Anda di halaman 1dari 3

NAMA :Rahmadhani fitria ningsih

NIM :20035136
Tugas: Dasar dasar sains

1. Jelaskan apa saja sumber ilmu pengetahuan alam!


Sumber pengetahuan adalah tanda-tanda yang ada di dalam alam semesta,
yang ada dalam diri manusia sendiri, dalam sejarah, atau dalam berbagai peristiwa
sosial dan berbagai aspek bangsa dan masyarakat, dalam akal atau prinsip-prinsip
yang sudah jelas dan di dalam hati. Sumber-sumber ilmu pengetahuan itu secara
garis besar ada tiga, yaitu alam semesta (alam fisik), Alam akal (nalar) dan Hati
(intuisi dan ilham).
a) Alam Semesta (Alam Fisik)
Tak diragukan bahwa indra-indra lahiriah manusia merupakan alat dan
sumber pengetahuan, dan manusia mengenal objek-objek fisik dengan
perantaraanya. Pengetahuan yang bersumber dari indra-indra lahiriah seperti
hasil dari melihat, mendengar, meraba, mencium, dan merasa adalah suatu
jenis pengenalan dan pemahaman yang bersifat lahiriah, permukaan, dan tidak
mendalam.
b) Alam Akal (Nalar)
Kaum Rasionalis, selain alam semesta atau alam fisik, meyakini bahwa
akal merupakan sumber pengetahuan yang kedua dan sekaligus juga sebagai
alat pengetahuan. Mereka menganggap akal-lah yang sebenarnya menjadi alat
pengetahuan sedangkan indra hanya pembantu saja.
Alam akal digolongkan sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan karena
a. Dalam pemikiran, Akal menarik kesimpulan. Yang dimaksud dengan
menarik kesimpulan adalah mengambil sebuah hukum atas sebuah kasus
tertentu dari hukum yang general. Aktivitas ini dalam istilah logika disebut
silogisme kategoris demonstratif.
b. Mengetahui konsep-konsep yang general. Mengatakan bahwa pengetahuan
akal tentang konsep yang general melalui tiga tahapan, yaitu persentuhan indra
dengan materi, perekaman ke dalam benak, dan penyimpulan.
c. Pengelompokkan Wujud. Akal mempunyai kemampuan mengelompokkan
segala yang ada di alam realita ke beberapa kelompok, misalnya realita-realita
yang dikelompokkan ke dalam substansi, apakah benda itu bersifat cair atau
keras, dan lain sebagainya.Pemilahan dan Penguraian.
d. Akal dapat menggabungan dan dapat menyusun. Akal juga dapat memilah
dan menguraikan.
e. Kreativitas. Dalam hal ini, akal dapat bersifat membangun dan
mengeluarkan pendapat atau pemikiran dalam mengefisiankan sesuatu.
c) Hati (Intuisi dan Ilham)
Kaum empiris memandang bahwa sesuatu yang inmateri adalah tidak
ada, maka pengetahuan tentang inmateri tidak mungkin ada. Sebaliknya kaum
Ilahi ( theosofi) yang meyakini bahwa ada sesuatu hal yang lebih luas dari
sekedar materi, mereka meyakini keberadaan hal-hal yang inmate.
2. Bagaimana sikap manusia pengamat yang berfikir

a. Memperhatikan Preferensi Kita


Ketika kita memperhatikan preferensi kita, apa yang kemudian kita
lihat adalah bahwa ada perasaan 'aku' yang ada di balik preferensi ini -
seperti dalang yang tidak terlihat menggerakkan boneka dengan cara yang
berbeda. Kita melihat bahwa perasaan diri ini berada dalam diri pengamat
dan ia memiliki minat kuat pada apa yang muncul dalam pikiran kita.
Seolah-olah perasaan diri ini berkata: "Ini aku, aku di sini, aku sedang
berpikir ..." Perasaan diri ini diatur oleh preferensi: "Apakah ini pemikiran
yang baik yang telah muncul? Apakah saya suka dengan emosi yang telah
muncul? Apakah keadaan pikiran ini membuat saya merasa baik? ... ”

Kita semua memiliki suara yang sama mengalir dalam pikiran kita.
Lebih jauh, ketika kita bergerak tentang kehidupan kita sehari-hari, suara
batin ini selalu aktif, memeriksa apakah realitas eksternal memenuhi
preferensi kita: “Apakah aku suka restoran ini, apakah menu ini memiliki
yang aku butuhkan? Dan apakah saya suka orang-orang yang duduk di
sekitar saya di meja ... ”Seolah-olah kita terus-menerus memindai dunia
dalam dan luar kita untuk melihat apakah kenyataan bertemu dengan
preferensi kita.

Rob Nairn telah menciptakan istilah yang luar biasa untuk perasaan
diri yang ada pada pengamat. Dia menyebutnya "sistem preferensi
egosentris", umumnya dikenal dengan singkatan yang menarik: EPS.
Masing-masing dari kita memiliki EPS unik yang berada di dalam
pengamat.

Ada rasa diri yang tertanam dalam diri pengamat. Jarang kita amati
secara netral. Kami mengamati dengan preferensi yang dikuasai oleh
perasaan diri yang kuat. Cukup dengan mengakui fakta ini adalah langkah
besar dalam pelatihan Mindfulness, karena kita berhadapan langsung
dengan arsitek utama penderitaan kita, dan dengan melakukan itu kita
memiliki kesempatan untuk memupuk jenis pengamat yang berbeda: yang
lebih berbelas kasih dan menerima. Ini adalah tema utama dari Pelatihan
Welas Asih yang ditawarkan oleh Mindfulness Association.

b. Mencoba Mengubah Gema Masa Lalu


EPS adalah arsitek utama penderitaan kita karena bersikeras
melakukan hal yang mustahil: memperbaiki, membersihkan, memanipulasi
atau mengubah arus bawah. Begitu banyak orang berjalan di bawah arus,
dengan EPS terlalu aktif yang terus-menerus berusaha melakukan sesuatu
tentang hal itu!
Perasaan atau masalah yang sulit muncul dan kemudian kita
memikirkannya dan tanpa sadar mencoba mengubahnya menjadi perasaan
yang berbeda atau memeras beberapa resolusi - tidak ada yang berhasil.
Faktanya semua yang terjadi adalah arus bawah menjadi semakin
bergejolak, kita menjadi babak belur di terumbu dalamnya, dan EPS
menjadi gila kegelisahan karena berusaha melakukan hal yang mustahil!
Ini mungkin terdengar lucu, tetapi sangat menyakitkan dan
menggambarkan realitas batin banyak orang.
Ketika kita melihat dengan jelas bahwa arus bawah hanyalah gema dari
masa lalu yang muncul dengan sendirinya dan membebaskan dirinya
sendiri, dan ketika kita melihat dengan jelas bahwa EPS adalah korban dari
preferensi sendiri, kita kemudian dapat secara bertahap mulai memisahkan
kedua proses ini dalam pikiran. Sederhananya, ini melibatkan
memperhatikan apa yang muncul di arus bawah, memperhatikan preferensi
yang muncul sebagai reaksi terhadap hal ini, dan mulai menerima
keduanya dan tidak memberi makan keduanya. Ini adalah kunci
kebebasan.
3. Bagaimana interaksi manusia dengan alam?
Interaksi yang terjadi antara manusia dengan lingkungan alam adalah
interaksi yang mengharuskan manusia menyesuaikan diri dengan alam dan
menjadikan manusia dapat memanfaatkan alam sekitarnya. Interaksi antara
manusia dengan lingkungan alam dapat berlangsung dengan positif maupun
negatif.
4. Apa saja sarana berfikir ilmiah?
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah
a. Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan
yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
b. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Adapun sarana berpikir ilmiah adalah : bahasa, logika, matematika dan
statistika. Keempat sarana berpikir ilmiah ini sangat berperan dalam
pembentukan ilmu yang baru. Syarat suatu ilmu adalah bila ilmu itu sesuai
dengan pengetahuannya dan sesuai dengan kenyataannya.

Anda mungkin juga menyukai