Anda di halaman 1dari 7

Makalah Logika Tentang Abstraksi Manusia

Makalah Logika Tentang Abstraksi Manusia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Pribadi Manusia

Manusia adalah makhluk Tuhan yang otonom, berdiri pribadi yang tersusun atas kesatuan harmonik
jiwa-raga dan sebagai individu yang memasyarakat.

1. Manusia sebagain makhluk Tuhan yang otonom

Menusia di dunia dilahirkan olah tuhan melalui manusia lain (orang tua) yang sadar akan hidup dan
kehidupannya, dan sadar pula akan tujuan hidupnya (kembali pada tuhan).[1]

Manusia merupakan makhluk Tuhan yang lemah, keberadaannya sangat bergantung pada Tuhan. Akan
tetapi ketergantungan ini bukanlah semata-mata hanya ketergantungan, melainkan ketergantungan
(dependence) yang berkeluasaan (independence). Manusia menerima ketergantungan itu dengan
otonomi dan independensinya serta kreativitasnya sedemikian rupa sehingga ia mampu
mempertahankan dan mengembangkan hidup dan kehidupanya. Dengan berakal hal ini manusia dapat
mengatasi segala problem hidup dan memberikan segala doa dan pujinya kepada Sang Pencipta. Namun
dalam perkembangan lebih lanjut, otonomi, independensi dan kreativitasnya mengantarkan manusia
pada taraf tertentu yang membuat semakin jauh jaraknya dengan Sang Pencipta. Bahkan dewasa ini
terkesan bahwa manusia seolah dapat berdiri diatas kemampuannya sendiri tanpa campur tangan Sang
Pencipta. Ia semakin lupa diri, lupa aka nasal mulanya Sang Pencipta hanya ada dalam kesadaran belaka,
banyak tingkah laku dan perbuatan yang tidak sesuai dengan Sang Pencipta dan penciptaanya.

Antara ketergantungan (dependensi) dan otonomi (independensi) adalah dua unsure potensi
kontradiktif yang ada didalam kesatuan dinamis keberadaanya yang demikian ini justru memberikan
makna jelas kepada diri pribadi manusia sebagai makhluk Sang Pencipta. Otonomi kebebasan dan
kreativitasnya adalah jelmaan otonomi, kebebasan dan kreativitas Sang Pencipta.[2]

2. Manusia Sebagai Makhluk Yang Berjiwa Raga

Usur jiwa dan raga itu buka hal yang berdiri sendiri sehingga diri pribadi manusia adalah jiwa yang
meraga dan raga yang menjiwa.
Jiwa yang meraga mempunyai maksud jiwa yang menjadi satu dengan raga yaitu jiwa yang ada dalam
bentuk raga. Jiwa adalah sesuatu yang maujud, tidak berbentuk dan tidak berbobot. Ia dapat dipahami
dari kecenderungan badan. Jika jiwa seseorang dalam keadaan menderita, maka badannya lemah,
mukanya muram dan gelap, tetapi jika berbahagia, maka badannya riang, energi dan mukanya berseri-
seri. Dimana keadaan jiwa dapat terwujud dalam berbagai jenis tingkah laku badan. Di dalam jiwa, ada
unsur-unsur “tri pontensi kejiwaan” yaitu cipta, rasa, dan karsa.

Raga menjiwai ialah raga yang menjadi satu dengan jiwa merupakan suatu kecenderungan fenomena
badan yang menjadi sifat kejiwaan. Raga adalah sesuatu yang maujud , berbentuk dan berbobot
(berukuran)

Diri-pribadi manusia yang terbentuk atas jiwa yang meraga dan raga yang menjiwa dapat terjadi karena
dominasi jiwa atas badanya. Jiwa manusia berbeda dengan jiwa hewan, jiwa manusia memiliki
kesadaran. Sadar akan dirinya, sadar akan sesamanya, sadar akan dunianya dan sadar akan asal muasal
tujuannya.

3. Manusia Sebagai Makhluk Individu yang Memasyarakat

Seperti hubungan antara “jiwa dan raga”, kedudukannya sebagai individu dan satu masyarakat juga
berada didalam satu struktur kesatuan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa manusia adalah
makhluk individu yang memasyarkat dan sekaligus makhluk sosial yang mengidividu. Mentalitas
seseorang dapat menjadi sumber yang berpengaruh kuat terhadap perkembangan mentalitas
masyarakatnya dan masyarakat sendiri dapat memberikan control terhadap dinamika mentalitas
seseorang.

B. Abstraksi Manusia

Abstraksi manusia dalam bahasa inggris adalah abitraction, kata ini berasal dali kata latin abstraktio dari
abstraberetyang yang berarti menerik diri. Kata abstraction disejajarkan dengan kata yunani aphaeresis.
Secara harifah abstraksi berarti memisahkan suatu bagian dari suatu keseluruhan.

Abstraksi merupakan sebuah proses yang ditempuh pikiran untuk sampai pada konsep yang bersifat
universal. Proses ini berangkat dari pengetahuan mengenai obyek individual yang bersifat
sepasiotemporal (ruang waktu). Pikiran melepaskan sifat individual dari onyek dan membentuk konsep
universal.[3]

Beberapa pengertian khusus dari abstraksi adalah sebagai berikut:


1. Sesuatu yang dilihat tidak mengacu kepada obyek atau peristiwa khusus. Abstaksi menyajikan
secara simbolis atau secara konseptual secara imajinatif sesuatu yang tidak dialami secara langsung atau
konkret.

2. Hasil akhir dari proses abstraksi. Dengan proses itu kualitas atau relasi atau cirri dari suatu
keseluruhan dipisahkan sebagai ide dari keseluruhan dipisahkan sebagai ide keseluruhan itu.

3. Dalam logika tradisional , proses menghasilkan konsep universal daro obyek particular. Misalnya
konsep “manusia” diangkat dari pria dan wanita yang merupakan obyek particular.

4. Aspek atau bentuk kongnisi yang secara mental menyendirikan cirri-ciri obyek itu dari yang lain.
Baik proses maupun hasil dari penyendirian tersebut disebut abstraksi.

Berbeda dengan makhluk lain, manusia mempunyai cirri istimewa, yaitu kemampuan berfikir yang ada
dalam satu struktur dengan perasaan dan khendaknya (sering disebut makhluk yang berkesadaran).
Aristoteles memberikan identitas kepada manusia sebagai “animal rationale”.[4] Yang oleh orang Islam
sering dikenal dengan ………………… ‫االنسانحیوانناطق‬

Berpikir merupakan suatu aktivitas pribadi yang mengakibatkan penemuaan yang terarah kepada suatu
tujuan. Manusia berfikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian pembentukan pendapat, dan
simpulari atau keputusan dari sesuatu yang dikehendaki. Menurut Suria sumantri, manusia tergolong
dalam homo spesies, yaitu makhluk yang berfikir. Hamper tidak ada masalah yang menyangkut dengan
aspek kehidupannya yang terlepas dari jangkauan pikiran.[5]

Berfikir merupakan cirri utama bagi manusia untuk membedakan dengan makhluk lain. Maka dengan
dasar berfikir, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal dapat memikirkannya. Berfikir
merupakan proses bekerja akal, manusia dapat berfikir karena manusia berakal. Cirri utama dari berfikir
adalah adanya abstraksi. Dalam arti yang luas, berfikir adalah bergaul dengan abstraksi- abstraksi.
Sedangkan dalam arti yang sempit berfikir adalah mencari hubungan atau pertalian antara abstraksi-
abstraksi.[6]

Suhartono menyatakan bahwa manusia mempunyai kemampuan menalar, artinya berfikir secara logis
dan analistis. Kelebihan manusia dalam kemampuannya menelar dank arena mempunyai bahasa untuk
mengomunikasikan hasil pemikirannya yang abstrak. Maka manusia bukan saja mempunyai
pengetahuan , melainkan juga mampu mengembangkannya.[7]

Sebagai satu kegiatan berfikir maka penalaran itu memiliki cirri-ciri tertentu. Ciri yang pertama adalah
adanya pola berpikir secara luas yang dapt disebut logika. Disini dapat dikatakan bahwa dalam setiap
bentuk penlaran mempunyai logikanya tersendiri atau dapat disimpulkan juga bahwa kegiatan
penalaran merupakan suatu proses berfikir logis.

Kedua, bersifat analitik dari proses berfikirnya, artinya penalaran merupakan suatu kegiatan berfikir
yang menyadarkan diri pada suatu analisis dan kerangka berfikir yang dipakai sebagai pijakan analisis
tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Lebih jelasnya penalaran ilmiah merupakan suatu
kegiatan analisis yang menggunakan logika ilmiah. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan
berfikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.

Kegiatan berfikir tidak semuanya didasarkan diri kepada penalaran. Berdasarkan kriteria penalaran bisa
dikatakan bahwa tidak semua kegiatan berfikir bersifat logis dan analisis. Oleh karena itu, kita dapat
membedakan secara jelas mana yang berfikir menurut penalaran dan mana yang berfikir tanpa
menggunakan penalaran. Berfikir menurut penalaran yaitu berfikir yang menggunakan dasar logika dan
analisis sedangkan berfikir tanpa menggunakan penalaran seperti penggunaan perasaan untuk menarik
sebuah simpulan, kemudian penggunaan intuisi sebagai pijakan berfikir ilmiah. Intuisi adalah merupakan
kegiatan berfikir yang non-analitik yang tidak mendasar diri pada suatu pola berfikir tertentu.

Cara berfikir logis dapat dikategorikan menjadi beberapa penalaran diantaranya:

a. Penalaran deduktif (rasionalisme)

Penalaran deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari penryantaan yang bersifat umum untuk
menarik kesimpulan yang bersifat khusus, dengan demikian kegiatan berfikir yang berlawanan dengan
induksi. Penarikan kesimpulan secara deduktif ini menggunakan pola berfikir yang disebut silogisme.
Silogisme terdiri atas dua pernyataan dan sebuah kesimpulan. Kedua pernyataan itu disebut premis
mayor dan premis minor. Sedangkan simpulan diperoleh dengan penalaran deduktif dari kedua premis
tersebut. Misalnya, (1) Semua kendaraan bermesin menggunakan bahan bakar bensin. (2) Motor adalah
kendaraan bermesin. Jadi, dapat disimpulkan “ motor juga menggunakan bahan bakar bensin”.

b. Penalaran induktif (empirisme)

Penganut empirisme mengembangakan penggetahuan berdasarkan pengalaman konkret. Mereka


menganggap bahwa pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang diperoleh langsung dari
pengalaman nyata. Penganut ini menyusun pengetahuan menggunakan penalaran induktif. Penalaran
induktif adalah cara berfikir untuk menarik simpulan yang bersifat umum dari pengamatan atas gejala-
gejala yang bersifat khusus. Penalaran ini diawali dari kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus dan
terbatas lalu diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Misalnya, dari pengamatan atas logam
besi, tembaga, alumunium dan sebagainya, jika dipanaskan akan menggembang (bertambah panjang).
Dari dapat disimpulakan secara umum bahwa logam jika dipanaskan akan bertambah panjang.

c. Analogi
Analogi adalah cara berfikir dengan cara membuktikan dengan hal yang serupa dan sudah diketahui
sebelumnya. Disini penyimpulan secara tidak langsung, tetapi dicari suatu media atau penghubung yang
mempunyai persamaan dan keserupaan dengan apa yang akan dibuktikan.

d. Komparasi

Komparasi adalah cara berfikir dengan cara membadingkan dengan suatu yang mempunyai kesamaan
apa yang dipikirkan. Dasar pemikiran ini sama dengan analogi, yaitu

tidak langsung, tetapi penekanan pemikirannya ditujukan pada kesepadanan bukan pada perbedaannya.
[8]

Didalam penalaran juga terdapat dasar-dasar penalaran diantaranya ialah “term” dan “konsep”. Akal
manusia apabila menangkap sesuatu terwujud dengan membuat konsep atau ide atau juga pengertian.
Dengan demikian, buah dan hasil dari tangkapan akal disebut dengan istilah “konsep”. Jadi ide dan
konsep dalam logika adalah sama artinya. Konsep atau ide atau juga pengertian adalah bersifat
kerohanian dan dapat digunakan dan dapat diungkapkan kedalam bentuk kata atau istilah atau juga
beberapa kata. Ungkapan pengertian dalam bentuk kata atau istilah disebut dengan “term”. Term dibagi
menjadi dua yaitu :

1. Term simpel yaitu konsep yang terdiri dari satu kata atau satu istilah.

2. Term komposit atau kompleks yaitu konsep yang terdiri dari beberapa kata atu istilah.

Dan kata sebagai suatu symbol untuk menyatakan konsep dibedakan antara dua macam, yaitu kata
kategorimatis dan kata sinkategorimatis.

Setiap term mempunyai konotasi atau isi. Konotasi adalah keseluruhan arti yang dimaksudkan oleh
suatu term, yaitu kesatuan antara unsure dasar atau term yang lebih luas dengan sifat pembeda yang
bersama-sama membentuk suatu pengertian. Konotasi secara singkat dapat dinyatakan merupakan
suatu uaraian tentang pembatasan arti atau definisi sehingga konotasi term adalah suatu definisi karena
menujukan genus (jenis)dengan sifat pembada.

Setiap term mempunyai denotasi atau lingkungan. Denotasi adalah keseluruhan hal yang ditunjukan
oleh term atau keseluruhan hal sejauh mana term itu dapat diterapkan. Denotasi atau lingkungan sering
juga disebut dengan luas, adalah mencakup semua hal yang dapat ditunjukan atau lingkungan yang
dimaksud oleh term.

Konotasi dan denotasi term, mempunyai hubungan yang erat tidak dapat terlepaskan, berbentuk
hubungan berbalik (dasar balik) jika yang satu bertambah maka yang lain akan berkuran, demikian
sebaliknya.

Term maupun konsep banyak sekali macam-macamnya demikian juga pembagiannya. Berbagai macam
dikelompokan atas 4 macam, yakni:

Pembagian term menurut konotasinya, dibedakan menjadi term konkret dan term abstrak
Pembagian term menurut denotasinya dibedakan menjadi term universal dan term kolektif

Pembagian term menurut cara beradanya suatu, dibedakan menjadi term particular (khusus,
menunjukan bagian tidak tertentu) dan term singular (khusus, menujukan satu hal atau himpunan yang
terdiri dari satu anggota)

Pembagian menurut cara menerangkan sesuatu.

Selain itu terdapat prinsip-prinsip penalaran atau aksioma penalaran merupakan dasar semua penalaran
yang berdiri atas tiga prinsip yang kemudian di tambah satu sebagai pelengkap. Aksiome atau prinsip
dasar dapat didefinisikan: suatu pernyataan yang mengandung kebenaran universal yang kebenarannya
itu sudah terbukti dengan sendirinya. Prinsip-prinsip penalaran yang dimaksud adalah prinsip identitas
(suatu hal adalah sama halnya sendiri), prinsip nonkontradiksi (sesuatu tidak mungkin merupan hal
tertentu dan bukan hal tertentu dalam satu kesatuan), dan prinsip eksklusi (sesuatu jika dinyatakan
sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan
tengah), dan sebagai tambahan pelengkap prinsif identitas adalah prinsip cukup alas an (suatu
perubahan yang terjadi pada sesuatu gal tertentu mestilah berdasarkan alasan yang cukup, tidak
mungkin tiba-tiba perubahan tanpa sebab-sebab yang mencukup).

Analisis merupakan proses mengurai sesuatu hal menjadi berbagai unsure yang terpisah untuk
memahami sifat, hubungan, dan peranan masing-masing unsure. Analisis secara umum sering juga
disebut dengan pembagian. Dalam logika, analisis atau pembagian berate pemcah-belahan atau
penguraian secara jelas berbeda ke bagian-bagian dari suatu keseluruhan. Bagian dan kesuluruhan
selalu berhubungan. Suatu keseluruhan adalah terdiri atas bagian bagian. Oleh kerena itu, dapat
diuraikan.

Keseluruhan pada umumnya dibedakan atas keseluruhan logika dan keseluruhan realis. Keseluruhan
logika merupakan keseluruhan yang dapat menjadi predikat masing-masing bagiannya, sedangkan
keseluruhan realis merupan keseluruhan yang tidak dapat dijadikan predikat masing-masing bagiannya.
Jika keseluruhan dibedakan antara keseluruhan logika dan keseluruhan realis maka analisis dibedakan
juga antara analisis logika dan analisis realis.

Analisis logika adalah pemecah-belah sesuatu ke bagian-bagian yang membentuk keseluruhan atas
dasat prinsip tertentu. Analisis logika selalu merupakan pembagian suatu himpunan ke dalam
subhimpunan, yang dibedakan atas analisis universal dan analisis dikotomi. Analisi universal merupakan
pemerincian suatu genus di bagi kedalam semua sepesisnya atau pemecah-belah term umum ke term-
term khusus yang menyusunny. Analisis dikotomi merupakan pemecah-belah sesuatu dibedakan
menjadi dua kelompok yang paling terpisah, yang satu merupakan term positif yang lain term negative

Analisis realis adalah pemecah-belah berdasarkan atas susunan benda yang merupakan kesatuan dalam
perwujudannya. Analisis realis dibedakan atas analisis esensial dan analisis aksidental. Analisis esensial
merupakan pemecah-belahan sesuatu hal ke usur dasar yag menyusunnya. Analisis aksidental
merupakan pemecah-belahan sesuatu hal berdasarkan sifat-sifat yang menyertai perwujudannya.

Dalam analisis ada aturan-aturan tertentu yang menjadi petunjuk untuk mengadakan analisis secara
ideal supaya hasilnya tidak menimbulakan kesalah, yaitu analisis harus berjalan menurut sebuah asas
tertentu, analisis harus lengkap dan tuntas, analisis harus jelas terpisah atarbagiannya.

BAB III

PENUTUP

1. Simpulan

Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk Tuhan yang otonom, berdiri pribadi yang tersusun dari
kesatuan harmonik jiwa-raga dan eksis sebagai individu yang memasyarakat

Abstraksi manusia merupakan sebuah proses yang ditempuh manusia untuk sampai pada konsep yang
bersifat universal dengan proses berfikir, bernalar, dan beranalisis

Anda mungkin juga menyukai