TEKNIK ELEKTRO C
PEMBENTUKAN & PERTUMBUHAN PKI
Pada Kongres ISDV di Semarang (Mei 1920), nama organisasi ini diubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (PKH). Semaun
adalah ketua partai dan Darsono menjabat sebagai wakil ketua. Sekretaris, bendahara, dan tiga dari lima anggota komite adalah orang
Belanda.[6] PKH adalah partai komunis Asia pertama yang menjadi bagian dari Komunis Internasional. Henk Sneevliet mewakili partai
pada kongres kedua Komunis Internasional 1921.
Pada periode menjelang kongres keenam Sarekat Islam pada tahun 1921, anggota menyadari strategi Sneevliet dan mengambil
langkah untuk menghentikannya. Agus Salim, sekretaris organisasi, memperkenalkan sebuah gerakan untuk melarang anggota SI
memegang keanggotaan dan gelar ganda dari pihak lain di kancah perjuangan pergerakan indonesia. Keputusan tersebut tentu saja
membuat para anggota komunis kecewa dan keluar dari partai, seperti oposisi dari Tan Malaka dan Semaun yang juga keluar dari
gerakan karena kecewa untuk kemudian mengubah taktik dalam perjuangan pergerakan indonesia. Pada saat yang sama, pemerintah
kolonial Belanda menyerukan tentang pembatasan kegiatan politik, dan Sarekat Islam memutuskan untuk lebih fokus pada urusan
agama, meninggalkan komunis sebagai satu-satunya organisasi nasionalis yang aktif.
Bersama Semaun yang berada jauh di Moskow untuk menghadiri Far Eastern Labor Conference pada awal 1922, Tan Malaka
mencoba untuk mengubah pemogokan terhadap pekerja pegadaian pemerintah menjadi pemogokan nasional untuk mencakup
semua serikat buruh Indonesia. Hal ini ternyata gagal, Tan Malaka ditangkap dan diberi pilihan antara pengasingan internal atau
eksternal. Dia memilih yang terakhir dan berangkat ke Rusia.
PEMBENTUKAN & PERTUMBUHAN PKI
Pada Mei 1922, Semaun kembali setelah tujuh bulan di Rusia dan mulai mengatur semua serikat buruh dalam satu
organisasi. Pada tanggal 22 September, Serikat Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (Persatuan Vakbonded Hindia)
dibentuk. Pada kongres Komintern kelima pada tahun 1924, ia menekankan bahwa "prioritas utama dari partai-partai komunis
adalah untuk mendapatkan kontrol dari persatuan buruh" karena tidak mungkin ada revolusi yang sukses tanpa persatuan kelas
buruh ini. Pada 1924 nama partai ini sekali lagi diubah, kali ini adalah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
RANGKAIAN PERISTIWA G30S/PKI
Gerakan 30 September 1965 adalah sebuah gerakan yang sampai sekarang masih bersifat kontroversi. Ada berbagai pendapat dan
kesaksian tentang G30S 1965, yang kemudian memunculkan berbagai versi G30S 1965.Seperti contoh, dalam versi Soeharto,
pemimpin utama G30S 1965 adalah Letkol Untung, yang juga adalah salahsatu komandan Pesimen Cakrabirawa, Sementara dalam
versi TNI/ABPI, pemimpin utama G30S 1965 adalah ketua umum Partai Komunis Indonesia (PKI) yaitu D.N. Aidit.
Indikasi utama keterlibatan PKI dalam G30S/PKI 1965, pengakuan pimpinan PKI, Njono di Harian Angkatan Bersenjata dan
pengakuan Aidit yang dipublikasikan oleh pers Jepang pada bulan Februari 1966. Kedua pengakuan tersebut menyatakan bahwa PKI
berperan besar dalam G30S/PKI 1965.
Akan tetapi menurut Harold Crounch PKI bukanlah dalang G30S/PKI 1965. Tidak ada bukti bahwa para perwira Angkatan
Bersenjata seperti Untung dan Supardjo adalah agen PKI. Crouch berpendapat bahwa PKI memang memiliki alasan untuk
mendukung G30S 1965, yaitu karena ketakutan PKI akan kudeta Dewan Jenderal terhadap Soekarno. Kudeta tersebut diyakini PKI,
akan membawa bencana bagi mereka. Menurut Crouch PKI lebih memilih solusi kup dalam bentuk konflik internal angkatan
bersenjata, karena dengan begitu keterlibatan PKI menjadi tidak kelihatan.
Sementara Brigjend Supardjo, salah seorang pimpinan G30S 1965, adalah bawahan Suharto, ketika Suharto menjabat sebagai
Komandan Divisi Komando Mandala Siaga (Kolaga) di Kalimantan (Crouch, 2007: 123). Buktilainnya bahwa Suharto tidak
termasuk ke dalam daftar Jenderal yang diculik pasukan G30S. Selain itu, Suharto bisa bergerak leluasa di Jakarta, pada waktu
malam berlangsungnya operasi militer G30S. Suharto juga mengetahui cara untuk menaklukkan G30S dengan mudah, padahal
para perwira militer yang berada di Jakarta, tidak paham harus mengambil tindakan apa untuk menghadapi operasi militer G30S
(Poosa, 2008: 108).
Hubungan Suharto dengan Sjam, digambarkan oleh Wertheim sebagai hubungan sesama anggota TNI/ABPI. Menurut
Wertheim,Sjam adalah intel tentara, yang ditugaskan untuk menyusup ke dalam PKI. Penyusupan Sjam ke tubuh PKI, adalah
bertujuan untukmemprovokasi PKI, agar terlibat dalam sebuah aksi (G30S) yang direncanakan untuk gagal.
4.) Isi pengumuman G30S 1965 pada tanggal 1 Oktober pagi hari yang berbeda dengan sikap politik PKI dan pemerintahan
Sukarno. Perbedaan utama terletak pada adanya seruan dalam pengumuman tersebut untuk mempertahankan kebijakan luar negeri
Indonesia yang bersifat bebas dan aktif (Mortimer, 2006: 425).
5.) Komposisi Dewan Revolusi yang diisi oleh tokoh-tokoh yang berse- berangan dengan PKI. Tercatat ada 19dari 45 tokoh
yang berseberangan dengan PKI dalam Dewan Revolusi tersebut (Mortimer, 2006: 426).
6.) Tuduhan yang mengaitkan empat pimpinan militer G30S 1965, yaitu Letkol Untung, Brigjend Supardjo, Kolonel Latief,
dan Kolonel Sahirman, dengan PKI. Salah satunya adalah tuduhan bahwa Untung terlibat pemberontakan PKI Madiuntahun 1948.
Fakta riil adalah bahwa Untung ketika itu belum paham politik dan bertindak sesuai komando dari komandannya yang antikomunis.
Selanjutnya adalah Supardjo yang memiliki rekam jejak kemiliteran yang cemerlang. Supardjo yang merupakan seorang loyalis
Sukarno, ternyata memiliki sikap politik anti PKI. Latief, jabatannya sebagai salah satu komandan militer TNI di Jakarta adalah
bukti bahwa ia tidak memiliki kedekatan dengan PKI.
DUKUNGAN PEMERINTAHAN TERHADAP PKI
Sangat jelas bahwa Nasakom itu anti Pancasila. Nasakom dicetuskan kembali Bung Karno pada tahun 1960. Menurut
Bung Karno, konsep Nasakom adalah politik jalan tengah. Bung Karno menyampaikan pandangan bahwa Pancasila dan
Nasakom adalah masa depan Indonesia. Kesalahan terbesar Bung Karno adalah dominasi penonjolan pemikiran politiknya,
termasuk konsep Nasakom ini yang sangat mengerikan terjadinya pertumpahan darah yang dilakukan Komunis sejak 1948
di Madiun, lalu pembunuhan para Jendral Angkatan Darat, lalu dibalas Jendral Soeharto melalui pembersihan orang-orang
beridiologi Komunisme dan Marxisme.
Dalam pandangan Bung Karno, Bung Karno menjelaskan bahwa yang di maksud dengan Komunisme dalam konsep
Nasakom adalah Sosialisme. Padahal Marxisme itu sendiri adalah berisikan teori sosial yang dibangun pada landasan
proletarian. Sementara Pancasila sendiri telah meliputi konsep sosial atas dasar kemanusian berdasarkan pada Ketuhanan
Yang Maha Esa. Disinilah sepertinya Bung Karno disetir oleh para propagandais Komunisme yang hampir menggiring
bangsa Indonesia pada perang saudara dan menghancurkan Pancasila.
DUKUNGAN PEMERINTAHAN TERHADAP PKI
Tujuannya semula adalah untuk mengatasi pertentangan- pertentangan yang tak berkesudahan dari partai-partai politik yang
sudah ada. Terlebih lagi dengan adanya ajaran dari presiden Soekarno tentang Nasakom yang sangat menguntungkan PKI karena
menempatkannya sebagai bagian yang sah dalam politik Indonesia. Yang salah satunya sudah terbukti adalah pemberontakan G-30-
S-PKI yang dipimpin oleh DN.Aidit. Pendidikan ini diselenggarakan oleh Front Nasional dan merupakan satu diantara berbagai
usaha indoktrinasi yang dilakukan pada masa itu.
Adanya Nasakomisasi hanya akan menguntungkan kedudukan PKI untuk yang kesekian kalinya. Apalagi setelah banyaknya
kerusuhan yang dilakukan partai ini hingga timbulnya korban jiwa. Dapat disumpulkan bahwa Nasakom singkatan dari Nasionalis-
Agama-Komunis, adalah ajaran Bung Karno yang mengharuskan adanya persatuan «nasional progresif revolusioner» dengan ketiga
golongan politik tersebut sebagai porosnya.
PENUMPASAN TOKOH-TOKOH PKI
AKHIR PKI
Soekarno yang berada di pihak Setelah Soeharto mengambil alih komunis, seperti Lekra, CGMI,
PKI pun lantas tidak berusaha kepemimpinan, ia membubarkan Pemuda Rakyat, Barisan Tani
membatasi pergerakan PKI. Maka PKI dan menghabiskan 32 tahun Indonesia , Gerakan wanita
Aidit bersama sejumlah personel kepemimpinannya untuk Indonesia , dll. Sejumlah laporan
menyebut, jumlah yang dibunuh
Tjakrabirawa menyusun rencana memusnahkan PKI serta semua
begitu saja setidaknya mencapai
untuk menghadapkan jenderal yang berkaitan dengan PKI. Ketua
500.000 orang di berbagai daerah,
Angkatan Darat yang diduga ingin PKI, DN Aidit yang dituding khususnya di Pulau Jawa dan Bali.
mengudeta Soekarno. Dari merancang gerakan ini bersama Termasuk sastrawan yang
kejadian tersebut, Presiden ketua Biro Chusus PKI, Sam namanya mendunia, Pramoedya
Soekarno berusaha untuk Kamaruzzaman melarikan diri ke Ananta Toer.
meyakinkan bahwa PKI tidak Jawa Tengah, namun kemudian
terlibat sebagai partai dalam bisa ditangkap, dan dibunuh.
kejadian tersebut, melainkan Terjadi penangkapan besar-
adanya sejumlah tokoh PKI yang besaran terhadap para anggota
bertindak luar kendali. Kendati atau siapa pun yang dianggap
demikian, banyak pihak yang simpatisan atau terkait PKI, atau
menuntut bertanggung jawab. organisasi-organisasi yang
diidentikan
PERAN SOEHARTO SEBAGAI
PEMULIHAN
Menurut Sucipto, Soekarno mengumumkan dan memanggil semua Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
panglima angkatan bersenjata bersama wakil perdana menteri dan pejabat dari Pemberontakan G30S/PKI
penting lainnya. Pimpinan angkatan darat langsung berada di tangan
beliau dan tugas-tugas sehari-hari dijalankan oleh Mayjen Pranoto Sore hari tanggal 2 Oktober 1965 setelah berhasil menguasai
Reksosamodra, sedangkan Mayjen Soeharto Panglima Komando Strategi kembali kekuasaan kota Jakarta, Mayend Soeharto menemui
Angkatan Darat ditunjuk untuk melaksanakan pemulihan keamanan dan Presiden di Istana Bogor. Soeharto. Sebagai pelaksana harian
presiden menunjuk Mayjend Pranoto Reksosamudro untuk
ketertiban. Maka dari itu Soeharto menjadi sosok penting dalam
menyelenggarakan pemulihan keamanan dan ketertiban seperti
penumpasan pemberontakan 30 September yang melibatkan Partai
sedia kala ditunjuk Mayjend Soeharto, panglima Kostrad .
Komunis Indonesia .Tetapi Soeharto selaku Panglima Komando Strategis Keputusan tersebut disiarkan oleh Presiden dalam Pidato melalui
Angkatan Darat tidak menggagalkan peristiwa yang membahayakan RRI Pusat dini hari pukul 01.30 tanggal 3 Oktober 1965.
Soekarno selaku presiden. Menurut Wertheim dalam Sucipto, mengatakan
bahwa tanggal 1 Oktober 1965, terjadi pertemuan antara Soeharto, Latief
dan Untung . Asumsinya, dengan pertemuan itu, Soeharto sebenarnya
memahami tentang rencana tersebut, karena melihat kedekatan dan
pertemuan yang terjadi. Sehingga ia menjadi orang yang paling siap
menghadapi sesuatu yang akan terjadi. Kesiapan Soeharto inilah yang
menjadi senjata yang untuk menumpas Partai Komunis Indonesia dan
merebut kekuasaan dari Soekarno .
Peranan Soeharto dalam Kontroversi keterlibatan Soeharto
Penumpasan G30S/PKI dalam Penumpasan G30S/PKI 1965
Mayor Jenderal Soeharto, Panglima Komando Strategis Angkatan Darat, Saat ini keterlibatan Soeharto banyak dipertanyakan, sehingga
pada tanggal 2 Oktober diberi tugas untuk memulihkan keamanan dan keterlibatannya menjadi kontroversi. Namun adapun pengakuan
Kol. A. Latief bahwa dua kali ia memberitahukan kepada Soeharto
ketertiban. Untuk mengisi kekosongan pimpinan Angkatan Darat pada
tentang rencana penindakan terhadap sejumlah Jenderal. Dia diam
tanggal 14 Oktober 1965 Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai saja dan hanya manggut-manggut mendengar laporan itu . Fakta
mentri atau Panglima Angkatan Darat. Ia memerintah Suharto untuk bahwa sebagai perwira tinggi dengan fungsi pemandu di bawah
mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk mengembalikan Pangab Jenderal A. Yani, Soeharto tidak termasuk sasaran
ketenangan dan untuk melindungi keamanan pribadi dan wibawanya. G30S/PKI. Ini bisa dipertanyakan, mengingat strategisnya posisi
Kekuatan tak terbatas ini pertama kali digunakan oleh Soeharto untuk Kostrad apabila negara dalam keadaan bahaya. Lebih dari itu
melarang PKI. kebenaran yang mulai terkuak dan amat mengejutkan masyarakat
awam adalah ternyata Soeharto juga mempunyai hubungan dengan
CIA. Hal ini terbukti dengan adanya satu kompi batalyon 454
Diponegoro Jawa Tengah dan satu kompi batalyon 530 Brawijaya
Jawa Timur, yang secara terselubung digunakan Soeharto sebagai
penggerak .
KESAKTIAN PANCASILA
Setiap tanggal 1 Oktober, bangsa Indonesia selalu memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Selain itu, Hari Kesaktian Pancasila juga
sebagai wujud penghormatan terhadap jasa para Pahlawan Revolusi. Penetapan Hari Kesaktian Pancasila ini sangat erat kaitannya dengan
peristiwa Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia atau G30S/PKI. Dalam memperingati Hari Kesaktian Pancasila, bangsa
Indonesia selalu melakukan upacara. Tanggal 30 September sampai awal 1 Oktober 1965, menjadi salah satu hari paling kelam bagi bangsa
Indonesia. Peristiwa yang sering disebut G30S/PKI atau Gestok (Gerakan Satu Oktober) terjadi ketika sejumlah perwira militer Indonesia
dibunuh dalam suatu usaha kudeta. Namun yang jelas, peristiwa pemberontakan tersebut menewaskan enam jenderal dan satu letnan TNI
AD.
SURAT PERINTAH 11 MARET
KELUARNYA SUPERSEMAR
disingkat menjadi Supersemar adalah
surat perintah yang ditandatangani oleh
Presiden Republik Indonesia Soekarno
pada tanggal 11 Maret 1966. Surat ini
berisi perintah yang menginstruksikan
Soeharto, selaku Panglima Komando
Operasi Keamanan dan Ketertiban untuk
mengambil segala tindakan yang
dianggap perlu untuk mengatasi situasi
keamanan yang buruk pada saat itu.
Surat Perintah Sebelas Maret ini adalah
versi yang dikeluarkan dari Markas Besar
Angkatan Darat yang juga tercatat dalam
buku-buku sejarah. Sebagian kalangan
SURAT PERINTAH 11 MARET
Menurut versi resmi, awalnya keluarnya supersemar Situasi ini dilaporkan kepada Mayor Jendral Soeharto yang pada saat itu
terjadi ketika pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden selaku Panglima Angkatan Darat menggantikan Letnan Jendral Ahmad Yani
Soekarno mengadakan sidang pelantikan Kabinet yang gugur akibat peristiwa G-30-S itu. Mayor Jendral Soeharto saat itu tidak
Dwikora yang disempurnakan yang dikenal dengan menghadiri sidang kabinet karena sakit. .
nama «kabinet 100 menteri». Pada saat sidang Mayor Jendral Soeharto mengutus tiga orang perwira tinggi ke Bogor untuk
dimulai, Brigadir Jendral Sabur sebagai panglima menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor yakni Brigadir Jendral M. Jusuf,
pasukan pengawal presiden' Tjakrabirawa Brigadir Jendral Amirmachmud dan Brigadir Jendral Basuki Rahmat. Presiden
melaporkan bahwa banyak «pasukan liar» atau Soekarno setuju untuk itu dan dibuatlah surat perintah yang dikenal sebagai
«pasukan tak dikenal» yang belakangan diketahui Surat Perintah Sebelas Maret yang populer dikenal sebagai Supersemar yang
adalah Pasukan Kostrad dibawah pimpinan Mayor ditujukan kepada Mayjend Soeharto selaku panglima Angkatan Darat untuk
Jendral Kemal Idris yang bertugas menahan orang- mengambil tindakan yang perlu untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.
orang yang berada di Kabinet yang diduga terlibat G- Surat Supersemar tersebut tiba di Jakarta pada tanggal 12 Maret 1966 pukul
30-S di antaranya adalah Wakil Perdana Menteri I 01.00 waktu setempat yang dibawa oleh Sekretaris Markas Besar AD Brigjen
Soebandrio. Budiono.
SURAT PERINTAH 11 MARET
BEBERAPA KONTROVERSI • Menurut penuturan salah satu dari ketiga
perwira tinggi AD yang akhirnya menerima surat
itu, ketika mereka membaca kembali surat itu
dalam perjalanan kembali ke Jakarta, salah
seorang perwira tinggi yang kemudian
membacanya berkomentar «Lho ini kan
perpindahan kekuasaan». Tidak jelas kemudian
naskah asli Supersemar karena beberapa tahun
kemudian naskah asli surat ini dinyatakan hilang
dan tidak jelas hilangnya surat ini oleh siapa dan
di mana karena pelaku sejarah peristiwa «lahirnya
Supersemar» ini sudah meninggal dunia.
Belakangan, keluarga M. Jusuf mengatakan
bahwa naskah Supersemar itu ada pada dokumen
pribadi M. Jusuf yang disimpan dalam sebuah
bank.
KONTROVERSI SURAT PERINTAH 11 MARET
• Menurut kesaksian salah satu seorang mantan duta besar Indonesia Menurut tulisannya dalam bukunya
pengawal kepresidenan di Istana di Kuba yang dipecat secara tidak tersebut, ketiga jendral itu tadi mereka
Bogor, Letnan Satu Sukardjo konstitusional oleh Soeharto. Dia inilah yang pergi ke Istana Bogor,
Wilardjito, ketika pengakuannya membantah kesaksian Letnan Satu menemui Presiden Soekarno yang
ditulis di berbagai media massa Sukardjo Wilardjito yang mengatakan berangkat kesana terlebih dahulu.
setelah Reformasi 1998 yang juga bahwa adanya kehadiran Jendral M. Bapak Panggabean, yang pada waktu
menandakan berakhirnya Orde Baru Panggabean ke Istana Bogor bersama itu menjabat sebagai Menhankam,
dan pemerintahan Presiden Soeharto. tiga jendral lainnya pada tanggal 11 tidak hadir.
Dia menyatakan bahwa perwira tinggi Maret 1966 dinihari yang
yang hadir ke Istana Bogor pada menodongkan senjata terhadap
malam hari tanggal 11 Maret 1966 Presiden Soekarno. Menurutnya, pada
pukul 01.00 dinihari waktu setempat saat itu, Presiden Soekarno menginap
bukan tiga perwira melainkanempat di Istana Merdeka, Jakarta untuk
orang perwira yakni ikutnya Brigadir keperluan sidang kabinet pada pagi
jendral M. Panggabean. harinya. A.M Hanafi Sendiri hadir pada
Hanafidalam bukunya A.M Hanafi sidang itu bersama Wakil Perdana
Menggugat Kudeta Soeharto, Menteri Chaerul Saleh.
KONTROVERSI SURAT PERINTAH 11 MARET
• Tentang pengetik Supersemar. Siapa bukan di atas kertas berkop Saksi kunci lainnya, adalah mantan
sebenarnya yang mengetik surat kepresidenan. Inilah yang menurut Ben presiden Soeharto. Namun dengan
tersebut, masih tidak jelas. Ada menjadi alasan mengapa Supersemar wafatnya mantan Presiden Soeharto
beberapa orang yang mengaku hilang atau sengaja dihilangkan. pada 27 Januari 2008, membuat
mengetik surat itu, antara lain Letkol sejarah Supersemar semakin sulit
TNI-AD Ali Ebram, saat itu sebagai Berbagai usaha pernah dilakukan Arsip untuk diungkap.
staf Asisten I Intelijen Resimen Nasional Republik Indonesia (ANRI) Dengan kesimpangsiuran
Tjakrabirawa. untuk mendapatkan kejelasan Supersemar itu, kalangan sejarawan
mengenai surat ini. Bahkan, ANRI dan hukum Indonesia mengatakan
• Kesaksian yang disampaikan telah berkali-kali meminta kepada bahwa peristiwa G-30-S/PKI dan
kepada sejarawan asing, Ben Jendral (Purn) M. Jusuf, yang Supersemar adalah salah satu dari
Anderson, oleh seorang tentara yang merupakan saksi terakhir hingga akhir sekian sejarah Indonesia yang masih
pernah bertugas di Istana Bogor. hayatnya 8 September 2004, agar gelap.
Tentara tersebut mengemukakan bersedia menjelaskan apa yang
bahwa Supersemar diketik atas surat sebenarnya terjadi, namun selalu gagal.
yang berkop markas besar AD,
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH