KELOMPOK :
Aliffia Zulfa, Annisa Putri, Bunga Putri, Hafiz Fauzan, Nadia Athaya, Nasya
Qanita, Nazwa Nurfitriani, Rania Nayla, Reva Syifa
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat
Nya yang telah memberikan kelancaran serta kemudahan sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan Makalah Pendidikan Kewarganegaraan tentang Kasus Pelanggaran HAM.
Makalah ini disusun untuk memberikan informasi dan gambaran umum tentang Kasus
Pelanggaran HAM yaitu Peristiwa G30SPKI serta rencana yang telah ditetapkan.
Kami menyadari masih banyak terdapat keterbatasan dalam pelaksanaan kegiatan
maupun penyampaian makalah, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
serta dukungan dari berbagai pihak berupa material maupun non material sangat kami sambut
dengan tangan terbuka demi perbaikan di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Kelompok
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak peristiwa penting dalam sejarah Indonesia yang harus diingat oleh
masyarakat, apalagi generasi muda. Salah satunya adalah peristiwa Gerakan 30
September atau yang biasa dikenal dengan nama G30S/PKI.
Peristiwa ini terjadi pada 30 September hingga 1 Oktober 1965 di Jakarta dan Yogyakarta
ketika enam perwira tinggi dan satu perwira menengah TNI Angkatan Darat Indonesia
beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta.
Peristiwa ini terjadi pada 30 September hingga 1 Oktober 1965 di Jakarta dan Yogyakarta
ketika enam perwira tinggi dan satu perwira menengah TNI Angkatan Darat Indonesia
beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta.
Pada 1 Oktober 1965 dini hari, Letkol Untung yang merupakan anggota Cakrabirawa
(pasukan pengawal Istana) memimpin pasukan yang dianggap loyal pada PKI.
Gerakan ini mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang
menjadi target langsung dibunuh di kediamannya. Sedangkan lainnya diculik dan dibawa
menuju Lubang Buaya.
Jenazah ketujuh perwira TNI AD itu ditemukan selang beberapa hari kemudian.
B. Rumusan Masalah
Apa yang terjadi pada pelaku G30SPKI setelah ditangkap
Siapa pemimpin G30PKI
Mengapa G30SPKI diperingati
BAB II
KAJIAN TEORI
Gerakan ini dilaksanakan atas satu komando yang dipimpin langsung oleh
Komandan Batalyon I Tjakrabirawa, yaitu Letnan Kolonel Untung Syamsuri. Gerakan
tersebut dimulai dari Kota Jakarta dan juga Yogyakarta. Pada awalnya mereka
mengincar Perwira Tinggi dan Dewan Jenderal. Akan tetapi, terdapat beberapa
prajurit dari Cakrabirawa yang memutuskan untuk membunuh Perwira Tinggi dan
Jenderal untuk memasukkannya ke Lubang Buaya.
2. Nasakom
Ideologi Nasakom adalah salah satu faktor dalam latar belakang G 30 S PKI dan
menjadi bagian dari sejarah G30S PKI lengkap. PKI atau Partai Komunis
Indonesia adalah partai komunis terbesar di dunia selain Tiongkok dan Uni
Soviet. Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta orang pada tahun 1965, dan 3 juta
orang lagi dari organisasi pergerakan pemudanya. Ketika pada Juli 1959
parlemen dibubarkan dan Soekarno mengeluarkan ketetapan konstitusi berupa
dekrit Presiden, ia mendapat dukungan penuh dari PKI. Angkatan bersenjata
diperkuat dengan mengangkat jendral – jendral militer ke posisi yang penting,
dengan sistem Demokrasi Terpimpin. Sambutan PKI untuk Demokrasi
Terpimpin sangat baik dan menganggap bahwa Soekarno mempunyai mandat
untuk persekutuan konsepsi antara pendukung Nasionalis, Agama dan Komunis
atau NASAKOM. Angkatan Darat menolak ideologi NASAKOM tersebut
sebagaimana diungkapkan oleh Jenderal Ahmad Yani.
Kemudian pada akhir 1963, gerakan yang disebut aksi sepihak mulai dilancarkan
oleh PKI dan pendukungnya terutama di Jawa, Bali, dan Sumatra Utara.
Beberapa contoh aksi sepihak antara lain Peristiwa Jengkol (15 November
1961), Peristiwa Indramayu (15 Oktober 1964), Peristiwa Boyolali (November
1964), Peristiwa Kanigoro (13 Januari 1965), dan Peristiwa Bandar Betsi (14
Mei 1965).
Kemampuan PKI memanfaatkan kondisi pada saat itu terlihat dari semakin
meluasnya pengaruh partai tersebut dan organisasi pendukungnya, terutama
dalam komponen masyarakat, seperti petani, buruh, pegawai rendah sipil
maupun militer, seniman,w artawan, guru, mahasiswa, dosen, intelektual, dan
TNI.
Kemudian pada akhir 1963, gerakan yang disebut aksi sepihak mulai dilancarkan
oleh PKI dan pendukungnya terutama di Jawa, Bali, dan Sumatra Utara.
Beberapa contoh aksi sepihak antara lain Peristiwa Jengkol (15 November
1961), Peristiwa Indramayu (15 Oktober 1964), Peristiwa Boyolali (November
1964), Peristiwa Kanigoro (13 Januari 1965), dan Peristiwa Bandar Betsi (14
Mei 1965).
Selain itu, dikutip dari buku Sejarah untuk SMK Kelas IX oleh Prawoto, beberapa
tujuan G30S PKI adalah sebagai berikut:
5. Kudeta yang dilakukan kepada Presiden Soekarno tak lepas dari rangkaian
kegiatan komunisme internasional.
3. Letjen S.Parman
Dikenal dengan nama Siswondo Parman merupakan petinggi TNI Ada
ketika orde lama. Dia lahir di Wonosobo, Jawa Tengah 4 Agustus 1918.
S. Parman pernah mengikuti pendidikan SD, SMP, sampai sekolah tinggi
kedokteran. Tetapi ketika itu tentara Jepang menduduki Republik sehingga S.
Parman gagal meraih gelar dokter.
S. Parman lalu memulai pendidikan di bidang intelijen. Dia pernah dikirim
ke Jepang untuk memperdalam intelijen. Setelah proklamasi kemerdekaan dia
mengabdi pada Indonesia.
Pengalamannya di bidang intelijen bermanfaat bagi TNI terutama
mengetahui rencana PKI. Namun pada 1 Oktober 1965, dia diculik dan dibunuh
bersama para jenderal lainnya.
Melalui radio, Untung menyatakan bahwa G30S telah bergerak untuk mencegah
sebuah kudeta oleh Dewan Jenderal dan mengumumkan pembentukan sebuah
"Dewan Revolusi". Suharto mengambil alih kendali sementara Angkatan Darat
dan mulai merencanakan serangan balik dengan anak buahnya. Suharto memberi
perintah kepada Kolonel Sarwo Edhie untuk segera merebut RRI. Para pemimpin
G30S melarikan diri dari Halim, dan pasukan Suharto merebut kembali pangkalan
udara tersebut. Beberapa waktu kemudian, pasukan pimpinan Suharto menyerang
markas G30S / PKI.
Akhirnya mayat para jenderal dikebumikan. PKI yang ingin mengkudeta lalu
dibubarkan, pemimpinnya ditangkap dan dibunuh, pengikutnya dipenjara dan
ideologi Pancasila masih tetap berdiri tegak. Pada bulan Juni 1966, Presiden
Sukarno dimintai pertanggung jawabannya terkait peristiwa G30/SPKI. Kemudian
Presiden Soekarno mengajukan 2 nota pembelaan yang diberi judul Nawaksara I
dan II, namun ditolak oleh MPRS. Mandat Sukarno sebagai Presidenpun dicabut
MPRS pada bulan Maret 1967.
d) Pandai BerIndonesia
Kampanye Nasakom adalah bukti keberhasilan DN Aidit dalam
bermain di antara kekuatan politik Indonesia. Dengan kampanye
Nasakom, Bung Karno memberikan pengakuan bahwa komunis,
nasionalis, dan juga agama berada dalam posisi yang paralel.