Anda di halaman 1dari 11

Pergolakan dalam negri

Akibat perbedaan ideologi


1945-1965
G30 S/PKI
Gerakan 30 September oleh PKI
-1965-
Kelompok 3
1. Adhityo Bintang Mahardika Wijaya/1
2. Muhammad Naufal/23
3. Naila Zalfa Adyanti/25
4. Raihana Aulia Shafaana/29
5. Ranum Kusuma Linggar Jati/30
6. Reza Ferdyanda Dwiki Sutrisno/31
7. Rosyida Zahrotul Firdaus/33
Latar Belakang
Jalannya Pemberontakan
Upaya penumpasan
Teori-teori mengenai G30S/PKI
Latar Belakang
Tahun 1965
Kebijakan Soekarno mengeluarkan ajaran nasionalis,sosialis, dan
komunis dimanfaatkan PKI untuk menyebarluaskan pengaruhnya
hingga berhasil memperkuat kedudukannya di politik Indonesia.
PKI menjadi pesaing utama TNI AD dalam politik di Indonesia.
Persaingan itu berkaitan dengan rencana pembentukan Angkatan ke-5
yang ditolak oleh TNI AD. Pertentangan tersebut membuat PKI
menyebarkan isu adanya “Dewan Jenderal” yang berencana merebut
kekuasan Soekarno lewat penyodoran “Dokumen Gilchrist”. Hal
tersebut membuat hubungan PKI dan TNI AD semakin memanas.
Jalannya Pemberontakan
Pertentangan PKI dan TNI AD semakin memanas hingga menjelang 30
September. Apalagi Ketika DN Aidit mengetahui bahwa Soekarno sedang jatuh
sakit dan dokter menyimpulkan kalau Soekarno kemungkinan akan meninggal.
Maka, dalam rapat Politbiro PKI pada September 1965, pimpinan PKI
memutuskan untuk bergerak.
Di bawah pimpinan Letnan Kolonel Untung Sutopo, pasukan PKI menculik
dan membunuh para jenderal dan perwira di pagi buta tanggal 1 Oktober1965.
Penculikan dan pembunuhan terhadap perwira tinggi dilakukan untuk
menyingkirkan TNI AD yang menjadi penghalang PKI untuk mewujudkan cita-
citanya menjadikan ideologi komunis menjadi sistem pemerintahan.
7 Pahlawan Revolusi
Ke enam Jendral dan satu perwira yang berhasil diculik dan dibunuh adalah

1. Letnan Jendral Ahmad Yani


2. Mayor Jendral Siwondo Parman
3. Brigadir Jendral Donald Isaac Pandjaitan
4. Mayor Jendral Mas Tirtodarmo Haryono
5. Mayor Raden Suprapto
6. Mayor Jendral TNI Sutoyo Siswomiharjo
7. Kapten Czi Pierre Tendean

Yang kemudian karena jasanya dalam perjuangan G30S/PKI mereka diberi gelar sebagai pahlawan
Revolusi
Para perwira militer yang menjadi korban G30S/PKI dibawa ke sebuah
sumur tua di Kawasan Lubang Buaya , Jakarta.
Dalam peristiwa tersebut, terdapat 1 Jendral yang selamat dari
kepungan PKI yaitu Jendral A.H. Nasution karena wajah ajudannya
mirip dengannya yang Bernama Kapten Czi Pierre Tendean. Namun,
putrinya yang bernama Ade Irma Suryani Nasution tewas tertembak
oleh PKI.
Upaya Penumpasan
Dalam peristiwa yang tak menentu itulah Panglima Kostrad Mayjen Soeharto
mengambil alih pimpinan Angkatan Darat karena Jendral Ahmad Yani selaku Panglima
Angkatan Darat belum diketahui keberadaanya. Setelah menghimpun pasukan pada 1
Oktober 1965 , Kolonel Sarwo Edhi Wibowo sebagai pimpinan Kopasus berhasil merebut
studio RRI dan pusat telekomunikasi. Selanjutnya, dilakukan operasi penumpasan
dengan menetralisir pasukan-pasukan yang berada di sekitar Medan Merdeka.
Keesokan harinya pada 2 Oktober 1965, pasukan Angkatan darat berhasil
membebaskan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma yang sebelumnya dikuasai oleh
PKI
Pada 3 Oktober 1965, operasi militer dilanjutkan dengan menyisir kawasan Lubang
Buaya yang dalam penyisiran tersebut sekaligus ditemukannya para korban PKI di sebuah
sumur tua. Para korban kemudian dimakamkan pada tanggal 5 Oktober 1965 di taman
Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
4. Dalang G30S adalah Soekarno
Dikemukakan oleh Anthony Dake dan John Hughes yang bermula pada asumsi bahwa Soekarno ingin melenyapkan kekuatan opsi yang
berasal dari sebagian perwira tinggi AD terhadap dirinya. PKI pun terseret karena partai ini dekat dengan Soekarno.
Teori ini berdasarkan pada kesaksian seorang pilot asal India, Shri Biju Patnaik. Ia mengatakan bahwa pada 30 September 1965 tengah malam,
Soekarno memintanya untuk meninggalkan Jakarta sebelum subuh seakan tahu bahwa akan ada ‘peristiwa besar’ besok. Namun, teori ini
dilemahkan dengan tindakan Soekarno yang menolak mendukung G 30 S dan mengutuk gerakan ini dalam sidang Kabinet Dwikora di Bogor
pada 6 Oktober 1965.
5. Dalam peristiwa G 30 S tidak ada pemeran tunggal dan skenario besar (Chaos Theory)
Dikemukakan oleh Jhon D Legge, teori ini menyatakan bahwa dalam peristiwa G 30 S tidak ada pemeran tunggal dan skenario
besar.Seperti yang disebutkan oleh Soekarno, kejadian ini disebabkan oleh unsur-unsur Nekolim (Negara Barat), pimpinan PKI yang keblinger
serta oknum-oknum ABRI yang tidak benar.
6. Dalang G 30 S adalah Soeharto
Dalam buku yang berjudul Indonesian Tragedy, Brian May mengemukakan bahwa terdapat hubungan dekat antara Letkol Untung sebagai
pemimpin G 30 S dengan Mayjen Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad.
7. Dalang G 30 S adalah PKI
Menurut teori ini, G 30 S didalangi oleh tokoh-tokoh PKI dengan cara memperalat unsur-unsur tentara. Teori ini didasarkan dari serangkai
kejadian dan aksi yang telah dilakukan oleh PKI di tahun 1959-1965.

Anda mungkin juga menyukai