Anda di halaman 1dari 9

PENGERTIAN,KONSEP,PERBEDAAN, DAN RUANG

LINGKUP AGAMA ISLAM

PENGERTIAN AGAMA ISLAM

Islam kata turunan  (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada
kehendak Allah) berasal dari kata salama yang berarti sejahter, tidak celaka, tidak
bercacat. Dari uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa arti yang dikandung
perkataan islam adalah: kedamaia, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri),
ketaatan dan kepatuhan. Intinya adalah berserah diri, tunduk, patuh dan taat dengan
sepenuh hati dengan kehendak ilahi (Ali,1998:49-50).1

Islam merupakan ajaran Allah yang diturunkan untuk mengatur tata kehidupan manusia
melalui para rasul, dari nabi Adam AS. hingga nabi Muhammad SAW. Adapun “Islam”
yang dimaksudkan dalam pembahasan ini ialah ‘Din’ yang diturunkan kepada nabi
terakhir, Muhammad SAW dengan melalui risalah Al-Qur’an sebagai penyempurna
millah-millah (Din) sebelumnya.2

KONSEP-KONSEP AGAMA ISLAM

 Agama

Menurut Al-Attas, memahami agama di sini merujuk kepada kefahaman terhadap


konsep al-Dīn. Konsep al-Dīn dalam Islam berbeza dengan konsep religion dari
Barat. Al-Attas menjelaskan maksud al-Dīn berdasarkan Kamus Lisān al-cArab karya
agung Ibn Manzūr yang dicetak di Beirut pada tahun 1968. Terdapat empat maksud al-
Dīn yang telah dirumuskan oleh Al-Attas yaitu: 3

1
Ali, Mohammad Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
2
Abuddin Nata, Metodologi Study Islam, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1999)
3
 ULUM ISLAMIYYAH The Malaysian Journal of Islamic Sciences | Vol.33 No.2 August 2021
a. keadaan berhutang;

b. keadaan menyerah diri;

c. kuasa dan daya memberi hukuman, penilaian dan pertimbangan;

d. perkara yang membawa kecenderungan kepada diri setiap manusia atau sesuatu
kebiasaan yang menjadi adat resam dalam hidup manusia.

 Islam

Al-Attas menyatakan bahawa maksud Islam itu itu adalah hasil gabungan maksud al-
Dīn dan aslama. Seperti yang disebutkan pada subtopik sebelum ini, kalimah al-Dīn
bererti gaya atau tatacara hidup yang luhur dalam kehidupan manusia. Al-Dīn secara
hakikinya juga merujuk kepada agama Islam kerana satu-satunya agama yang diterima
di sisi Allah swt adalah agama Islam. Perkataan aslama pula bererti menyerah diri.
Dalam Islam, penyerahan diri bermaksud penyerahan yang tulus ikhlas dan disedari
serta diredhai dan yang dilakukan secara habis-habisan kepada Allah swt. Tambahan
pula, penyerahan diri ini juga perlu dilakukan secara sukarela tanpa apa-apa paksaan
serta patuh terhadap perintah Allah swt (Al-Attas, 2019: 25). Firman Allah dalam surah
al-Baqarah:

Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas
(perbezaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Sesiapa ingkar kepada
Taghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali
agama yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui. [Al Baqarah:256]4

4
ULUM ISLAMIYYAH The Malaysian Journal of Islamic Sciences | Vol.33 No.2 August 2021
 Ilmu

Menurut Al-Attas, ilmu terbahagi kepada dua jenis. Ini dinyatakan oleh beliau seperti
berikut: “Ilmu, sebagaimana yang kita fahami, terbahagi kepada dua macam, meskipun
keduanya itu merupakan suatu kesatuan yang saksama dan sempurna. Yang pertama
iaitu ilmu yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Kurnia-Nya kepada
insan; dan yang kedua iaitu ilmu yang dicapai dan diperoleh oleh insan berdasarkan
daya usaha akliahnya sendiri yang berpunca kepada pengalaman hidup indera jasmani
dan nazar-akali serta pemerhatian dan penyelidikan dan pengkajian” (Al-Attas, 2019:
59). Ilmu yang pertama adalah ilmu yang diberikan oleh Allah kepada insan. Ilmu yang
pertama ini dibahagikan kepada dua, iaitu tanzil (sesuatu yang diwahyukan) dan
pengenalan (kerana memperkenalkan perkara-perkara penting berkenaan Tuhan dan
makhluk) yang merujuk kepada diri insan, alam serta Tuhan yang Esa. Ringkasnya,
ilmu yang pertama ini merupakan wahyu Allah kepada manusia sebagai petunjuk
kepada kehidupan beragama yang benar dan lurus. Ilmu inilah ilmu yang hakiki
(sebenar). Ilmu ini mengandungi tatacara manusia beribadah kepada Allah swt dalam
kehidupan seharian (Al-Attas, 2019: 59-60). Contohnya, Ilmu Aqīdah (Tawḥīd), Ilmu
Sharīcah (fiqh) dan Ilmu Tasawwuf (Akhlāq). Hukum mempelajari Ilmu yang pertama
ini adalah fardu ain, yakni wajib bagi semua Muslim. Ilmu yang kedua pula merujuk
kepada ‘ilm yang berbentuk jamak (culūm), yakni pelbagai jenis ilmu pengetahuan.
Ilmu ini diperoleh oleh insan melalui kekuatan akalnya (caqliyyah) sendiri, melalui
pengalaman hidup, pemerhatian dan penyelidikan dalam kehidupan manusia di dunia
(Al-Attas, 2019: 62). Berdasarkan perkembangan ilmu dan penyelidikan dunia hari ini,
terdapat pelbagai jenis ilmu baru. Sebagai contoh, ilmu alat seperti Matematik dan
Geometri, ilmu Sains seperti Biologi, Fizik, dan Kimia; ilmu Sejarah dan Peradaban,
dan banyak lagi. Hukum mempelajari ilmu yang kedua ini adalah fardu kifayah, iaitu
wajib kepada sebahagian orang Muslim, untuk menjaga kemaslahatan umat
keseluruhannya agar tidak dianiaya dan ditindas umat bukan Islam.5

5
ULUM ISLAMIYYAH The Malaysian Journal of Islamic Sciences | Vol.33 No.2 August 2021
 Asas Akhlak

Menurut Al-Attas, konsep moral dalam Islam dan Barat sangat berbeda. Konsep moral
di Barat lebih mementingkan kepada pencapaian tatacara hidup duniawi semata-mata
tanpa kehidupan beragama. Kehidupan ini dikenali sebagai kehidupan sekular.
Perkataan sekular berasal dari bahasa Latin saeculum yang bermaksud masa kini
yang merujuk kepada kehidupan duniawi. Kehidupan duniawi pula sentiasa berubah
mengikut kekuatan ilmu sains dan teknologi semasa. Kehidupan sekular
menjadikan orang Barat bebas melakukan apa sahaja tanpa terikat dengan hukum-
hakam agama asalkan mereka dapat mencapai kehidupan yang selesa, walaupun
tatacara kehidupan mereka itu bercanggah dengan hukum agama (Al-Attas, 2019: 72
& Muhammad Zul-Faisal Omar, 2020 ). Ramai ahli Falsafah Barat seperti David
Hume (1711-1776), Friedrich Nietzsche (1844-1900), Michel Foucault (1926-1984)
menyatakan bahawa manusia perlu mengikut keinginan naluri mereka sendiri bagi
mencapai kebahagiaan dalam hidup.6

C. PERBEDAAN AGAMA-AGAMA YANG ADA DIINDONESIA

Berbeda-beda tetap satu jua sangat cocok dalam menggambarkan keberagaman di


Indonesia, termasuk terkait agama juga kepercayaan. Indonesia dikenal sebagai bangsa
majemuk yang memiliki beragam suku bangsa dan budaya yang tetap bertahan hingga
saat ini. Tak heran ada banyak bahasa, kepercayaan, agama, ras, dan lain sebagainya.
Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan salah satu tanda
Indonesia merupakan negara religius. Kemudian kebebasan beragama di Indonesia juga
diatur dalam Undang-undang 1945 yakni Pasal 29.7

6
ULUM ISLAMIYYAH The Malaysian Journal of Islamic Sciences | Vol.33 No.2 August 2021
7
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6175904/keberagaman-agama-di-indonesia-jenis-perbedaan-dan-
cara-menjaganya
MACAM-MACAM AGAMA DI INDONESIA:

 ISLAM
 KONGHUCU
 HINDU
 KRISTEN
 KATOLIK
 BUDHA

Saat ini Islam menjadi agama mayoritas yang dianut masyarakat di Indonesia. Menurut
data kependudukan per Juni 2021, dari total 272,23 juta jiwa sebanyak 236,53 jiwa
(86,88%) beragama Islam.

Kristen merupakan agama kedua yang paling banyak dianut masyarakat Indonesia. Dari
data kependudukan ada 20,4 juta jiwa (7,49%) menganut agama Kristen.

Agama terbanyak ketiga yang dianut masyarakat Indonesia yakni Katolik. Masih dari
data yang sama, 8,42 juta jiwa (3,09%) penduduk Indonesia beragama Katolik.

Hindu menjadi agama keempat yang paling banyak dianut di Indonesia, dengan jumlah
4,67 juta jiwa atau 1,71 persen dari total penduduk.Hindu menjadi agama mayoritas
yang dipeluk penduduk di Bali.

Agama Buddha menjadi agama kelima yang paling banyak dianut masyarakat
Indonesia. Dengan jumlah sebanyak 2,04 juta jiwa atau 0,75 persen.
Kemudian ada 73,02 ribu jiwa yang menganut agama Konghucu di Indonesia.
Kemudian 102,51 ribu jiwa (0,04%) aliran kepercayaan. 8

8
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6175904/keberagaman-agama-di-indonesia-jenis-perbedaan-dan-
cara-menjaganya
Keberagaman agama di Indonesia berdampak posif bagi kehidupan bermasyarakat.
Meski kebhinnekaan Indonesia rentan konflik, dengan semangat persatuan dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika semua umat beragama bisa saling hidup rukun dan
bertoleransi satu sama lain.

Dampak positif:

 Terciptanya integritas nasional.


 Menjadi sarana untuk memajukan pergaulan antarsuku, agama, budaya, dan
golongan
 Memperkaya khazanah budaya bangsa

Dampak negative:

 Rentan terjadi konflik di masyarakat.


 Munculnya sikap fanatisme berlebihan, yaitu paham yang berpegang teguh
secara berlebihan terhadap keyakinan sendiri sehingga menganggap salah
terhadap keyakinan yang lain.
 Munculnya sikap primordialisme, yaitu pandangan yang berpegang teguh pada
hal-hal yang dibawa sejak kecil baik mengenai tradisi, adat istiadat,
kepercayaan, maupun segala sesuatu yang di lingkungan pertamanya.

Walaupun terdapat dampak negative di dalam keragaman agama yang ada di Indonesia
kita harus bisa menjaga keragaman ini dengan baik, yaitu dengan cara:

 Toleransi antar umat beragama


 Tenggang rasa
 Tidak menganggap agama sendiri paling tinggi dan baik
 Menerima keragaman agama, suku bangsa, dan budaya sebagai kekayaan bangsa
yang tak ternilai harganya.9

D. RUANG LINGKUP AGAMA ISLAM


9
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6175904/keberagaman-agama-di-indonesia-jenis-perbedaan-dan-
cara-menjaganya
Sebagai agama wahyu terakhir, agama islam merupakan satu sistem akidah dan
syari’ah serta akhlak yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dalam
berbagai hubungan. Ruang lingkup ajaran islam lebih luas dari ruang lingkup
agama nasrani yang hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhan. Agama
tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat
termasuk dengan diri manusia itu sendiri tetapi juga dengan alam sekitarnya
(Ali,1998:51). 10

Ditinjau dari ajarannya, Islam mengatur berbagai aspek kehidupan pada manusia
yang meliputi:

1. Hubungan manusia dengan Allah (Hablum Minallah)

Hubungan manusia dengan Allah. Pengabdian manusia bukanlah untuk kepentingan


Allah, karena Allah tidak berhajat (butuh) kepada siapa pun, pengabdian itu bertujuan
untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-
Qur’an : Q.S. Ar-Ruum (30): 30 yang artinya:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”11

2. Hubungan Manusia dengan Manusia (Hablum minan-Naas)

Agama Islam mempunyai konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan,


kemasyarakatan, kenegaraan, perekonomian dan lain-lain. Konsep dasar tersebut
memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran yang berkenaan dengan hubungan manusia
dengan sesama dalam berbagai aspek kehidupannya. Seluruh konsep yang ada bertumpu

10
Ali, Mohammad Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
11
Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia, op.cit  Ibid., h. 645.
pada satu nilai, yaitu saling menolong antara sesama manusia. Firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an: Q.S. Al-Maidah (5): 2 yang artinya:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan
janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”.12
3. Hubungan Manusia dengan Makhluk lainnya / Lingkungannnya

Seluruh benda-benda yang diciptakan oleh Allah yang ada dialam ini mengandung
manfaat bagi manusia. Alam raya ini wujudnya tidak terjadi begitu saja, akan tetapi
diciptakan oleh Allah dengan sengaja dan dengan hak. Allah berfirman dalam Al-
Qur’an : Q.S. Ibrahim (14): 19 yang artinya :
“Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan
bumi dengan hak (tidak percuma / penuh hikmah) ?”.13

Pada hakikatnya, dalam hidup bermasyarakat dimana perbedaan sangat


dimungkinkan, Islam lebih mementingkan isi dan makna dibandingkan dengan
bentuk-bentuk lahiriahnya, walaupun hal tersebut bersumber dari petunjuk nabi,
tetapi hal itu harus dipahami dalam konteks kemasyarakatan yang beliau alami
dan tentunya berbeda dengan masyarakat yang lain akibat perbedaan waktu atau
tempat.

Disinilah, keuniversalan Islam yang tergambar pada prinsip dan nilai yang dapat
diterapkan dalam kehidupan modern. Seperti contoh, bentuk-bentuk pemerintah
dapat berubah-ubah tetapi prinsip-prinsip atau nilai-nilainya bersifat tetap dan
universal. Contoh lain, nabi memerintahkan untuk berlatih naik kuda dan main
panah dalam rangka mempertahankan diri dari musuh. Prinsip mempertahankan
dirinya bersifat universal, tetapi bentuk-bentuk pertahanan dirinya dapat berbeda
atau particular sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman. Dalam prinsip-
prinsip Islam mengantar kita untuk berkesimpulan bahwa perbedaan merupakan

12
Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia, op.cit, Ibid, h. 156-157.
13
Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia, op.cit,  Ibid., h. 382
sesuatu yang dibenarkan selama perbedaan tersebut masih dalam kerangka
ijtihadi. 14

14
Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia, Al-Qur’an wa Tarjamatu ma’aniyatu ila Lughati al-
Indunisiya, ( Medinah Munawwarah: khadim al-Haramain asy-Syarifain, Tahun 1411 H 

Anda mungkin juga menyukai