Anda di halaman 1dari 2

Nama : Gilang yudistira

No absen : 14
Kelas :XII MIPA 1

PEMBRONTAKAN G30S PKI


peristiwa Gerakan 30 September atau yang biasa dikenal dengan nama G30S/PKI. Peristiwa
ini terjadi pada 30 September hingga 1 Oktober 1965 di Jakarta dan Yogyakarta ketika enam
perwira tinggi dan satu perwira menengah TNI Angkatan Darat Indonesia beserta beberapa
orang lainnya dibunuh dengan kejam.
Peristiwa yang meninggalkan noda hitam dalam sejarah Indonesia itu dikenal sebagai
gerakan yang bertujuan menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno. Tak hanya itu,
gerakan ini disebut-sebut sebagai gerakan untuk mengubah Indonesia menjadi negara
komunis. Gerakan ini dipimpin oleh DN Aidit yang saat itu merupakan ketua dari Partai
Komunis Indonesia (PKI).
PKI sendiri berdiri pada 23 Mei 1920, dan diketahui pernah melakukan pemberontakan lain
sebelum G30S/PKI. Pada 1948 misalnya, partai ini pernah melakukan pemberontakan di
Madiun, Jawa Timur.

Pada 1 Oktober 1965 dini hari, Letkol Untung yang merupakan anggota Cakrabirawa
(pasukan pengawal Istana) memimpin pasukan yang dianggap loyal pada PKI. Gerakan ini
mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi target
langsung dibunuh di kediamannya. Sisanya diculik dan mengalami penyiksaan di kawasan
Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Keenam perwira tinggi TNI Angkatan Darat yang menjadi korban dalam peristiwa ini
adalah:
1. Letjen Ahmad Yani (Kastaf Komando AD)
2. Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri)
3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri)
4. Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri)
5. Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri)
6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman)

Sementara itu, Panglima TNI AH Nasution yang menjadi target utama berhasil meloloskan
diri. Tapi, putrinya Ade Irma Nasution tewas tertembak dan ajudannya, Lettu CZI Pierre
Andreas Tendean diculik dan ditembak di Lubang Buaya.
Keenam jenderal di atas beserta Lettu Pierre Tendean kemudian ditetapkan sebagai
Pahlawan Revolusi. Sejak berlakunya UU Nomor 20 tahun 2009, gelar ini juga diakui
sebagai Pahlawan Nasional.

Setelah peristiwa G30S/PKI rakyat menuntut Presiden Sukarno untuk membubarkan PKI.
Sukarno kemudian memerintahkan Mayor Jenderal Soeharto untuk membersihkan semua
unsur pemerintahan dari pengaruh PKI.
PKI kemudian dinyatakan sebagai penggerak kudeta dan para tokohnya diburu dan
ditangkap, termasuk DN Aidit yang sempat kabur ke Jawa Tengah tapi kemudian berhasil
ditangkap.
Anggota organisasi yang dianggap simpatisan atau terkait dengan PKI juga ditangkap.
Organisasi-organisasi tersebut antara lain Lekra, CGMI, Pemuda Rakyat, Barisan Tani
Indonesia, Gerakan Wanita Indonesia dan lain-lain.

Pada era pemerintahan Presiden Soeharto, G30S/PKI selalu diperingati setiap tanggal 30
September. Selain itu, pada tanggal 1 Oktober juga diperingati sebagai Hari Kesaktian
Pancasila. Untuk mengenang jasa ketujuh Pahlawan Revolusi yang gugur dalam peristiwa
ini, Soeharto juga menggagas dibangunnya Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya,
Jakarta Timur.
Pada tahun 1984, film dokudrama propaganda tentang peristiwa ini yang berjudul
Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI dirilis. Film ini diproduksi oleh Pusat Produksi Film
Negara yang saat itu dimpimpin Brigjen G. Dwipayana yang juga staf kepresidenan
Soeharto dan menelan biaya Rp 800 juta. Mengingat latar belakang produksinya, banyak
yang menduga bahwa film tersebut ditujukan sebagai propaganda politik. Apalagi di era
Presiden Soeharto, film tersebut menjadi tontonan wajib anak sekolah yang selalu
ditayangkan di TVRI tiap tanggal 30 September malam.
Sejak Presiden Soeharto lengser pada tahun 1998, film garapan Arifin C. Noer tersebut
berhenti ditayangkan oleh TVRI. Hal ini terjadi setelah desakan masyarakat yang
menganggap film tersebut tidak sesuai dengan kejadian sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai