda


H.F.J.M. Sneevilt yang dating sebagai pegawai kantor pedagang di Semarang pada tahun 1913. Tidak
jelas apa motif kedatangannya, tetapi ia melihat suatu tanah subur di Indonesia bagi pertumbunhan
Komunisme. Sneevliet ini, waktu masih di hongkong menjadi anak buah Tan Malaka, Tan Malaka
kemudia menjadi ketua Partai Komunis Filipina pertama. Sneevliet di susul oleh Marxist lainnya yaitu
brandsteder, Ir. Baars, Dr. Rinkes, C. Hartogh dan lain-lain. Kader-kader pertamanya ialah Alimin,
Semaun, Darsono, Muso, Bung Karno, S.M Kartosoewirjo dan lain-lain (Soegiarso Soerojo,1988:3).

Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di bawah dekrit
presiden - sekali lagi dengan dukungan penuh dari PKI. Ia memperkuat tangan angkatan bersenjata
dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno menjalankan sistem
"Demokrasi Terpimpin". PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin" Sukarno dengan hangat dan
anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis,
Agama dan Komunis yang dinamakan NASAKOM.

Gerakan 30 september adalah satu kejadian tragis dalam sejarah Indonesia yang sangat kabur.
Fakta dan rekayasa yang bercampur aduk menjadi satu. Faktanya sekelompok perwira menengah
Angkatan Darat dan angkatan Udara berkolaborasi melakukan aksi penculikan dan pembunuhan
terhadap enam jenderal pimpinan teras TNI AD. Di belakang mereka, ada petinggi PKI seperti Aidit,
yang pada malam yang tragis itu berada di Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdana Kusumah,
fakta yang lebih memperumit persoalan adalah, sepanjang hari pada 1 Oktober 1965 Presiden
Soekarno juga berada di lingkungan PAU Halim, hanya beberapa kilometer dari markas komando
ferakan. (A.Pambudi,2009:195)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dalang Pertama Dalam Gerakan 30 September 1965

Untuk menjawab pertanyaan tentang dalang Gerakan 30 September, sulit mendapatkan yang
konklusif. Berbagai versi mengungkapkan dalang gerakan tersebut. Versi resmi Angkatan Darat dan
versi pemerintah Orde Baru mengatakan bahwa G 30-S di dalangi oleh D.N. Aidit dan Biro Khusus
PKI. Itulah sebabnya mereka istilah baku “ G-SS /PKI” karena menganggapnya sebagai suatu
kesatuan. Mengapa PKI ingin merebut kekuasaan melalui jalan pintas? Alasan logis yang di
kemukakan versi resmi Orde Baru, PKI tidak ingin di dahului oleh AD (A.pambudi:2009:198). Menurut
Soegiarso Soerojo (1988:242) ada tiga macam operasi gerakan 30 September yang di dalangi PKI
yaitu :

1. Gerakan operasi ampera I adalah gerakan coup d’etat yang dilaksanakan di pusat
pemerintahan.

2. Gerakan operasi ampere II di maksud oleh PKI sebagai tindakan pembunuhan besar-besaran
terhadap pemimpin-pemimpin golongan lain.

3. Gerakan operasi ampere III adalah tindakan terakhir yaitu pembentukan cabinet baru yang
komposisinya sesuai dengan keinginan PKI.

Dari dokumen-dokumen yang berasil di temukan itu terbukti bahwa sudah lama di siapkan data-data
kegiatan spionase yang di lakukan oleh organisasi-organisasi masa yang berasiliasi dengan PKI.

Partai komunis dimanapun yang mempunyai legalitas seperti PKI di Indonesia, pasti mempunyai
organisasi yang rengkap, yang legal bergerak legal, dan yang seperti bergerak Biro Khusus, untuk
pekerjaan illegal karna bersifat ideology komunisyang konsppirasi dalam masa perjuangan, biro
khusus langsung di pimpinan Ketua D.N. Aidit (Soegiarso Soerojo,1988:176)

Namun beberapa kalangan intelektual yang kritis meragukan alasan tersebut. Menurut
mereka, PKI toh sudah berada di atas angin dalam peta politik Indonesia. Tampa kudeta, di
perkirakan PKI bias berkuasa pada awal decade 70-an melalui pemilihan umum. Jadi, mereka
menyimpulkan bahwa Gerakan 30 September di dalangi oleh tentara guna menciptakan
keseimbangan politik baru yang menguntungkan pihak tentara. Mereka yang percaya pada versi ini
kemudian menulis dan menerbitkan berbagai buku yang menyimpulkan bahwa Mayjen Soeharto
adalah otak di balik gerakan.

Menurut Sulastomo, (2008:97) menjalang peristiwa 30 September 1965, berbagai isu telah
berkemabang di masyarakat, yang mengindikasi akan terjadinya peristiwa politik yang besar. Aksi-
aksi sepihak terjadi dimana-mana. Jawa Tengah, Jawa Timur, dan juga Sumatra Utara. Aksi-aksi
sepihak itu berupa perebutan hak atas tanah. Tanah wakaf yang dimiliki oleh pesantren-pesatren
telah menimbulkan konflik terbuka dengan kalangan umat Islam. Demikian juga ofensif Refolusioner
yang dilancarkan PKI semakin gencar. Di surat kabar bintang timur, para seniman lekra (lembaga
kebudayaan rakyat) juga telah ikut mengindikasikan akan adanya peristiwa besar. Sajak-sajak yang di
muat di lembar kebudayaan suarat kabar itu, antara lain adalah Kunanti Bumi yang Memerah Darah
Oleh Mawie Bintang Timur, (21 Maret 1965).
Polemik tentang peristiwa G 30 S-PKI sampai saat ini semakin banyak, tetapi semua itu harus
di uji kebenarannya. Berikut ini adalah beberapa analisis mengenai peristiwa tersebut baik siapa
dalang-dalang dan pihak yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Ada yang berpendapat adalah
Presiden Soekarno yang menjadi dalang pertama G 30-S PKI karena dialah yang member intruksi
kepada Pasukan Cakrabirawa untuk mengamankan jenderal-jenderal Angkatan Darat yang di anggap
tidak loyal. Kebenaran yang mengenai intruksi pengamanan, namun pelaksanaannya di lapangan
menjadi lepas Kendal, dan jenderal-jenderal yang semula akan di amankan dan di hadapkan ke
Presiden itu kemudian terbunuh (A.Pambudi,2009:199). Kemudian ada berpendapat Soeharto
sebagai dalang Gerakan 30 September mengemuka dari pendapat Willem Frederik Wertheim,
seorang profesor dari Municipal University of Amsterdam. Pendapatnya mengenai Soeharto sebagai
dalang peristiwa diawali dari sebuah pertanyaan sederhana, mengapa Soeharto sebagai salah satu
pejabat AD tidak menjadi target penculikan? Menurutnya, Soeharto yang berasal dari Kodam
Diponegoro juga tidak puas terhadap kepemimpinan Ahmad Yani di tubuh AD yang dianggap lemah
terhadap PKI.

B. Perseturuan Angkatan Darat Dengan PKI

Perseturuan Angkatan Darat dengan PKI memang sangat panas pada tahun 1965. Isu Dewan
Jenderal berhembut untuk meyakinkan masyarakat bahwa jenderal-jenderal AD sedang menyusun
rencana kudeta menggulingkan presiden Soekarno yang mereka cintai.

Isu dokumen Gilchist, yang di sebarluaskan oleh Dr. Soebandrio,membuat suasana semakin panas.
Dokumen palsu itu menyebut-nyebut keterlibatan AD dalam rencana kudeta perebutan kekuasaan.
Sementara itu PKI mengadakan show of force pada ulang tahunnya ke 45 di senayan, bulan Mei
1965, Perayaan itu meriah sekali. Mereka memanjang poster raksasa tokoh-tokoh Komunis
International seperti Karl Marx, Lenin, dan Engels. Tidak ketinggalan pula tokoh-tokoh Komunis
Nasional.

Pada kesempatan tersebut, sekali lagi isu dokumen Gilchrist mengemuka. Selain itu, terdapat
sejumlah provokasi yang bernada memecah belah. Mereka semakin intensif mengkampanyekan
angkatan kelima dengan slogan “ persenjatai buruh dan tani” kampanye itu tentu saja
menggerogowi wibawa ABRI, Khususnya Angkatan Darat. (A.Pambudi,2009:188)

Disisi lain, perwira-perwira tertinggi TNI AD pada bulan Mei 1965 juga mengadakan
konsolidasi untuk menghadapi bahaya dari Utarasemakin gencarnya kampanye bung Karno
mengenai poros Jakarta-peking, ungkapan berulang-ulang mengenai tawaran Perdana Mentri RRT
Chou En Lai untuk memberikan bantuan 100.000 pucuk senjata gemgam kepada buruh tani
Indonesia, dan makin intensifnya Kampanye PKI mengenai angkatan kelima-merupakan hal penting
yang melandasi kecurigaan para jenderal AD bahwa PKI sedang mencoba mengintervensi wilayah
pertahanan dan keamanan nasional.92

Klimak dari semuanya adalah Gerakan 30 September. Factor-faktor ketegangan diatas,


perseturuan yang kian meruncing antara angkatan Darat dan Komunis, meledak menjadi suatu
tragedy. Pada dinihari 1 Oktober 1965, gerombolan yang menamakan dirinya Gerakan 30 September
menculik dan membunuh para pinpinan teras Angkatan Darat. Peta politik nasionalpun langsung
berubah, muncul kekuatan politik yang baru yang berpusat di kostrad, komunis di bantai, dan
pudarlah hegemoni Soekarno (A.Pambudi,2003:192). Namun pimpinan teras Angkatan Darat yang di
culik tersebut yaitu:

1. Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri Panglima Angkatan Darat)

2. Mayor Jenderal R.Soeprapto (Deputi II Panglima Angkatan Darat)

3. Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Angkatan Darat)

4. Mayor Jenderal Suwando Parman (Asisten I Panglima Angkatan Darat)

5. Brigadier Jenderal Donald Izacus Pandjaitan (Asiten IV Panglima Angkatan Darat)

6. Brigadier Jenderal Soetojo Siswomihardjo (Inspektur Kehakiman/Oditur)

7. Letnan I Pierre Andreas Tendean (Ajudan Jenderal A.H. Nasution)

C. Strategi Melawan PKI

Di tengah penyelesaian masalah IAIN, masalah baru muncul. Penggayangan HMI tampaknya di
persiapkan untuk semakin meningkat. Adalah Prof.Drs. Ernest Utrech, S.H., sekretaris fakultas
hokum Universitas Brawijaya cabang jember yang memulai untuk menggayang HMI secara terbuka.
Sejak itu , berita surat kabar di penuhi dengan penggayangan HMI. Timbullah berbagai peristiwa pro
dan kontra HMI di seluruh tanah air. Memahatikan kenyataan-kenyataan yang terjadi, sampai
akhirnya nanti pada peristiwa G 30 S/PKI, barang kali dapat di simpulkan, bahwa pengayangan HMI
memang merupakan bagian strategi PKI kepuncak kekuasaan. Di dalam buku progam PKI, yang di
keluarkan pada tanggal 23 Desember 1963 dapat di simpulkan, bahwa pengaruh PKI di lingkungan
Mahasiswa di akui sukar di kembangkan (Sulastomo,2008:117-118).

Suhu politik semakin memanas, di paruh kedua tahun 1965. Suasana di warnai bakar membakar
emosi, provokasi-provokasi dan silih berganti. Kelompok kiri dampaknya sedang mendapat angin
segar politik, karena prestasinya yang menonjol. Anggota PKI tumbuh pesat, dan jaringan
internasionalnya semakin menguat. Sementara itu, di dalam negeri, muncul berbagai ketidak puasan
akibat kesejahtraan rakyat yang terbangkala. Perekonomian yang terus merosot dan pertarungan
laten antara angkatan darat bersama kelompok-kelompok pendukungnya melawan PKI dan kaum
Soekarnois mebuat iklim politik berubah cepat. Tambah lagi dengan ke adaan memburuknya
kesehatan bung Karno, yang memunculkan analisis extreme bahwa presiden sedang menghadapi
dua nasip yang sama, yaitu meninggal atau lumpuh(A.Pambudi,2009:187-188)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berbagai versi mengungkapkan dalang gerakan tersebut. Versi resmi Angkatan Darat dan versi
pemerintah Orde Baru mengatakan bahwa G 30-S di dalangi oleh D.N. Aidit dan Biro Khusus PKI.
Itulah sebabnya mereka istilah baku “ G-SS /PKI” karena menganggapnya sebagai suatu kesatuan.
Mengapa PKI ingin merebut kekuasaan melalui jalan pintas? Alasan logis yang di kemukakan versi
resmi Orde Baru, PKI tidak ingin di dahului oleh AD (A.pambudi:2009:198).

Perseturuan Angkatan Darat dengan PKI memang sangat panas pada tahun 1965. Isu Dewan
Jenderal berhembut untuk meyakinkan masyarakat bahwa jenderal-jenderal AD sedang menyusun
rencana kudeta menggulingkan presiden Soekarno yang mereka cintai.

Isu dokumen Gilchist, yang di sebarluaskan oleh Dr. Soebandrio,membuat suasana semakin panas.

Di tengah penyelesaian masalah IAIN, masalah baru muncul. Penggayangan HMI tampaknya di
persiapkan untuk semakin meningkat. Adalah Prof.Drs. Ernest Utrech, S.H., sekretaris fakultas
hokum Universitas Brawijaya cabang jember yang memulai untuk menggayang HMI secara terbuka.
Sejak itu , berita surat kabar di penuhi dengan penggayangan HMI. Timbullah berbagai peristiwa pro
dan kontra HMI di seluruh tanah air. Memahatikan kenyataan-kenyataan yang terjadi, sampai
akhirnya nanti pada peristiwa G 30 S/PKI, barang kali dapat di simpulkan, bahwa pengayangan HMI
memang merupakan bagian strategi PKI kepuncak kekuasaan. Di dalam buku progam PKI, yang di
keluarkan pada tanggal 23 Desember 1963 dapat di simpulkan, bahwa pengaruh PKI di lingkungan
Mahasiswa di akui sukar di kembangkan (Sulastomo,2008:117-118).

B. Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran
dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.

Anda mungkin juga menyukai